Dimana aku ?

Aku hanya melihat kegelapan yang begitu pekat, tanpa sedikitpun cahaya. Apakah aku sudah mati ?

Mati ataupun tidak aku tidak peduli, setelah semua tuduhan pembunuhan yang diarahkan padaku, aku sudah tidak peduli. Semua teman-temanku menjauhiku, aku hanya sendirian dikonoha.

Konoha ?!, lupakan !! Mungkin aku sudah dicap sebagai Nukenin sekarang, karena aku berusaha melarikan diri dari sana dan inilah akibatnya aku diincar para anbu. Entahlah aku tidak mau menceritakanya lagi.

Diumurku yang masih 9 tahun ini apa yang bisa kulakukan, merengek minta tolong karena aku belum bisa melakukan apa-apa. Aku ini siapa, jika bukan karena akalku yang katanya terbilang genius, aku pasti sudah mati beberapa minggu yang lalu.

Secercah cahaya muncul dihadapanku, menampakkan seseorang yang muncul tepat dihadapanku. Aku hanya menatapnya bingung ,seseorang yang memiliki penampilan yang sama sama persis denganku, Rambut hitam jabrik, mata biru kelam. Namun, dia memiliki tatapan yang penuh dengan kebencian. Aku mencoba melangkahkan kakiku kearahnya, tetapi sebelum aku berhasi mendekatinya ia memudar kedalam kegelapan.

"Siapa kau ?"

"Kenapa kau memiliki rupa yang sama sepertiku", Teriakku keras. Namun tidak ada jawaban apapun darinya, kemudian dia kembali tersenyum mengejek padaku.

Bicara soal diriku. Aku Uzumaki Naruto, dan aku bukan siapa-siapa, aku hanya seseorang yang ingin menjadi shinobi terkuat yang pernah ada.

Sebuah potongan memori masa laluku muncul perlahan didepanku, bagai angin yang berhembus menerpa tubuhku.

Wajah seseorang terlintas didepanku, Seseorang pria tua, dengan jubah bertuliskan Sandaime Hokage yang menepuk pundakku.

"Apa yang kau impikan Naruto", tanya sang Sandaime tersenyum padaku.

"Aku hanya ingin menjadi kuat, agar mereka tidak memandang sebelah mata padaku", aku hanya tersenyum menatap wajahnya.

" Kuat saja belum cukup, kau harus memiliki tekat Api", sang sandaime hokage Mengelus rambut Hitamku.

"Tekat Api ?", Tanyaku menatapnya penasaran.

" Ya, tekat api, tekat untuk melindungi orang yang kau sayangi", ucap sang Sandaime, mengulum sebuah senyuman padaku.

"Tekat api, ya", ucapan itu terngiang dikepalaku.

Tanpa aku sadari, serpihan memori tersebut memudar, kemudian muncul sebuah memori lain didepanku.

"Uzumaki Naruto, kau dihukum dikurung kepenjara bawah tanah konoha, dengan masa tahanan 15 tahun, karena kasus pembunuhan dua orang chunin, dan wisatawan dari Kusagakure", Sebuah suara yang sangat nyata terdengar ditelingaku, seseorang yang telah memvonisku hukuman. Seseorang dengan jubah Yondaime hokage berkibar menatapku dengan tatapan hina.

" Tapi bukan Aku yang bersalah, mereka berusaha membunuhku, mereka yang menodongkan kunai kerahah leherku. Mereka menyerangku, aku hanya berusaha untuk mempertahankan diri, tapi aku tidak membunuh mereka", ucapku berusaha membela diri, mengangkat borgol rantai yang mengikat tanganku. Dan kini sang hokage hanya menatap sinis padaku, seakan menatap seseorang penjahat yang sangat hina baginya.

"Semua bukti mengarah padamu, dan karena ulahmu Konohagakure harus menanggung malu dihadapan pimpinan dan para ninja Kusagakure !", jawab sang Hokage sarkatis, menatap sinis padaku.

" Ta-tapi", ucapku terbata-bata, "Tidak ada tapi-tapian, kau akan langsung dikirim kepenjara konoha, lusa !", ucapnya menatapku sinis, menggerakkan tanganya memanggil Anbu.

Bayangan memori tersebut menghilang bagai diterpa angin. Aku melihat kembali wajah itu, wajah orang yang identik denganku. Dia tersenyum sadis padaku seakan terus mengejekku. Aku mengejarnya namun ia kembali hilang dalam kegelapan.

'Siapa dia', pikirku bingung menatap kegelapan dan keheningan yang ada. Aku kembali kedalam tempat penuh kegelapan ini, kegelapan yang seakan selalu menyelimuti tempat ini. Kegelapan yang seakan terus menyelimutiku tanpa aku sadari sebelumnya.

tass

Aku membuka mataku, sebuah cahaya terang menyilaukan mataku.

"Akhirnya Kau bangun, Naruto", suara seseorang terdengar jelas ditelingaku.

...

...

Disclaimer : Naruto is belongs to Masashi Kishimoto.Chasing My Dream by Ardion's Heart

Warning!!

[Smart n strong Naru !, OOC, Typo, Gaje, bahasa kacau, Alur tak beraturan n Etc]

...

Don't like don't read

...

Aku membuka mataku, seorang pemuda yang kuperkirakan umurnya enam tahun lebih tua dariku dan kini dia terus menatapku khawatir. Dia memiki rambut merah, dengan mata biru yang lebih kelam dariku, namun aku belum merasa pernah mengenalnya.

"Siapa kau ?", tanyaku memandangnya waspada kearahnya, mencoba menggerakkan tubuhku.

Aku menatap kesekitar ruangan ini, sebuah ruangan sederhana bercat putih dengan beberapa peralatan medis diletakkan diatas meja dekat tempat tidurku.

"Akhh", aku menggerakkan tanganku yang terasa sakit, denngan perban yang membalutnya.

" Jangan banyak bergerak, lukamu belum sembuh", ucapnya menunjukkan mimik khawatir padaku. Aku hanya memandang orang tersebut, seseorang yang kini berdiri dan terus menatapku khawatir.

'Kenapa dia khawatir padaku, siapa dia ?', pikirku bingung, menatapnya dengan seksama, siapa tahu aku mengenalnya.

'Aneh, aku tidak pernah mengenalnya tetapi aku merasa dekat denganya', batinku terus menatapnya seksama.

Mata biru kelam miliknya menatap kearahku.

"Uzumaki Hiruto, panggil saja Hiruto ", ucapnya tanpa mengurangi tatapan khawatir padaku.

" Uzumaki Naruto", balasku tersenyum padanya, sekilas kulihat dia menghilangkan tatapan khawatirnya padaku.

'Uzumaki !!', batinku senang, karena ada seseorang yang memiliki klan yang sama denganku.

"Aku dimana ?", Aku hanya meraba tubuhku yang penuh perban, dari balik selimut yang menjadi pelindung tubuhku selain perban diseluruh tubuhku.

" Ditempat yang aman", jawabnya mengulum senyum padaku, dan aku hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun.

'Apa maksudnya ini', pikirku menatap perban ditangan dan perutku kemudian mengalihkan pandanganku darinya.

" Apa yang terjadi padaku ?", tanyaku sedikit membentak menatap rambut jabrik berwarna merah gelap miliknya.

"Kau terluka parah di perut, punggung dan dadamu, Tapi terdapat beberapa luka sayatan di lengan dan kakimu", jawabnya, berhasil membuatku membelalakkan mataku.

'Separah itukah !', pikirku terdiam, berusaha tidak menunjukkan ekspresi apapun padanya.

"Dan sungguh diluar dugaan, seharusnya kau sudah mati setelah jatuh menghantam permukaan batu dari tempat setinggi itu", lanjutnya memecah keheningan yang terjadi, kemudian membenarkan jubah bercorak awan merah yang dipakainya. Aku hanya menggerakkan tangan kiriku, menyibak sebagian selimut yang menjadi pelindung tubuhku selain perban disekujur tubuhku.

"Bahkan para Anbu yang mengejarmu, pergi meninggalkanmu karena mengira kau sudah mati" Mata biru gelapnya menatap wajahku. 'Mungkinkah!', pikirku sedikit tersentak.

"Tapi tidak apa-apa, Kau akan sembuh dalam beberapa minggu lagi ", lanjutnya berhasil mengurangi sedikit rasa khawatirku.

Satu-satunya pintu ruangan ini terbuka, menampakkan seseorang berambut merah gelap dengan mata ungu dengan pola riak air , ia mengenakan jubah dengan corak yang sama, memakai hitai-ate Amegakure. Ia melangkahkan kakinya berjalan mendekatiku , kemudian berdiri disamping orang yang beberapa detik yang lalu memperkenalkan dirinya sebagai Hiruto.

"Kau, ternyata sudah sadar, aku tak mengira kau bisa selamat dari kejadian itu", ucapnya memecah keheningan, seakan menyembunyikan rasa khawatirnya dengan nada datarnya. Aku hanya menundukkan kepalaku, 'Walaupun nadanya datar, tetapi aku mendengar kekhawatiran dalam ucapannya, siapa mereka ?', pikirku menatap raut wajah datar yang terus ditunjukkan padaku.

" Perkenalkan aku Uzumaki Nagato, Wakil ketua dari Akatsuki. Salam kenal", Ucapnya sembari menyodorkan segelas air padaku.

"Uzumaki Naruto, salam kenal", aku tersenyum padanya, namun dia hanya menatapku datar tanpa ekspresi. 'Akatsuki', pikirku bingung menggerakkan tangan kiriku mengambil gelas tersebut, kemudian aku sedikit menggeser tangan kananku yang penuh dengan perban yang ternyata masih terasa sakit

"Terima kasih Nagato-sama", ucapku berterima kasih padanya ,kemudian meminum segelas air yang didiberikan padaku.

"Jangan memanggilku dengan sufix sama, kita dari Uzumaki jadi tak perlu sungkan", Ucapnya dengan nada datarnya, mengulum sebuah senyuman yang nampak tulus padaku.

"Baik, Nagato-san", jawabku.

" Nah, begitu lebih baik", Komennya dengan nada yang tidak lagi terdengar datar.

'Kenapa mereka menolongku', aku menengguk air dari gelas tersebut, hanya air putih biasa namun bisa sedikit menghilangkan rasa dahagaku.

'Dari raut wajah mereka, yang menatap khawatir padaku, aku bisa sedikit menyimpulkan mereka tidak akan memanfaatkanku', pikirku mencoba menganalisa sekilas tingkah laku mereka. 'Tapi aku tak tahu apa tujuan mereka menolongku', batinku berontak memegang gelas tersebut.

Aku menaruh gelas air yang tinggal berisi setengahnya, keatas meja samping tempat tidurku, terus memikirkan dan berusaha menebak apa tujuan mereka.

"Bisa kau ceritakan, kenapa kau bisa sampai dikejar para Anbu", tanya Hiruto menatap wajahku penasaran, Jujur aku tak pernah mengenal mereka, aku selama ini hidup sendirian dikonoha, hanya sandaime hokage yang dekat denganku.

"Aku, Aku melarikan diri karena aku akan dikirim ke penjara bawah tanah konoha", ucapku menunjukkan sebuah senyuman palsu padanya.

"Kenapa mereka melakukan itu, apa kesalahanmu ?", Hiruto hanya menatap penasaran padaku, aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal sembari mengulum sebuah senyuman padanya.

"Aku dituduh membunuh 2 chunin dan beberapa penduduk asal Kusagakure, mereka menangkapku, kemudian aku berusaha melarikan diri, namun", ucapku, sedikit memenggal sebagian perkataanku, membuat sebuah raut penasaran muncul diwajah mereka.

"Aku, aku bukan tandingan mereka, aku tidak sekuat mereka", ucapku.

" Lalu", Hiruto kini menatap penuh selidik padaku, sebuah tatapan yang sebenarnya tidak aku sukai.

"Dan sesaat setelah vonis hukumanku, aku berusaha meloloskan diri namun aku gagal, aku dikeroyok oleh enam Anbu hasilnya, aku terluka parah", lanjutku seakan tanpa beban mengatakanya pada mereka. Dan mereka hanya tersenyum pahit, karena mungkin merasa tidak heran dengan hal itu. Bayangkan saja, seorang bocah melawan Anbu. kemungkinanku untuk menang tidak sampai 15 persen, yang aku bisa lakukan hanya melarikan diri.

"Hebat !!" untuk seorang berumur 9 tahun, kau telah mengalahkan 2 ninja setingkat chunin, bahkan membunuhnya", ucap Hiruto tabjub, sedangkan aku hanya menatapnya bingung.

"Bukan aku yang membunuhnya, saat aku terpojok karena tidak bisa melawan, kemudian seseorang melempar kunai dikepala mereka, tapi aku tidak tahu siapa yang melakukanya", jawabku, membuat mimik wajah mereka berganti menatapku dengan tatapan iba. Sebuah tatapan yang paling kubenci dari tatapan orang lain padaku.

" Hentikan tatapan itu, aku benci dengan tatapan seperti itu !!", bentakku.

"Gomen-gomen, aku tidak bermaksud seperti itu", balas Hiruto, mengulum sebuah senyuman padaku.

" Jadi, apa yang kau impikan sekarang ?", Nagato terus menatapku datar, sedikit membuatku risih dengan tatapanya.

"Aku ingin menjadi kuat, impianku untuk menjadi ninja terkuat yang pernah ada", seruku bersemangat tanpa menggerakkan tubuhku dari ranjang tempat tidurku.

" Begitukah, Kami akan menjadi senseimu jika kau mau !", Aku hanya tersenyum mendengarkannya.

"Benarkah ?", tanyaku senang,

" Tentu saja", balas Hiruto mengulum sebuah senyuman padaku, sementara Nagato hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Sepertinya kami sedang ada urusan, kami tinggal dulu ya, Naruto", ucap Hiruto dengan kemudian berjalan kearah pintu memegang knok pintu satu-satunya diruangan ini. Dia menolehkan kepalanya padaku, "Cepat sembuh Naruto, ucapnya" mengulum senyuman padaku, kemudian menutup pintunya berjalan bersama Nagato nii, meninggalkanku sendirian diruangan ini.

"Setidaknya, rencanaku berhasil", ucapku mengulum sebuah senyuman kemenangan. "Tapi, sepertinya agak bergeser dari perkiraanku!", ucapku tersenyum.

End Pov

...

Konohagakure

Kantor hokage

Sang yondaime hanya kesal menatap tumpukan kertas kerja dimejanya.

"Jika tahu begini, mungkin dulu aku tidak mau jadi hokage", Minato menghela nafasnya bosan. Namun sebuah kertas laporan yang kini dipegangnya membuat rasa bosan yang dialaminya seakan lenyap begitu saja.

" Apaa, Naruto dinyatakan tewas bersama para Anbu ne dilembah perbatasan barat konoha!!", matanya membelalak kaget setelah membaca sebuah dokumen yang kini ia tatap serius.

"Dan para jounin yang mengawalnya tewas mengenaskan !!", sang Yondaime hokage kembali membelalakkan matanya menunjukkan rasa keterkejutanya.

" Dan juga ditemukan bagian tubuh dari para Anbu ne dari bekas ledakan yang menghancurkan lembah tersebut ", lanjutnya tak mengubah posisi dokumen tersebut yang masih terpampang jelas dihadapanya.

'Siapa yang melakukanya ?', pikirnya berusaha menghilangkan rasa tegangnya.

'Naruto ?!, tidak mungkin, Naruto tidak sekuat itu'

'Mungkinkah !!!', pikirnya kaget, sebuah bayangan seseorang muncul dibenaknya.

...

With NarutoFlashback OnPerbatasan Barat KonohaJauh dari gerbang konoha, seorang bocah berambut hitam jabrik, dengan tangan yang diborgol dan dikawal oleh beberapa jounin konoha. Entah karena mereka yang terlalu takut dia lolos, atau karena demi keamanan. Tapi jika beberapa orang jounin mengawal seorang anak yang bahkan umurnya belum sampai setengah umurnya, satu hal yang mungkin muncul dibenak semua orang, apakah itu tidak berlebihan.

Lupakan itu, Naruto yang sekarang sedang diborgol hanya menatap para jounin yang mengawalnya kepenjara.

'Tenang, biarkan mereka lengah', Naruto hanya terdiam menundukkan pandanganya.

" Hey, boleh aku kesungai, sebentar !, aku punya urusan", Pinta Naruto menunjukkan wajah memelas, mengangkat tanganya yang masih diborgol.

" Diamlah !!, kau bisa melakukanya nanti dipenjara", bentak sang anbu membuat nyali Naruto sedikit menciut.

'Pikir, ayo pikir !!, pikirkan sesuatu !!', teriaknya frustasi dalam pikirannya, namun tetap berjalan berusaha nenyembunyikan ekspresi frustasinya dengan kawalan dari para Anbu.

'Kenapa aku sampai lupa !, aku selalu menyembunyikan bom asap dikertas fuin dikakiku, baka !, baka-Naruto!', Naruto merengut kesal, menyadari kesalahanya sendiri.

"Kenapa kau bocah ?", tanya sang jounin padanya, "Bukan urusan kalian", jawab Naruto kemudian mengulum sebuah senyum tipis, mengejek mereka.

"Kuso Gaki", balas sang jounin mengumpat padanya, namun Naruto hanya diam tak menanggapi. Meraih sesuatu dari mata kaki dibalik celananya.

"Selamat tinggal semuanya !!", teriak Naruto melemparkan sebuah bom asap ketanah. Sebuah kepulan asap berwarna ungu gelap menyelimuti Naruto dan para jounin, dan dari balik kepulan asap Naruto berlari keluar dengan tangan yang masih terborgol.

"Kuso gaki !", umpat sang jounin berusaha menghilangkan asap pekat yang menyelimutinya. Sedangkan Naruto hanya bisa berlari meninggalkan para jounin yang mengejarnya.

Dengan kecepatan penuh, Naruto berusaha berlari menghindari para jounin yang mengejarnya. Walapun dengan tangan yang masih diborgol, dia berhasil meninggalkan para jounin yang mengawalnya. Dia berlari dengan sesekali menolehkan pandanganya kebelakang, memastikan bahwa tidak ada jounin yang mengejarnya dari belakang.

'Mereka itu jounin, kan', pikir Naruto masih berusaha berlari dari para jounin konoha. 'Tapi kenapa mereka tak mengejarku', lanjutnya sesekali menoleh kebelakang. Sementara itu dari kejauhan, seseorang berambut merah gelap berjubah hitam bermotifkan awan merah, dengan sharingan 3 tomoe menyala seakan terus mengawasinya dari jauh.

"Akhirnya kita akan bertemu, Naruto"

...

Wuss

Sebuah kunai melesat menuju kepala Naruto, dengan cepat dia menolehkan kepalanya, namun berhasil menggores pipinya, hingga mengeluarkan darah segar dari bekas sayatan diwajahnya. Beberapa detik saja dia tidak memiringkan kepalanya, kunai tersebut pasti sudah tertancap dikepalanya.

"Hampir saja", seru Naruto bernafas ngos-ngosan, kemudian mencoba menarik nafas panjang, berusaha menyamakan ritme pernafasanya. Dengan cepat ia mengambil kunai tersebut ditanah, menatap sekitar.

Dan kini enam orang berpakaian khas anbu lengkap dengan topengnya, menatapnya dari empat penjuru mata angin. Tanpa mengantakan sepatah katapun, seorang Anbu melemparkan tiga kunai kearahnya. Tiga buah kunai yang dilempar oleh sang anbu berhasil dihindarinya, namun sebuah kunai berhasil menancap lengan kanannya.

" Arhh", teriaknya sedikit meringis, menahan rasa sakit dilengan kanannya.

'Melawan anbu, mustahil !!', batinya berteriak, berusaha berpikir sembari menahan rasa sakit ditanganya. Dengan giginya, ia mencabut kunai yang menancap dilengan kananya, membuangnya kesamping. Tanpa menghiraukan rasa sakit dan darah yang mengalir dari lengan kananya ia berusaha melarikan diri.

Tanpa diduga, dengan kecepatan tinggi dua Anbu menyerangnya dari dua arah. Dengan sigap Naruto berusaha menangkis serangan dari dua arah tersebut dengan kunai yang dipegangnya. Namun naas perutnya tertusuk oleh salah satu pedang katana, menampakkan sebuah luka yang dalam menembus perutnya.

"Ukh, kuso, aku tidak akan menang dari mereka, apalagi dengan kedua tangan yang masih diborgol ", rintih Naruto memegangi lukanya dengan tangan kirinya. Menatap keenam Anbu yang menatapnya dari jauh. Dengan cepat Keenam Anbu tersebut menacungkan ninjato kearahnya dari jauh.

" Menyerahlah !!, Naruto"

Naruto hanya diam seribu bahasa, dan dengan cepat ia melemparkan kunai tersebut dengan kedua tangan yang masih diborgol. Lemparanya tidak tepat sasaran, lebih tepatnya itu seperti lemparan kunai oleh anak yang baru masuk akademi. Namun dengan cepat, Ia merapal sebuah segel tangan.

" Kunai kagebunshin no Jutsu"

Sebuah kunai yang dilemparkanya bertambah menjadi puluhan seakan mengurangi kelemahan dari akurasi lemparanya, dan kini puluhan kunai itu melesat dengan kecepatan tinggi kearah para anbu yang berada disana. Namun bagaikan hanya sebuah permainan kecil, para anbu dengan mudah menangkisnya.

'Melempar kunai dalam keadaan terluka, dan tangan diborgol bukan ide yang baik', pikirnya mulai berjalan mundur kebelakang, berusaha mencari kesempatan untuk melarikan diri.

Tak menyiakan kesempatan itu Naruto berlari secepat yang ia bisa, meninggalkan keenam Anbu yang terus mengejarnya dengan cepat.

'Beruntung aku mempelajari jutsu itu', pikir Naruto. Dengan tangan kirinya yang masih memegangi lukanya, Naruto berusaha berlari menghindari Anbu yang terus mengincarnya. Baginya yang terpenting sekarang adalah melarikan diri dari para Anbu ne yang mengejarnya

Jleb

Sebuah kunai menancap di kaki kirinya. Tanpa menghiraukan rasa sakit dikakinya, Naruto mencabut kunai tersebut. Dengan langkah yang tertatih-tatih Naruto berusaha menghindari keenam Anbu yang terus berusaha mengejarnya. Dia membuang beberapa kertas peledak dari saku celana kirinya sembari berlari tertatih-tatih menghindari kejaran keenam anbu yang menyerangnya.Tetapi langkahnya terhenti ketika ia terpojok ditepi jurang yang berbatu.

" Naruto , menyerahlah !" Perintah salah seorang anbu.

"Tidak akan", teriak Naruto melemparkan sebuah kunai peledak padanya. Dengan mudah sang anbu menghindarinya dengan ninjato miliknya. Dengan cepat Ia merangkai sebuah handseal hijutsu.

Duar

Ledakan berasal dari kunai yang dilemparkanya, tanpa menyianyiakanya ia berlari melarikan diri. Dari ledakan tersebut, seorang anbu muncul dengan tubuh yang penuh luka namun.

poff

Keenam Anbu tersebut hilang dalam kepulan asap, berubah menjadi sebuah balok kayu.

'kawarimi.', pikir Naruto membelalakkan matanya.

Tanpa ia duga sebelumnya, seorang anbu tersebut menendang perut Naruto kemudian merapal segel tangan.

"Doton : Tobi tsubute", Ratusan batu melesat dari tanah, menghantamnya hingga Ia terdorong mundur, tanpa ia sadari tergelincir hingga terjatuh kelembah. Dengan tangan kiri masih memegangi lukanya, Naruto melakukan sebuah segel tangan dengan tangan kananya.

Duarr, Duarr

Suara ledakan terdengar keras dengan asap yang membumbung tinggi berasal dari kertas peledak yang ia buang.

'Maafkan aku Sandaime-sama ,sepertinya aku tidak akan bisa, mewujudkan mimpiku, untuk jadi ninja terkuat dikonoha', pikir Naruto tersenyum menutup matanya.

Tanpa ia sadari ia jatuh dengan tubuh yang menghantam batu besar dibawahnya, kemudian mulai menutup matanya mulai tak sadarkan diri dengan darah yang terus mengalir dderas dari luka-lukanya bagaikan sebuah aliran air sungai. Namun seakan kesadaranya yang mengerjainya, ia masih tersadar menahan rasa sakit karena luka diseluruh tubuhnya.

Dengan cepat salah seorang dari Anbu terjun kedasar lembah, memeriksa keadaan Naruto untuk memastikan keadaanya.

"Lukanya terlalu parah, tidak mungkin dia bisa selamat", ucapnya datar kemudian mundur, pergi dengan shunshinya untuk melaporkan misinya yang telah gagal.

"Misi Gagal, Uzumaki Naruto telah tewas", ucap sang Anbu tanpa emosi, menatap sekilas Naruto yang terluka dari atas jurang.

Wuss

Sebuah asap pekat menyelimuti lembah tersebut, memunculkan seseorang dengan mata sharingan tiga timoe yang menyala, seakan menimbulkan suasana yang mencekam. Perlahan kabut itu memudar, bersamaan dengan pudarnya sharingan tersebut, menampakkan seorang pemuda berambut merah menggunakan jubah berlambang Awan merah, dan memiliki mata biru yang lebih kelam dari milik Naruto. Dan tanpa mengatakan sepatah katapun ia menggendongnya dipunggungnya. Tak memperdulikan darah Naruto yang terus mengalir membasahi jubahnya.

"Naruto, bertahanlah aku tahu kau belum mati", Jubah dan rambut merahnya berkibar oleh angin yang berhembus didasar lembah, menimbulkan kesan keren tersendiri untuknya. Kini mata kelamnya menatap tajam kearah para Anbu konoha yang sekarang telah mengepungnya.

"Menyerahlah !!, Hiruto" Teriak para Anbu padanya.

"Hemm, Anbu Ne, ya!!", balasnya dengan tatapan sinis kemudian membuat sebuah bunshin.

" Bawa Naruto !!", Perintahnya kepada bunshinya dan dengan cepat sang bunshin menghilang dengan shunshin miliknya.

"Takkan kubiarkan kalian menyentuh Naruto !!", Seseorang yang dipanggil Hiruto tersebut menarik sebuah katana dari sarung katananya yang berada dibalik jubahnya. Dengan penuh tatapan sinis ia mengacungkanya kearah sang Anbu Ne.

" Jadi Kalian ingin bermain-main ya", Hiruto menyiapkan kuda-kuda, kemudian berlari kearah keempat Anbu yang sekarang telah mengepungnya.

With Naruto

Naruto hanya terdiam menutup matanya pasrah, kini ia dibawa oleh seseorang yang tidak pernah dikenalnya.

'Apapun yang terjadi, tetaplah hidup', suara aneh muncul ditelinganya, namun ia tidak memperdulikanya. Sementara bunshin Hiruto yang menggendongnya sambil berlari hanya tersenyum tipis.

'Sebentar lagi waktunya', batinya tersenyum.

...

Hiruto menatap kelima mayat Anbu ne yang telah mati dengan tubuh mengenaskan, darah dan bagian tubuh yang bercecer dimana-mana. Kini ia hanya menatap mayat para Anbu yang bagian tubuhnya telah terpisah dari tubuh utamanya. Seakan tanpa merasa bersalah sedikitpun, ia menancapkan katananya yang telah berlumuran darah ketanah. Kemudian membersihkanya dengan baju para Anbu yang telah dibunuhnya.

"Cih, Dasar anbu Ne !", decih Hiruto tidak suka, kemudian kembali memasukkan katana yang telah dibersihkanya kedalam sarung katana dibalik jubahnya.

'Sepertinya aku harus menghilangkan jejak', pikirnya, dengan cepat melemparkan kunai peledak disekitar tempat tersebut, kemudian pergi dengan shunsinya.

Duarrr

Dan sebuah ledakan besar terdengar menggelegar hingga kekonoha, dengan pertanda sebuah asap berbentuk seperti jamur yang terus membumbung tinggi. Sebuah ledakan besar yang berhasil menghancurkan seluruh lembah tersebut, mengubur mayat para anbu yang tewas didalamya. seakan tak meninggalkan jejak apapun.

"Aku harap, konoha tidak mengganggumu lagi, Naruto"

End Flasback

...

Sudah seminggu Naruto berada ditepat ini, sebuah kamar berukuran kecil dengan sebuah tempat tidur dan peralatan medis diatas meja. Selama seminggu penuh tidak ada yang bisa ia lakukan. Yang bisa dia lakukan hanya menatap keseluruhan ruangan tersebut.

'Ayolah, aku bosan disini !', pikir Naruto menatap bosan setiap bagian ruangan yang telah ditempatinya selama beberapa minggu.

Dreet

Seseorang membuka satu-satunya pintu ruangan tersebut. Seseorang berambut oranye terang memakai hitai-ate Amegakure didahinya, dengan jubah bermotif awan merah khas akatsuki. Dan kini ia menatapnya gembira. Perlahan ia berjalan mendekati Naruto, kemudian tepat berhenti disamping ranjang Naruto, mengulum senyum padanya.

"Kau sudah merasa baikan, Naruto ?", iris cokelatnya menatapnya penasaran. Sementara Naruto hanya menatapnya tak peduli. Ia bangkit dari ranjangnya, kemudian duduk bersila diatas ranjangnya.

" Ya, aku sudah merasa bosan disini ", Jawab Naruto sambil menguap karena bosan.

" Tunggu dulu, siapa kau ?! ", tanya Naruto seketika menghentikan acara menguapnya, menatap orang yang berdiri dihadapanya yang kini menatapnya heran.

" Oh ya, lupa ", ia menepuk jidatnya sendiri, kemudian menatap Naruto.

" Namaku Yahiko, sang ketua akatsuki", serunya kemudian mengulum senyumnya menatap Naruto.

'Akatsuki', Batin Naruto penasaran.

...

Amegakure

Disebuah gedung tertinggi di wilayah Amegakure. Sebuah gedung dengan arsitektur yang unik. Gedung dengan pipa-pipa yang menghiasi gedung tersebut, dengan empat patung wajah humanoid dengan lidah menjulur dipuncaknya. Hiruto hanya duduk termenung dilidah sebuah patung dipuncak menara tersebut. Iris kelamnya hanya menatap kosong gedung-gedung pencakar langit yang tingginya tidak melebihi tinggi gedung yang sekarang tengah didudukinya.

"Akan tiba waktunya, Naruto", ucapnya memegang sebuah kama raksasa ditanganya, meletakkanya dibelakang tubuhnya. Mata birunya kembali menatap langit kelam Amegakure.

" Akan tiba waktunya untuk memberitahumu, Naruto"

...

...

To be Continue

...

Data info

.

Doton : Tobi stubute /Batu terbang

...

Author Note

Seperti yang kutulis pada summary, aku bakal re-publish nih fic. Untuk kendalanya cuma satu, author sibuk dengan urusan dunia nyata. Tapi bagaimanapun setelah kubaca ulang, memang pantes untuk direpublish. Dan sebagai penebusan, bahasa kerennya Redeem, karena lama re-publishnya. chap 2-3 akan dipublis beberapa jam kedepan.

...

Jika ada saran atau pertanyaan bilang aja di Review atau di PM. Karena aku masih butuh saran kalian.

...

See you in next chapter

...

...

Ardion's Heart

Logout

...

Next chap

[Meet's]