CHAPTER 23

ENDING SCENE

.

.

.

Jungkook tersentak begitu menyadari api dari obor yang tersenggol oleh Eun Tak merembet di sekitarnya sehingga saat ini dirinya harus dikepung oleh api. Kaki jenjangnya berlahan mundur beberapa langkah guna menghindari panas yang menyengat kulit. Mata Jungkook membola sekaligus nanar dibuatnya karena sungguh, walaupun apinya hanya setinggi lima senti dan bisa ia lompati tapi tetap saja Jungkook ketakutan setengah mati.

Gadis itu menautkan kedua tangannya erat dan menghela nafas berat. Kepalanya menoleh namun keadaan sekitar sungguh sepi, tak ada satupun yang berlalu lalang. Eun Tak yang tadinya berujar akan membuang tusuk kembang gula sekarang juga hilang entah kemana.

"Apa yang harus kulakukan?" cicit Jungkook

SREK

Kepala Jungkook refleks menoleh ke sumber suara ketika mendengar ada tanda-tanda kehadiran seseorang tersebut. Ia mencari dimana kiranya orang itu berada, namun nihil. Tak ada seorang pun disekitarnya.

SLAK

SLAK

Jungkook berjingkat kaget ketika sebuah benda yang entah apa itu jatuh dari ranting pohon di sekitarnya namun tidak benar-benar jatuh ke tanah. Awalnya Jungkook mengira itu adalah sebuah mangga karena yang ada di sekitarnya adalah pohon mangga. Namun mata gadis itu mendadak menjadi berair ketika mengetahui yang terjatuh tadi adalah sebuah perkamen besar berisi sebuah tulisan. Ingin rasanya Jungkook menangis sekarang. Bukan karena ia ketakutan dikelilingi api. Bukan. Tapi karena Jungkook membaca isi tulisan yang ada pada perkamen besar itu.

WILL YOU MARRY ME?

Begitulah bunyi tulisan yang ada pada perkamen tersebut. Jungkook sudah tidak tau harus berbuat apalagi saat ini. Bahkan hangatnya api yang mengelilinginya saat ini seketika memudar dengan munculnya tulisan tersebut. Apakah saat ini ia sedang dilamar?

Rasa penasaran Jungkook akhirnya terjawab beberapa detik kemudian ketika seorang lelaki berbadan tegap muncul dari balik salah satu pohon mangga. Walaupun jarak Jungkook dan laki-laki itu lumayan jauh namun gadis itu sudah bisa menebak siapa yang ada di sana.

"Kim Taehyung" ujar Jungkook

"Ya, ini aku Kook"

Dengan seikat mawar merah ditangannya, Taehyung berlahan mendekat pada si gadis. Jungkook hanya terdiam saja ketika sahabatnya itu mendekat dengan seikat mawar merah. Ia lebih memilih untuk mengalihkan pandangan guna menghindari tatapan Taehyung yang begitu intens padanya. Betapa bodohnya Jungkook saat ini. Bahkan gadis itu baru menyadari jika api yang mengelilinginya membentuk pola hati.

"Jeon Jungkook"

Mau tak mau gadis bermarga Jeon itu menoleh begitu mendengar namanya disebut. Taehyung sudah berada dua langkah di hadapannya saat ini tanpa Jungkook ketahui kapan laki-laki itu melompati api yang dibuatnya. Dengan pakaian casual seperti dirinya, Taehyung terlihat begitu tampan malam ini di mata Jungkook.

"Jadi ini semua rencanamu?" Jungkook bertanya namun mengalihkan pandangannya

"Kau suka? Atau kau terkejut?"

"Kau membuatku hampir mati karena serangan jantung"

Taehyung tersenyum tipis menanggapi ucapan gadis di hadapannya. Ya, ia tau Jungkook pasti shock dengan segala rencananya. Memang siapa yang tidak terkejut jika tiba-tiba dikelilingi oleh api? Bahkan jika Taehyung sendiri yang mengalaminya pasti ia juga akan terkejut.

Ketika Jungkook masih mengalihkan pandangannya tanpa mau menatap Taehyung, mendadak laki-laki itu meraih tangan Jungkook dan memberikan bunga yang dibawanya. Si gadis menoleh dengan mata membulat namun si lelaki kembali tersenyum tipis.

"Tae-ah" si gadis mencoba memanggil

Laki-laki itu berlutut ketika perhatian si gadis telah terfokus hanya kepadanya. Sebelum memulai, Taehyung menarik nafasnya dalam lalu membuangnya lewat mulut, membuat Jungkook bisa mendengar hela nafasnya. Setelah berhasil menghilangkan kegugupannya, Jungkook bisa melihat jika Taehyung berusaha mengeluarkan ssuatu dari balik jaket yang dikenakannya. Saat benda yang diambil Taehyung berhasil dikeluarkan, gadis itu bisa melihat ada sebuah kotak beludru di tangan sahabatnya itu.

Nafas Jungkook tertahan begitu Taehyung membuka kotak beludru itu. Ada sebuah cincin berlian yang begitu silau dimatanya karena pantulan bulan purnama. 'Apakah itu benar-benar untukku?' Jungkook refleks menutup mulutnya dengan tangan kiri yang bebas.

"Maaf sudah membuatmu terkejut" Taehyung berujar tanpa berani menatap manik Jungkook

"Ada lagi?"

"Aku tak tau apakah kau suka dengan kejutanku ini. Tapi aku berharap kau menyukainya"

"Lalu?"

"Apa perlu aku menjelaskannya lebih panjang? Aku memegang sebuah cincin dan tulisan di pohon mangga sana adalah kata-kata yang ingin ku katakan padamu. Aku melamarmu"

"Kim Taehyung" nada suara Jungkook naik sedikit

"Jadi, mau kah kau?"

Jungkook hanya terdiam menatap Taehyung yang berlutut dihadapannya. Tak ada satupun kata yang terucap dari bibir gadis itu, begitupun dengan Taehyung. Keduanya sama-sama terdiam hingga akhirnya pandangan mereka saling bertemu ketika Taehyung menengadahkan kepalanya.

"Kau diam saja. Aku anggap kau menjawab iya"

Tanpa menunggu persetujuan Jungkook, Taehyung mencabut cincin berlian dari kotak beludru yang dipegangnya lalu menyematkannya pada jari manis Jungkook. Laki-laki itu berdiri sesaat kemudian lalu berusaha merengkuh bahu Jungkook namun ditepis oleh tangan si gadis.

"Kau fikir ini lucu?"

Nada bicara Jungkook begitu culas dan menusuk. Taehyung hanya terdiam membisu ketika kata-kata itu meluncur dari bibir gadis yang baru saja ia lamar.

"Maaf" hanya itu yang bisa diucapkan Taehyung.

"Aku hampir mati ketakutan di tengah api yang kau buat dan kau hanya mengucapkan maaf?"

"Sekali lagi aku minta maaf"

"Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang kau fikirkan"

Gadis itu berlalu begitu saja dari hadapan Taehyung setelah menyelesaikan kata-katanya. Sementara Taehyung yang melihat kepergian Jungkook hanya bisa mematung dibuatnya. Ia tau ia salah. Niatnya hanya ingin melamar Jungkook dengan cara yang tidak biasa namun justru berujung pada kemarahan gadis itu. Sialan.

Taehyung yang tersadar dari keterdiamannya segera memutar badan dan mengejar Jungkook yang masih samar terlihat dalam pandangannya. Laki-laki itu berlari sekuat tenaga mengejarnya namun Jungkook sudah lebih dulu menghentikan taxi dan meninggalkan taman hiburan tersebut.

"Argh, sial"

Tak ingin membuang waktu lebih lama, segera saja Taehyung menuju tempat parkir dan menstrarter motornya begitu helm terpasang. Laki-laki itu mengendarai motor sportnya dengan kecepatan penuh untuk mengejar taxi yang ditumpangi Jungkook.

Berpuluh-puluh menit saling berkejaran, akhirnya taxi yang ditumpangi Jungkook berhenti di depan rumah gadis itu. Taehyung yang baru saja berbelok pada persimpangan bisa melihat Jungkook keluar dari taxi sambil memegang bunga yang ia bawa. Segera saja ia menambah kecepatannya agar cepat sampai di rumah gadis itu.

Namun sayang, lagi-lagi kesialan menimpa Taehyung kali ini. Saat ia sudah sampai dan turun dari motor, Jungkook sudah lebih dahulu memasuki rumahnya. Sekarang ini hanya ada appa Jungkook yang berdiri di depan pintu sambil memandang kedatangan Taehyung dengan garangnya.

"Kau apakan putriku hingga menangis seperti itu?" nada suara appa Jungkook begitu serius hingga membuat nyali Taehyung sedikit mengkerut

"Ahjussi aku bisa jelaskan"

"Jawab aku Kim Taehyung"

"A-Aku hanya melamarnya tadi ahjussi… Tapi aku melamarnya dengan cara-"

"Kau bilang apa? Kau melamarnya?"

"Ne"

"Beraninya kau melamar putriku yang bahkan belum menyelesaikan pendidikannya. Pulang sana kau Kim Taehyung"

BLAM

Pintu rumah Jungkook tertutup dengan tidak elitnya di depan Taehyung. Laki-laki itu hanya mendengus ketika mendapati apa yang ia rencanakan sebelumnya kacau seperti ini. Selama ini Taehyung sudah membayangkan jika Jungkook akan terkesan dengan lamarannya yang ekstrim namun rencana tinggallah rencana. Jungkook ketakutan dan dia terkena dampart dari ayah gadis itu.

"Sial"

.

.

.

~3 Tahun Berlalu~

"Eomma, dimana red shoes ku?"

Suara gadis cilik itu menggelegar memenuhi mansion Kim yang begitu sunyi hari ini. Dengan langkah ringan, seorang gadis berumur lima tahun tampak menuruni tangga mansion tersebut dengan wajah ditekuk. Gadis kecil itu tampak cantik dengan gaun merah menyalanya di pagi hari. Sementara rambut sebahunya dibiarkan tergerai namun tampak cantik karena ada tambahan bandana di sana.

Gadis kecil yang tak lain adalah JiEun itu saat ini tengah berlari kecil menuju kamar kedua orang tuanya yang ada di lantai satu. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, JiEun meraih knop pintu kamar eomma appa nya begitu saja saat sudah tiba di depannya.

"Eomma…" gadis cilik itu berseru

"Ya sayang"

JiEun menghela nafas dalam ketika mendapati sang eomma yang menjawab namun tidak meoleh kepadanya karena sibuk memasang dasi pada kerah sang appa. Lagi-lagi ia diabaikan karena appa.

"Dimana red shoes ku?" lagi, JiEun bertanya

"Bukankah eomma sudah menyiapkan sepatumu yang berwarna hitam di kamar?"

"Itu sangat tidak matching dengan gaunku eomma. Akan lebih bagus jika gaun merahku ini dipadukan dengan red shoes yang dibelikan appa tempo hari"

SeokJin tertawa pelan mendengar celotehan putri kecilnya sementara NamJoon hanya tersenyum singkat. Aigo, putri mereka masih kecil namun sudah sedetail itu mengenai fashion.

"Cari di lemarimu bagian bawah. Eomma menyimpannya disana"

Si kecil mengangguk lalu meninggalkan kamar tersebut dengan segera, membuat kedua orang dewasa yang berada di dalam kamar menatap dengan kagum.

"Dia mirip sepertimu waktu muda" seru NamJoon

"Tentu saja. Dia kan anakku"

"Anakku juga. Ingat itu"

NamJoon menarik pinggang istrinya hingga tubuh mereka berdua merapat dibuatnya. SeokJin yang sedari tadi membuat simpul dasi pada kerah kemeja NamJoon tak bereaksi walaupun suaminya itu menarik tubuhnya dengan tiba-tiba. Ia sudah terbiasa dengan kelakuan NamJoon.

"Bagaimana jika kita buatkan adik untuk JiEun hm?" Suami SeokJin itu menampilkan senyumnya yang lebih mirip dengan seringaian.

"Jangan macam-macam. JiEun masih butuh banyak perhatian dari kita" SeokJin menggeram namun bibirnya tersenyum, membuat si suami tak tahan untuk mencuri sebuah ciuman singkat.

"Ayolah! JiEun sudah besar dan kita bisa memberinya pengertian mengenai seorang adik"

"Aku bilang jangan macam-macam"

"Akh!"

Bersamaan dengan teriakan tertahan NamJoon, saat itu pula SeokJin menarik simpul dasi suaminya dengan kencang sehingga mencekik leher laki-laki itu. 'Rasakan' SeokJin terbahak jahat dalam hati.

"Taehyung sudah berangkat?" Nada suara SeokJin kembali melembut

"Anak itu berangkat tiga puluh menit yang lalu. Dia bilang wisuda Jungkook akan berakhir satu jam lagi"

Si perempuan hanya mangut-mangut saja mendengar penuturan si lelaki. Ya, hari ini adalah wisuda Jungkook tanda bahwa gadis itu telah lulus dari menara gadingnya. Saat sudah selesai dengan urusan memasang dasi NamJoon, SeokJin meraih hand bag-nya lalu menggapit lengan kekar suaminya itu.

"Ayo berangkat" pandu NamJoon

.

.

.

Suasana riuh tampak kentara sekali di rumah Jimin hari ini. Para anggotanya tampak sibuk merias diri masing-masing karena akan menghadiri hari penting untuk Jungkook pagi ini. Jam baru menunjukkan pukul sembilan dan Hoseok terliat keluar dari kamarnya menggunakan setelan jas yang sangat rapi.

"Sam-chon"

Hoseok menoleh pada suara anak kecil yang memanggilnya. Ternyata itu JiHoon yang memanggil. Segera saja Hoseok menghampiri balita yang tengah duduk di sofa itu lalu menciumi pipinya dengan gemas.

"Aigo… JiHoonie sendirian? Dimana eomma dan appa mu eoh?"

JiHoon hanya tertawa khas balita saat ditanya Hoseok. Ya, JiHoon baru berumur tiga tahun dan hanya bisa mengucapkan sepatah dua patah kata. Oleh sebab itu ia hanya akan tertawa ketika ada yang berbicara padanya.

Daripada harus berdiam diri saja, akhirnya Hoseok memilih untuk mengajak balita itu bermain. Dengan telaten laki-laki itu mengajarkan beberapa kosakata baru pada JiHoon yang diikuti dengan apik oleh si kecil. Jimin dan Yoongi baru keluar dari kamarnya setelah dua puluh menit Hoseok bermain bersama JiHoon.

"Ternyata oppa ada di sini"

Yoongi tersenyum dan menghampiri JiHoon yang ada di sofa. Sementara Jimin yang tadinya ada di belakang Yoongi memilih ke dapur dan mengambil segelas jus jeruk dari kulkas.

"JiHoonie mau?" tawar sang appa

"Jangan berikan dia minuman dingin. JiHoon bisa terkena flu" Yoongi tak tahan untuk mengomeli suaminya

"Kurasa Hoseok hyung harus segera menikah. Lihat Yoon, dia sudah pandai menjaga anak kecil" Jimin berusaha mengalihkan perhatian agar tidak diomeli Yoongi

"Jimin ada benarnya. Kapan oppa menikah? Apa oppa sudah punya calon?" Yoongi tak kalah antusias

"Ayolah. Kenapa kalian selalu membicarakan pernikahan ketika bersamaku. Memang tidak ada topik lain?" Hoseok memijat pelipisnya pelan karena berdenyut

"Nanti hyung bisa jadi bujang lapuk jika tidak segera menikah" cibir Jimin

"Aku tau kau sudah menikah Jim. Tapi kau tak perlu repot menistakan aku seperti itu"

Baik Jimin maupun Yoongi sama-sama tertawa mendengar jawaban Hoseok. Mengerjai lelaki yang lebih tua dari mereka itu menyenangkan, apalagi topiknya mengenai pernikahan. Pasti Hoseok akan kalah telak dan sepasang suami istri itu akan ber high five ria merayakannya.

"Kalian akan tetap di situ?"

Atensi ketiga orang dewasa di sofa itu teralihkan ketika mendengar suara Heechul yang nyaring menyahut dari depan kamarnya. Perempuan setengah baya namun masih cantik seperti Cinderella itu kini telah berdandan cantik menggunakan gaun biru tua yang sangat berkerlip dari kejauhan. Penampilan Heechul makin tampak glamour saat tangan perempuan satu anak itu memegang sebuah tas Gucci keluaran terbaru.

"Baiklah, ayo kita berangkat. Jangan kecewakan Jeon Jungkook hari ini"

Mereka berlima, lengkap dengan JiHoon digendongan Yoongi beranjak memasuki mobil Hoseok ketika mendengar komando laki-laki paling tua di rumah tersebut. Hari ini mereka akan menghadiri undangan special beberapa waktu lalu oleh Jungkook.

.

.

.

"Jeon Jungkook dari fakultas Modern Art"

Gadis yang disebutkan namanya oleh sang rektor itu menaiki panggung dengan anggun. Lengkap dengan pakaian khas wisuda dan rambut yang di gerai bebas, Jungkook berjalan anggun ke arah sang rektor. Jungkook menjabat tangan rektor yang sudah berumur itu dengan sebuah senyum sambil menerima gulungan beludru yang diberikan kepadanya. Setelahnya, kepala Jungkook menoleh pada photographer yang sudah bersiap di pinggir panggung untuk mengambil gambarnya.

CEKREK

Sebuah moment bahagia baru saja diabadikan oleh si photographer. Jungkook nampak tersenyum cantik dalam foto tersebut. Tak terasa sudah empat tahun lamanya Jungkook mengenyam pendidikan di Seoul University. Sekarang ia telah lulus dan berhasil menyandang gelar sarjana bersama ratusan mahasiswa lainnya.

Jungkook lalu turun dari panggung dan mengikuti acara wisuda hingga berakhir. Di penghujung acara, ratusan mahasiswa dengan kompak merayakan kelulusan mereka dengan melempar topi toga ke udara dan bersorak bersama setelahnya.

Setelah acara benar-benar berakhir, Jungkook keluar gedung aula ditemani oleh KyungSoo dan juga JongIn. Ugh, dia merasa seperti obat nyamuk jika sepasang kekasih itu sudah bertemu.

"Hei lihat Kook. Kau sudah ditunggu pangeranmu"

KyungSoo menoel lengan sahabatnya dengan jail lalu mengarahkan dagunya pada seseorang yang bersandar di sebuah mobil. Tanpa mempertajam penglihatanpun Jungkook sudah tau jika orang yang menunggunya tersebut adalah Taehyung.

"Aku pergi dulu. Bye oppa, bye eonni. Jangan lupa datang"

Sepasang kekasih itu mengangguk dengan senyum cerahnya. Sementara Jungkook kini tengah menjinjing roknya agak tinggi untuk memudahkan acara berlarinya mengampir Taehyung.

"Sudah menunggu lama?" tanya Jungkook

Taehyung melihat arloji yang terpasang pada pergelangan tangannya. Dengan menekuk wajah, laki-laki itu memajukan sedikit bibirnya dan menarik nafas singkat.

"Empat puluh lima menit dua puluh tiga detik"

"Ayo berangkat. Kita bisa terlambat"

Jungkook meraih lengan Taehyung lalu membukakan pintu tempat pengemudi. Dengan tidak sabaran gadis itu mendorong punggung si lelaki agar segera memasuki mobil yang dibawanya. Setelah memastikan Taehyung telah duduk rapi di kursinya, Jungkook segera menyusul mendudukkan diri di sebelah Taehyung tak lama kemudian.

"Kau siap princess?"

"Im ready my prince"

.

.

.

Lonceng raksasa yang ada di ujung atap loteng gereja berbunyi nyaring, menandakan jika hari ini akan ada sepasang anak manusia yang akan mengikat janji suci. Di dalam gereja tersebut, tampak para tamu undangan tengah duduk dengan rapinya menunggu mempelai wanita memasuki altar. Di deretan kursi paling depan sebelah kanan saat ini tampak Yoongi sedang memangku JiHoon kecil sementara Jimin duduk disebelahnya memegangi botol susu sang anak. Disamping Jimin ada Hoseok yang duduk tenang bersama Heechul di kursi sebelahnya lagi. Untuk di deretan paling depan sebelah kiri tampak eomma Jungkook duduk di sebelah SeokJin dan NamJoon. Mereka semua tampak tegang menunggu upacara pernikahan dimulai. Oh ya, jangan lupakan mempelai pria ber-tuxedo putih dipadu kemeja merah maroon juga tengah gugup di depan altar sana.

Lima belas menit menunggu penuh ketegangan, akhirnya pintu altar terbuka. Tampak sebuah red shoes ukuran anak-anak memasuki altar. Seorang gadis kecil berusia lima tahun dengan percaya dirinya melangkah menyusuri altar sambil membawa sebuket mawar putih ditangannya. Sementara itu, di belakang gadis kecil tersebut sang mempelai wanita yang menggunakan gaun mewah panjang berwarna merah maroon lengkap dengan tiara perak di kepalanya tengah berjalan di tuntun sang ayah. Mempelai wanita itu tampak memegang tangan appa-nya begitu kuat karena gugup, namun bibirnya tak berhenti menebar senyum selama berjalan di altar.

Setibanya di ujung altar, gadis cilik pembawa bunga itu berhenti lalu berbalik menghadap mempelai wanitanya. Dengan senyum ceria, gadis cilik itu menyerahkan mawar putih yang dibawanya pada si pengantin wanita.

"Terima kasih JiEun"

Gadis cilik itu mengangguk lantas berlari kecil ke tempat tamu undangan duduk untuk menghampiri orang tuanya. Dengan sigap, NamJoon menangkap tubuh putri kecilnya itu dan membawa ke pangkuannya.

"Kuserahkan Jungkook kepadamu Kim. Jaga dia baik-baik"

Tuan Jeon menyerahkan tangan Jungkook pada Taehyung yang sudah bersiap sedari tadi di ujung altar. Dengan senyum malu tapi mau, laki-laki itu meraih tangan Jungkook dan membantu calon istrinya itu naik ke atas altar. Tuan Jeon menyingkir ke kursi tamu undangan dan acara pemberkatan pun dimulai.

Kedua mempelai menghadap pendeta di hadapan mereka. Dengan saling berpegangan tangan, keduanya mengikuti setiap kalimat yang diucapkan si pendeta untuk menyatukan mereka. Tepuk tangan meriah dan alunan musik terdengar begitu upacara pernikahan telah selesai. Sekarang, Taehyung dan Jungkook telah sah menjadi sepasang suami istri.

"Kalian sekarang bisa berciuman"

Pipi Jungkook merona sementara Taehyung tersenyum setan. Sekarang Jungkook tidak bisa menghindar lagi apalagi para tamu undangan yang dia undang dengan semangatnya mendukung prosesi cium pengantin ini.

"KISSEU"

"KISSEU"

"KISEEU"

Tanpa aba-aba, Taehyung menarik pinggang Jungkook dan merapatkan tubuh mereka berdua. Karena belum terbiasa, si gadis refleks menahan dada bidang Taehyung menggunakan kedua tangannya.

"Kita benar-benar akan berciuman?" Jungkook berbisik

"Kau ingin mengecewakan mereka?" Taehyung justru balik bertanya

"Tentu saja tidak"

"Ayo lakukan ini dengan alami dan sedikit lama. Aku benar-benar menanti untuk ini"

"Mesum" cibir Jungkook

"Tutup matamu princess"

Seperti sihir yang mutahir, Jungkook dengan cepat memejamkan matanya begitu Taehyung selesai dengan ucapannya. Sekarang, Jungkook bisa merasakan nafas Taehyung yang semakin berhembus kuat menembus pipinya. Saat jarak wajah mereka kurang lima senti lagi untuk berciuman, mendadak Jungkook membuka mata, membuat Taehyung mengentikan gerakannya.

"Ada apa?" tanya Taehyung tak suka

"Kau undang siapa untuk bintang tamu pernikahan kita?" Jungkook bertanya dengan polosnya

"Ck. Tentu saja idolamu"

"Jung SeWoon?"

Taehyung mengangguk setengah hati guna menjawab pertanyaan tidak penting Jungkook. Laki-laki itu hendak menormalkan kembali ekspresi muramnya tapi Taehyung sudah lebih dahulu dibuat terkejut oleh bibir Jungkook yang mendadak sudah menempel pada ujung bibirnya. 'Tunggu dulu, Jungkook menciumku?'

Mata musang Taehyung membulat tidak percaya. Dari ekor matanya Jungkook benar-benar menciumnya terlebih dahulu. Taehyung seperti ketiban durian runtuh saat ini. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, segera saja laki-laki itu meraih tengkuk Jungkook untuk memperdalam ciuman mereka.

Para tamu undangan yang menyaksikan itu berteriak heboh dibuatnya. Ada yang memberi standing aplous dan ada juga yang meloloskan siulan. Sementara mereka yang memiliki anak kecil dengan gelagapan mengamankan kesucian buah hati mereka masing-masing.

"Appa, kenapa mata JiEun ditutup? JiEun ingin lihat Samchon dan juga Imo"

"Nanti dulu ya sayang. Saat ini sedang mati lampu. Jika appa tidak menutupi mata JiEun nanti JiEun berteriak ketakutan" NamJoon menjawab dengan sekenanya

"Hyung kenapa kau memotret orang yang berciuman?" – Jimin

"Aku ingin mengabadikan moment manis mereka" Hoseok menjawab santai

"Cih, bilang saja kau iri" lagi, Jimin mendengus

"Sekali lagi kau berbicara seperti itu akan ku gunting mulut laknatmu itu" ancam Hoseok

.

.

.

Setelah upacara pernikahan dan adegan ciuman panas pengantin, sekarang tamu undangan dibuat heboh dengan acara lempar bunga yang akan dilakukan. Mereka semua yang masih single sedang berjajar saling berdesakan di depan altar untuk berebut bunga saat ini. Luhan dan SeHun berdiri paling depan untuk memperebutkan bunga Jungkook, sedangkan KyungSoo dan JongIn memilih tempat ditengah karena memperkirakan lemaparan Jungkook pasti akan jauh. Sementara itu, Hoseok meilih bersilang dada di samping seorang berwajah kotak yang diketahuinya bernama Kim JongDae dan mengaku sebagai sunbae Jungkook.

"Hun-ah. Kita harus dapat bunganya ya agar segera menikah seperti Kookie"

"Iya Lulu sayang"

"JongIn-ah. Ayo semangat, memangnya kau tidak ingin menikah denganku?"

"Tanpa mendapatkan bunga itupun aku akan menikahimu Soo"

"Aish kenapa mereka begitu berisik sekali gara-gara bunga?" yang ini suara nyaring JongDae

"Padahal ini hanya mitos" Hoseok menyahut

Para tamu undangan yang riuh berbagi stategi itu kini mulai kembali fokus ke aula saat Jungkook dan Taehyung berjalan ke tengah panggung. Sebuket mawar putih yang dibawa gadis itu kini tengah siap dilemparkan. Dengan memunggungi tamu undangan, kedua pengantin baru itu mengayunkan bunganya.

1

2

3

DAN…..

HAP

Semua mata mengikuti kemana perginya buket bunga itu. Saat yang lain sibuk untuk mendapat bunga, JongDae justru berbalik untuk meninggalkan kerumunan. Namun langkah laki-laki itu terhenti ketika sebuah buket bunga jatuh tepat di dekapan tangannya.

"WOOAAA SUNBAE… KAU MENDAPATKANNYA. KAU AKAN SEGERA MENIKAH"

Jungkook berteriak heboh tanpa bisa mengontrol suara anggunya lagi ketika melihat buket bunga yang dilemparnya jatuh ke tangan JongDae. Tamu undangan yang lain menatap iri pada lelaki berwajah kotak itu. Yang berpasangan kalah dengan yang datang sendirian kali ini. Nasib.

"Terima kasih Jungkook-ah. Akan kupastikan akan segera menyusulmu" teriak JongDae tak kalah semangat.

.

.

.

Jung SeWoon yang di datangkan khusus oleh Taehyung untuk istrinya saat ini tengah asyik bernyanyi di ujung panggung. Dengan bernyanyinya Jung SeWoon di acara pernikahan ini, menandakan jika acara telah sampai pada ujungnya. Seluruh keluarga Jungkook dan Taehyung berkumpul di atas panggung untuk berfoto bersama. Tak ketinggalan sahabat dekat mereka seperti Yoongi dan Jimin juga bergabung. Jungkook dan Taehyung berdiri di tengah sebagai center. Di samping kanan mereka ada appa Jungkook, eomma Jungkook, NamJoon, SeokJin dan juga JiEun. Sementara itu di sebelah kiri nampak Yoongi berdiri di samping Jungkook sambil menggendong JiHoon. Disebelah wanita itu ada suaminya Jimin lalu diikuti Hoseok dan Juga Heechul.

"Sudah siap?"

Sang photographer bertanya yang dijawab dengan anggukan oleh mempelai wanitanya. Dengan arahan untuk tersenyum, mereka semua menatap ke kamera dengan senyum bahagia masing-masing.

1

2

3

CEKREK

Satu lagi moment bahagia untuk Jungkook kembali berhasil diabadikan oleh sebuah foto. Sekarang bukan lagi seorang diri, namun Jungkook ditemani oleh pasangan hidupnya saat ini. Kim Taehyung

.

.

.

"Cinta itu tidak terbatas. Siapapun dapat menghadirkan sebuah cinta, entah itu keluargamu, sahabatmu ataupun orang baru dalam hidupmu. Kau hanya perlu untuk bersabar dan memandang semuanya dengan lapang dada. Menunggu bukanlah sesuatu yang harus dibenci saat kau yakin apa yang kau tunggu akan berujung indah pada akhirnya."

LIMITLESS

.

.

.

END

A/N :

Annyeong….

Ahh, akhirnya kelar juga ini ff. Bener-bener bahagia banget bisa selesaiin ff ini.

Adakah yang masih menunggu? Aku sadar kok updatenya terlalu lama. Apalagi aku juga sadar klo cerita ff ini radak membosankan dan dipaksakan beberapa chapter terakhir. Semoga readers-deul suka deh dengan endingnya. Aku udah usaha buat se happy ending mungkin untuk mereka semua.

Aku juga mau ucapin TERIMAKASIH SEBANYAK-BANYAKNYA BUAT YANG UDAH KASIH REVIEW/COMMENT/CRITIC DLL BUAT FF AKU APALAGI YANG REVIEW DARI CHAPTER 1. SEKALI LAGI THANK YOU SO MUCH :*

Aku akan berusaha bikin ff yang lebih baik lagi. Berusaha memperbaiki tata bahasa aku yang masih abal ini. Maapkeun klo di awal ff ini sempat bikin emosi :v

Buat mengobati kerinduan readers deul pada ff aku #cielah #kepedean kalian bisa baca ff aku yang berjudul BLIND dan juga YOU (HANDS ON ME). Silahkan dicari :D #promosi

Jadi, maukah readers-deul kasih review buat final chapter ini? :D

See you on new story ^_^