AUTHOR - NONA BYUN

WARNING ! GS

CAST :

KIM TAEHYUNG

JEON JUNGKOOK (GS)

PARK JIMIN

MIN YOONGI (GS)

KIM NAMJOON

KIM SEOK JIN (GS)

JUNG HOSEOK

Semua cast di atas milik Tuhan, author hanya pinjam nama. Jika ada yang gak suka GS bisa klik tombol close !

CHAPTER 1

STORY BEGIN

Tahun ajaran baru telah dimulai. Para siswa siswi baik dari Junior High School maupun Senior High School mau tak mau harus mengakhiri libur panjang mereka. Tak terkecuali dengan Jeon Jungkook, gadis manis kebanggaan keluarga Jeon. Pagi-pagi sekali Jungkook telah bangun dari tidurnya. Selesainya dari acara mandi, Jungkook mengenakan seragamnya dan mulai memoleskan sedikit make up pada wajah cantiknya. Tak ketinggalan, ia mengikat tinggi rambut panjangnya dan membiarkan beberapa helai poni tipis menutupi dahinya.

"Jeon Jungkook, neo yeppeo. Fighting…!" katanya saat mematut diri di depan cermin

Setelah dirasa cukup, Jungkook menyambar tasnya dan melangkah ceria keluar kamar. Dengan langkah santai ia menuruni satu per satu anak tangga. Dari tangga, ia bisa melihat eomma-nya tengah memasak nasi goreng kimchi kesukaannya dan appa-nya yang sibuk membaca Koran pagi.

"Selamat pagi eomma, appa" Suara khas Jungkook menyapa orang tuanya

"Pagi sayang" Tn. Jeon menjawab

"Kau sudah siap?" Nyonya Jeon menyodorkan sepiring nasi goreng kimchi ke hadapan Jungkook

"Hm…. Tentu. Aku tak ingin terlambat di hari pertama tahun ajaran baru. Eomma tau sendiri bagaimana galaknya Ahn Seosangnim saat menghukum murid yang terlambat"

"Eomma mengerti. Cha, cepat makan sarapanmu. Kau bisa terlambat jika terus mengobrol dengan eomma!"

"Arraseo eomma"

Jungkook memakan sarapnnya dengan lahap. Moodnya sedang baik hari ini, jadi ia tak mau melewatkan secuilpun kenikmatan dari rasa masakan eomma-nya yang menurutnya adalah yang terbaik di Negeri Gingseng ini. Setelah menghabiskan sarapnnya, Jungkook berangkat ke sekolah di antar oleh sang appa.

.

.

.

Di perjalanan Jungkook dapat melihat banyak sekali murid yang melewati jalanan untuk sampai ke sekolah. Ia rindu suasana ini. Satu bulan libur musim dingin membuatnya sangat merindukan suasana sekolah. Jungkook menurunkan kaca mobil dan berusaha menggapai udara pagi yang terasa sangat segar di hari itu. Ia rindu teman-temannya, ia rindu dengan suasana ruang musik, ia rindu dengan suasana kantin. Jungkook rindu dengan segala hal yang ada di sekolahnya. Menjadi anak tunggal membuatnya terkadang merasa kesepian. Baginya, sekolah adalah tempat dimana ia bisa menghibur diri.

"Appa ada rapat hari ini. Jadi pulanglah naik bus bersama Yoongi atau minta Taehyung untuk mengantarmu. Ingat, jangan pulang sendirian!"

"Ne appa"

Jungkook mencium kedua pipi sang appa dan keluar dari mobil. Setelah mobil appanya dirasa menjauh, Jungkook memasuki sekolahan dengan langkah ringan. Suasana sekolahan bisa dibilang cukup ramai walau jam masih menunjukkan 07.00 sementara kelas baru akan dimulai pukul 08.00.

Perlu diketahui bahwa Jungkook bersekolah di 'Bangtan High School', salah satu sekolah elit yang ada di Kota Seoul. Banyak anak-anak pejabat yang bersekolah di sekolah ini. Fasilitasnya yang lengkap dan banyaknya prestasi yang diraih membuat nama 'Bangtan High School' semakin melambung dikalangan masyarakat Seoul.

Kelas Jungkook terletak di bagian belakang sekolah. Terkadang Jungkook merasa kesal juga kenapa sekolah ini sangat luas yang membuatnya harus berjalan cukup jauh untuk sampai di kelas. Untuk menghilangkan rasa bosan, Jungkook memasang earphone di telinganya. Sambil bersenandung, ia menyusuri lorong-lorong kelas. Sesekali, ada siswa yang menyapanya. Jungkook bukanlah murid yang popular seperti Bae JuHyun yang cantik maupun Jung SooJung yang memiliki body seperti model. Ia hanya murid biasa yang mengikuti klub vocal sekolah yang sesekali mengisi berbagai acara, oleh sebab itu beberapa murid di sekolah ini mengenalnya.

Saat tiba di persimpangan, Jungkook tak sengaja bertabrakan dengan seorang murid laki-laki. Tubuhnya terhuyung beberapa langkah akibat tubuhnya yang tak seimbang. Sementara si laki-laki juga mengalami hal yang serupa dengan Jungkook.

"Ah, maaf. Aku tak memperhatikan jalan" Jungkook membungkuk karena merasa bersalah

"Oke. Tak masalah" Laki-laki itu tersenyum membalas perkataan Jungkook

'Park Jimin' begitulah nama yang tertulis saat Jungkook memperhatikan nametag laki-laki yang menabraknya tadi. Laki-laki itupun berlalu pergi setelah membalas perkataan Jungkook. Jungkook sendiripun melanjutkan langkahnya menuju ke kelas.

"Yoongi eonni….."

Merasa namanya dipanggil, sang empunya namapun menoleh. Dilihatnya gadis berpipi chuby berlari ke arahnya. Hah, ia hampir melupakan gadis cerewet yang satu ini. Selama liburan ia tak pernah bertemu dengan Jungkook karena ia harus pulang ke Daegu untuk mengunjungi neneknya.

"Kook, kau tak perlu berlari seperti itu. Kalau kau terjatuh appamu pasti akan menegurku"

"Aku sangat merindukan eonni. Apa liburan eonni menyenangkan? Aku sangat bosan berada di rumah. Pekerjaan appa tak bisa ditinggalkan dan kami pun terpaksa membatalkan liburan"

Jungkook cemberut menceritakan bagaimana rencana liburannya yang kacau akibat jadwal sang appa yang tak bisa ditinggalkan. Melihat hal tersebut, Yoongi mencubit gemas pipi chuby Jungkook. Ia sudah menganggap Jungkook seperti adiknya sendiri. 5 tahun bersahabat dengan Jungkook membuat Yoongi hafal betul dengan tingkah laku Jungkook. Jungkook yang ceria dan Jungkook yang akan menunjukkan sisi manjanya apabila bersama Yoongi.

"Aku membantu nenek berkebun saat liburan. Kurasa kau tak akan suka bila liburan sepertiku"

"Apa eonni meremehkanku?"

"Aku tak meremehkanmu. Tapi aku tak yakin padamu. Kajja, temani aku sarapan. Masih tersisa banyak waktu sebelum bel masuk" Yoongi mengajak Jungkook ke kantin.

"Itu sama saja. Apa eonni tak sarapan lagi? Eonni harus menghilangkan kebiasaan buruk eonni yang satu itu."

"Aku hanya tak sempat sarapan. Lagipula aku juga sarapan saat disekolah"

"Arraseo. Kajja"

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin sebelum bel masuk berbunyi.

.

.

.

Kelas matematika terasa sangat lama bagi Jungkook. Bel istirahat tak kunjung berbunyi juga sejak tadi. Jungkook mendesah frustasi lantaran bosan dengan gaya mengajar Kang seosangnim yang sejak satu jam lalu terus menerus menerangkan rumus logaritma yang sialnya Jungkook tak memahaminya sedikitpun.

Ditolehkan kepalanya ke kanan dan ia bisa meihat Yoongi sedang fokus mencatat setiap rumus yang ada di papan tulis. Selalu saja seperti ini. Ia benar-benar bosan dan butuh hiburan. Saat menoleh ke belakang, ia mendapati Taehyung menelungkupkan kepalanya di meja.

"Yaaak. Kim Taehyung"

Jungkook menyenggol pelan meja Taehyung, berharap sang empunya meja akan terbangun dan dapat membuat kebosanannya hilang.

"Taehyung…. Ireona" Jungkook meninggikan suaranya.

"Eeengghh..?"

Taehyung akhirnya bangun dengan keadaan yang belum sepenuhnya sadar. Matanya menyipit saat melihat Jungkook tersenyum kearahnya. 'Anak ini pasti ada maunya'. Taehyung membatin dalam hati, ia hafal betul tingkah laku Jungkook saat menginginkan sesuatu.

"Taehyung-ah, aku…"

"Jeon Jungkook, Kim Taehyung! Apa kalian keberatan jika ku suruh mengelilingi lapangan? Daripada membuat keributan di kelas, bukankah mengelilingi lapangan lebih baik?"

Belum sempat Jungkook menyelesaikan ucapannya, suara Kang seosangnim sudah mengintrupsi. Semua murid yang ada di kelas menoleh memperhatikannya dan Taehyung. 'Sial' batin Jungkook. Ia hanya berniat membangunkan Taehyung untuk menghilangkan kebosanannya tapi belum sempat terlaksana, Kang seosangnim justru menghancurkan semuanya.

Sementara itu Taehyung yang tak tau apa-apa hanya mengumpat dalam hati. Ia baru bangun dan sudah di suruh untuk mengelilingi lapangan. Ia berjanji akan membuat Jungkook membayar ini semua.

"Kajja! Ayo kita keluar"

Taehyung menyeret Jungkook keluar kelas. Sekilas Jungkook menoleh kearah Yoongi, dari tatapannya Jungkook tau Yoongi menatapnya prihatin. Tapi mau bagaimana lagi, ia tak mungkin melawan perintah Kang seosangnim.

.

.

.

Mereka berdua berlari mengelilingi lapangan bersama. Matahari sudah mulai meninggi, peluh Jungkook pun bercucuran karena panasnya cuaca. Taehyung berada beberapa langkah di depan Jungkook. Terkadang, Jungkook merasa heran apa Taehyung tak punya rasa lelah? Ia tau Taehyung seorang laki-laki yang jelas tenaganya pasti lebih kuat dibanding ia yang seorang perempuan. Tapi ini sudah putaran kesepuluh dan Taehyung tak mengeluh sedikitpun.

"Bisakah kita berhenti sebentar?" Jungkook berteriak pada Taehyung

"Selesaikan hukumanmu baru berhenti! Apa kau ingin hukuman kita ditambah? Kau sendiri yang membuat kekacauan ini Kook"

"Arraseo"

Dari cara bicaranya, Jungkook tau bahwa Taehyung marah. Ia pasti kesal karena ikut terkena imbas dari ulahnya. Jungkook hanya menunduk lesu menyelesaikan hukumannya. Membantah Taehyung sama saja membuat keadaan bertambah buruk dan ia tau betul bagaimana sifat Taehyung jika sedang marah. Sahabatnya yang satu itu memang menakutkan ketika marah.

Setelah menyelesaikan hukumannya, Jungkook dan Taehyung duduk disalah satu bangku taman. Tak ada yang memulai percakapan diantara mereka. Jungkook sendiripun merasa canggung. Ia benci menjadi canggung seperti ini, apalagi Taehyung adalah sahabatnya sendiri.

"Mianhae" Jungkook berucap

"Untuk?"

"Mianhae karena sudah membangunkanmu tadi dan membuatmu ikut dihukum. Aku hanya bosan dengan kelas Kang seosangnim, jadi aku berusaha mencari hiburan"

Jungkook sungguh menyesal dengan perbuatannya tadi. Ia sadar ia salah dan ia tak mau Taehyung lebih marah lagi. Jungkook benar-benar tulus meminta maaf.

"Gwenchana. Lagipula dengan begini kita tak perlu mendengarkan celotehan Kang seosangnim tentang rumus matematikanya. Sejujurnya aku juga bosan tadi saat berada di kelas".

Taehyung tersenyum kearah Jungkook dan mengusak rambut Jungkook dengan manja. Jungkook tak bisa menahan senyum dan rasa senang dalam hatinya. Ia suka Taehyung yang seperti ini, Taehyung yang selalu mengerti dirinya. Jika Yoongi sudah ia anggap seperti eonninya, maka Taehyung sudah seperti oppanya.

"Apa oppa haus? Aku akan membeli minum jika oppa ingin" Jungkook menawarkan

"Kau memanggilku oppa dan menawarkan minuman? Kau sedang merajuk hm..?"

"Sebagai permintaan maaf. Kenapa kau sangat tak peka"

Jungkook memajukan bibirnya sebagai tanda ia kesal dengan sikap Taehyung. Taehyung benar-benar manusia paling tidak peka menurut Jungkook.

"Kau memajukan bibirmu, apa kau ingin ku cium? Ayo panggil aku 'oppa' lagi jika ingin"

Taehyung mulai menggoda Jungkook. Ia suka dengan sikap Jungkook yang sangat polos dan mudah untuk digoda. Jika Jungkook sudah marah, itu tandanya suatu kemenangan bagi Kim Taehyung.

Sayangnya, Taehyung justru dihadiahi satu pukulan yang lumayan keras di lengannya akibat perkataannya tadi. Ah, ia lupa walau Jungkook seorang perempuan tapi tenaganya saat sudah memukul tak main-main. Taehyung hanya meringis sebagai tanda bahwa ia kesakitan dengan pukulan Jungkook.

"Kau menyebalkan Kim Taehyung"

"Kau bilang aku sangat tidak peka. Bukankah bahasa tubuhmu tadi menunjukkan bahwa kau ingin dicium? Apa aku salah? Aku peka sebagai seorang laki-laki"

"Terserah! Tunggulah disini! Aku akan membeli minuman"

Jungkook bangkit dari tempat duduk dan melenggang pergi. Berada terlalu lama dengan Kim Taehyung hanya akan membuatnya semakin malu. Sayup-sayup ia bisa mendengar tawa Taehyung. Laki-laki itu pasti merasa senang karena berhasil menggodanya habis-habisan.

Minta dicium oleh seorang Kim Taehyung? Yang benar saja, bahkan selama 18 tahun umurnya ia belum pernah sekalipun berciuman. Ia tak mau ciuman pertamanya terlewatkan dengan begitu saja. Ia ingin memberikan ciuman pertamanya pada kekasihnya nanti. Itulah yang Jungkook inginkan dari dulu.

"Astaga! Apa yang aku pikirkan"

Jungkook mengusap wajahnya karena sudah berpikiran hal yang sangat konyol. Perkataan Taehyung benar-benar berputar diotaknya dan ia merasa malu dengan hal itu. Bagaimanapun, Taehyung adalah sahabatnya.

Saat tiba di kantin, Jungkook ,membeli sebotol air mineral dan sebotol jus jeruk. Taehyung alergi dengan jeruk. Aneh memang, tapi begitulah faktanya. Pernah sekali saat baru mengenal Taehyung, Jungkook membelikannya jus jeruk. Karena merasa tak enak dengan Jungkook yang baru dikenalnya, Taehyung meminum jus jeruk itu. Alhasil, Taehyung langsung muntah-muntah dan tak sadarkan diri beberapa saat kemudian.

Jungkook membayar minumannya. Saat ia membalikkan badan, tubuhnya menabrak seseorang yang berada di belakangnya. Jungkook mendongak untuk melihat siapa orang yang menabraknya. Betapa terkejutnya Jungkook saat melihat orang yang ia tabrak barusan.

"Oh, hai! Kita bertemu lagi" Sapa orang yang Jungkook tabrak

"Nde?" Jungkook yang masih kaget hanya menjawab sekenanya

"Kita bertabrakan tadi pagi. Apa kau ingat?"

"Ah! Ne, aku ingat" Jungkook tersenyum malu

"Kalau boleh tau, kau dari kelas apa? Kita tak pernah bertemu sebelumnya, dan kurasa kau juga bukan murid yang berada di tingkat awal"

"Aku berada di tingkat akhir. Kelas A"

"Oh, begitu. Aku juga di tingkat akhir. Aku dari kelas H. Pantas saja kita tak pernah bertemu, tenyata jarak kelas kita memang jauh"

Jungkook tersenyum canggung. 'orang ini sangat pintar basa-basi' pikir Jungkook.

" Aku Park Jimin"

"Jeon Jungkook"

Jungkook menjabat uluran tangan Jimin. Ia sudah tau nama Jimin sejak pertama mereka bertemu, walau Jungkook tak sengaja melihatnya dari name tag. Tapi rasanya sangat tak sopan bila tak berkenalan secara formal, ditambah mereka selalu bertemu dengan cara yang bisa dibilang tidak cukup baik.

Jungkook terlalu asyik dengan pikirannya sampai ia hampir melupakan Taehyung. Ia memukul jidatnya. Taehyung pasti menunggunya.

"Maaf Jimin-ssi, aku harus segera pergi"

Tanpa menunggu jawaban Jimin, Jungkook berlari meninggalkan kantin. Jimin hanya tersenyum penuh arti melihat kepergian Jimin. 'Gadis yang menarik' pikirnya.

Jungkook berlari dengan tergesa ke taman. Setelah sampai di taman, dilihatnya Taehyung sudah duduk ditemani Yoongi. Ia merasa lega, setidaknya Taehyung masih menunggunya. Jungkook berjalan menghampiri Taehyung dan Yoongi. Dari arah belakang ia mengendap-endap agar tak ketahuan Taehyung maupun Yoongi. Ditempelkannya air mineral dingin yang dibelinya di pipi Taehyung. Merasakan suhu dingin yang menyengat, sang empunya pipi-pun menoleh.

"Apa kau ketiduran di kantin Kook?"

Taehyung meraih botol air mineral dari tangan Jungkook dan bertanya sambil tersenyum namun penuh akan sindiran. Jungkook mendengus sebal mendengar pertanyaan Taehyung. Yoongi yang berada di sebelah Taehyung hanya tersenyum simpul melihat kedua sahabatnya berdebat kecil.

"Sejak kapan eonni berada di sini?" Jungkook berusaha mengalihkan perhatian

"Mungkin 3 menit yang lalu. Ini sudah jam istirahat, makanya aku bisa berada di sini.

Jungkook hanya mangut-mangut saja mendengar penuturan Yoongi. Jungkook mendudukkan pantatnya tepat di sebelah Yoongi dan ikut bergabung dengan obrolan mereka.

Mereka bertiga sudah bersahabat sejak pertama kali memasuki 'Bangtan High School' jadi bukan pemandaangan aneh bagi para murid lain apabila melihat mereka bertiga selalu bersama. Walaupun Taehyung satu-satunya laki-laki di antara mereka bertiga, tapi ia tak pernah merasa malu karena menurutnya menjaga kedua sahabat perempuannya ini adalah sebuah tanggung jawab. Ia juga mempunyai seorang kakak perempuan, jadi Taehyung juga tau bagaimana ia harus memperlakukan seorang perempuan.

"Eonni, appa tak bisa menjemputku hari ini. Aku pulang bersama eonni nde?" Jungkook merajuk pada Yoongi

"Mianhae Kook, aku akan langsung ke rumah sakit untuk menengok eomma. Hari ini aku libur bekerja, jadi aku ingin menemani eomma. Pulanglah bersama Taehyung, jangan naik bus sendirian. Aku tak akan mengijinkanmu!"

Jungkook mengehela napas. Sikap appa-nya yang kelewat protektif terkadang membuatnya tak leluasa untuk melakukan segala sesuatu. Jungkook ingin sekali pulang naik bus apabila appa-nya tak bisa menjemput dan tentu saja tanpa Yoongi. Tapi itu semua hanya akan berakhir dengan kemarahan appa-nya yang membuat gerak-gerik Jungkook semakin dibatasi. Terkadang ia merasa sebal, umurnya sudah 18 tahun dan appa maupun eomma-nya masih tak memberikan kepercayaan kepadanya. Appa-nya akan lebih percaya kepada Yoongi dan Taehyung.

"Apa boleh Tae?" Jungkook bertanya dengan lesu

"Apa aku punya jawaban lain selain 'iya'?"

"Tentu saja tidak Kim"

Yoongi menonyor kepala Taehyung. Taehyung lagi-lagi hanya bisa meringis, ia tak mau melawan Yoongi yang apabila marah akan semakin menjadi-jadi. 'Kenapa para perempuan ini tenaganya kuat sekali'. Taehyung membatin dalam hati.

"Naik bus di sore hari sendirian tak baik Kook. Appamu hanya tak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk kepadamu. Mengertilah akan hal itu"

Yoongi mencoba memberi pengertian pada Jungkook, ia tau Jungkook akan mendengarkan kata-katanya. Sementara itu Taehyung terperangah melihat bagaimana menurutnya Jungkook pada Yoongi. Taehyung sadar betul bahwa secara tak langsung Yoongi adalah kakak bagi mereka berdua. Keadaanlah yang bisa membuat Yoongi sedewasa ini.

.

.

.

Bel pulang telah berbunyi nyaring. Para murid 'Bangtan High School' berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing. Tak terkecuali dengan Jungkook yang saat ini tengah mengekori Taehyung ke tempat parkir. Saat tiba di parkiran, Jungkook baru sadar kalau Taehyung membawa motor. Taehyung yang telah menaiki motornya menoleh kearah Jungkook karena gadis itu tak kunjung naik ke motornya.

"Kenapa kau? Ayo cepat naik!"

Taehyung memerintah Jungkook sambil menyerahkan helm untuk Jungkook. Jungkook menerima helm pemberian Jungkook dengan patuh namun tak kunjung menaiki motor Taehyung.

"Kau membawa motor sport mu Tae?"

"Aku terlambat bangun hari ini. Apa ini terlihat seperti sepeda yang biasa aku bawa Kook?"

Taehyung balas bertanya terhadap pertanyaan yang dilontarkan Jungkook. Astaga, kesabaran Taehyung benar-benar diuji hari ini.

"Anni, hanya saja…"

"Hanya saja kenapa Kook?"

"Aku memakai rok Tae"

"Lalu apa masalahnya?"

"Kurasa rokku terlalu pendek. Danakujugatakmengenakansafetypans"

Jungkook menundukkan kepalanya sambil memilin rok yang ia pakai. Ia sungguh malu mengatakannya pada Taehyung, tapi bila ia tak mengatakannya ia bisa mengalami hal yang lebih memalukan lagi dari ini.

Taehyung mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tak habis pikir kenapa putri semata wayang keluarga Jeon ini bisa begitu polos dan juga ceroboh. Dikeluarkannya sebuah jaket abu-abu dari dalam tasnya dan menyodorkannya kepada Jungkook.

"Pakailah ini!"

"Nde?"

"Lilitkan jaket ini di pinggang mu! Apa kau tak mengerti maksudku? Atau kau ingin aku yang melakukannya?"

Taehyung tersenyum jahil. Menyadari maksud perkataan Taehyung, Jungkook menyambar jaket tersebut dan melilitkan di pinggangnya. Jungkook menaiki motor kebanggaan Taehyung.

"Berpegangan yang erat. Kita akan menjelajah jalanan kota"

Jungkook tak sepenuhnya memperhatikan ucapan Taehyung, otaknya masih mencerna dengan lamban. Sementara itu, tanpa disadari Jungkook, Taehyung menstarter motornya dan menarik gas-nya secara mendadak. Jungkook yang tak siap dan terkejut dengan reflek memeluk pinggang Taehyung. Sungguh, ia tak mau mati konyol hanya karena terjatuh dari motor Taehyung. Sementara Taehyung yang sadar pinggangnya dipeluk oleh Jungkook hanya tersenyum menang.

TBC

A/N

Annyeong Yeorobeum *bow*

Ini cerita pertama yang aku buat, bisa dibilang ini fanfiction debut aku :D

Harap maklum kalau masih banyak kekurangan. Aku akan berusaha untuk memperbaiki di chapter selanjutnya.

Makasih buat yang udah mau baca :)

Oh ya, ff ini juga aku post di wattpad dengan judul yang sama, jadi jangan kaget kalau nemu yang sama kayak ff ini :v

Sekian, jangan lupa tunggu chapter berikutnya :D