Saga of The Fallen Heroes
Presented by Celestial Flowers
Disclaimer : ©Masashi Kishimoto & Ichie Ishibumi
Warning : Very-Extream Godlike! Naru, RinneShariTenseigan! Naru, OC, OOC, Typo, Mainstream!, dll
Pair : Naruto x Rias x *****
Wow, saya tidak menyangka akan mendapatkan review serta fav/foll sebanyak ini untuk fic yang terbilang mainstream seperti buatan saya!
Terimakasih untuk support yang kalian berikan kepada author yang masih newbie ini (T_T) itu benar-benar membakar semangat saya untuk membuat fic ini lebih ditingkatkan kedepannya lagi.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada para reader yang telah menyumbang kritik, saran, serta support di kolom review!
Update lama? Maaf, saya sebisa mungkin ingin membuat fic ini Anti-Mainstream. Jadi mikirnya rada lama.
Saga of The Fallen Heroes
Di tempat yang hanya dapat digambarkan dengan kata 'hampa', seorang gadis berambut pirang pucat sedang terduduk di sebuah kursi goyang yang elegan. Dengan pakaian ala miko yang membalut tubuhnya, serta jari-jari lentik yang sibuk berkutat bersama pena, dia menulis sesuatu diatas buku kosong bersampul tebal dan berwarna hijau yang saat ini berada dalam pangkuan.
Bola mata violet miliknya hanya terfokus kepada satu penjuru, yakni bukunya. Sesekali dia menggoyangkan kursi tersebut untuk membuat ototnya rileks.
Dia tersenyum dengan tulus ketika tangannya menuliskan sebuah nama yang menjadi tokoh utama dari cerita yang dibuat. Gadis cantik itu juga terkekeh ketika menuliskan bagaimana berontaknya sang tokoh utama ketika awal kisahnya dimulai, juga betapa kacaunya dia saat merasa dipermainkan oleh takdir.
Semua kegiatan yang dia lakukan berhenti ketika sebuah layar monitor muncul begitu saja dari ketiadaan, dan tepat berada didepan pandangan.
Dengan lembut dia tutup buku yang belum selesai ia tamatkan, lalu dipeluknya dengan penuh kasih sayang untuk selanjutnya diletakkan diatas pangkuan. Kali ini matanya berfokus kepada layar monitor, dengan tangan seputih porselen yang tak henti-hentinya memberikan belian penuh kasih sayang pada sebuah buku yang dia beri judul…
'Saga of The Fallen Heroes.'
Saga of The Fallen Heroes
Gelap. Tanpa setitikpun cahaya yang menyelinap kedalam sepasang lubang kosong yang beberapa saat lalu terdapat sepasang bola safir didalam sana.
Terbatas. Tidak sedikitpun tubuhnya diberi kelonggaran untuk bergerak barang hanya satu centi oleh dua ribu lingkaran sihir yang mengikat raga.
Gembira. Karena sebentar lagi ajang penentuan antara Pencipta dan anak Adam akan segera dilaksanakan di tengah sebuah lapangan.
Klek
Krieekkk…
Pintu dari ruang berdinding besi yang dihuni Naruto dilepaskan gemboknya dan menimbulkan bunyi decitan yang tak mengenakkan di telinga saat dibuka.
Tap
Tap
Selanjutnya suara langkah kaki yang dia dengar, suara dari dua pasang kaki yang berbeda satu sama lain. Tak perlu mendengarnya dengan jeli, dia sudah tahu akan kedatangan sepasang penjaga tersebut puluhan detik yang lalu, ketika mereka masih puluhan meter jauhnya.
Grep
"Cepat jalan!"
Tanpa memprotes perlakuan kasar dari kedua penjaga tersebut yang menarik sebuah rantai yang mengikat lehernya bagai seekor anjing peliharaan, dia mengikuti apa yang mereka inginkan, bangun dari posisinya dan berjalan setelah dilepaskan beberapa lingkaran sihir yang membatasi pergerakan.
Tap
Langkah pertama dia berjalan, yang kemudian disusul oleh langkah-langkah lainnya dengan tempat tujuan yang telah ditentukan. Kedua penjaga tersebut hanya menutup ruang seluas tiga meter persegi tersebut tanpa menguncinya dan terus memaksanya untuk melangkah ke depan, sesekali dengan memukulkan sisi tumpul tombak yang mereka punya.
Dalam perjalanan yang hanya diisi oleh keheningan, suara sorak-sorai dari puluhan ribu Iblis mulai terdengar samar-samar di telinga setelah beberapa belas menit kaki dipaksa melakukan pergerakan ke depan.
Suara tersebut mencapai puncaknya ketika si kuning telah keluar dari sebuah lorong dan sudah sampai di sebuah lapangan yang lebih mirip dengan koloseum yang dulu kota Roma agungkan.
"Mati sana, brengsek!"
"Kau tidak pantas untuk hidup!"
"Dasar monster!"
Dan berbagai hujatan lainnya turun sederas air hujan. Beberapa benda padat seperti batu dan botol kaca mulai berterbangan menuju kearahnya, beberapa bahkan mengenainya dengan telak di bagian kepala. Para penjaga yang bertugas untuk mengamankan jalannya acara tak sedikitpun memberi belas kasihan kepada sang terpidana, barang hanya untuk menghentikan amukan dari puluhan ribu Iblis yang datang ataupun melindunginya dengan sebuah lingkaran sihir pertahanan.
Duagh!
Pyar!
Sebuah botol kaca berhasil menghantam kepalanya telak dan ratusan pecahannya melayang-layang di udara, beberapa diantaranya bertengger manis dalam kulit, pelipisnya berdarah. Kedua penjaga dibelakangnya sibuk melindungi diri masing-masing menggunakan sebuah lingkaran sihir untuk perisai, tanpa sedikitpun memikirkan sang terpidana.
Tap
Langkahnya berhenti sejenak ketika beberapa anak tangga dari kayu berada dihadapan, namun segera setelahnya kembali bergerak menaiki mereka, satu demi satu. Sorak-sorai dari puluhan ribu Iblis yang mengitari dirinya semakin terdengar meriah begitu sebuah tirai merah ditarik dan menampakkan sebuah salib setinggi dua meter.
Tubuhnya diangkat oleh kedua penjaga yang sepertinya juga merangkap sebagai algojo ini. Mengikat kaki dan tangannya untuk membentuk salib sempurna setelah melepaskan ratusan lingkaran sihir yang sekiranya membatasi pergerakan.
'Jadi, inilah akhirnya,' batinnya sembari menikmati meriahnya sorak-sorai dan hujatan yang tertuju padanya. Telinganya menangkap bunyi dari sebuah benda tajam yang sedang diasah, sepertinya tombak.
"Wahai, saudaraku!"
Suara orang itu berhasil membuat semua hadirin senyap, itu adalah suara dari Pemandu Acara yang saat ini sedang menggunakan pengeras suara. Naruto ikut terdiam mendengarkan, jika dipikir-pikir, kemarin kejadiannya begitu cepat dan tanpa sedikitpun diawali dengan dialog interaksi dengan para Maou, hanya bak-bik-buk saja.
"Pada hari ini, kita akan menumpahkan semua kekesalan kita terhadap satu orang…"
"Bunuh saja manusia rendahan itu!"
"Cepatlah mulai eksekusinya!"
"Penggal si keparat itu!"
Sang Pemandu hanya memasang senyum miring mendengar antusiasme kaumnya, lalu kembali melanjutkan.
"Dia adalah seseorang yang berada di tiang salib!"
Semuanya semakin riuh dan sorakan untuk cepat-cepat mengakhiri hidup Naruto.
"Tanpa banyak lagi kata yang perlu saya utarakan, kita mulai acaranya."
"YAA! CEPAT MULAI!"
"MATI KAU BAJINGAN!"
"Algojo… lakukan tugas kalian."
Semuanya mendadak begitu senyap, ribuan pasang mata hanya tertuju pada sebuah podium dari kayu yang diatasnya berdiri salib kokoh setinggi dua meter.
Tap
Tap
Tap
Bahkan langkah kaki dari algojo yang saat ini sedang memegang erat tombaknya terdengar begitu keras. Sang eksekutor menggunakan armor full-plate, hingga tak tampak sedikitpun kulitnya karena terlindung oleh baju baja serta kepala yang memakai helm dan semuanya berwarna hitam tanpa corak ataupun pola.
Sang penjagal sudah sampai di depan tubuh tersalib Naruto, tombak diarahkan tepat kearah si kuning. Semua penonton menahan nafas mereka, tanpa sedikitpun membuang waktu untuk berkedip demi menyaksikan peristiwa berdarah ini.
Jleb!
Crash!
"Argh!"
Baja hitam yang terdapat diujung tombak itu bersarang di perut pemuda itu. Darah manusia mulai membasahi podium kayu tersebut. Tanpa belas kasihan, iblis penjagal tersebut juga memutar-mutarkan tombaknya, hingga ujung tajam tombak itu mengaduk-aduk perut Naruto.
"AAAAARRGHHHHH!"
Sang terdakwa menjerit pilu hingga mampu membuat tuli algojo, namun teriakan itu diabaikan dan terus saja sang iblis mengaduk-aduk usus dan jeroan Naruto menggunakan tombaknya dengan sadisnya. Bahkan iblis tersebut tertawa-tawa layaknya psikopat, tawa gila yang sama seperti milik Naruto, tawa haus darah dan kegilaan.
Crash!
Tombak itu bergerak secara horizontal dengan kejamnya, bergerak secara zig-zag hingga membuat perut Ninja itu menganga lebar dan memuntahkan berliter-liter darah serta menjatuhkan jeroan berupa usus maupun organ dalam yang hancur, semuanya berceceran di lantai merah darah, begitu kejam dan keji.
Naruto Uzumaki, sang Ninja yang sedang dieksekusi dengan brutal benar-benar berontak sekuat mungkin. Jika dia punya sepasang mata di dua lubang kosong itu, sudah pasti safir miliknya akan bergulir keatas dan hanya menunjukkan bagian putihnya karena rasa sakit yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.
"AARRGHHH! Cought!"
Pemuda itu terbatuk darah, kemudian memuntahkan cairan merah segar itu ke lantai dingin podium yang telah berceceran macam-macam organ, mulai dari ginjal hingga usus. Akhirnya tombak itu telah terpisah dari tubuhnya, setelah membuat lubang besar di perutnya, membelah perut pemuda itu secara horizontal dan berzig-zag.
Ini menyakitkan!
Algojo kini telah melempar tombak berlumuran darahnya ke sembarang arah, lalu mulai memilah-milah alat lain yang digunakan untuk memutus sambungan nyawa dari raga. Dia memang sengaja tidak mengincar titik vital seperti jantung ataupun leher dan kepala, supaya si terdakwa akan mengalami kematian karena kehabisan darah, bukan karena tertusuk kepala ataupun jantungnya. Ini adalah eksekusi kematian paling menyakitkan yang pernah dipikirkan sang algojo.
'Jika ini terus berlanjut, kau akan mati dalam beberapa puluh menit atau bahkan satu jam kedepan…'
'Diamlah! Ini bukan urusan-Mu!'
Dalam kesadaran yang berusaha dia pertahankan, pemuda sekarat itu membalas ucapan-Nya yang terus menerus berdengung di kepalanya.
Sang algojo menggenggam erat sebuah pisau karat bergerigi, matanya yang tersembunyi dibalik helm hitam itu dipastikan sedang mengecil pupilnya karena kegilaan akan darah.
Jleb!
"AAAAARRRRRRGGGGGGGGGHHHHHHHHHH!"
Pisau karatan itu mendarat di betis kaki kirinya secara horizontal, sensasi sakit dan perih yang sebelumnya tidak sedikitpun membaik justru kini bertambah puluhan kali lipat. Dengan sangat pelan, pisau itu bergerak lurus dan melingkari betis kiri Naruto.
Ini menyakitkan!
Lalu, kulit kakinya dicongkel oleh pisau karat tersebut hingga robek. Naruto berusaha untuk berteriak! Namun pita suaranya sepertinya sudah robek ataupun kering karena teriakannya yang terlewat keras.
Sekuat tenaga, kulit itu ditarik oleh sepasang tangan jahanam. Naruto dikuliti hidup-hidup. Algojo semakin menguatkan tarikannya ketika tubuh Naruto berontak dan bergerak-gerak ke segala arah seperti cacing kepanasan, dan gerakan berontak Naruto menjadi semakin parah ketika itu terjadi. Dia berontak layaknya ikan lele yang digoreng hidup-hidup!
'Misi keduamu ; Menyelamatkan diri dari eksekusi mati sadis ini, tidak ada batas waktu."
Naruto masih berontak dengan gilanya dengan mulut menganga layaknya ikan yang dikeluarkan dari air, kepalanya menggeleng-geleng kuat karena tidak kuasa menahan rasa sakit ini lebih lama.
'Jika kau menolak, kau akan kehilangan kendali atas tubuhmu, dan akan menghancurkan ibukota Iblis dengan Tombak Takdir.'
Itu tidak boleh terjadi!
'Jika itu resikonya…'
SWOOOSSHHHH!
Tubuhnya yang baru saja diguyur oleh bensin langsung terbakar hidup-hidup, namun lingkaran sihir melindungi organ dalam yang penting untuk menjaga kelangsungan hidup.
BRAK!
Helm beserta kepala algojo melesat secepat kedipan mata, dan menghantam dinding lapangan berbentuk koloseum tersebut hingga hancur dan tercecer otaknya keluar dari helm. Api yang menyelimuti tubuhnya telah padam karena tekanan chakra yang ia keluarkan.
Seharusnya, terdapat empat ratus sihir pengekang yang terpasang di salib untuk menahan pergerakan apapun yang beresiko menggagalkan proses eksekusi seperti apa yang Naruto lakukan. Namun Ninja itu rela membiarkan kulit di tangan kanannya tersobek karena berontak dari besi tersebut, hingga berhasil lepas dari jeratannya dan menampar kepala algojo hingga terlepas dari badan.
Tangan kanannya telah terlepas dari salib setelah kulit yang bersentuhan pada besi salib robek dan tertinggal disana. Rasanya sangat menyakitkan, tetapi Naruto harus menahannya supaya tidak kehilangan kesadaran dan membiarkan kutukannya kembali dan mengambilalih.
'Selanjutnya…'
Setiap pasang mata yang ada di koloseum itu tak dapat berkedip barang hanya sekali begitu melihat apa yang Naruto lakukan, bahkan banyak dari mereka yang seharusnya terbiasa dengan ini langsung muntah seketika. Pemuda itu merelakan kulit di bagian belakangnya, baik itu punggung, punggung kaki, punggung tangan, hingga tengkuk dan belakang kepala, semuanya robek dan menempel di tiang salib yang terpasang ratusan sihir pengekang. Kondisi Naruto saat ini benar-benar mendekati ajal.
Brek!
Suara dari tubuhnya yang berhasil mendarat di lantai podium dengan susah payah setelah mengorbankan kulit bagian belakang. Rambut di belakang kepala sudah hilang dan hanya menampakkan tengkorak saja, dia seharusnya sudah mati, namun chakra dan nyawa yang ada didalam tubuhnya seperti enggan untuk lepas dari raga.
Berdiri tegak menantang dalam kondisi menyedihkan dan busana yang tertanggalkan, dia langsung menyebarkan chakra dalam jumlah besar ke seluruh lapangan dan sukses membuat kegemparan masal.
'Aku tidak mungkin dapat mempertahankan kesadaranku lebih lama lagi dengan kondisi ini,' batinnya, tubuhnya mulai menunduk dan menunjukkan gestur kesakitan serta kepenatan. Dia harus secepatnya pergi dari sini dan menyelesaikan segalanya secepat mungkin.
Dia harus kabur.
Alasan mengapa Naruto harus repot-repot menyebarkan chakranya ke segala arah yakni untuk memetakan lokasi disekitarnya. Dia melakukan itu karena telah kehilangan sepasang indera penglihatan.
Chakra yang disebar disekitarnya memiliki fungsi sebagai sonar yang memetakan apapun yang berada dalam area yang diselimutinya. Chakra secara otomatis akan mendeteksi pergerakan apapun yang berada disekitar, lalu dikirimkan kepada pemiliknya. Ini sudah lebih dari cukup untuk sekedar melawan beberapa makhluk hidup dalam kondisi menyedihkannya.
Lapangan yang telah berhenti riuh kini digantikan dengan ribuan kekuatan Iblis yang berusaha menentang dominasi chakra milik Naruto, namun tidak ada satupun yang berhasil, hingga hampir semua orang telah mengepakkan sayap ataupun membuat lingkaran sihir untuk lari.
Dalam kekacauan ini, suara kaki yang menapak diatas tanah tersamarkan oleh riuhnya suara pengecut dan kepanikan, Naruto berhasil menyadari bunyi minor tersebut dengan mengandalkan indera pendengar dan chakra yang menyebar di udara.
"Sebenarnya amat sangat disayangkan jika orang sepertimu harus berakhir disini."
Itu adalah suara dari seorang pria, langkah kakinya terdengar bertubi-tubi setelah itu, dia mendekati Naruto. Pemuda kuning itu tetap membungkuk dan berusaha sekuat mungkin menahan rasa sakit.
Cairan merah yang mulai mengental terbuang percuma diatas podium dan ditemani dengan beberapa onggokan organ dalam. Melompat dari podium dan menimbulkan suara pelan, kepalanya terarah kepada sosok yang mendekat, pemuda pirang itu tak dapat mengetahui secara pasti wajah ataupun bentuk tubuhnya, namun dia cukup yakin jika orang ini memilik tinggi yang hampir sama dengannya.
"Namaku adalah Diehauser Bellial, dan aku disini akan menghakimi orang sepertimu."
Kemudian, tekanan kekuatan Iblis meledak secara gila-gilaan untuk mengimbangi dominasi chakra Naruto.
Diehauser Bellial, atau yang akrab dipanggil dengan "Kaisar" Bellial, dari ingatan yang berhasil dicuri dari Rias, orang ini adalah Juara dalam sesuatu yang disebut Rating Game dan konon nyaris tak terkalahkan. Warna mata dan surainya sama, abu-abu.
Tanpa disadari siapapun, Naruto memasang senyum kecut. Bukan karena takut dengan lawannya, melainkan kecewa dengan sesuatu yang disebut 'Takdir' yang telah membawanya kedalam masalah rumit ini setelah mengalami ketenangan di alam kematian.
SWUSH!
Sosok tersebut dalam sekejap mata telah berada didepannya dengan sebuah tendangan horizontal tersuguh untuk Naruto. Pemuda itu berhasil menghindarinya hanya dengan menundukkan badannya sedikit dan memberikan sebuah uppercut sebagai balasan, namun Diehauser dengan mudah menghindarinya dan sekejap mata muncul dibelakang Naruto.
"Cough!"
Duagh!
Blar!
Baru saja berniat untuk mengantisipasi sebuah tendangan berlapis Demonic Power, dirinya terbatuk darah dan melenyapkan kesempatan untuk menghindar, terpental hingga puluhan meter jauhnya hingga menabrak dinding koloseum.
Dia tidak akan menang dalam kondisi semacam ini.
Berpikir. Berpikir. Berpikir dan berpikir hingga otaknya berasap, dan akhirnya sebuah keputusan dibuatnya.
Bersama dengan deruan angin, Diehauser telah siap dengan sebuah tinju kekuatan penuh dan terlapisi kekuatan Iblis, mengarah tepat di kepala Naruto yang dapat dipastikan akan hancur jika terkena. Namun hal yang tidak diprediksi oleh sang "Kaisar" terjadi.
Tap!
"?!"
Tubuh yang telah kehilangan sebagian besar kulit bagian belakang tubuhnya itu menangkap tinju penuh kekuatan milik Diehauser! Tangan kiri itu hancur hingga siku karena tak dapat memasok chakra tepat waktu guna melapisinya, namun karena itu pula pukulan maut sang Juara berhasil berhenti. Pria abu-abu itu masih beku dan tenggelam dalam keterkejutannya, lalu tangan kanan yang sedang bebas itu menuju ke kepala musuh dan mencabut bola mata kirinya.
Crash!
"Aarrghhh!"
Diehauser melompat ke belakang dengan rasa sakit yang hinggap di mata, serta kebingungan bertengger di kepala. Worthlessness, kekuatan miliknya yang mampu untuk melemahkan atau menghilangkan sepenuhnya kekuatan lawan yang telah melakukan kontak fisik dengannya tak bekerja. Karenanya, dia sekarang harus berusaha mati-matian untuk melawan manusia sekarat yang kekuatannya sangat besar dengan hanya bermodal kekuatan Iblis.
Memasukkan mata abu-abu itu kedalam salah satu ruang kosong di kepalanya, penglihatan di mata kirinya kembali. Dalam ruang penglihatannya, tergambarkan dengan jelas sosok yang saat ini sedang ia lawan.
Pria itu memiliki surai abu-abu dan mengenakan pakaian aneh yang hanya membungkus bahunya saja dan mengekspos perut sixpack dan berotot miliknya. Saat ini lawannya sedang memegangi lubang mata yang telah kosong dengan raut muka kesakitan, sebelum dia akhirnya mengambil sebuah botol kecil dan meneteskan isinya ke lubang matanya. Asap putih mengepul di kepalanya dan dalam sekejap darah telah berhenti mengucur, dia telah disembuhkan walaupun kini hanya memiliki satu mata.
Keduanya saling membenturkan pandangan, meneliti gerak-gerik dan kondisi lawannya dalam diam. Di situasi ini, sepenuhnya Diehauser sadar bahwa saat ini dia sedang diuntungkan dengan kondisi fisiknya yang masih dapat dikatakan prima dan siap tempur. Berbanding terbalik dengan Naruto yang telah rapuh karena kehilangan banyak darah dan kehilangan beberapa organ tubuh, satu-satunya alasan mengapa Naruto masih sanggup berdiri walaupun telah sekarat karena chakra-nya yang membuat kesadarannya masih utuh hingga saat ini.
Dalam pertarungan selanjutnya, kecil kemungkinan Naruto bisa menang. Banyak titik tanketsu miliknya yang telah hancur dan tidak lagi berfungsi dengan baik. Namun dia masih memiliki dirinya yang lain sebagai cadangan, juga Kami-sama yang tidak akan membuatnya mati dengan mudah walau apapun yang terjadi.
"Kau petarung yang hebat," puji Diehauser, sebuah pujian tulus yang datang dari hati dan tidak sedikitpun ditumpangi oleh niat jahat. Naruto membalasnya dengan mengangkat bahu dan mengalihkan pandangan kearah lain.
"Jika kau dalam kondisi prima, aku yakin kau akan menang dengan mudah."
Diehauser kembali berujar, Naruto masih tak memberi tindakan mencurigakan yang mampu membuat lawan bersiaga.
"Terimakasih," ujar Naruto, kemudian suasana disekitarnya berubah dalam sekejap.
Kekuatan Iblis dan chakra menguar dengan dahsyat dan berusaha untuk mendominasi satu sama lain, pertarungan yang sebenarnya akan dimulai selanjutnya.
Perlahan, kulit yang robek dan koyak di bagian punggungnya mulai beregenerasi dan mulai menutup, itu juga diikuti dengan tumbuhnya organ tubuh yang telah hilang dari tempatnya, serta perut robek yang kembali menyatu. Naruto mengerahkan chakra dalam jumlah besar-besaran untuk memperbaiki tubuhnya sendiri, sebuah hal yang pastinya tidak akan dapat dilakukan oleh medic-nin manapun di dunia shinobi jika tak ada campur tangan dari Kami-sama itu sendiri. Sebenarnya akan lebih mudah untuk berganti tubuh seperti yang Orochimaru lakukan, tetapi Naruto tak memiliki pengetahuan yang cukup untuk melakukan hal semacam itu.
Diehauser masih enggan untuk menyerang lawannya yang saat ini tengah memulihkan diri dan mungkin saja dalam kondisi paling lengah. Sebagai seorang petarung sejati, dia merasa menyerang lawan yang bahkan belum memasang kuda-kuda adalah sebuah tindakan yang hanya dilakukan oleh pengecut.
Jantung sang "Kaisar" berpacu karena ketegangan yang baru kali ini dia rasakan. Saat ini, dia hanya akan mengandalkan kekuatan Iblis. Itu karena Worthlessness yang konon dapat melemahkan dan menghilangkan kekuatan khusus lawan tidak bekerja terhadap lawannya karena dia tidak sedikitpun tahu tentang kekuatan yang lawan gunakan. Alasan ini juga yang menjadi dasar mengapa Ajuka Beelzebub tidak dapat menggunakan [Kankara Formula] untuk mengambilalih serangan Naruto dengan perhitungan matematikanya. Naruto adalah makhluk yang sepenuhnya berbeda dari segala sesuatu di dunia ini, misterius dan asing.
"Terimakasih telah menunggu."
Diehauser hanya memasang senyuman simpul tanda tak keberatan, mengendikkan bahu sejenak, lalu memasang kuda-kuda terbaiknya untuk menghadapi lawan yang telah sepenuhnya beregenarasi.
Memusatkan chakra-nya ke satu-satunya mata yang ia punya, manik abu-abu itu telah berubah menjadi merah dengan pola yang indah didalamnya. Seperti yang dia duga, semua Dōjutsu dia miliki bersifat permanen dan terpatri langsung dalam jiwanya. Itu artinya tak peduli sebanyak apapun Naruto membuang matanya, dia tetap memiliki sharingan. Juga tak peduli sebanyak apapun mata yang dia buang, mereka akan kembali menjadi mata biasa ketika lepas dari tubuhnya dan tak sedikitpun memiliki keistimewaan.
Memasang pose siaga, dia menciptakan beberapa kagebunshin tanpa menggunakan handseal dan membuat dirinya tertutupi oleh asap putih sejenak. Ketika asap telah tertiup pergi oleh angin, sudah ada tiga Naruto di tempat itu dan membuat Diehauser menaikkan kewaspadaannya juga terkagum.
"Serang!"
Dengan tiap bunshin masing-masing menggenggam sebuah pedang transparan yang terbentuk dari chakra angin, kedua Naruto melesat maju dan meninggalkan yang asli di belakang.
Hindar.
Lompat.
Tangkis.
Tahan.
Diehauser tak habis pikir dengan kemampuan misterius lawannya.
'Dapat beregenerasi dan menggandakan diri, lalu apa?' tanyanya dalam hati sambil terus melakukan jual beli serangan. Tak memakan waktu yang lama bagi dirinya untuk mencurigai bahwa kedua Naruto ini palsu dan menyadari bahwa yang sedaritadi bersifat layaknya bos itu yang asli.
Brakh!
Tanah hancur karena sentakan kaki beralirkan kekuatan Iblis yang Diehauser lakukan untuk melesat dengan satu kedipan mata menuju Naruto yang asli. Dengan siku tangan kiri berada didepan wajahnya sebagai tombak serangan, secepat kilat berada didepan Naruto dan mengincar wajah pemuda itu dengan sikunya.
Brakh!
Naruto menahannya hanya dengan telapak tangan kanan yang dialiri chakra. Keduanya masih terkunci dalam posisi itu selama beberapa detik dan saling memperkuat baik serangan ataupun pertahanan yang mereka lakukan, kekuatan Iblis dan chakra kembali bentrok.
Dalam beberapa detik itulah, Genjutsu coba dilayangkan kepada sang lawan ketika mereka saling bertukar pandangan.
'Genjutsu-ku tidak mempan? Jadi hanya Genjutsu tingkat tinggi saja yang dapat memberikan pukulan ke musuh, eh? Menarik.'
Setelah dirasa cukup, keduanya mundur dengan mengambil sebuah lompatan lebar. Naruto berhasil menjejakkan kakinya diatas tanah tanpa halangan berarti, sementara Diehauser harus berputar-putar di udara untuk menghindari tajamnya pedang angin milik kedua bunshin Naruto.
Mengepakkan lima pasang sayap kelelawarnya, dia memutuskan untuk terbang karena kecilnya kemungkinan agar tak terluka ketika mendaratkan kaki di tanah sementara ada dua buah Naruto menyerangnya.
Walaupun telah menyalin ingatan Rias Gremory, Naruto tetap saja tidak bisa untuk tidak terkejut sekaligus terpukau melihat detik-detik ketika sayap itu muncul. Dia kembali tersadar dari keadaan terkagum setelah melihat berjejer-jejer lingkaran sihir yang masih asing dalam penglihatannya tersebut muncul, itu adalah lingkaran sihir penyerang.
Dengan mata kanan sebagai satu-satunya yang tersisa pada indera penglihatannya, manik abu-abu itu membidik Naruto yang saat ini masih dalam keadaan terkagum. Lingkaran sihir tercipta dimana-mana dan terdapat kekuatan Iblis yang terkonsentrasi pada setiap buahnya. Serangan jarak jauh dari sang "Kaisar" diluncurkan dengan berbagai bentuk abstrak dan acak dengan Naruto yang berada dalam jalur lintasan serangan tersebut.
Datang seperti air hujan, jumlahnya terlalu banyak untuk dihitung dan semuanya bergerak cepat. Mata merah dengan tiga tomoe tersebut berputar lambat, memprediksi setiap energi padat berbentuk abstrak yang menjadikan dirinya sebagai target penghancuran. Pria dengan pakaian tak layak tersebut mulai menghindari setiap kekuatan Iblis yang terspesialisasi dalam hal melukai dengan gerakan kecil.
Blar!
Satu diantaranya telah sampai di tanah dan menghancurkannya hingga menciptakan hujan bongkahan tanah disekitarnya, itu adalah sesuatu yang tidak Naruto prediksi dan harus membuatnya meralat pemikirannya tentang serangan tersebut tidak akan meledak.
Blar!
Blar!
Blar!
Disusul puluhan hingga ratusan kekuatan Iblis lainnya yang bergerak lurus menghancurkan permukaan tanah, tak ada satupun dari serangan tersebut yang dapat mengenai target walaupun hanya goresan.
Mungkin di mata orang lain, serangan itu terjadi dalam sekejap mata dan mustahil lolos dari mereka tanpa luka sedikitpun. Namun Naruto melihat ratusan energi padat itu seperti objek yang bergerak lambat dan dapat dihindari dengan mudah.
Manusia yang disebut Ninja pada dasarnya memiliki reflek, ketangkasan, dan kecepatan yang diatas rata-rata. Tak akan mustahil bagi mereka yang terbiasa untuk menghindari kunai dalam kecepatan suara, tidak tergores sedikitpun oleh serangan yang lebih lambat seperti ini. Bahkan dengan banyak titik tanketsu yang masih dalam kondisi rusak ataupun tertutup, dia bisa menghindari mereka dengan bermodalkan tenaga.
'Waktunya serangan balasan.'
Ada alasan lain mengapa Naruto menyebarkan chakra dalam jumlah besar ke udara. Memang benar adanya jika itu akan berfungsi sebagai radar ataupun sonar jika ada sesuatu yang bergerak dalam areanya, namun itu juga memiliki fungsi sebagai ladang ranjau yang dapat diledakkan penggunanya di tempat manapun ia ingin.
"Kompresi!"
Seiring dengan kata tersebut diluncurkan, chakra yang berada disekitar Diehauser mulai berkumpul dan saling tekan-menekan dan semakin padat tiap detiknya. Seperti air mendidih yang berada dalam panci, jika tutup panci tertutup rapat, maka uapnya akan meledak karena tekanan yang ada didalam. Hal itu juga berlaku pada chakra, semakin besar tekanan yang bekerja, semakin besar pula ledakkan yang terjadi.
DUAAARRRRR!
Chakra tersebut meledak dan menimbulkan efek yang merusak lingkungan, juga berhasil membuat Diehauser terkena dampaknya. Energi biru yang telah meledak tersebut akhirnya menghilang dan habis usai ledakan terjadi, setidaknya efek barusan cukup untuk membunuh puluhan Ninja yang terjebak dalam area seluas 25 meter dari inti ledakan, terlebih lawannya tepat berada 1 meter darinya.
Brak!
'Dia terluka,' batinnya, setelah melihat tubuh iblis yang meluncur cepat menuju tanah dan menghancurkan salah satu bagian tribun penonton. Karena ledakan tersebut, seluruh chakra yang mengendap di tempat ini habis terbakar, juga sebagian besar bangunan dalam lapangan berbentuk koloseum telah rata dengan tanah.
'Waktunya pengakhiran.'
Seiring dengan berjalannya waktu, kesadaran pemuda tersebut semakin terkikis tiap detiknya. Mengaliri kedua kakinya yang memiliki nasib mujur karena tidak hancur titik tanketsu-nya, dia membuat rekor lompatan tertinggi yang pernah dibuat oleh anak Adam.
200 meter dari permukaan tanah, itu adalah batas tertinggi dalam lompatan yang berhasil dia lakukan. Terombang-ambing ketika mulai meluncur jatuh, dia berhasil mendapatkan keseimbangannya kembali. Dia akan meluncurkan satu-satunya jutsu yang cukup hebat untuk memberikan pukulan kritis pada lawan. Dalam sekejap mata, piringan biru berputar cepat di tangannya dan berdesing keras, kemudian jutsu berbahaya tersebut diluncurkan bersamaan dengan disebutnya nama piringan pemusnah itu.
"Rasenshuriken!"
Jutsu tersebut meluncur kebawah dengan cepat, tetapi itu belum semuanya. Dalam saat-saat terakhir, dia teringat kombinasi dari api dan angin akan melahirkan sesuatu yang mengerikan. Dia tersenyum kecut, lalu menghembuskan nafas api di kemudian detik.
"Katon : Gōryūka no jutsu!"
Naga api terbang turun dan berkombinasi dengan piringan biru dari angin, melahirkan piringan berwarna merah yang menerjang lawan dan menimbulkan efek yang setara dengan bencana alam.
DUUUUUUUAAAAAARRRRRRRRR!
Area seluas ratusan meter dilalap oleh kubah api dan tanpa ampun menghancurkan berbagai benda yang bersinggungan dengannya. Panasnya mencapai 500 derajat celcius dan bahkan hawa terbakar mencapai Naruto yang saat ini sedang berada dalam ketinggian 100 meter.
Beberapa detik setelahnya, kubah api raksasa tersebut menghilang dan mempertontonkan neraka yang baru saja Naruto buat dengan tekniknya. Diehauser masih berdiri dalam keadaan memprihatinkan dengan lingkaran sihir yang telah remuk disana-sini, nafasnya terengah-engah dan pandangannya lurus menuju Naruto, yang saat ini telah mendarat sempurna diatas tanah membara.
"Aku… kalah."
Brugh!
Lalu kehilangan kesadarannya setelah mengucapkan hal tersebut. Senyum tulus ia tujukan kepada lawannya yang telah tumbang dan pingsan, dia memberi penghormatan kepada Diehauser sepenuh hati.
Mendekat kearah laki-laki yang terlentang dalam keadaan pingsan, dia mencolok mata kanan Diehauser, lalu memasangnya kepada miliknya, kini lengkaplah indera penglihatan pemuda itu. Penglihatan Iblis telah didapatkannya, mata ini lebih tajam dari manusia.
Penglihatannya kemudian memburam dan tubuhnya limbung kedepan tetapi masih bisa dia seimbangkan hingga tidak jatuh kembali. Ini situasi gawat untuknya, jika dia pingsan sebelum keluar dari teritori Iblis, masalah besar akan terjadi.
Kondisinya saat ini juga tidak layak untuk bertemput. Kesadaran yang nyaris hilang, kelelahan luar biasa, titik tanketsu banyak yang tertutup karena penyiksaan sebelumnya, juga mental yang hancur.
Kemana harus pergi? Pertanyaan itu mengambang di kepalanya, hingga sesuatu yang dia cukup kenal muncul diatas tanah, itu adalah lingkaran sihir milik Gremory.
Orang yang muncul dari lingkaran sihir itu adalah makhluk yang paling tidak ingin dia temui di saat kritis semacam ini, mereka adalah Sirzech Lucifer juga Serafall Leviathan yang numpang si Lucifer. Keduanya masih dibalut oleh perban tebal di tubuhnya, itu karena efek penyembuhan dari air mata phoenix bekerja sangat lambat. Itu karena efek serangan berbasis chakra yang Naruto punya, ada kemungkinan jika luka yang disebabkan oleh chakra lebih susah disembuhkan jika menggunakan air mata phoenix atau mungkin itu adalah efek spesial dari Yasaka no Magatama yang mampu menghambat kinerja air mata phoenix.
"Kalian… adalah orang terakhir yang ingin aku temui pada saat ini," ucap Naruto jujur, nada lelah dia sisipkan didalamnya. Sirzech dan Serafall memasang wajah tenang, seolah tidak ingin memulai permusuhan. Namun wajah tenang seperti inilah yang membuat Naruto semakin waspada, bisa saja mereka memiliki maksud lain atau mungkin memiliki rencana untuk menyergap dirinya.
"Kemarin, kita tidak sempat untuk bernegosiasi, jadi aku memintamu untuk menjelaskan darimana asalmu dan mengapa kau muncul secara tiba-tiba di arena Rating Game?"
Itu adalah pertanyaan yang ditanyakan Sirzech, dia berusaha untuk setenang mungkin menghadapi pria didepannya. Naruto terdiam sejenak, berpikir jika bisakah dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya sebelum terdampar di tempat yang mereka sebut arena?
'Sebaiknya tidak usah, mereka tidak akan mempercayai apa yang kau katakan.'
Itu adalah telepati satu arah dari bajingan yang telah mengusik kedamaiannnya, Kami-sama. Pemilik manik abu-abu itu baru saja akan bertanya mengapa, namun Kami-sama kembali menyela dan menjelaskan alasannya.
'Itu karena fragmen 'kecil' diri-Ku yang ada disini telah dibunuh oleh 'dia'. Jadi mustahil mereka percaya jika kau mengatakan Akulah yang mengirimmu datang kemari.'
Mendengar bagian dimana Kami-sama dapat dibunuh, senyum Naruto mengembang. Itu artinya masih tidak mustahil baginya untuk membunuh-Nya untuk kali kedua. Tetapi dia merasa aneh juga, walaupun hanya berupa fragmen kecil dari wujud sejati-Nya, itu masihlah sangat kuat. Jadi siapa yang berhasil membunuh fragmen Kami-sama dari dunia ini? Entahlah, Naruto tidak tertarik dengan hal itu.
"Anggaplah, aku terdampar di tempat ini karena kesalahan dalam menggunakan teleportasi," jawab Naruto mantap. Itu adalah alasan paling tidak masuk akal yang pernah dia katakan, namun karena Sirzech dan Serafall tidak dari dunia Shinobi dan tahu seluk beluk jutsu teleportasi, mereka pasti akan menganggapnya wajar. Itu terbukti dari anggukan puas keduanya, mereka berhasil dibodohi Naruto.
"Lalu alasan kau menghajar salah seorang Iblis Kelas-Atas hingga hancur lebur?"
Dia ingat sesuatu, ketika sampai di dunia itu, Naruto langsung meninju seseorang berambut pirang sepertinya hingga menjadi bubur.
"Pembelaan diri, dia mau menyerangku duluan."
Kedua Maou tersebut mengangguk-angguk mendengarnya.
"Bisakah aku pergi dari sini?" tanya Naruto, dia berusaha untuk lolos dari dunia ini tanpa mengalami pertarungan lagi. Serius, kepala dia terasa begitu pusing dan pandangannya mulai tidak jelas.
"Maaf, tetapi kami masih belum mengijinkanmu pergi dari sini. Ditambah kau juga menyebabkan kerusakan seperti ini dalam wilayah kami, kau harus tinggal sementara disini untuk mempertanggungjawabkan perbuatanmu."
Gadis cebol namun bahenol, Serafall Leviathan mengucapkan hal yang bergaris besar memiliki arti 'Kau harus ditahan di tempat ini'. Sepertinya para Iblis ini tidak berniat untuk melepaskannya pergi. Menghela nafas sejenak, kemudian abu-abu berubah menjadi merah.
"Serafall! Kau selamatkan Bellial terlebih dahulu, setelah itu barulah kau kembali untuk membantuku!"
Serafall hanya mengangguk, lalu dengan segera menuju Diehauser untuk mengungsikannya terlebih dahulu. Naruto membiarkan tindakan Serafall, namun matanya menatap tajam Sirzech yang kali ini mengeluarkan tekanan yang begitu besar. Begitu besar hingga membuatnya menjadi beberapa tingkat dibawah orang yang paling dibencinya, Uchiha Madara.
Serafall telah mengevakuasi Diehauser dan menciptakan lingkaran sihir khas klan Sitri, lalu menghilang dari tempat berbentuk kawah ini. Kemudian, Sirzech tak sedikitpun menahan kekuatannya. Gelembung-gelembung kecil berwarna merah tercipta disekitar tubuhnya dengan tekanan yang membuat tanah dibawahnya retak, juga membuat Naruto semakin meninggikan kewaspadaannya walaupun tiap detik kesadarannya terkikis habis oleh kelelahan fisik maupun mental.
"Kemarin aku masih menahan diri karena ada beberapa orang disekitarku…"
Setiap untaian kata yang diucap Sirzech benar-benar menyimpan amarah dan kebencian, Naruto diam mendengarkan.
"Kau hancurkan kotaku, permalukan diriku dan klanku, juga membuat adikku harus kehilangan ciuman pertamanya!"
Ledakan kekuatan Iblis dengan Sirzech sebagai pusatnya, telah membuat kawah baru dengan kedalaman hingga 1 meter dan diameter mencapai 10 meter. Sementara itu Naruto hanya terdiam di tempat sambil menggunakan kedua tanganya untuk melindungi mata dari terjangan debu yang ditimbulkan oleh dahsyatnya kekuatan Sirzech, dia tidak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda ketakutan.
"True Form!"
Dengan cahaya merah crimson yang menyaingi cahaya matahari di Dunia Bawah, kota Lilith terguncang hebat dan sosok Sirzech sendiri terselimuti oleh cahaya tersebut selama beberapa detik. Setelah pilar cahaya berwarna crimson mulai memudar hingga hilang sepenuhnya, sebuah makhluk dengan bentuk manusia berdiri dihadapan Naruto, yang memasang wajah terkejut.
Itu adalah Power of Destruction yang memiliki wujud mirip manusia.
Tidak, Naruto sadar jika ada sosok yang berdiri didalam lapisan kekuatan penghancur mutlak tersebut.
Dan sosok tersebut adalah Sirzech Lucifer.
Wujud dari Maou Lucifer itu… mengingatkannya pada dirinya ketika dalam mode ekor 4 Kyuubi, dilapisi oleh kekuatan yang begitu dahsyat hingga tak diragukan jika apapun akan hancur barang hanya mendekatinya. Makhluk bermantel kekuatan penghancur mutlak berwarna merah yang akan menyapu apapun yang berada didekatnya seperti...
Senjutsu-Nya!
Itu benar! Untuk mengungguli mantel Power of Destruction milik Sirzech, satu-satunya pilihan yang ia punya adalah pelindung mutlak milik Kami-sama.
'Aku akan meminjamkannya padamu jika kau bersedia.'
Naruto terdiam sejenak sementara lingkungan disekitarnya yang berupa kawah raksasa mulai terkikis dan hancur oleh kekuatan lawannya.
'Apa syaratnya?' tanyanya, langsung pada intinya.
'Gunakan mode liarmu.'
'Kau pasti gila! Mode itu mungkin kuat, tetapi setelah orang ini kalah, pasti yang diincarnya kemudian adalah kota ini!'
Dirinya tidak bisa untuk tidak terkejut, terutama setelah mendengar persyaratan yang dibuat oleh-Nya terlalu mustahil untuk dilakukan.
'Baiklah, kalau begitu Aku ganti persyaratannya.'
'Sekarang apa?'
'Cukup pejamkan matamu dan kosongkan pikiranmu. Jangan membantah dan lakukan dengan benar.'
Naruto tak membantah, karena tahu jika itu akan percuma. Dia tidak akan dibiarkan mati begitu saja oleh Kami-sama, apapun yang terjadi. Sudah dapat pemuda itu pastikan jika dia akan mati dalam pukulan terakhir, maka secara otomatis mode gila miliknya akan aktif dengan sendirinya dan mengamuk.
Memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi, dia mengosongkan pikirannya.
Dan serentetan memori tentang sesuatu yang tidak pernah dia kenali memaksa masuk kedalam otaknya, menimbulkan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya hingga dia tarik kuat-kuat rambut kuning jabriknya. Rasa sakit itu baru mereda setelah beberapa detik kemudian, kewarasannya kembali dan dia tidak lepas kendali.
"Bersiaplah!"
Teriakan yang berasal dari sosok berbalut kekuatan penghancur itu terdengar berat dan sarat akan nafsu membunuh.
Anehnya dia tetap tenang meski nyawanya terancam.
Dia telah selesai dengan rasa sakit kepala yang beberapa detik lalu menghancurkanya, mulutnya mulai mengucapkan sesuatu.
"Maria!"
Tepat setelah kata itu diucapkan, cahaya bersinar begitu terang dalam sekejap dengan tangan kanan Naruto sebagai sumbernya.
Itu adalah sebuah pedang bermata dua yang bermandikan cahaya dan berdekorasi megah.
Gagang yang terbuat dari emas yang berkilauan dan tertempel sebuah batu merah delima di ujungnya, bilah tipisnya yang terbuat dari berlian dan sebening kaca, berjejer-jejer batu mulia di tengah bilah pedang. Sebuah mahakarya yang seolah tercipta hanya untuk dikagumi oleh setiap makhluk yang memiliki hasrat terhadap keindahan. Bahkan keindahannya tak berkurang setelah cahaya yang sempat membalutnya lenyap.
Pedang Tuhan, Maria, adalah apa yang Naruto genggam. Sirzech terpaku sejenak pada tempatnya, rupanya ia juga terjebak oleh keindahan pedang sepanjang 120 centimeter tersebut. Sesaat kemudian hati pemuda crimson tersebut merasa bimbang, dia tidak ingin membuat mahakarya yang saat ini dipegang lawannya ini hancur begitu saja. Dalam matanya, itu hanyalah pedang tanpa sedikitpun kekuatan yang tersegel didalamnya, merupakan sebuah barang mewah dan terkesan rapuh karena dekorasinya yang berlebihan, namun menawan.
Sirzech tidak mengetahui sebuah fakta jika senjata tersebutlah yang pernah digunakan oleh Kami-sama. Pedang yang bahkan tidak dapat digunakan oleh empat Archangel, hanya milik-Nya seorang. Wajar saja jika pihak selain orang yang dekat dengan-Nya tidak mengetahui eksistensi pedang tersebut.
"Kau memiliki pedang yang indah, bolehkah aku menyimpannya setelah mengalahkanmu?"
Naruto hanya mengendikkan bahu sebagai jawaban, itu dapat diartikan sebagai terserah.
Raja Iblis dan seorang manusia saling berhadapan dalam area yang terjebak dalam kehancuran.
Menggunakan kekuatan penghancur yang mutlak sebagai senjata dan tameng, melawan sosok yang pemegang pedang yang indah menawan tanpa adanya cacatpun barang hanya sebuah goresan.
Monster berlapis warna crimson yang mengerikan datang menerjang, manusia yang hanya dilapisi oleh sedikit kain meluncurkan sebuah sabetan melintang.
Dalam sudut pandang umum, Sirzech adalah sang pemenang. Namun dalam sudut pandang empat Archangel dan yang dekat dengan-Nya, Sirzech akan menjadi pecundang begitu pedang tersebut terayun kencang.
DUUAAARRRRR
Pukulan dihadang oleh sabetan pedang dari berlian, dan keajaiban terjadi kemudian.
Warna crimson yang membalut tubuh Lucifer itu hilang disapu oleh gelombang tebasan Pedang Tuhan, hanya meninggalkan tubuh tanpa kekuatan yang kemudian jatuh tanpa sedikitpun kekuatan diatas tanah korban jutsu kehancuran.
Naruto dinyatakan menang oleh siapapun yang menyaksikan.
Pedang Tuhan, Maria. Adalah sebuah pedang yang memiliki sebuah kemampuan khusus yang sangat memuakkan bagi semua lawan yang dihadapkan dengannya ; menghapuskan seluruh kekuatan yang dipunya dan membuat mereka harus koma berhari-hari karena kehabisan baik tenaga ataupun kekuatan. Singkatnya, itu adalah sebuah pedang yang memiliki kemampuan untuk menguras habis kekuatan lawannya hingga ke titik nol. Namun pedang itu tak bisa digunakan untuk mengambil nyawa, itu karena sifat sucinya yang akan ternoda jika ada darah yang membasahinya.
Setelah merasa tak diperlukan, pedang Maria dibuang ke sembarang arah oleh Naruto, seolah itu adalah benda menjijikkan dan sudah sepatutnya dilenyapkan. Pedang tersebut pecah menjadi partikel cahaya yang hilang ditiup angin siang sebelum bersentuhan dengan tanah gersang.
Mata abu-abu miliknya menatap lawan yang tergeletak dan tak sadarkan diri, seharusnya muncul rasa puas dalam hati karena berhasil menumbangkan orang terkuat di Dunia Bawah pada masa ini. Namun ketika mengingat dengan benda milik siapa yang dia gunakan untuk menumbangkan Sirzech, dia merasa hina dan jijik jika berbangga pada kemenangan yang didapat secara instan dari sesuatu yang sangat dia benci.
Pemuda itu kini sudah mencapai batasnya, dia sudah jatuh terduduk diatas tanah dan baru saja akan merebahkan diri untuk mengistirahatkan badan. Namun lingkaran sihir muncul dan menunjukkan sosok yang kemarin dia kalahkan, Serafall Leviathan.
Gadis itu membelalakkan mata karena keterkejutannya, tidak sedikitpun menyangka jika Sirzech akan dikalahkan. Mata violetnya kini menatap tajam Naruto yang tengah terduduk dan kelelahan.
"Kau…"
Gadis itu menggeram marah, dan seakan memperburuk kondisi Naruto, ratusan prajurit Iblis telah datang dan mengepungnya. Ini benar-benar hari tersial selama hidup pemuda itu, dia tersenyum kecut ketika para Iblis tersebut merentangkan sayapnya lebar-lebar dan terbang mendekati dirinya untuk menyerang. Saat ini dia terlalu lelah untuk melanjutkan pertarungan, dirinya roboh.
Brugh!
Bukan tanah yang keras dan dingin, melainkan sesuatu yang lembut dan hangat. Dengan kesadaran tinggal setitik, mata abu-abu itu mengintip melalui celah kecil yang kelopak matanya ciptakan.
Dia mendapati sosok gadis pirang bergelombang dengan wajah polos dan bermanik safir yang memancarkan rasa kekhawatiran sekaligus kebahagiaan. Ketika matanya mengintip kearah lain, dia melihat belasan orang berdiri melindunginya. Mereka memiliki sayap yang sangat berbeda dengan milik Iblis, sayap seputih merpati. Malaikat.
Termasuk sosok gadis yang saat ini memangku dan membelai lembut kepalanya, total ada empat Malaikat yang memiliki 6 pasang sayap dan salah satunya berwarna emas, sementara Malaikat lainnya hanya memiliki 5 pasang sayap.
Dia mengerti sekarang. Rupanya Pedang Tuhan telah membuat mereka datang karena merasa terpanggil.
'Apa yang Kau pinjamkan padaku benar-benar merepotkan, sekaligus membantu.'
'Bersujudlah kepada-Ku sebagai balasannya.'
'Tentu saja.'
'Benarkah?'
'Hanya ketika celeng bisa terbang.'
Pada siang itu, tercatat 4 Archangel dan semua Seraph menyusup ke Dunia Bawah dan melindungi satu orang anak Adam yang mampu memanggil dan menggunakan Pedang Tuhan.
Saga of The Fallen Heroes
Tempat yang dipijak orang itu adalah sebuah batu karang setinggi puluhan meter yang terletak dekat dengan pantai yang memiliki selalu mendung dan memiliki cuaca buruk. Berjejer-jejer batuan karang raksasa yang tak terhitung jumlahnya, sosok itu duduk di batu terbesar.
Manik amethyst miliknya menatap kosong lautan dengan gelombangnya yang ganas, dia dibalut oleh sebuah armor putih dengan sebuah jubah panjang indah berwarna serupa yang senantiasa berkibar liar karena dahsyatnya angin yang berhembus di tempat itu.
Sebuah garis putih mulai tampak dari cakrawala, melesat cepat bagai kilat dan terus mendekat kearahnya. Sosok berzirah putih itu tak melepaskan pandangannya dari lautan ganas dan senantiasa berdiri. Saat sosok lain dengan warna armor yang sama dengannya dan memiliki sepasang sayap kaca berwarna biru datang, dia tetap kokoh dalam posisinya, namun mulutnya bertutur kata.
"Ada apa, Hakuryuukou?"
Prank!
Dengan suara seperti kaca pecah, armor naga miliknya pecah dan menampakkan sosok bersurai perak dengan mata berwarna biru muda. Remaja keturunan Lucifer itu bergerak mendekat pada sosok berambut indigo sepunggung, namun terpaksa berhenti sebelum dirinya dapat melihat wajah cantik gadis itu.
"Aku membawakanmu berita yang mungkin membuatmu tertarik," ucap Vali, matanya juga ikut menatap ganasnya ombak di lautan suram ini.
"Berita apa?"
"Seorang manusia yang tiba-tiba muncul di arena Rating Game dan mampu menggunakan wujud raksasa astral sama sepertimu," katanya, dapat dilihatnya kepala gadis itu sedikit tertengok kearahnya, menandakan bahwa orang yang telah menghapuskan kata 'Abadi' dari kamus Kami-sama ini tertarik.
"Maksudmu Susano'o?"
"Ya, seperti itulah."
Gadis bermanik mutiara ini menghadapkan wajah cantiknya menuju ke Vali, mata keduanya saling bertemu.
"Apakah Susano'o miliknya berwujud Samurai berwarna biru? Jika iya, akan kuhancurkan orang itu saat ini juga."
Vali meringis mendengar penuturan Dynasti Killer, lalu menjawab pertanyaan gadis itu.
"Bukan, tapi Valkyrie berwarna perak."
Sorot ketertarikan dari manik mutiara itu redup dan padam, dia kembali membalikkan badannya, melanjutkan kegiatan menikmati pemandangan suram dari lautan.
"Kalau begitu, aku tidak tertarik."
Vali hanya mendesah pelan, lalu melanjutkan info yang belum dijelaskan sepenuhnya kepada Dynasti Killer.
"Dia juga menggunakan pedang yang dapat membuat Sirzech Lucifer kehilangan mode True Form miliknya."
"Tetap tidak tertarik."
"Kalau begitu, apa boleh buat? Sebaiknya aku pergi sebelum Kuroka membuat masalah."
"Silahkan. Tetapi ingatlah satu hal ; akulah yang memberkatimu dengan [Divine Dividing]."
"Baik, bos."
Lalu, armor naga berwarna putih kembali digunakan Vali, sebelum akhirnya menghilang dalam cahaya putih dan meluncur di cakrawala.
TBC
UN telah selesai lebih dari seminggu T_T tapi baru update sekarang, jika ada yang tanya kenapa update-nya telat banget, saya hanya dapat meminta maaf kepada Reader-sama.
Saya berencana untuk membuat alur fic ini sedikit berbeda dengan fic lainnya, yang rata-rata setelah pertunangan sama Raiser gagal, langsung meluncur ke arc Kokabiel, terus hiatus ataupun discon T_T Fic ini mungkin lumayan sulit untuk kalian 'ramal', jadi tolong nantikan update saya selanjutnya, walaupun lama :v
Tolong tinggalkan jejak berupa :
Review
Fav
Foll
Sesajen (?)
Setiap satu review, fav, ataupun foll kalian sangat berharga untuk membakar semangat author newbie ini T_T
Semoga Reader-sama menikmati fic sederhana saya T_T