Page 2 A. [B]irthday

Prev Chapter.

.

.

.

.

.

.

.

.

'Kring—' dering bell tanda seseorang masuk mengetarkan gendang telinga Jungkook yang kala itu sedang melamun. Otomatis ia membungkukkan badannya samar untuk menyambut kedatangan pelanggan.

"Selamat—"

... Taehyung ?

— —

Kedua bola mata Jungkook melebar saat mendapati seseorang yang tak asing lagi diingatannya. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menyambut kedatangan orang itu dengan pelukan hangat penuh kerinduan yang memilukan.

"Hiks.. Aku, aku, aku rindu Taehyungie-hyung." air mata sendu pecah begitu saja mencium wangi aftershave dari parfum khas milik pemuda yang Jungkook namai 'Taehyung.' Kedua tangannya memeluk raga itu erat seolah tidak ingin barang satu detik tak disentuh. Seakan-akan objek 'nyata' itu akan pudar menghilang lagi jika Jungkook lepaskan.

Sedang lelaki yang dipeluk hanya terdiam sesaat. Mencoba mencerna apa yang terjadi. Tercetus di benak menanyakan siapa pria manis yang sedang memeluknya.

"Sebentar, anda siapa dan—siapa itu Taehyungie-hyung?

Ples.

Percikan api berhasil meruntuhkan bahagia dari Jungkook. Air mata makin menetes jelas. Tega sekali Taehyung bertanya pertanyaan tidak logis semacam itu?

Apa ia lupa ingatan?

Apa ia salah makan?

Untuk memastikan tidak salah orang, Jungkook mendongak, memandang wajah yang benar-benar tecetak mirip dengan pujaan hatinya. Lupakan mirip, bahkan di depannya disuguhkan wajah Taehyung. Semua terlihat nyata dan benar.

Flashback.

"Hyung, ini di mana? Gelap sekali ...," racau yang lebih muda di belakang Taehyung.

"Aku sengaja memilih tempat ini sebagai tempat bermain kita. Kau tahu, tempat yang ramai tidak akan membuat permainannya bereaksi."

"Hyung, apa kau yakin? Aku takut," cicit Jungkook ketakutan. Keringat dingin turun membasahi pelipis mulus pemuda Jeon.

"Tenang saja, kan ada aku." Jungkook merasakan jika jarinya digenggam erat oleh sosok pria yang telah lama ia sayangi dengan status bukan siapa-siapa.

Mereka berdua berhenti di depan kawasan sepi, atau yang lebih tepat lapangan belakang laboratorium fisika di sekolah mereka. Suasana disana sungguh gelap dan mencekam. Manalagi hawa dingin yang menyentuh kulit membuat Jungkook bergidik ngeri. Entahlah jika itu pemuda gila seperti Kim Taehyung. Setelah itu, Taehyung duduk dan menepuk sisi kosong di depannya, memberi kode kepada Jungkook untuk duduk di sisi itu. Menurut, Jungkook mendudukkan dirinya tepat di depan pemuda Kim.

"Jadi aku namai permainan ini sebagai, 'Living Soul.' Kau tau kan arti secara harfiahnya?"Jungkook meneguk ludah dalam-dalam lalu mengangguk.

"Syarat umumnya, kita harus melakukannya dengan kekasih. Lalu berciuman,"

"T-tapi hyung.. Kita kan bukan sepasang kekasih ...," Pipi pemuda Jeon memerah samar.Taehyung tersenyum manis.

"Maka dari itu..., Jungkook. Kau tahu kan aku sudah lama mengekspresikan rasaku terhadapmu. Jadi hmm.. M-mau tidak jadi pacarku?"

DI KONDISI SEMACAM INI?!

Jungkook menjerit-jerit dalam hati. Kenapa Taehyung malah memilih waktu yang mengerikan seperti ini? Acara menembak macam apa ini?

"Hyung.. Kau serius? Di saat saat seperti ini—?"

Cup. Satu kecupan meluncur diatas bibir plum kenyal milik pria kelahiran 1997. Cengiran terulas diatas bibir pria bermarga Kim.

"Aku sangat-sangat serius. Aku harap kecupan tadi dapat menjawab pertanyaan linglungmu."

Sontak rona merah menyembur disegala sisi pipi gembil Jungkook. Ia tersipu malu, malu sekali mendengar pertanyaan semacam itu. Namun, seperti malu-malu kucing, akhirnya mengangguk juga.

"Yes!" Pekik Taehyung senang mendapat jawaban sesuai ekspetasi. Beberapa saat lalu ia begitu frustasi memikirkan jawaban apa yang akan ia terima nantinya.

"Baiklah, akan kita mulai, pertama, akan aku bacakan resikonya." pemuda Kim menelan serak dalam tenggorokan untuk menloskan suara.

"Jadi ...,"

Flashback End.

Lelaki yang dituduh bernama Taehyung itu melongo, sempat bingung beberapa saat atas aksi mengangetkan dari Jungkook yang bernotabene orang asing.

"Hey, ayolah—aku tidak sedang berulang tahun. Keluar siapapun yang membuat ide gila ini." Titah sang teruna tinggi. Nihil, tidak ada respon apapun kecuali Yoongi yang kala itu sedang mengelapi kaca.

Suara serak tangisan itu berhenti, tangan Jungkook terulur mengelusi pipi tirus pemuda yang berada dalam pelukan. "Hyung, jangan tinggalkan aku lagi. Disini saja, jangan pergi lagi. Aku rindu hyung ...,"

'Manis juga.' Batin pemuda bermuka Taehyung tersebut.

"Memang dirimu akan bayar berapa jika aku tidak pergi meninggalkanmu, manis?" Nada konyol dipadu dengan godaan bercampur satu dalam suara husky sang pria.

"Apapun, berapapun, aku tidak peduli, asal hyung disini." Jawab Jungkook tegas.

"Bagus, berikan tubuhmu padaku nanti malam. Bagaimana?"

Deg. Degup jantung Jungkook seakan melambat. Desiran darah seolah berhenti.

"Ugh, a-apapun itu..., asal itu Hyung... A-akan kuturuti ...," Jawab Jungkook takut-takut diiringi ketidak percayaan diri.

Senyum puas tergambar di raut muka lelaki muda bergaya trendy itu. "Ngomong-ngomong, panggil aku V saja, jangan Taehyung. Ini kartu namaku," teruna bernama V itu memberikan secarik kertas.

"Jika kau butuh sesuatu, hubungi saja aku,"

"Jadi hyung bukan Taehyung—?" Jungkook spontan menanyai hal yang sepertinya serius.

V menggeleng, "Bukan, aku Kim Taekwon. Namun, namaku dalam dunia malam ya itu, V."

Kedua bola mata Jungkook makin membulat. Dunianya seakan terpecah belah. Otak jenius pemuda 1997 itu terpaksa harus berpikir keras kenapa Taehyung menjadi Taekwon dengan nama V. Ada yang salah dengan dunia ini.

Pusing.

Bahkan lebih bodohnya lagi, ia menyetujui tawaran pria hidung belang itu seolah-olah tidak akan terjadi apapun. Padahal ia telah berjanji tidak akan melakukan hal-hal gila selain dengan Taehyung.

Jungkook menggeleng ketakutan menolak kartu nama itu, "Mian, bisa aku tarik kata-kata yang tadi?" Tanya Jungkook ketakutan.

Sebelah alis V terangkat. "Hmm? Kenapa? Tidak ingin menikmati wajah dari 'Taehyung'-mu itu, hm?" Lawan bicara Jeon mendekatkan mukanya memandang pahatan seni manis itu lekat.

Jungkook menggeleng samar. "T-tapi Tae-hyung melarangku bermain dengan orang lain ...," semu merah terlukis remang-remang diatas pipi gembil sang puan.

Terlalu lama, V langsung menyambar bahu Jungkook dan membawanya keluar minimarket.

"Yoongi-hyung, jaga toko. Aku akan bermain-main sebentar." Yang diberi amanat hanya mengangguk samar tanpa membantah. Senyum puas terlukis.

"V-hyung—kau mau bawa aku kemana?! Lepas!" Serasa diculik ketika V menggendong tubuh, ehemmontokehem itu penuh wibawa seakan membawa emas. Namun, Jungkook terus saja memberontak dan berteriak-teriak hingga membuat khalayak sekitar melempar atensi ke arah mereka.

"Ck, berisik." V langsung melempar tubuh itu kedalam jok mobil di samping tempat supir. Tidak membeli celah untuk kabur, pria bermarga Kim tadi langsung masuk dan menyalakan mesin.

Jungkook ketakutan, ia seperti sedang diculik dan akan dijadikan budak seks. "Kumohon hyung ..., aku ingin pulang—"

Cklek cklek cklek cklek.

Tangan itu kasar membuka knop mobil berulang kali berharap secara ajaib pintu itu terbuka. Derai air mata mewarnai aksi kabur tak berbuah manis itu. "Tidak perlu takut, aku cuma ingin menagih janji saja. Setelah itu terserah dirimu mau bagaimana." Ucap V mulai frustasi dengan keadaan. Jungkook yang ketakutan membuat dirinya semakin enggan untuk bermain diatas ranjang meski sekedar foreplay.

Jungkook diam, ia tak lagi bergeming selain memainkan kedua jari jempolnya sambil menunggu datangnya keajaiban hingga tanpa disadari, ia tak sadarkan diri; tidur.

— —

Kamar hotel bintang 5 terpesan. Jungkook yang kaya itu dibuat tidak sadar, hanya terdiam diatas gendongan V. "Dururudu~" senandung ria berkumandang riang mengisi ruangan glamor bak konglomerat.

Pelan-pelan V menurunkan kelinci manis yang terkulai lemas ke atas ranjang super empuk itu. Pemuda bernama Taekwon tersebut tidak ingin buru-buru melucuti busana Jungkook, takutnya malah membuatnya trauma atau semacamnya.

Beberapa jam kemudian.

Malam, hawa dingin menusuk kulit pemuda Jeon saat samar-samar matanya terbuka karena sinar lampu yang terang. Napas teralun lembut seakan badan terasa segar kembali.

"Dimana aku ...," tanyanya linglung sembari matanya berpendar mencari tanda-tanda untuk dikenal.

"Kau di kamar hotel," jawab seseorang parau dari arah tenggara. Ternyata itu V yang baru saja selesai menunaikan mandi.

Mendengar jawaban semacam itu, Jungkook segera mengecek pakaian yang dikenakannya. Aman, tidak ada yang berubah. Ia menghela napas lega.

"Tenang saja, aku tidak akan melakukan itu sebelum dirimu tersadar," lantas senyum penuh makna terulas picik di atas roman muka V. Jungkook mulai waspada dengan keadaan sekitar. Gerak-gerik yang diciptakan lelaki itu semakin kentara. Pemuda Jeon meringkuk ketakutan.

"Jungkook-ah," panggilan manis baru saja menggetarkan gendang suara Jungkook.

Ini panggilan dari Taehyung.

Hanya Taehyung yang memanggilnya seperti ini.

Lalu gurauan apa itu 'Taekwon' ?

TBC.

ini Vkook btw. Bukan Taekook. Jadi yang mendominasi V JK /bdmt. Next chapter semi BDSM kayanya Wkwk. Oke review? And thankyou for the previous review