Semenjak terakhir kali bertemu dengan Luhan sikap Ziyu agak aneh – Sehun bersyukur malah, karena sikap Ziyu akhir – akhir ini jadi lebih pendiam. Tidak ada lagi suara manja rengekan khas Ziyu, setidaknya itu bukan masalah untuk Sehun karena ia bisa menyelesaikan tugas kuliahnya dengan tenangnya.

Namun tetap saja merasa tidak enak karena bocah itu tidak bersikap bagaimana biasanya anak – anak seumurannya dimana lagi ibunya selalu menyuruhnya untuk mengajak Ziyu bermain ke taman hiburan namun selalu bocah kecil itu tolak dengan wajah lesunya.

Sehun menggaruk kepalanya yang tak gatal melihat tingkah Ziyu yang menyebalkan seperti ini akan lebih baik ia merengek meminta sesuatu tidak dengan wajah murung yang setiap hari ia perlihatkan seperti ini.

"Kau ingin es krim?" tawar Sehun dengan nada bersahabat. Ia menatap wajah murung Ziyu yang sedang bermain mobil – mobilannya tanpa minat.

Sehun menghela napasnya. "Kau yakin tak mau? Ya sudah, lebih baik aku saja yang menghabiskannya." Sehun bangkit dari kursi yang tadi ia duduki dan dengan perlahan berjalan menuju dapur. Niatnya hanya akan menggoda Ziyu saja.

Si kecil yang sedang memaju-mundurkan mobil mainannya tanpa minat itu sebenarnya tergoda akan tawaran sang ayah tapi ia lebih menginginkan sang baba. Tapi sudah lama ia ingin es krim dan suara pelan itu berhasil menghentikan langkah sang ayah.

"Ayah?"

Sehun menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap Ziyu dengan tatapan bingung. "Bawakan untuk Ziyu juga." Pintanya dengan nada memohonnya. Tanpa di sangka Sehun tersenyum dan mengganggukkan kepalanya.

Langkahnya kembali ke dapur dan ke lemari pendingin, mengambil 2 cup es krim. Sejujurnya ini bukan pilihan tepat untuk membujuk Ziyu. Makan es krim di tengah musim dingin? Hell, jika ibunya lihat ia bisa di gantung. Sehun sudah kehabisan akal untuk membujuk bocah itu.

Sehun menyerahkan cup rasa cokelat untuk Ziyu dan ia sendiri rasa vanilla. Ziyu menerima es krim itu dengan perasaan senang. Ia bahkan langsung memakannya tanpa mengucapkan terima kasih pada Sehun.

Sehun yang memperhatikan anak kecil dihadapannya hanya bisa tersenyum kecil. "Jadi kenapa dari kemarin kau murung terus?" Tanya Sehun . ya setidaknya ia begitu penasaran dengan kelakuan bocah itu.

"Ziyu ingin bertemu Baba lagi. Ziyu rindu Baba." Ucapnya begitu lirih. Sehun menghelakan napasnya. Seperti dugaanya pasti ini mengenai kejadian di supermarket itu.

Sehun memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menghibur anak itu – mulai perduli eh?

Kalau di perhatikan lagi Ziyu mirip sekali dengan pria yang Ziyu panggil baba itu. Apalagi dua mata rusanya yang terlihat indah dan juga wajah kecil mereka yang begitu mirip. Jadi orang tua Ziyu itu yang sebenarnya siapa?

"Sehun-ah!!"

Sehun terkejut bukan main ketika mendengar suara yang memanggilnya dengan nada kelewat tinggi. Dan keterkejutan Sehun tidak sampai disitu, amplop dengan warna cokelat mendarat tepat di dahinya yang lebar.

"A-apa ini ibu?" Sehun mengambil amplop itu dan memandang wajah ibunya dengan raut membingungkan.

"Kau cukup pintar untuk membaca surat itu, Sehun-ah." Gumam ibunya yang terlihat kembali santai dan duduk di sebelah Ziyu yang sedang nikmat memakan es krimnya. Wanita paru baya itu menatap Ziyu aneh.

"Loh? Kok Ziyu makan es krim?" Tanya Ibu Sehun mengeryit tak suka dan dengan polosnya Ziyu menjawab. "Ayah yang beri, Nek!"

"Apa?!"

Sehun yang sedang membaca surat yang tadi diberikan oleh ibunya, terkejut mendengar teriakan sang ibu. "Ibu, jangan berteriak terus. Aku jadi tidak konsen membacanya." Gumamnya dan melanjutkan membacanya.

Wanita yang telah melahirkan Sehun itu mengabaikan perkataan Sehun dan mengambil es krim yang berada di tangan Ziyu dan jangan lupakan ekspresi merenggut Ziyu ketika es krim itu di ambil oleh Neneknya.

"Tidak bol – "

"TIDAK MUNGKIN!"

" – Eh"

Sehun membanting kertas tak berdosa itu dan memandang ibunya dengan tatapan meminta kebenaran.

"Ibu, katakan jika rumah sakit ini salah memeriksa – yeah setidaknya ini baru satu rumah sakit yang – "

"Apanya yang satu rumah sakit? Ibu meminta 4 rumah sakit berbeda sekaligus untuk memeriksa DNA-mu dan Ziyu dan itu semua mengatakan jika DNA-mu dan Ziyu 99% cocok, Oh Sehun!"

Sehun mengeryit tak suka kemudian ia memperhatikan amplop yang di dalamnya ada beberapa lembar hasil pemeriksaan dari 4 rumah sakit berbeda. Yang benar saja! Sehun adalah seorang ayah sekarang yang memiliki seorang anak laki – laki berusia 5 tahun di usianya yang baru 20 tahun! Oh sungguh sial nasibnya.

Tinggalkan Sehun yang sedang meratapi nasibnya. Ziyu menarik lengan baju neneknya dengan wajah memelas andalanya.

"Nek, Ziyu ingin es krimnya lagi." Pintamya di tambah bbuing – bbuing andalannya. Biasanya tidak ada yang bisa mengalahkan jurus satu ini namun sepertinya tidak mempan di hadapan wanita paruh baya itu yang langsung menggeleng kuat.

"Tidak Ziyu sayang. Meskipun jurus bbuing – bbuing mu itu hampir meruntuhkan pertahananku. Tetap saja kau tidak boleh makan es krim di musim dingin, kau bisa sakit sayang."

Sekali lagi Ziyu dengan wajah merenggutnya. "Kalau begitu Ziyu ingin bertemu baba!"

"Eh? Siapa baba?"

Wajah ibu Sehun penuh tanda tanya. Setahunya Ziyu memanggil Sehun dengan panggilan Ayah bukan Baba – panggilan ayah dalam bahasa china.

"Sehun-ah, Ziyu memanggilmu ayah kan? Bukan baba? Siapa baba yang Ziyu maksud?" tanya sang ibu setelah menepuk pundak anak semata wayangnya. Sehun menghela napasnya.

"Seminggu yang lalu saat kami berbelanja di supermarket, Ziyu bertemu dengan pria yang ia panggil baba itu. Entahlah aku tidak tahu ada apa hubungan dengan mereka yang jelas Ziyu memeluk pria itu sambil menangis."

Ibu sehun tertegun. Sepertinya ada yang tak beres. "Apa pria itu kelihatan seperti pria yang memiliki orientasi yang menyimpang?"

"Maksud Ibu?" Tanya Sehun yang mulai aneh dengan pertanyaan sang ibu. "Ah, ya. Pria itu sepertinya memiliki kekasih pria juga."

Ibu Sehun menggangguk - anggukan kepalanya penuh dengan misteri sambil mengelus dagunya yang runcing seolah jawaban Sehun tadi telah memberinya sebuah petunjuk besar.

"Ibu kenapa?"

Sehun memandang sang ibu dengan tatapan yang tak terbaca dan sekaligus tatapan ingin tahunya.

"Sepertinya Ibu ingin bertemu dengan Baba Ziyu!"

"Ibu!!"

Present

Our Destiny

Oh Sehun

Xi Luhan

Ziyu

Haowen

YAOI! MPREG!

Sehun menghela napasnya sudah hampir 5 kali. Ia hanya bisa menahan emosinya. Oh ayolah, sekarang ia sudah hampir terlambat untuk menghadiri kelas Im Saem – dosennya yang maha dahsyat jika ada mahasiswanya yang terlambat -. Beberapa kali juga Sehun mengacak surainya kesal.

Di hadapannya Ziyu terlihat begitu rewel tidak ingin ditinggal sendirian di rumah, oh jangan lupa salahkan Ibunya yang pergi mendadak pagi – pagi buta untuk membantu mempersiapkan pernikahan anak temannya.

"Ziyu ikut ayah!" pekiknya seolah tak terbantah dan semakin erat cengkramannya pada ujung baju yang di kenakan Sehun. Bantu Sehun dewa!

"Baiklah, kau boleh ikut tapi ada syaratnya. kau harus menjadi anak baik selama disana." Finalnya. Sejujurnya ia tak tega juga melihat Ziyu menangis seperti ini tapi apa mau bagaimana lagi?

Ziyu yang mendengar itu langsung menghentikan tangisnya. Senyum secerah matahari merekah di wajah mungilnya. Kepala mungiknya langsung menggangguk cepat.

"Ziyu pasti tidak akan merepotkan ayah dan akan menjadi anak baik ayah!"

"Ya, memang harus seperti itu. Jangan merepotkan disana." Ujarnya kemudian mengambil tangan kecil Ziyu untuk menggandengnya.

Setidaknya Sehun masih memiliki hati yang baik dan tentu saja ini karena hasil tes DNA yang mengerikan itu. Ziyu telah resmi menjadi anaknya. Anak kandungnya kini.

Perjalanan untuk sampai ke kampus cukup memakan waktu jika harus menggunakan subway. Paling cepat 15 menit sampai ke kampusnya. Sehun masuk ke dalam subway bersama Ziyu. Ia melihat bangku kosong hanya ada satu yang membuatnya mau tak mau harus memangku tubuh Ziyu di atas pahanya.

Dengan tubuh Ziyu yang kecil memudahkan Sehun untuk memeluk pinggangnya agar tak terjatuh. Ziyu pun yang merasa iseng hanya bisa memainkan jari jemari ayahnya yang berada di pinggangnya.

"Ayah, kita mau kemana?" tanya Ziyu dengan nada polosnya.

"Ke universitas. Tempatku mencari ilmu."

"Apa disana ada baba?" Tanya Ziyu dengan cepat.

"Tidak ada."

Ziyu memajukan beberapa centi bibir mungilnya. Ia sangat berharap bisa bertemu babanya kembali. Ia sudah sangat merindukannya. Sejujurnya Ziyu masih bingung dengan keadaan disini. Sifat ayahnya yang acuh tak acuh dan babanya yang seolah tak mengenalinya.

"Ayah," Panggil Ziyu yang di jawab deheman oleh Sehun. "Apa anak yang nakal selalu mendapatkan hukuman?"

Sehun mengerutkan dahinya namun setelahnya ia menggangguk setuju. "Ya tentu saja harus dihukum supaya ia tidak melakukan hal itu lagi."

Ziyu mengangguk mengerti.

CKITTT...

Tubuh Sehun dan juga Ziyu terdorong ke depan secara mendadak untung saja Sehun dapat menahan tubuhnya dan juga tubuh kecil Ziyu agar tidak terjatuh.

Suara riuh dari penumpang lain membuat Sehun mengangkat badannya dan badan Ziyu untuk melihat yang sebenarnya terjadi disini.

"Ada kecelakaan di depan sana! Hampir saja mobil itu mengenai bus ini. Pasti akibat salju membuat jalanan semakin licin saja." Ujar seseorang yang entah membuatnya antara lega dan resah. Lega karena tidak ada kecelakaan di bus yang ia tempati dan merasa resah karena jalanan di depannya mendadak macet akibat kecelakaan yang mau tak mau harus membuatnya lebih lama lagi disini itu artinya siap – siap nilai D dari Im Saem.

Memikirkan itu Sehun tidak akan membiarkan itu terjadi. Maka ia harus cepat keluar dari bus ini tak lupa menggendong Ziyu di punggungnya. "Pegangan yang erat!" ujarnya pada Ziyu yang masih menatap aneh sang ayah.

Berusaha lari sekuat mungkin dengan menggendong Ziyu di punggungnya itulah yang ada di pikiran Sehun. Perjuangannya memang sangat berat hanya untuk tiba di kampusnya. Tanpa memperdulikan riuhnya beberapa mobil polisi dan juga ambulan Sehun terus melangkahkan kakinya begitu cepat.

Untung saja jaraknya tidak terlalu jauh untuk mencapai kampusnya. Kakinya terhenti di kala ia telah sampai di halaman yang sangat luas di kampusnya. Deru napasnya yang terputus – putus membuat Ziyu merasa khawatir bukan main.

Apalagi keringat di leher Sehun yang kini lengan Ziyu rasakan begitu banyak meskipun saat ini udara sedang dingin.

"Akhir – nya sam – pai juga."

Sehun membungkukan badannya begitu terasa sekali jika kedua kakinya ingin lepas. Ziyu turun dari punggung sang ayah dan menatap ayahnya begitu khawatir.

"Ayah?" Panggilnya bernada khawatir sambil memegang lengan ayahnya.

Sehun tersenyum ketika anaknya memanggilnya dengan nada yang khawatir. Kemudian ia melihat arloji ang melingkar di pergelangan tangannya. "Masih ada 5 menit." Gumamnya kemudian ia kembali menoleh pada Ziyu.

Ia menegakkan tubuhnya. Melihat sekeliling halaman kampus. Lebih tepatnya mencari tempat atau orang untuk menitipkan Ziyu. Tidak sangat boleh untuk Ziyu masuk ke dalam kampus.

Dan memang dewi fortuna sedang berada di pihaknya. Itu dia si manusia bertelinga lebar.

"Chanyeol hyung!"

Lelaki tinggi yang di panggil Chanyeol itu langsung menoleh mendapati Sehun yang sedang melambaikan tangan padanya. Firasat buruk menghampirinya jika Sehun bertingkah aneh.

Sehun tersenyum lebar ketika ada seseorang yang tepat untuk menitipkan Ziyu. Tanpa banyak kata Sehun langsung menggenggam tangan mungil Ziyu menuju Chanyeol dan langsung menyerahkan tangan mungil itu untuk di genggam oleh Chanyeol.

"Aku titip Ziyu ya! Bye Hyung!"

Sehun langsung segera pergi dan memberikan Chanyeol bertanya sedikit pun. Chanyeol memasang wajah melongonya ketika seenak jidatnya Sehun menyerahkan anak kecil padanya. Sedangkan Ziyu hanya memasang wajah polosnya, ia mengerti jika ayahnya sedang ingin belajar yang artinya tidak boleh diganggu.

"Paman." Panggil Ziyu menarik tangan besar Chanyeol yang berada di genggamannya. Chanyeol tergagap menyadari anak kecil yang berada disampingnya memanggilnya dengan suara manja khas anak – anak.

"U-uh?"

"Ziyu lapar."

"Eh?"

.

.

.

"Kau tunggu disini, aku akan mengambil makanan untukmu." Ujar Chanyeol kepada anak kecil dihadapannya. Anak kecil itu – Ziyu mengangguk cepat. Chanyeol bangkit dari duduknya dan menuju counter makanan di kantin. Ia menghelakan napasnya pasrah jika jatah makan siangnya di ambil oleh makhluk kecil yang bernama Ziyu itu. Lagian Chanyeol masih tidak mengerti kenapa Sehun membawanya ke kampus lalu juga ada apa hubungan mereka yang sebenarnya?

Chanyeol menyakini jika hubungan mereka berdua hanya sebatas keponakan dan paman saja tapi setahu Chanyeol, Sehun tidak memiliki saudara manapun. Memikirkan itu membuatnya semakin pusing saja. Untungnya ia telah selesai kuliah hari ini.

Chanyeol menerima tempat makannya dengan sedikit senyumnya kemudian kaki panjangnya menuju di meja yang Ziyu tempati.

"Ini, makanlah." Ujar Chanyeol seraya menyerahkan makanannya pada Ziyu. Namun siapa sangka jika Ziyu mengeluarkan jurus merenggutnya.

"Suapi Ziyu, paman." Pintanya dengan nada memohon oh jangan lupakan sinar mata rusanya yang begitu menyilaukannya.

Chanyeol menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Kenapa hari ini ia begitu sial?

"Kumohon, paman." Ziyu semakin menjadi dengan menambahkan jurus aegyo andalannya.

Chanyeol mendesah pasrah. Mau tak mau ia meraih sendok itu dan mulai menyuapi Ziyu. Jangan di tanya bagaimana perasaan Chanyeol yang saat ini menahan rasa malunya karena menyuapi Ziyu pasti mahasiswa lainnya akan menganggap ia sedang menyuapi makan anaknya. Sejujurnya Chanyeol itu adalah tipe orang yang sangat menyukai dan menyayangi anak – anak tapi harus sesuai situasi dan kondisinya juga.

Ziyu yang dengan senang hati membuka mulutnya untuk menerima setiap suapan yang Chanyeol berikan. Ziyu tidak ada niat untuk mengerjai teman ayahnya ini tapi melihat wajah Chanyeol yang sepertinya tidak mengenalinya juga mendorong keinginannya untuk mengerjai paman bercuping yoda itu.

"Yaa!! Park Chanyeol!!"

Anak kecil itu masih senang dengan perlakuan baik teman ayahnya itu tiba – tiba tersedak karena terkejut mendengar pekikan dari seseorang dengan cepat Chanyeol memberi air putih pada Ziyu.

"Baekhyun-ah! Kau ingin membunuh anak kecil?!" Omel Chanyeol ketika pria bertubuh mungil bernama Baekhyun menghampiri meja mereka. Baekhyun – pria yang tadi memekik saat melihat kekasihnya – Chanyeol sedang menyuapi anak kecil itu masih menujukkan wajah kesalnya. Ziyu yang sudah sangat sabar dengan orang yang berteriak tadi hanya memutar kedua bola matanya malas.

"Kau sudah punya anak?! Jalang mana yang kau tiduri tanpa pengaman eoh?!"

Baekhyun berteriak lagi membuat Pria bermata bulat itu hanya bisa mendesah pasrah. Kesialan yang lebih kejam dari kesialan sebelumnya. Kekasihnya sedang dilanda kesalahpahaman dan ini adalah yang lebih buruk. Seluruh mahasiswa di dalam kanti menatapnya dengan tatapan "Heol! Menjijikan!" "Dia pria bejat"

Chanyeol menarik tangan Baekhyun untuk duduk di sampingnya, ia juga memohon maaf pada orang lain atas kehebohan yang di sebabkan kekasihnya.

"Paman kenapa berteriak? Berisik tau!" ketus Ziyu yang sedari tadi merasa terganggu apalagi ia hampir mati tersedak karenanya. Sebelumnya Ziyu memang sangat suka berkata ketus padanya tapi tidak ada yang mempermasalahkannya.

Baekhyun ingin membalas perkataanya namun lebih dulu Chanyeol membekap mulutnya dengan tangan besarnya. Baekhyun menatap protes ke arah Chanyeol.

"Dengarkan penjelasanku dulu, oke? Ingat perjanjian kita jika terjadi kesalahpahaman." Baekhyun mengangguk. Chanyeol menghelakan napasnya kemudian melepaskan tangannya dari mulut mungil Baekhyun.

"Pertama, dia bukan anakku. Tadi Sehun menitipkannya padaku jadi mau tak mau aku harus menjaganya. Kedua, aku tidak pernah berhubungan tanpa memakai pengaman mengerti? Bahkan saat berhubunganmu pun aku harus memakai pengaman. Kau sendiri yang minta kan?"

Seakan paham, Baekhyun mengangguk mengerti setelah Chanyeol menjelaskannya lalu matanya beralih pada sosok mungil yang sedikit menjengkelkan – sejujurnya ia terpesona dengan Ziyu karena wajahnya yang imut itu.

"Jadi Sehun menitipkannya padamu? Setauku Sehun tidak memiliki saudara apalagi seorang keponakan." Gumam Baekhyun yang nampak berpikir. Chanyeol pun ikut memperhatikan Ziyu yang juga sedang menatap dua orang dewasa di hadapannya dengan tatapan polos. "Itu yang sedang kupikirkan juga, Baek." Timpal Chanyeol.

"Sifat ketusnya sama seperti Sehun, tapi anak ini tidak mirip Sehun sama sekali. Mungkin Ibunya yang terlalu manis." Chanyeol mengangguk setuju dengan pendapat Baekhyun.

"Paman, apa yang sedang kalian bicarakan?" Tanya Ziyu yang membuat kedua orang dewasa itu kegelapan.

"Nama lengkapmu siapa?" Tanya Baekhyun.

"Oh Ziyu."

"Tidak mungkin," Pekikan kompak itu membuat Ziyu kembali terkejut. "Ayahmu itu Oh Sehun?" Ziyu pun menggangguk.

"Lalu Ibumu siapa?"

"Ibu Ziyu? Baba?" Ziyu mengerutkan dahinya bingung.

"Eh? Baba?"

Baekhyun menolehkan kepalanya menghadap Chanyeol begitu pun Chanyeol. Mereka berdua mengerutkan dahinya seolah baru saja mendapatkan suatu hal yang tidak masuk akal.

"Kau memanggil Sehun dengan sebutan baba? Apa mungkin Sehun pernah tidur bersama orang china." Tanyanya pada Ziyu lalu memelankan suaranya di akhir kalimatnya.

"Tidak. Ziyu memanggilnya Ayah dan baba itu yang melahirkan Ziyu."

"Ibu Ziyu laki – laki juga?" Ziyu mengangguk setuju.

"Apa?! Jadi Sehun meniduri seorang pria?!" Pekik Baekhyun tak percaya. Ya, Setahunya Sehun itu tidak seperti dirinya dan juga Chanyeol tapi tanpa disangka ternyata Oh Sehun itu –

"Tapi Baek, kau berpikir tidak? Usia Sehun baru 20 tahun sebulan yang lalu dan Ziyu sudah sebesar ini? Apakah tidak ada yang aneh?"

Baekhyun mengangguk setuju. "Tapi kan bisa saja? Pasti anak itu pertama kali mimpi basah di usia 13 tahun atau 14 tahun dan – "

Ziyu bosan mendengarkan ocehan dua orang dewasa di hadapannya. Ia sudah tidak bernapsu makan. Pandangnya mengedar keseluruh kantin ia berharap ayahnya cepat datang untuk menjemputnya.

Lalu pandangannya berpusat pada sebuah poster yang sepertinya baru saja di tempel di dinding kantin. Ziyu terfokus melihat siapa yang berada di dalam poster itu lalu sedetik kemudian matanya membulat lalu memekik begitu kencang.

"BABA!!"

Dua orang dewasa yang sedari tadi mengobrol terhenti mendengar pekikan si kecil Ziyu. Dan kaki mungil Ziyu berjalan munuju poster itu dan jangan lupakan Baekhyun dan Chanyeol yang mengikutinya di belakang.

"Itu Baba Ziyu!" tunjuk Ziyu yang membuat dua orang itu memandang poster di hadapannya penuh selidik.

"Bukankah ini Luhan Sunbaenim? Oh dia akan mengelar konser solo. Wuah hebatnya."

"Baba Ziyu memang yang terbaik."

"Eh tunggu, Baba Ziyu? Luhan Sunbaenim adalah Baba Ziyu?!"

Ziyu mengangguk semangat. Baekhyun menatap wajah Ziyu dan Luhan secara bergantian. Memang mirip! Pantas saja Ziyu menyebut Luhan Sunbaenim dengan nama panggilan berasal dari China itu memang Luhan Sunbaenim berasal dari China juga. Jadi Oh – sialan – Sehun telah meniduri Luhan Sunbaenim?!

"Tapi – " suara Ziyu menggantung membuat Baekhyun dan Chanyeol penasaran. "Sepertinya Baba sedang menghukum Ziyu."

"Eh? Kok bisa? Ziyu nakal ya?" Ziyu mengangguk seolah setuju tebakan Chanyeol.

"Iya, seharusnya Ziyu mengikuti perintah Baba untuk tidur siang bukan untuk bermain. Ziyu menyesal, paman." Raut wajah Ziyu menyadi menyedihkan. Bibir mungilnya melengkung ke bawah matanya pun mulai berair.

Baekhyun segera memeluk Ziyu lalu membawanya pada gendongannya. "Tenanglah. Memangnya Baba Ziyu memberi hukuman apa?" Tanya Baekhyun.

"Melupakan Ziyu."

"Eh? Mana ada hukuman yang seperti itu?"

Ziyu tidak tahu harus menjawab apa mengingat hukuman itu nyata dan terjadi padanya beberapa hari yang lalu. Baekhyun menepuk – nepuk ringan punggung sempit Ziyu sedangkan Chanyeol mengusap rambut Ziyu dengan sayang.

"Chanyeol hyung, Baekhyun hyung? Apa yang kalian lakukan pada Ziyu? Kenapa Ziyu menangis?" Tanya Sehun yang entah sejak kapan sudah berada di belakang mereka. Baekhyun menoleh dan mendapati wajah super datar Sehun.

Dia sebenarnya mengkhawatirkan Ziyu tidak sih? Seketika Baekhyun ingin memukul wajah Sehun mengingat Sehun telah meniduri Luhan Sunbaenim hingga menghasilkan Ziyu.

Ziyu yang melihat sang ayah telah kembali pun langsung merengek untuk di gendong oleh ayahnya dan Sehun langsung menggantikan Baekhyun untuk menggendong Ziyu.

"Ziyu diapakan oleh pasangan idiot itu? Katakan."

Rasa ingin menonjok wajah Sehun bertambah. Baekhyun hanya bisa mengepalkannya di sisi pahanya tidak mungkin ia langsung menonjok wajah Sehun begitu saja.

"Ziyu ingin bertemu Baba, ayah." Pintanya seraya menunjukkan poster tentang konser solo yang akan di lakukan oleh Luhan di sebuah tempat. Sehun mengikuti arah tunjuk tangan mungil Ziyu.

Oh itukan pria yang di panggil Baba oleh Ziyu. Dia mahasiswa disini juga? Kenapa Sehun tidak sadar ya?

"Kau mengenal Luhan Sunbaenim?" Tanya Chanyeol lalu di jawab gelengan oleh Sehun.

"Yang benar saja!" geram Baekhyun hampir memukul Sehun jika saja tubuh mungilnya ditahan oleh kekasih besarnya. Ia kesal pada Sehun, kebohongannya ketara sekali.

"Aku memang tidak mengenal orang itu. Lagian aku kan tidak pernah tahu apapun yang berada di fakultasmu, Chanyeol hyung." Baru saja Chanyeol ingin membalas perkataan Sehun namun telah terpotong oleh Baekhyun.

"Oh – Jerk – Sehun! Bagaimana mungkin kau tidak mengenal Luhan sunbaenim tapi bisa menghasilkan Ziyu?!"

"Baekhyun hyung, aku tidak mengerti apa yang kau katakan tapi aku berani bersumpah jika aku tidak mengenal Luhan itu!" seru Sehun tidak terima.

"ayah," cicit Ziyu.

"Sudahlah, lebih baik aku dan Ziyu pergi. Terima kasih Chanyeol Hyung sudah mau menjaga Ziyu." Ujarnya seraya membalikkan badannya dan berlalu dari sepasang kekasih itu yang masih menatap punggungnya dan juga Ziyu yang sedang melambai kecil pada mereka.

"Ayah." Panggil Ziyu yang di jawab deheman oleh Sehun yang masih berjalan cepat. "Ayah tadi menyeramkan, Ziyu takut."

Sehun memberhentikan langkahnya kemudian menghelakan napasnya untuk menghilangkan sedikit emosinya. Lalu matanya menatap Ziyu yang memeluk leher Sehun begitu erat.

"Maafkan aku sudah membuatmu takut." Ujarnya pelan pada Ziyu.

"Ziyu memaafkan ayah, kok." Sehun tersenyum kecil padanya kemudian menurunkan tubuh kecil Ziyu dan menggandeng tangan kanannya erat.

"Kau berat tahu." Candanya pada Ziyu. Si kecil hanya mencebikkan bibirnya.

"Padahal tadi Ziyu makan sedikit, ayah!" Sehun terkekeh kecil mendengar gerutuan Ziyu. Langkahnya ia lanjutan menuju pintu gerbang kampus.

Langkahnya terhenti karena Ziyu juga terhenti. Kemudian ia menatap apa yang sedang Ziyu tatap. Matanya seketika membulat di ikuti juga pekikan dari Ziyu.

"Itu Baba!!"

Sehun tersadar dari keterkejutannya ketika langkah kaki mungil itu semakin menjauh darinya dan mendekati pria yang sedang membaca buku di kursi panjang tepat bawah sebuah pohon yang cukup besar.

Senyum lebar terus saja mengembang di wajah mungil Ziyu. Oh jangan tanyakan seberapa besar rasa senangnya karena ia sudah tidak sanggup lagi menahan rindu pada Babanya.

"Baba!" panggil Ziyu ketika ia sudah tepat berhadapan dengan Luhan yang sedang terfokus pada bukunya. Luhan yang menyadari ada seorang anak kecil di hadapannya langsung menutup bukunya tak lupa menandai halaman berapa yang sudah ia baca.

"O-oh. Kau anak kecil yang di supermarket itu kan?" Gumamnya. Ziyu tidak memikirkan sama sekali apa yang keluar dari mulut Luhan. Pria mungil itu langsung merentangkan tangannya untuk di gendong dan seolah mengerti Luhan meraih Ziyu dalam gendongannya.

"Baba! Ziyu rindu sekali!" Ujar Ziyu dengan nada yang bersemangat.

"Ziyu kenapa bisa di sini?" Tanyanya menatap wajah Ziyu dengan tatapan bingung. Ziyu pun seketika ingat dengan ayahnya. Kemudian jari kecilnya menujuk Sehun yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Ayah belajar disini." Jawabnya secara pelan.

"Ziyu-ya! Jangan berlari seperti itu." Seru Sehun memperingati Ziyu yang kini terkikik di pelukkan Luhan tanpa memperdulikan peringat Sehun. Kemudian secara otomatis Sehun membungkuk pada Luhan. "Oh, halo Luhan sunbaenim. Maafkan kelakuan Ziyu."

Luhan terdiam beberapa saat sejak Sehun datang menghampirinya, memperingati Ziyu sampai akhirnya Sehun menyapanya kemudian ia terkekeh pelan.

"Tidak apa – apa dan juga tidak perlu terlalu sopan kepadaku. Aku sangat santai, tenang saja." Ujarnya dengan lembut membalas sapaan dari Sehun sementara Sehun sendiri menggaruk tengkuknya salah tingkah kemudian ia memilih untuk duduk di samping Luhan.

"Siapa namamu?" Tanya Luhan seraya menatap kedua mata tajam milik Sehun. "Oh Sehun." Jawabnya. Ziyu yang menyadari ada kejanggalan mulai memiringkan wajahnya kemudian menatap wajah Luhan dan Sehun secara bergantian.

"Baba tidak mengenal ayah juga?" Luhan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ya, ini pertama kalinya aku tahu ayahmu." Kemudian suasana menjadi hening seketika karena Ziyu masih tidak mengerti situasi ini di tambah Sehun tidak tahu harus menimpalnya dengan kalimat apa yang bagus.

"Oh ya. Kenapa Ziyu bisa memanggilku Baba? Kurasa aku tidak pernah tidur dengan seorang wanita manapun." Tanya Luhan pada Sehun.

"Baba'kan hanya ditiduri oleh ayah." Bukan Sehun menjawab malah suara cempreng khas anak – anak lah yang menjawabnya dan jawabnya cukup membuat dua orang dewasa yang mengapitnya menjadi salah tingkah. "Ziyu juga suka melihat ayah memakan bibir Baba dan juga suka menggigit leher Baba seperti Vampir, ih seram."

Wajah dua orang dewasa menjadi memerah karena ucapan frontal yang keluar dari mulut mungil Ziyu.

"Si-siapa yang mengajarimu berkata seperti itu?" Tanya Sehun yang memang cukup terkejut ucapan dari Ziyu.

"Ziyu tidak tahu." Dan tersangka yang telah membuat wajah Luhan maupun Sehun memerah akibat ucapan frontalnya hanya bisa memasang wajah polos tanpa dosa. Oh, yang benar saja anak sekecil Ziyu bisa berbicara seperti itu.

Luhan tak tahu harus berkomentar apa. "Tapi Ziyu-ya. Aku merasa ini pertama kalinya aku bertemu dengan ayahmu jadi – "

"Oh bukankah Baba di suruh oleh nenek untuk datang menemuinya'kan ayah?" Potong Ziyu menghindari perkataan Luhan yang mungkin akan membuatnya kembali bersedih dan Sehun juga baru mengingat janjinya dengan Ibunya untuk mengantarkan Luhan padanya.

"Ah ya, itu benar. Apa setelah ini Sunbae ada waktu bebas?"

"I-iya tapi sebenarnya aku – "

"Ayo sekarang kita pulang bertemu nenek, yah! Ziyu mulai kedinginan." Sehun mengangguk kemudian bangkit dan mengulurkan tangannya untuk menggendong Ziyu. Kebiasaannya sejak perjalanannya menuju supermarket waktu itu. Jika Ziyu sudah mengatakan itu dengan rasa perdulinya ia akan memeluk Ziyu atau menggendongnya jika sedang di jalan. Yeah mulai merasa ada ikatan batin antara ayah dan anak. Itu menurutnya.

Luhan menghelakan napas ketika ia melihat anak kecil yang bernama Ziyu itu sudah berada di gendongan ayahnya. Ia ingin menolaknya tapi melihat Ziyu entah mengapa ia tidak tega makan detik ini juga ia berdiri dan berjalan mengikuti disamping Pria tinggi bernama Oh Sehun.

Wajah Ziyu tak ada hentinya tersenyum menatap Luhan dari balik gendongan Sehun. Dan seperti mantra ajaib senyuman Ziyu menular pada Luhan. Ia jadi gemas sendiri dengan pria mungil yang memanggilnya dengan sebutan baba itu.

"Luhan? Kau mau kemana?"

Langkah Luhan dan Sehun terhenti ketika ada pria tinggi menghalangi jalan mereka. Sehun menatap diam pria tinggi itu dan Luhan, dia tak henti mengutuk dirinya sendiri karena kelupaannya.

Kris, Kekasihnya adalah pria yang over posesif.

.

.

.

TBC

.

.

Hey, hey anyone miss me? ga ada kayaknya haha. abaikan. oke aku cukup waw karna respon ff ini di luar ekspetasiku. Thanks yg udh mau ngereview dan aku pikir kalian sudah cukup pintar untuk menebak tema cerita kali ini. last, buat kalian yang gemes sama ziyu /sama saya juga/ review lagii neeee /buing buing bareng ziyu/

Bogor, 15 April 2017. 09:40