Beloved

Jaehyun x Taeyong

NCT © SM Entertainment

Warning! Alternate Universe, OOC, Typo(s), YAOI, Older!Jaehyun, etc


Sepuluh tahun kemudian.

Jaehyun berjalan menyusuri jalan yang dinaungi pohon-pohon. Taman ini membuatnya bernostalgia. Ayahnya dulu sering membawanya kemari untuk menghabiskan sore mereka bersama saat masih kecil, bersama Rufus.

Akhir-akhir ini Jaehyun menjadi lebih sering menghabiskan waktu dengan sibuk bekerja dan pulang pergi ke luar negeri sehingga tak punya waktu bersantai. Perusahaan ayahnya semakin berkembang pesat, semua itu adalah berkat kerja keras dan kesungguhan Jaehyun. Doyoung―salah satu pegawai kepercayaannya―memaksanya untuk mengambil waktu untuk rehat sejenak setelah mereka kembali dari LA, berkata dia akan menggantikan Jaehyun mengurus itu.

Ibunya sudah terus bertanya padanya kapan dia pulang karena dia sudah begitu merindukan anaknya. Dia bahkan sengaja datang dari Busan ke Seoul saat tahu Jaehyun sudah kembali. Setelah mengunjungi makam ayahnya, Jaehyun mengantar ibunya ke stasiun lalu pergi ke taman ini.

Senyum kecil melengkung di wajah Jaehyun saat dia mengingat percakapannya dengan ibunya sebelum mereka berpisah tadi.

"Tidakkah ini terlalu sebentar? Kenapa Ibu tidak betah sekali di Seoul dan ingin cepat-cepat pergi?" tanya Jaehyun sedikit cemberut saat melepaskan pelukan ibunya saat mereka sampai stasiun.

"Aigoo. Kita sudah membicarakan ini. Jangan merayu ibumu lagi," katanya, menatap penuh sayang. "Pamanmu mengadakan makan malam keluarga besar malam ini karena Hansol dua hari lagi menikah. Kau juga harusnya hadir dan ikut Ibu ke Busan, Jaehyun."

"Maaf," katanya meringis, sedikit menyesal. Dia ingin ikut dan menemani ibunya pergi tapi tidak bisa. "Aku masih lelah karena baru kembali dan ada beberapa hal yang aku selesaikan setelah ini."

Ibunya tersenyum mengerti sebelum mengangguk. "Baiklah," katanya. "Tapi kau harus menyusul secepatnya, oke?"

Jaehyun mengangguk pasti. Dia tidak mungkin melewatkan hari pernikahan dari salah satu hyung sepupunya, Hansol. "Aku akan datang secepatnya setelah urusan di sini selesai," janjinya.

"Akan lebih baik jika kau bisa membawa seseorang bersamamu, Jaehyun. Bibi dan pamanmu terus bertanya pada ibu berulang kali; kapan Jaehyun kita akan menikah? Kapan Jaehyun kita menikah? Membuat ibu sakit kepala saja, kau tahu."

"Maaf." Jaehyun menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah. "Aku akan menemukan gadis yang baik dan menikah secepatnya. Atau jika tidak, kenapa ibu tidak memilihkan seorang gadis untuk calon istriku? Ibu bisa memilih gadis yang ibu sukai. Selama dia baik, bertanggung jawab, cantik, juga bisa memasak dan memberiku makanan yang layak, aku akan menerimanya. Bagaimana?" Jaehyun tahu jika idenya ini sangatlah sembarangan. Dia tahu kemungkinan besar tidak akan bahagia dengan keputusannya ini, tapi selama ini bisa membuat ibunya bahagia, kenapa tidak?

Jaehyun mengharapkan ibunya akan tersenyum dan setuju, mungkin berkata; Tentu. Kebetulan ibu mempunyai beberapa teman dengan putri mereka yang cantik. Tapi sebaliknya, ibunya itu justru memandangnya dengan sesuatu yang terlihat seperti setengah khawatir dan setengah sedih.

"Jangan memaksakan diri, Jaehyunnie. Kau tidak harus menikahi seseorang yang tidak kau inginkan," begitu katanya. "Ibu telah lama tahu."

"Eh?"

Kemudian ibunya mengulurkan tangan untuk menepuk pipinya dengan penuh kasih sayang. "Sebut saja ini intuisi seorang ibu," katanya kepada anaknya tanpa menujukkan kecewa atau ketidaksetujuan apapun. "Kau harus berjuang untuk kebahagiaanmu juga, Jaehyunnie. Sudah saatnya kau berhenti menempatkan kepentingan orang sebelum dirimu sendiri."

Jaehyun masih kebingungan saat kereta yang membawa ibunya dari Seoul ke Busan itu pergi. Tapi perlahan dia mengerti.

Jaehyun tersenyum saat ia menggunakan kamera di tangannya, mengambil foto dari taman yang menyimpan banyak kenangan masa kecilnya.

Kata-kata ibunya masih jelas terdengar di kepalanya.

Sayang sekali sekarang sudah terlalu terlambat untuk berjuang demi itu, pikirnya sambil lalu.

Jaehyun berbalik, menghentikan langkahnya saat menangkap pemandangan gedung pencakar langit dengan semburat senja yang indah dari tempatnya berdiri. Itu adalah ketika dia tiba-tiba merasakan sesuatu menabrak kakinya, yang disusul oleh suara bernada kesal dari seseorang di belakang.

Jaehyun membalikkan badan dan melihat ke bawah, hanya untuk menemukan seorang anak kecil, berumur sekitar empat atau lima, jatuh terduduk di tanah. Anak itu menggumamkan sesuatu yang tak bisa Jaehyun dengar saat mengusap bagian belakang tubuhnya yang sakit.

Jaehyun berjongkok, memeriksa keadaannya.

"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya, berusaha terdengar setulus mungkin. Anak kecil itu entah bagaimana tapi terlihat sangat familiar di mata Jaehyun. Terasa mengganggunya karena dia tidak bisa mengingat kapan atau di suatu tempat mana dia bertemu dengan si anak kecil sebelum ini, jika mereka memang pernah bertemu.

Anak itu menengadah, matanya yang hitam dan besar berbinar itu seakan menembus mata Jaehyun.

"Aku baik-baik saja, paman," katanya dengan suara kecil, kembali berdiri. Kemudian anak itu membungkuk ke arah Jaehyun dan berkata, "Maaf karena tidak melihat jalan dan menabrak paman."

Jaehyun mengangkat alisnya dengan geli, mengangguk. Anak baik. Dia sungguh sopan, pikirnya.

Kemudian anak itu mengejutkan Jaehyun lagi dengan menatapnya dengan ekspresi penasaran di wajahnya, sebelum bertanya, "Paman, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Aku pikir tidak," jawab Jaehyun dengan dahi mengerut tak yakin dengan jawabannya. "Kenapa?"

"Aku tidak tahu," kata anak itu, memiringkan kepalanya ke samping dengan lucu, dan Jaehyun yang melihat itu mencoba menahan dorongan dalam dirinya untuk mencubit pipi anak di depannya. "Aku merasa seperti aku pernah melihat paman sebelumnya tapi… aku tidak ingat." Kemudian dia cemberut, terlihat sedang berpikir keras.

Jaehyun menemukan dirinya terpaku pada anak kecil di depannya. Dia terlihat sangat serius dan berusaha keras. Itu lucu sekali. Jaehyun terkekeh dan mengusap kepalanya. "Boleh aku tahu siapa namamu, adik manis?"

Bukannya menjawab, anak kecil di depannya justru berteriak penuh semangat, melonjak-lonjak. "Aku ingat sekarang!"

"Eh?"

Anak itu sedang memandang Jaehyun dengan mata berbinar sekarang, tampaknya bangga dengan dirinya sendiri karena berhasil mengingat apa yang sempat dia lupakan. "Foto!" kata anak itu. "Daddy memiliki banyak foto paman!" Kemudian dia terlihat berpikir lagi. "Teman daddy! Itu... siapa, ya… nama… nama teman daddy… Ah! Paman Jaehyun!"

Dan Jaehyun tiba-tiba merasa dingin.

Sekarang dia tahu kenapa anak ini terlihat familiar di matanya. Tentu saja. Dia tampak persis seperti seseorang dari masa kecil Jaehyun.

"Paman Jaehyun!" Anak itu menarik-narik bajunya, membuat Jaehyun sadar dari lamunannya dengan terkejut.

"Eh. Ah, ya... kau benar," katanya asal, berusaha keras untuk menenangkan diri. Sudah sepuluh tahun, demi Tuhan! "Dan siapa namamu?"

"David Lee," kata anak itu dengan senyum lebar.

"Berapa umurmu, David?"

"Empat," jawab anak itu, menunjukkan pada Jaehyun empat jari kecilnya. "Ternyata paman memang di sini. Daddy selalu bilang jika paman tinggal di seberang lautan sebelum pindah ke sini."

"Pindah?"

"Ung! Daddy bilang kami akan tinggal di sini mulai sekarang."

"Ah... Itu... David, kenapa kau di taman ini sendirian? Dimana Daddy dan Mommymu?"

"Oh! Paman mau bertemu daddy?"

Jaehyun mengangguk. Banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya, tapi dia mencoba yang terbaik untuk menahan diri dari memborbardir anak kecil di depannya ini dengan pertanyaan. Dia bisa saja salah.

Bisa saja ayah anak ini bukanlah Taeyong. Dia tidak tahu jika Taeyong tinggal di luar negeri selama ini dan bahkan sudah menikah! Mereka sudah lama tak saling bertukar kabar sejak dari rumah sakit itu. Bisa saja semua ini hanya kebetulan.

Tapi… tidak, sepertinya itu kenyataannya. Bagaimana bisa anak kecil ini mengenali Jaehyun hanya dengan melihat wajahnya jika ini memang bukan seperti apa yang dia pikirkan? Lalu nama keluarganya juga…

"David ke sini dengan daddy," kata anak itu. "Tapi aku tidak tahu di mana Mommy. Mommy sudah pergi sejak lama dan tidak ikut pindah bersama kami ke sini, mungkin sedang bekerja sekarang."

"Pergi? Mommymu pergi?"

"Ya. Waktu itu daddy dan mommy saling berteriak, benar-benar menakutkan! Lalu mommy pergi mengambil barang-barangnya dan meninggalkan rumah, katanya mau pergi bekerja. Sekarang hanya ada aku dan daddy," ujarnya menyakinkan. "Dan sekarang ada paman Jaehyun. Tunggu sampai aku memberitahu daddy. Daddy merindukan paman. Memang daddy tidak pernah bilang begitu tapi David tahu karena David pintar!" katanya sambil tersenyum lebar.

Baiklah. Informasi ini terlalu banyak untuk diproses otak Jaehyun.

"David, di mana daddymu? Paman akan mengantarmu kembali pada daddymu, oke?"

Bagian kecil dari pikiran Jaehyun berteriak padanya untuk pergi, pergi saja dari sana secepatnya, meyakinkan dirinya sendiri jika dia tidak ingin terlibat dalam hal ini. Tidak lagi. Tapi Jaehyun memang keras kepala, sehingga tidak sedikit pun mengherankan mendapati dirinya tetap diam di sana. Lagipula, dia merindukan teman masa kecilnya itu.

Jaehyun baru akan berdiri ketika ia mendengar suara yang terdengar akrab dari arah belakangnya.

"David!"

"Ups! Itu daddy." Anak itu menutup mulutnya dengan tangannya, terlihat seperti sedang merasa bersalah saat melihat bergantian pada Jaehyun dan orang yang mendekat ke arah mereka.

David mendekat pada orang itu, langsung memeluknya.

"David Lee, apa yang daddy katakan tentang berbicara dengan orang asing?" tuntut orang di belakang Jaehyun dengan suara tegas.

"Tapi daddy, paman Jaehyun bukan orang asing!"

"Paman… Jaehyun?"

Suara itu terdengar tercekat.

Jadi Jaehyun menguatkan dirinya dan berdiri, sebelum perlahan berbalik untuk menghadap pada satu sosok seseorang yang sudah dengan gilanya ia rindukan selama sepuluh tahun ini. Wajahnya tidak banyak berubah. Dia tampak lebih dewasa sekarang, tapi masih Taeyong. Taeyongnya.

Dan tiba-tiba Jaehyun merasa hangat. Sesak oleh perasaan bahagia, lega, yang meledak bersama kerinduannya yang mendalam. Setelah memandangi mata itu, Jaehyun tahu jika dirinya masih merasakan hal yang sama. Sudah sepuluh tahun, tetapi perasaannya belum berubah.

Kata-kata terakhir ayahnya berdering di dalam kepalanya.

"Jadilah orang baik, Jaehyunnie. Hiduplah dengan bahagia. Ayah selalu bangga padamu, apapun yang terjadi. Jangan lupakan itu."

Dan bukankah ibunya sendiri yang menyuruhnya untuk berjuang demi kebahagiaannya? Jika sudah saatnya baginya untuk berhenti menempatkan kepentingan orang sebelum dirinya sendiri?

Jaehyun tahu ini semua tidak akan sederhana itu. Mereka sudah terpisah selama sepuluh tahun. Banyak hal yang terjadi. Sepuluh tahun, pernikahan yang gagal dan seorang putra berusia empat tahun bagi Taeyong. Tapi Jaehyun menyadari sesuatu. Jika dia dan Taeyong, mereka berdua selalu akan kembali untuk satu sama lain. Bahkan setelah bertahun-tahun, mereka masih menemukan jalan masing-masing untuk kembali. Untuk pulang.

Jaehyun tidak tahu bagaimana perasaan Taeyong untuknya sekarang. Tidak ada yang bisa menjamin kebahagiaan mereka. Tidak ada yang bisa menjamin akan seperti apa nantinya. Tapi Jaehyun sudah siap untuk mencoba, untuk berjuang. Sepuluh tahun adalah waktu yang sudah terlalu lama untuknya melarikan diri.

"Jaehyun... hyung...?"

Jaehyun memberikan sahabatnya itu senyumanya. Senyuman untuk orang terkasihnya.

"Lama tidak bertemu, Taeyongie."


Karena selamanya Lee Taeyong akan menjadi orang dicintai Jung Jaehyun.

His Beloved.


Selesai

Terimakasih untuk setiap bentuk dukungannya. Mohon maaf atas segala kekurangan dalam cerita ini dan ketidakpuasan untuk endingnya. Typo dan kesalahan penulisan akan diperbaiki secepatnya. Terimakasih atas fav, follow dan reviewnya!

.

.

.

Aetherity, AiKyuMin137, Albus Convallaria majalisCaratARMYmonbebe, ChiminChim, Dewi Anida, Ddis, Dfandra, ExileZee, Fredy Park, HunHanKai, JLuna Yoolie99, JaeMinhyung, Jaehyunjayjungie, JaeminNanana, Jaeyong Princess 2, Jerapinchansoo, Jilly Choi, Jung RiAn, Kdyoo123, Kyunie, LDHLTY151, LOVEJaeYong, LimitlessPleasure, LoveisHaechan, N154, Galaxy, Nini-nya mas Seno, Oohsehoonie, Park RinHyun-Uchiha, Ppanypark627, RaInPark, RPuspitasary21, Snowwcrystalc, Taebeurijeu, Tempranillo, Yongyongieee, Yongchu, Yxxx1106, aestaee, anomin, armybana, arukewl, bananafish9795, cabekyun, capungterbang, chennie21, chittaphon27, daunlontar, famekillahz, fera95, gitakanya, , 3, hanarimiyako,hwangbi, ibyunie, ilop. you, iriszhang, jaehyun's bum, jepri, jenijae, jeonsan, jeonglee, junggjhyun, jungXlee, junglee, kiddos, kkmyerim, kynnachan, laksmyanandasyabillah, larayu, livanna shin, mbafujo, momonpoi, mtxgdvtzk, myluvyU, nadiameivitasari08, natns88, nurafaini, peachpetals, rizka, sffnnaaa07, svtbae, tadittaaa, tehpoci, tieneelau, troalle, ulil, unbelviso, wiyahgunsa2204, www. selfianatz, dan 4 Guest