"Hei Taejun dia datang!" ucap seorang bocah lelaki ketika mendengar suara desiran mesin mobil yang berhenti didepan.
Sedangkan bocah yang dipanggil Taejun tadi langsung berlari kesebelah saudara kembarnya yang sudah bersembunyi dibelakang pintu masuk. Kedua bocah itu berjongkok dibelakang sebuah kramik besar yang memungkinkan keduanya tidak akan terlihat dari samping.
"Apa sudah siap semuanya Taeoh-ya?" dan si bocah satunya yang bernama Taeoh itu mengangguk antusias dengan senyum nakal dibibirnya. Bocah kecil itu lalu mengangkat tali ditangannya yang disambut dengan senyuman tak kalah nakal dari saudara kembarnya.
Kedua bocah itu saling lempar senyuman sebelum mendengar suara derap langkah menuju pintu diluar.
"Oh dia datang." Ucap si bocah bernama Taejun dan langsung disambut heboh dengan saudara kembarnya yang langsung memepetkan tubuh kecilnya ke tempok belakangnya.
"Ingat, tarik saat aku menghitung pada hitungan ketiga." Intruksi dari yang lebih tua –Taeoh, sedang Taejun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti intruksi dari saudara kembarnya.
"Satu..."
Terdengar suara pintu mulai berderit.
"Dua.."
Bayangan cahaya yang masuk terlihat semakin besar membuat kedua bocah kembar yang bersembunyi dibelakang kramik besar itu semakin mengeratkan genggamannya pada tali bersiap untuk menarik.
"Tiga! Ayo tarik sekarang."
Kedua bocah itu mengarik tali sekeras-kerasnya dan beberapa detik kemudian terdengar dembuman cukup keras. Bisa dipastikan rencana kedua bocah itu untuk menggulingkan lawan berhasil.
Kedua bocah itu bertos ria secara pelan-pelan. mereka berdua berselebrasi seadanya dibalik keramik yang digunakan untuk persembunyian mereka.
"Yesss, kita berhasil lagi." ucap Taejun berbisik.
Taeoh sendiri menyambutnya seantusias saudara kembarnya. "Ya, lagi-lagi kita bisa mengalahkan si nenek sihir itu, hihihi~" lalu keduanya terkikik kecil sembari menutup mulut dengan tangan kecilnya bermaksud meredam suara kekehan mereka dari telinga lain yang ada disana.
"Aghhh.." lenguh korban si kembar yang terjatuh dilantai.
Sepasang saudara kembar itu berhenti terkekeh ketika mendegar suara lenguhan korban mereka. Mereka kenal siapa pemilik suara berat itu dan itu tidak mungkin milik nenek sihir korban sebenarnya mereka.
"Opss, apa kita salah sasaran?" tanya Taeoh, Taejun sendiri hanya menggeleng pelan tidak tau. Lalu kedua bocah itu dengan serempak langsung mengintip dari balik keramik. Dan selanjutnya kalian bisa melihat seberapa besar volume mata kedua bocah itu ketika melihat siapa yang jatuh terjungkal dilantai dengan coklat dimana-mana.
Sontak saja kedua bocah itu langsung kembali bersembunyi dibelakang keramik.
"Sial, kita benar-benar salah sasaran." Sebal yang paling tua. Sedang yang muda hanya bisa mengangguk kaku dengan bola mata yang besar. "Kau benar. Kita akan terkena hukuman setelah ini. bagaimana ini?" ucap Taejun.
Taeoh yang melihat saudara kembarnya ketakutan hanya bisa mengusap bahunya menenangkan. "Sudahlah, jangan takut. Kita bersembunyi saja disini dan jangan terlalu banyak berbicara agar tidak ketahuan dan tidak dihukum." Dan sekali lagi Taejun mengangguk mengikuti saran saudara kembarnya.
Kedua bocah itu menunggu tiap detik dengan perasaan was-was. Mulut keduanya dikunci agar tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Bahkan untuk bernafas kedua bocah itu menarik dan menghembuskannya secara perlahan takut jika suara nafasnya akan membuat keduanya ketahuan.
Namun sepertinya harapan kedua bocah tersebut pupus di 3 menit kemudian karena korban kenakalan mereka itu bersuara dan mengatahui bahwa semua itu adalah perbuatan keduanya.
"Taeoh-ya... Taejun-ah... keluarlah. Ayah tau kalian yang melakukan semua ini."
Kedua bocah itu saling lirik. Mereka ketahuan dan itu adalah benacana besar. Hahhhh, bagaimana sekarang?
"Keluar sebelum ayah benar-benar marah dengan kalian berdua. Jadi, cepat keluar sekarang!"
Dan kedua bocah itu langsung keluar dari tempat persembunyiannya saat mendengar suara ayah mereka yang meninggi. Mereka tau ayahnya marah. Pasti. Siapa juga yang tidak akan marah jika pulang-pulang disambut kejutan yang sangat mengesankan.
"Benar kalian ternyata." Ucap Jongin datar. Jongin yang tadi jatuh terjerembab dengan coklat yang melumuri kemeja kini sudah berdiri dengan tangan yang dilipat didada. Lelaki itu melihat bagaimana kedua anak kembarnya yang langsung keluar dengan buru-buru ketika mendengar suaranya yang meninggi.
"Hahhh~" Jongin menghela nafas dan hal itu semakin membuat si kembar menundukkan kepalanya lebih dalam.
"Ayah pusing melihat kalian berdua semakin nakal setiap harinya." Kesal Jongin, Taeoh dan Taejun hanya diam mendengarkan tanpa membantah. Keduanya tau jika membantah maka ini tidak akan selesai-selesai.
"Padahal ayah sudah berkali-kali memberikan hukuman untuk kalian berdua. Tapi kenapa kalian tetap saja nakal? Jadi.. sebaiknya hukuman apa yang seharusnya kalian dapatkan agar kapok dan tidak nakal lagi?"
Dan ucapan Jongin itu sukses membuat Taeoh serta Taejun mendongakkan kepalanya kepada ayahnya yang berdiri menjulang didepan keduanya. Dengan mata puppy menatap Jongin penuh permohonan.
"Ayah, kumohon jangan hukum kami." Ucap Taeoh yang diangguki oleh Taejun.
"Iya ayah, jangan hukum kami lagi. Taejun janji jika Taejun dan Taeoh tidak akan nakal lagi lain kali." Kali ini giliran Taejun yang memohon.
Jongin sendiri memicingkan matanya untuk menatap kedua bocah didepannya. Sedikit curiga, jelas saja curiga jika hal itu yang mengucapkan adalah si kembar nakal.
"Apa ayah bisa percaya dengan kalian?" tanya Jongin memastikan. Sedang si kembar langsung memberi anggukan penuh semangat untuk pertanyaan ayahnya.
"Tentu. Tentu ayah bisa mempercayai kami." Ucap Taeoh.
Jongin sendiri hanya memejamkan matanya sejenak. Dan saat itu digunakan oleh si kembar untuk bertos pelan, tapi yang tidak si kembar tau adalah jika Jongin mengetahui apa yang si kembar lakukan karena Jongin tidak benar-benar menutup matanya.
"Hmmm, baiklah~" ucapan Jongin yang hampir menghasilkan pekikan senang si kembar karena berhasil lolos dari hukuman yang akan ayahnya berikan. Tapi kata-kata Jongin setelahnya membuat bibir sikembar yang sudah tersungging senang harus melengkung kebawah.
"Tapi ayah tidak akan tertipu dengan akting kalian. Jadi sekarang cepat ikut ayah untuk menjalankan hukuman kalian berdua."
Dan si kembar hanya bisa menunduk dan mengikuti ayah mereka yang berlalu dengan bahu yang merosot kebawah. Tak semangat.
.
.
"Taejun angkat tanganmu lebih tinggi." Ucap Jongin membuat bocah yang namanya disebut kembali menarik tangannya lebih keatas. Bocah itu sedikit kesal karena ayahnya benar-benar jeli. Bagaimana bisa ayahnya itu tau jika dia menurunkan sedikit lengannya padahal mata ayahnya sedang fokus membaca laporan didepannya. Sungguh ajaib bukan?
Yahh inilah hukuman kedua bocah itu dari ayah mereka –jongin.
Keduanya disuruh untuk duduk dengan kaki dilipat kebelakang lalu tangan dinaikkan ketas. Dan hukuman ini baru berakhir jika ibu mereka –Kyungsoo sudah memanggil untuk makan malam. Dan hal itu membuat keduanya lelah karena sudah satu jam lebih keduanya mengangkat tangan namun suara merdu ibunya yang memanggil untuk makan malam belum juga terdengar. Mereka benar-benar ingin makan malam segera siap. Bukan hanya karena mereka lelah dihukum untuk mengangkat tangan tapi juga karena keduanya lapar karena mengangkat tangan berjam-jam itu betuh tenaga yang lebih. Segitu menurut kedua bocah kembar itu.
Taejun yang baru saja ditegur karena kurang mengangkat tangannya keatas itu melirik kekanannya tepatnya kepada saudara kembarnya. Dan Taejun dibuat melongo karena Taeoh sempat-sempatya tidur disaat saat seperti ini. bahkan kakak kembarnya itu masih bisa mengiler. Ouchh itu menjijikan. Taejun bergidik melihat liur Taeoh yang menetes.
"Shttt.. shttt.. taeoh-ya bangun." Bisik Taejun sembari menyenggol lengan saudaranya. Dan senggolan pelan itu berhasil membuat Taeoh terbangun meski dengan tekejutan.
"Oh oh apa sukuman kita sudah selesai?" tanya Taeoh melihat kekanan dan kekiri.
Taejun berjengit jijik melihat bagaimana liur Taeoh yang masih menetes. "Yakkk! Bersihkan liur yang keluar dimulutmu itu." Ingatnya.
Taeoh sendiri yang menyadari kesalahannya segera mengelap liurnya kepada kaos dibahunya. Lalu kemudian bocah itu menyengir tak berdosa kearah saudara kembarnya. "Hehe, sudah."
Taejun memutar malas matanya. Bocah kecil itu sedikit menyesal kenapa harus memiliki saudara kembar yang sangat jorok seperti Taeoh. Mereka memang partner in-crime. Tapi jika masalah kebersihan, Taejun sepertinya menginginkan saudara yang lain yang lebih bersih tidak jorok seperti Taeoh. Bukan tidak bersyukur. Dia sangat bersyukur malah mendapat keluarga seperti ini. namun jika dia bis mendapat yang lebih baik kenapa tidak?
"Hei kenapa melamun? Aku bertanya apa hukuman kita sudah selesai?" tanya Taeoh.
"Jika hukuman kita sudah selesai kita tidak mungkin masih mengangkat tangan seperti ini."
Taeoh mengangguk-angguk membenarkan ucapan Taejun. Namun detik berikutnya mata bocah kecil itu memicing kepada saudara kembarnya.
"Apa?" tanya taejun tak terima karena Taeoh memandangnya dengan mata memicing.
"Lalu kenapa kau membangunkanku jika hukuman kita belum selesai?"
"Yahhh aku hanya tidak mau menghabiskan hukuman seorang diri. Lagi pula kau juga aneh kenapa bisa tidur dengan kedaan kita yang duduk seperti ini dan tangan yang diangkat keatas."
Taeoh terkekeh, "Hei Taejun-ah, kau tau sendirikan aku ini baby bear. Tentu saja aku akan bisa tidur dimana saja. Bahkan dikolong jembatanpun aku pasti bisa tidur dengan nyenyak."
Dan selanjutnya hanya tergedar gerutuan Taejun akan sikap tempat Taeoh seenaknya jika tidur.
.
.
Jongin mendengar semuanya. Semua ucapan bisik-bisik anak kembarnya. Lelaki beranak 3 itu tidak benar-benar berkutat dengan laporan-laporan dimejanya. Itu hanya sebuah pengalihan saja. Bahkan dia tau jika salah satu anaknya tidur dengan liur yang mengalir. Bagaimana tidak mendengar jika anaknya itu mendengkur dengan sangat amat keras. Hehhh benar-benar anak kembarnya itu membuat geleng-geleng kepala saja.
Lama Jongin memperhatikan kedua bocah yang terus berbicara sampai pada satu waktu lelaki itu berdehem membuat kedua anaknya yang berdebat langsung bungkam dan membenarkan posisi satu sama lain.
"Apa sudah kalian mengobrolnya?" tanya Jongin memandang anaknya dengan tatapan datar tanpa ekpresi sedikitpun.
"Ayah~ bisakah kita menghentikan hukuman ini? tangan dan badanku mulai lelah." Rajuk si sulung –Taeoh.
Jongin menaikkan alisnya melihat bagaimana Taeoh merengek kepadanya. "Bukankah kau baru saja bangun tidur baby bear?" Taeoh membolakan matanya melihat kearah ayahnya. Bocah itu nampak seperti maling ayam yang ketahuan.
"A-ayah tau itu?"
"Menurutmu?"
Taeoh menghela nafas sebelum kembali diam karena dia tau bahwa dia pasti akan kalah jika berdebat dengan ayahnya. Ayahnya itu benar-benar... menyebalkan.
"Ayah bingung kenapa kalian berdua suka berbuat rusuh dirumah."
"Kami tidak." Sangkal Taejun dan mendapat anggukan dukungan dari Taeoh disebelahnya.
"Kalian iya! Jadi jangan terlalu banyak alasan."
Dan sekali lagi si kembar hanya bisa menghela nafas.
"Ayah~ ayolahhh bebaskan kami. Kami minta maaf, kami tidak bermaksud melakukan itu kepada ayah. Sungguh."
"Iya, kami hanya salah sasaran saja." Tambah taeoh.
"salah sasaran? Maksudmu kalian sebenarnya tidak maksud menjegal ayah?" kedua bocah itu mengangguk. "Lalu kalian bermaksud menjegal siapa? Noona kalian taerin?" dan sekali lagi kedua bocah itu mengangguk membenarkan.
"sebenarnya apa masalah kalian bertiga kenapa setiap hari hanya bertengkar terus kerjaannya?"
"Itu noona yang mulai duluan ayah bukan kami."
"Benarkah?"
"Ya! Noona mengecat rambut coklat monggu menjadi wana pelangi. Jadi kami berniat balas dendam." Papar Taeoh.
"Benarkah noona dulu?"
Taejun dan Taeoh saling berpandangan sebelum Taejun memutuskan lirikan mata itu. Taejun menghela nafas.
"Oke oke oke, ayah menang. Sebenarnya memang kami yang menjahili noona. Sebenarnya kami tidak bermaksud menjahili hanya saja noona salah paham." Aku taejun.
"Salah paham bagaimana?"
"Ya salah paham jika kami merusak make upnya. Padahal kami hanya tidak sengaja menjatuhkan cat kukunya lalu tutupnya terbuka dan yach.. make up noona tercampur dengan cat kuku."
Jongin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kedua anaknya tersenyum lebar kearahnya tanpa dosa. Ohhh benar-benar kembar ini menguras emosi Jongin kadang-kadang.
Jongin sudah hendak kembali membuka mulut untuk menambah hukuman keduanya, namun perkataan Jongin berhenti ketika mendengar suara dari luar yang langsung disambut antusias oleh si kembar.
"Jongin~ Taeoh~ Taejun~ cepat keluar, makan malam sudah siap!"
"Yeyyyy~ hukuman kita selesai." Pekik Taeoh semangat. Bocah itu langsung berdiri lalu membantu saudara kembarnya yang kesulitan untuk bangkit.
"Ohhh aku benar-benar lapar. Oh ya, berhubung hukumannya sudah selesai aku dan Taeoh pergi dulu ayah. Annyeong~"
"Annyeong ayah~ sampai jumpa dimeja makan." Kedua bocah itu melambai sembari berlalu dengan cepat dari hadapan Jongin yang memijit kepalanya karena pening.
"Ahhhh~ aku benar-benar akan terkena darah tinggi jika begini setiap hari." Keluh Jongin.
.
.
"Ibu~" teriak si kembar kearah ibunya yang sedang menata makanan diatas meja. Kedua bocah itu lalu memeluk pinggang ibunya membuat sang ibu tersenyum.
"Bagaimana hukumana kalian apa sudah selesai?" tanya ibu si kembar –Kyungsoo.
Si kembar mengangguk namun tidak melepaskan pelukannya. Taejun mendongak kearah ibunya, "Ibu tau, tanganku benar-benar sakit karena terlalu lama diangkat." Dan hal itu diangguki oleh Taeoh.
Kyungsoo tertawa kecil sebelum mencolek hidung mungil si kembar secara bergantian.
"Makanya, sudah berkali-kali ibu bilang jangan jahil. Begini kan kalau kalian tidak mau mendengar ibu."
"Tapi kami tidak bermaksud menjahili ayah bu~" ujar Taeoh. "Kami ingin balas dendam dengan si nenek lampir itu karena dengan teganya mewarnai pelangi bulu monggu."
Kyungsoo menggeleng pelan. "Hei, apapun itu kalian tetap yang salah. Kalian yang terlebih dahulu membuat kesalahan."
"Tapi bu_"
"Haishh sudah-sudah, berhenti bicaranya sekarang ayo segera duduk dikursi masing-masing sebelum ayah datang dan menghukum kalian lagi." dan si kembar buru-buru untuk pergi kearah kursi yang biasa mereka gunakan untuk makan malam.
Beberapa menit kemudian meja makan itu sudah penuh dengan penghuninya dikursi masing-masing. Taerin datang paling akhir karena gadis itu baru selesai mandi. Dia baru pulang dari sekolah ternyata.
Makan malam keluarga kecil itu dimulai dengan Taeoh yang memimpin doa. Kyungsoo dan Jongin memang mengajarkan ketiga buah hatinya untuk selalu berdoa terlebih dahulu sebelum makan. Menyukuri nikmat yang Tuhan berikan sehingga mereka bisa makan yang layak serta berkumpul bersama. Apalagi hari ini giliran Taeoh yang memimpin. Lelaki kecil itu bahkan terlihat antusias dikursinya saat memanjatkan doa.
Setelah terdengar suara Amin. Keluarga kecil itu memulai makan malamnya yang diawali dengan Jongin yang diambilkan nasi terlebih dahulu, lalu Taerin, Taeoh, Taejun dan terakhir Kyungsoo.
Makan malam itu terbilang cukup hikmat karena tak biasanya si kembar tak mengacau. Mereka berdua hanya menikmati makanan dengan lahap tanpa mengatakan apapun. mungkin keduanya lapar karena hukuman yang diberikan Jongin.
Sampai suasana hening itu berubah saat taerin membuka suara.
"Kenapa ayah mengambil sayur dari piring ibu? Apa ibu sedang hamil lagi?" tanya Taerin dengan penuh selidik.
Sondak tertanyaan Taerin itu langsung mengundang seluruh atensi seluruh pasang mata kearah Jongin dan Kyungsoo. Si kembar bahkan melupakan makanannya dan hanya menatap bertanya kearah orangtuanya. Sedang Jongin sendiri menghentikan kegiatannya memindahkan sayur istrinya kepiringnya.
Lalu sang kepala keluarga berdehem untuk mencairkan suasana.
"Ehmm, sekarang kita lanjutkan makan malamnya. Masalah tadi kita bahas setelah selesai makan."
Jongin sudah hendak menyuapkan nasinya kembali namun urung ketika anak pertamanya tetap meminta penjelasan yang juga didukung oleh si kembar.
"Tidak, aku tidak akan makan sebelum ayah berbicara sejujurnya." Ancam Taerin. Disini Taerin sedikit curiga karena sudah satu minggu ini ayah dan ibunya selalu melakukan hal tersebut. Sedikit mengorek beberapa tahun lalu saat hamil si kembar ayah dan ibunya selalu makan seperti itu. Aneh karena ibunya tidak mau makan sayur tapi suka mengambil sayur sedang ayahnya menyukai sayur tapi enggan mengambilnya sendiri dan lebih suka mengambilnya dari piring ibunya. Taerin masih ingat karena dia memiliki ingatan yang tajam.
Jongin menghela nafas. Ditaruhnya sendok dan garpunya kembali kepiring. Lelaki itu kemudian melipat tangan kearah meja memandang kearah anak-anaknya.
"Ya, yang dikatakan Taerin –noona kalian benar. Ibu memang sedang mengandung lagi sekarang. Sebenarnya ini kejutan tapi ternyata Taerin sudah menduganya, jadi... yah kalian akan punya adik baru lagi sebentar lagi." ucap Jongin menegaskan.
Dan ternyata reaksi yang diterima dari anak-anaknya cukup baik. Mereka berteriak girang akan memiliki adik baru. Kyungsoo dan Jongin mau tidak mau juga ikut tersenyum melihat anak-anaknya yang terlihat antusias.
Namun sepertinya kesenangan si kembar hanya seketika karena setelah mendengar kakaknya kembali berbicara keduanya langsung bungkam.
"Taeoh-ya, Taejun-ah.. lihat ayah dan ibu akan memiliki bayi lagi, kalian tidak akan disayang lagi setelah ini oleh ayah dan ibu. Ayah dan ibu hanya akan sayang kepada adik bayi. Rasakan kalian akan sendirian dan tidak diurus." Panas-panas Taerin.
Kyungsoo yang mendengar ucapan anaknya seketika membolakan matanya.
"Taerin! Apa yang kau ucapkan!" pekik Kyungsoo.
Kyungsoo sudah beralih ke sikembar, "Sayang dengarkan ib_"
"Ibu apa benar yang dikatakan oleh noona?"
Kyungsoo menggeleng, wanita itu mendekati kedua anak lelakinya yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Kyungsoo sudah akan menangkum wajah mereka, namun si kembar mundur. Bermaksud menghindar.
"Ayah ibu, aku selesai makannya. Selamat malam." Pamit Taeoh.
"Aku juga, selamat malam." Sekarang giliran Taejun yang pergi dari sana mengikuti kembarannya kearah kamar mereka.
Kyungsoo menatap sendu kearah dua bahu kecil yang perlahan mulai menjauh. Sungguh dia tidak tega melihat kedua buah hatinya itu merasa sakit seperti itu. Namun pandangan sendu Kyungsoo berubah menajam kearah Taerin. Membuat gadis itu bergidik sendiri melihat mata ibunya.
"A-apa? A-aku hanya bercanda bu. Aku hanya ingin menggoda mereka." Ucap Taerin terbata-bata. Namun bukannya menjawab atau apa Kyungsoo tetap diam dan hanya memandang kearah Taerin.
"Oke-oke aku minta maaf."
"Tetap saja Taerin-ah, kau tidak boleh begitu. Apa ibu dan ayah pernah membeda-bedakan antara kau dan adikmu?" taerin menunduk lalu gadis itu menggeleng pelan.
"lalu kenapa kau berkata seperti itu kepada adik-adik mu?"
"Bu~ aku hanya bercanda. Aku hanya ingin menggoda mereka saja."
Kyungsoo mendesah frustasi karena kejahilan Taerin. Anaknya ini sudah berumur 19 tahun bahkan sudah berada ditingkat angkir sekolah menengah atas. Namun kenapa kelakuannya tetap seperti bocah yang suka menggoda adik-adiknya yang masih berusia 4 tahun? Benar-benar sebenarnya anak perempuannya itu berusia berapa?
Kyungsoo melirik kearah Jongin. jongin yang mengerti mengangguk lalu berdiri. Lelaki itu mendekat kearah Kyungsoo sebelum mengecup kening istrinya.
"Temui mereka, jelaskan yang sebenarnya kau pasti bisa." Kyungsoo mengangguk dan tersenyum kecil kearah Jongin dan Jongin sendiri juga ikut tersenyum ketika melihat istrinya tersenyum.
Tapi lagi-lagi senyuman itu berubah ketika melihat kearah Taerin. Taerin bahkan sudah memiliki firasat buruk setelah ini jika melihat ayahnya menatap seperti itu kearahnya. Di sudah hendak pamit pergi namun ucapannya didahului lebih dulu oleh ayahnya.
"Taerin ikut ayah sekarang." Taerin mendengus, gadis itu sudah hendak protes namun batal ketika melihat ayahnya semakin menatapnya tajam.
"Sekarang tanpa ada penolakan."
Dan apa yang bisa Taerin lakukan selain ikut mengekor dibelakang ayahnya.
.
.
Kyungsoo membuka pintu kamar para jagoannya. Wanita yang tengah hamil muda itu melihat gumpalan ditengah ranjang besar yang tertutup selimut. Dia bisa memastikan bahwa itu adalah putra kembarnya.
Setelah menutup pintu kamarnya, Kyungsoo berjalan mendekat kearah si kembar. Didudukkannya tubuhnya dipinggir kasur. Tangannya menjulur mengusap-usap bahu putranya.
"Sayang ayo bicara dengan ibu," rayu Kyungsoo dengan suara selembut-lembutnya.
Namun sepertinya si kembar tetap tidak tergoda dengan suara lembut Kyungsoo, terbukti dari mereka yang hanya diam tak menjawab ataupun menggerakkan badannya untuk merespon ibunya.
Kyungsoo yang melihat itu hanya bisa menghela nafas sedih.
"Kalian benar-benar marah dengan ibu? Kalian tega membuat ibu bersedih?" dan berhasil. Ternyata ucapan Kyungsoo yang disedih-sedihkan membuahkan hasil dari sikembar yang mulai menyingkap selimutnya dan duduk berhadapan dengan ibu mereka. Kyungsoo refleks tersenyum melihat putra kembarnya.
"Ibu tidak boleh sedih~" ucap yang paling muda.
Kyungsoo menggeleng, "Ibu tidak akan sedih jika kalian ada disamping ibu. Jadi kemari peluk ibu sekarang." Dengan ragu si kembar mendekat dan memeluk ibunya. Kyungsoo mengecupi pucuk kepala dua buah hatinya.
"Hei maafkan perkataan noona ya?" ucap Kyungsoo ketika si kembar melepas pelukannya. Ekspresi si kembar yang tadinya sudah biasa kini kembali menegang ketika mengingat apa yang dikatakan noona mereka tadi di meja makan.
"Apa yang tadi noona katakan benar bu?"
"Tidak sayang, noona hanya bercanda. Dia tidak benar-benar mengatakannya."
"Benarkah?" kini giliran Taejun yang bertanya.
Kyungsoo dengan yakin menganggukan kepalanya.
"tentu. Memang kalian pernah melihat ibu dan ayah membeda-bedakan kasih sayang antara kalian dengan noona?" si kembar menggeleng dengan kompak.
"Nah, kalian sudah tau kan. Lantas kenapa harus percaya dengan ucapan noona kalian?"
"kami hanya takut bu," ucap Taeoh. "Iya, teman-teman kami juga bilang jika ibu mereka menjadi lebih sayang kepada adiknya dan mengabaikan mereka." Tambah Taejun.
Kyungsoo memeluk tubuh kedua putranya. "Hey dengarkan ibu. Itu ibu mereka bukan ibu. Jadi jangan disamakan dengan ibu teman kalian. Mau sebanyak apapun adik kalian nanti tetap saja kalian tetap anak kesayang ibu. Jadi jangan difikirkan lagi oke?"
Si kembar mengangguk dan semakin memeluk ibunya, "Maafkan kami bu tadi tidak sopan."
"Tidak apa-apa sayang. Sudah jangan difikirkan."
Ketiga orang itu menikmati waktu mereka dengan sebaik-baiknya. Mereka diam dan hanya saling berpelukan. Sampai si kembar yang paling tua bertanya.
"Ibu, apa noona mendapat hukuman?" tanya Taeoh mendongak kearah ibunya.
"tentu, noona kalian mendapat hukuman dari ayah."
"Hukuman apa bu? Apa? Apa? Apa?" kini ganti Taejun yang bertanya dengan antusiasnya.
Kyungsoo sedikit berfikir, sebelum menggeleng tidak tahu.
"Entah ibu juga tidak tau." Terdengar suara desahan tak puas dari sikembar membuat Kyungsoo menggelengkan kepalanya. Anak kembarnya itu benar-benar suka jika melihat kakaknya terkena hukuman.
"Yang pasti hukumannya setimpal dengan kesalahannya. Sudah-sudah, sekarang tidur. Malam ini ibu akan tidur dengan kalian."
Dan ucapan Kyungsoo itu disambut bahagia oleh si kembar. Mereka bahkan langsung mencari posisi yang nyaman untuk tidur sembari memeluk ibu mereka. Dan tak beberapa lama, mereka sudah terbang kealam mimpi masing-masing.
.
.
Sementara itu diruang kerja Jongin...
.
.
"Ayahhh~ sudah~ tanganku lelah sungguh." Rengek Taerin untuk kesekian kalinya. Namun bukannya mengakhiri hukumannya ayahnya malah menggeleng dengan mata yang fokus dengan laporan dimejanya.
"Tidak, salah siapa kau berbicara sembarang dan membuat adikmu salah paham." Ucap Jongin datar.
"Tapi aku kan hanya bercanda ayah, lagi pula aku sudah minta maafkan."
"Tetap saja, meski kau sudah minta maaf kau tetap harus menjalani hukumannya."
Taerin mendengus, melihat ayahnya yang tetap mengotot dengan pendiriannya.
"tapi ini sudah lebih dari setengah jam ayah~"
"Adikmu tadi bahkan lebih lama darimu. Sudah diam, nikmati hukumanmu atau ayah akan menambah hukumanmu." Putus Jongin.
Sedang Taerin yang menggerutu tetap mengikuti perintah ayahnya. Gadis itu bahkan mengangkat tangannya lebih tinggi agar hukumannya segera berakhir. Padahal tangan dan lengannya sudah kram sedari tadi.
"kau jahat ayah, aku membencimu."
"Ayah tau ayah baik, dan ayah juga mencintaimu sayang."
Dan sekali lagi Taerin menggerutu karena ayahnya yang selalu membalas ucapannya dengan santai padahal dia sedang berapi-api.
Hahhh~ nasip menjadi anak pertama...
.
.
.
FIX END
.
.
.
Annyeong~
Hahhhh, baby vee balik nih sesuai reques kalian yang katanya ff ini kurang panjang. Baby vee juga ngerasa gak srek sama ending kemarin jadi baby vee memutuskan buat bonus chapter deh dan maaf kalo bonusnya aneh XD
Yang tanya mana Jongin nohhh baby vee kasih Jongin banyak. Si item demennya ngehukum anaknya hmmm...
Baby vee Cuma mau terima kasih sekali lagi buat yang udah review kemarin, dan baby vee ngehargai review kalian. Sekalian minal aidin wal faidin ya gaes...
Terus numpang promosi, baby vee punya ff baru, bisa dicek di story baby vee. Agak sepi gitu jadi kurang greget baby vee nya. Terus lagi yang baca die for you dan tanya kapan up, entar ya tunggu kelar. Puasa baby vee mager banget nulis, hobynya tidur muluk. Jadi ff baby vee Cuma kekerjain setengah-setengah doang hehhh...
Udah ah ngomongnya capek juga ngetik banyak-banyak. Baby vee Cuma mau bilang, tingkyu dear :* see you next ff, love youuu :*
