Chapter 5: Rencana
Sebelumnya
Disebuah rumah yang tampak besar, seorang tetua Senju Takamura Senju sedang duduk dengan dikelilingi oleh orang-orang yang memiliki kebencian yang sama besarnya seperti dirinya pada Uchiha. Dengan lampu penerangan yang minim dia mulai memimpin pertemuan itu.
"Aku tidak menyangka Tobirama melangkah sejauh itu dengan Uchiha keparat itu. Besok jalankan rencana kita, buat mereka terpisah dan saling benci karena setelah mereka berpisah kita akan dengan mudah membunuh Uchiha itu. Kalian sudah tahu tugas masing-masing, malam ini tidurlah yang nyenyak karena besok adalah hari dimana takdir Uchiha itu akan segera berakhir." Kata Takamura yang di amini oleh orang-orangnya dan ketika ruangan itu hanya tinggal dirinya, seringai menjijikkan itu menghiasi wajah tuanya. "Kau akan menerima kematianmu Uchiha sama persis seperti kau dan orang-orangmu menghabisi putra kesayanganku."
...
Mentari pagi menyeruak ke dalam celah-celah jendela sebuah ruangan yang masih tertutup gorden berwarna biru tua. Di dalam ruangan itu terdapat dua insan yang masih tertidur dan ketika sinar sang surya yang kuat mulai masuk dan mengenai wajah salah satu diantara mereka, dia pun terbangun. Refleks tangannya menutup sinar yang menyilaukan itu.
"ehm..." seraya menggeliat meluruskan otot-ototnya yang kaku. Dengan perlahan dibukanya mata itu dan dengan helaan nafas dia pun mendudukkan dirinya. Mata itu juga mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan hingga telinganya menangkap suatu suara dan mata itu pun jatuh memandang seseorang yang tengah tertidur disampingnya.
Hashirama menatap horor seseorang yang tengah tertidur lelap hingga dia pun terjatuh dari tempat tidurnya yang tidak tinggi saking kagetnya. Otaknya yang sedang berproses mencerna sedikit demi sedikit kejadian tadi malam hingga otaknya berhasil mengambil sebuah kesimpulan.
"Kami...apa yang telah aku lakukan?Bisa-bisa dia akan membunuhku." Hashirama yang masih menatap horor orang itu yang tidak lain adalah Madara hanya bisa bergerak menjauh, ya meskipun tidak terlalu jauh, seraya memikirkan cara bagaimana menjelaskan itu semua pada partnernya itu. Dia ingat bagaimana mulutnya lebih cepat dari otaknya ketika dia menyebutkan permintaan pertamanya itu.
Ingatan itu pun kembali pada kejadian 5 jam yang lalu
Suara bedebum terdengar memekakkan telinga Hashirama. Nafasnya terengah-engah menahan serangan demi serangan dari Madara. 'Dia benar-benar serius akan membunuhku. Tidak kusangka dia akan semarah itu.' Batin Hashirama.
"Tunggu Mada-chan!" Kata Hashirama seraya mengangkat tangannya ke atas berusaha menghentikan serangan Madara.
"Sudah kubilang jangan memanggilku dengan suffix chan, kau membuatku lebih marah Senju." Teriak Madara.
'Hah...aku salah lagi.' Batin Hashirama sedikit merutuki mulutnya. Tapi setidaknya Madara masih mau mendengarkannya dan menghentikan serangannya. "Sampai kapan kau akan bertingkah seperti ini Madara?"
"Sampai aku bisa menghancurkan Senju dan membunuh adik albinomu yang mesum itu." Kata Madara berapi-api.
Hashirama sedikit menyesali perkataannya, seandainya saja dia tidak menyinggung ritual itu pasti tidak akan ada pertarungan yang tidak berguna ini. Tapi, dia hanya tidak tahan dengan kesunyian dirumah Madara dimana dia sekarang menjadi bagiannya karena itu dia mencoba mencari cara agar dia dan Madara bisa ngobrol dan hanya topik Izuna yang bisa membuat Madara bereaksi. Namun, Hashirama lupa kalau sikap over protektif Madara melebihi batas normal.
"Kita buat perjanjian. Kalau kau bisa mengalahkanku maka akan aku biarkan kau pergi ke Senju dan melakukan apapun yang kau ingin lakukan. Tapi, jika kau kalah maka kau harus menuruti 3 permintaanku. Bagaimana?" Tanya Hashirama
"Cih, aku tidak tertarik dengan tawaranmu. Aku tidak tahu apa yang sudah kau rencanakan Senju dan aku tidak akan terjebak." Balas Madara.
"Apa kau takut kalah Madara?" Tantang Hashirama. Meskipun kesempatannya untuk menang 50:50 tapi hanya ini cara yang bisa dia pikirkan.
Hashirama tahu betul menyinggung harga diri Uchiha adalah hal terkonyol yang dia lakukan saat ini apalagi menerima tatapan membunuh Madara tapi tidak ada cara lain. Mau mati sekarang atau nanti, tidak ada bedanya.
"Aku kalah darimu?Dalam mimpimu Senju. Aku terima tantanganmu." Ucap Madara seraya melayangkan serangannya lagi.
Hashirama yang tidak siap, mau tidak mau menerima serangan dari Madara hingga membuatnya terjungkal. Otaknya berpikir dua kali lipat lebih cepat dari biasanya. Lawannya adalah Uchiha yang terkenal dengan kejeniusannya. Kelebihan yang tidak dia punya meskipun dia juga tidak bodoh bodoh amat. Kelebihannya ada pada staminanya yang kuat dan Madara bukanlah tandingannya.
Dilihatnya Madara yang terlihat sangat lelah, mungkin dengan membuat tenaganya habis dia bisa memenangkan pertarungan ini. Dengan berbagai teknik yang dia miliki, dia berhasil memerangkap Madara dengan kayu-kayu yang melilitnya. Tenaganya sedikit demi sedikit menurun kalau Madara tidak segera menyerah maka dirinya lah yang akan kalah.
"Katakan kalau kau menyerah Madara dan kita selesaikan pertarungan tidak berguna ini." Kata Hashirama yang di ikuti kata hatinya 'Semoga Madara menyerah' berulang-ulang bak mantra.
Tidak menyangka akan keberuntungannya, Madara menonaktifkan sharingannya dan mengangguk pelan. Lalu Hashirama mulai melepas lilitannya pada Madara.
"Kali ini kau menang Senju tapi tidak akan untuk lain kali." Kata Madara sinis. "Katakan apa permintaanmu?"
Si Sulung Senju itu pun menarik nafas lega. "Tidak sekarang, kita pulang dulu. Aku mau mandi." Seraya pergi dari arena pertarungan dan kembali ke rumah mereka yang ternyata di ikuti oleh Madara.
Sesampainya dirumah, Hashirama langsung masuk ke kamar mandi. Membersihkan debu-debu, hasil pertarungannya tadi. Rambutnya yang panjang dia cuci dan tak butuh waktu lama dia pun keluar dari kamar mandi merasakan segar pada tubuhnya.
Di edarkannya pandanganya di kamarnya tapi tidak ada tanda-tanda Madara disana. Dengan menyampirkan handuk tebal di lehernya seraya mengeringkan rambutnya Hashirama menjelajahi ruang demi ruang di rumah itu hingga akhirnya dia menemukan sang pemilik rumah sedang duduk di tempat yang sama sebelum pertarungan itu terjadi. Taman kecil yang berada di belakang rumah mereka
Hashirama melihat, Madara tengah menyandarkan sebagian tubuhnya pada tiang penyangga, rambutnya yang panjang pun diterpa angin malam yang kala itu sedikit berangin. Di dekatinya Madara dan ketika Hashirama berada di sampingnya, dia tidak menyangka kalau Madara sedang tertidur. Mungkin kelelahan karena pertarungan itu.
Dipandangi Madara lekat-lekat, Madara yang telah melepas baju perangnya dan berganti dengan kimono berwarna biru dengan simbol Uchiha di bagian punggungnya nampak begitu tenang dan damai. Kulit putihnya terlihat menarik di mata si Sulung Senju, bibir merahnya yang sedikit terbuka yang sering mengumpatnya terlihat menggoda. 'Hah, kalau Madara bisa membaca isi kepala orang dia pasti mengataiku mesum. Tapi, bagaimana tidak mesum kalau melihatnya seperti ini?'
"Mada-chan, bangun. Cepatlah mandi dan beristirahat." Kata Hashirama lembut seraya menggoyangkan badan Madara agar terbangun.
Mata hitam secerah malam itu pun terbuka dan terbelalak kaget mendapati dirinya tengah memandang si sulung Uchiha itu.
"Mau apa kau Senju?" Mata itu pun kembali sinis.
"Aku hanya ingin bilang, cepatlah mandi lalu beristirahat." Kata Hashirama seraya meninggalkan Madara tidak ingin memulai pertengkaran lagi.
Selang beberapa menit, Madara melewatinya dan masuk ke kamar mereka lalu terdengar suara air dari kamar mandi.
Hashirama masih berkutat dengan rambutnya yang panjang, meskipun malas tapi mau tidak mau dia harus mengeringkan rambut kelewat panjangnya itu. Seandainya rambutnya sependek Tobirama, maka dia tidak akan susah payah seperti ini.
Saat asyik asyiknya mengeringkan rambutnya, Madara keluar dari kamar mandi dengan rambut basah hingga membuat kimononya yang berganti warna putih basah hingga pinggulnya. Rambut mencuatnya pun tidak terlihat, kulit putihnya kini terlihat memerah karena air panas yang mungkin Madara gunakan. Hanya satu kata yang pas dengan kondisi Madara saat ini di mata Hashirama adalah menggoda, ya Madara terlihat menggoda. Tidak hanya menggoda mata Hashirama tetapi juga imannya.
"Aku ingin permintaan pertamaku malam ini." Tanpa komando dari otaknya, Hashirama tanpa sadar berbicara tentang permintaan karena kemenangannya itu.
Madara mengangkat satu alisnya. "Katakan." Perintah Madara.
"Aku ingin malam ini kita juga melakukan hal yang sama seperti Tobi-chan dan Izu-chan lakukan." Dan ketika dilihatnya Madara akan menolak. "Kau sudah berjanji Madara dan aku yakin kau tidak akan merendahkan harga dirimu kan?!"
Yups, otak Hashirama berjalan lebih lambat dibanding nafsunya. Salahkan Madara yang terlihat menggoda, salahkan gennya yang memang sedikit mesum, ingat ya sedikit mesum.
Hanya ekspresi terkejut yang dia terima dari Madara lalu mata hitam itu pun menunduk menyerah.
Hashirama yang tengah duduk, berdiri dan berjalan mendekati Madara. Jujur saja dia tidak suka dengan sikap Madara kali ini. Dia ingin mata nyalangnya menatap dirinya tajam atau dengusan kesal yang bagi Hashirama terdengar seperti melodi,entah karena jatuh cinta hingga membuat Hashirama jadi alay, tidak seperti ini. Mata yang sinis dan tajam itu tertunduk.
Dinaikkan dagu Madara dengan ibu jari dan telunjuknya dan ketika mata itu menatapnya Hashirama berkata "Aku tidak suka dengan sikap menyerahmu ini Uchiha, kau terlihat seperti bukan Madara yang ku kenal sejak kecil." Seraya mencium bibir merah yang sedari tadi menggodanya. "Hadapi aku dengan harga dirimu yang tinggi Uchiha."
Kilat tajam itu pun kembali dan Hashirama tidak merasa lebih baik dibanding ini.
Jari tangan Hashirama bergerak pelan melingkar di leher Madara seraya mencium bibir itu berulang-ulang. Terdengar bunyi decak ketika bibir beradu yang bercampur dengan saliva memenuhi ruangan itu.
"Buka mulutmu Madara" perintah Hashirama yang dituruti oleh Madara dan dengan segera dia lesakkan kedalam merasakan mint dari pasta gigi yang dipakai Madara. Jemarinya semakin erat melingkar di leher Madara dan mendekatkannya padanya. Tangannya yang lain tengah melingkar dengan santainya di pinggang Madara seraya mengelus lembut punggung kokoh itu.
Setelah melepas ciumannya, Hashirama memandang Madara yang tengah terengah-engah hanya karena sebuah ciuman dan pipi merah menghias kulit putih itu. Mungkinkah ini adalah yang pertama bagi Madara? Mungkin saja dan kalau pun benar, dia adalah orang yang paling beruntung saat ini.
Tangan berkulit coklat itu menggandeng tangan putih itu menuju tempat tidur. Sungguh kontras. Perlahan kimono putih itu pun terlepas dari empunya yang dibarengi dengan kecupan demi kecupan pada kening, mata, hidung, bibir, leher dan pundak. Di dudukkannya Madara "Tatap mataku Madara." dan mata hitam itu pun balik memandangnya menantang. 'Menarik'
Diciumnya lagi dan lagi hingga dia rebahkan tubuh itu. Tangan Hashirama menuntun tangan Madara meletakkannya di atas kepala Madara, dinikmatinya pemandangan indah yang tersaji untuknya. Tubuh putih yang kini merona berada dalam kungkungannya, yang ada di mata Hashirama hanyalah nafsu. Nafsu untuk memilikinya.
Dijelajahi tubuh itu dengan kecupan demi kecupan dan terdengar erangan demi erangan dari empunya tubuh putih itu yang membuat Hashirama semakin bergairah.
Tubuh kontras mereka pun kini polos, keringat mulai membasahi tubuh mereka padahal hanya sebuah kecupan demi kecupan mampu membuat malam yang dingin itu menjadi panas.
Hashirama mulai melonggarkan jalan masuk kejantanannya dengan jarinya yang ditanggapi dengan rintihan tidak nyaman dari Madara. Menit ke menit jalan itu pun semakin di longgarkan, tak ada kata yang terucap hanya suara desahan demi desahan ketika Hashirama berhasil menemukan titik nikmat partnernya itu.
Hingga akhirnya jemari itu telah berganti.
"Ugh...Kuso...Baka..." Umpatan demi umpatan keluar dari bibir Madara yang bercampur dengan desahan yang membuat Hashirama semakin bergairah.
Hashirama menggerakkan pinggulnya maju mundur, sesekali cepat, sesekali lambat seraya menatap wajah partnernya yang terlihat makin menggoda setiap menitnya dan tak lupa ciuman demi ciuman yang dia sarangkan ke dalam mulut Madara. Gerakan cepatnya menghasilkan cengkraman erat pada punggungnya, gerakan lambatnya menghasilkan cakaran di punggungnya yang coklat. Hingga akhirnya baik dirinya atau partnernya tidak dapat lagi menahan gejolak nafsu yang akan keluar.
Cairan putih itu pun menjadi saksi bahwa malam ini, cinta mereka setidaknya cinta Hashirama telah lengkap dengan bersatunya jasmani mereka. 'Akan aku pastikan bahwa tidak hanya tubuhmu saja Mada-chan, tidak akan lama hatimu pasti akan kumiliki dan kita akan hidup dalam damai selamanya.' Batinnya seraya mencium kening Madara.
Hashirama masih sangat betah memandangi Madara yang tengah meringkuk dibawah selimut, dia yakin partnernya itu masih telanjang setelah melakukan aktifitas malam yang panas. Degup jantung Hashirama semakin lama semakin cepat.
Bagaikan waktu yang berputar cepat padahal Hashirama memandang Madara lebih dari 1 jam lamanya, degup jantungnya semakin tak terkontrol ketika pemilik manik hitam itu membuka matanya.
Hashirama memandang Madara yang terduduk dan dalam hitungan sepersekian detik, tatapan membunuh itupun kembali menatapnya.
"Mati kau Senju mesum." Ucap Madara dingin dengan seringai membunuh. Hashirama hanya bisa meneguk ludahnya susah seraya nyengir terpaksa.
...
Madara merasakan seluruh tubuhnya sakit, ketika dia membuka matanya ingatan yang muncul pertama kali di otaknya adalah dia dan Hashirama telah...telah... ugh, melengkapi perkataannya saja Madara tidak sanggup. Lalu, dengan cepat dia terduduk dan dia melakukan kesalahan karena itu. Di saat yang bersamaan dia bisa merasakan sakit di punggung dan bagian bawahnya. Sungguh dia menyesal menyanggupi permintaan Hashirama tadi malam.
Di edarkannya pandangannya ke arah dimana Senju mesum, menurut Madara, tengah duduk di kejauhan memandangnya dengan ekspresi gugup. Degup jantungnya sangat cepat dan hanya amarah yang muncul dihatinya saat ini.
"Mati kau Senju mesum." Kata Madara seraya turun dari tempat tidur tapi dia tidak menyangka rasa sakit yang dia rasakan ini membuatnya terjatuh dari tempat tidur dengan posisi menungging. Ewww..sungguh tidak elit. Madara pun hanya bisa memegang punggungnya yang sakit bak orang tua terkena encok. "Aku akan benar-benar membunuhmu Senju."
"Mada-chan, kau sebaiknya tidak bergerak dulu. Maaf kan aku karena terlalu bersemangat tadi malam. Itu semua karenamu, coba saja kau tidak terlalu menggoda, aku yakin aku masih bisa bertahan." Oceh Hashirama.
Madara hanya menanggapi ocehan Hashirama dengan menaikkan salah satu alisnya. Jadi ini semua terjadi karena salahnya, salahnya karena terlihat menggoda, salahnya karena membuat si mesum di depannya menjadi lebih mesum dari biasanya. Senju di depannya ini memang ingin mati cepat rupanya.
"Jadi kau memang mau cepat mati eh..?" Kata Madara berjalan mendekati Hashirama menahan sakit, namun hanya tiga langkah, Madara kembali terjatuh dan kesempatan itu tidak di sia-sia kan oleh Hashirama untuk segera pergi dari kamar mereka. "Jangan lari kau Senju mesum."
Madara dengan susah payah (baca: ngesot) hanya untuk ke kamar mandi. Diguyurnya tubuhnya dengan air hangat yang lengket karena keringat seraya kedua tangannya menyentuh tembok kamar mandi menopang tubuhnya yang serasa sakit. Ketika dia sedang melamun memikirkan entah apa di otak jeniusnya itu, tiba-tiba cairan putih itu pun meleleh melewati pahanya yan putih. 'Kuso...Kuso...Kuso, akan kubunuh kau mesum.'
Pagi itu Madara tidak tahu seberapa banyak dia mengumpat dan otak cerdasnya memikirkan Izuna yang juga merasakan hal yang sama seperti dirinya dan akhirnya dia pun mengumpat lagi.
...
Pagi di Senju, pasangan yang baru menikah dan telah menjalani ritual terbangun dari tidurnya. Tobirama yang terbangun terlebih dulu menatap Izuna tanpa bosan. Sudah 2 jam lamanya dia menatap Izuna yang masih tidur meringkuk ke arahnya dan tentu saja tanpa dia sadari, tolong digaris bawahi tanpa dia sadari, karena dia sedang tertidur memeluk Izuna sepanjang malam.
Tato Senju yang ada di perpotongan leher dan pundak Izuna terlihat sangat pas disana. Ada rasa bangga dalam hati Tobirama bahwa makhluk anggun yang sedang dia peluk itu kini miliknya. Ingatan akan ciuman panasnya dengan Izuna tak ayal membuat Tobirama merona. Heh, dia yakin kalau ada orang yang melihatnya saat ini pasti mentertawakannya karena rona merah itu pasti terlihat kontras dengan kulitnya yang pucat. Tobirama akui, dia ingin mengulang kembali ciuman panas itu dengan Izuna atau bahkan melakukan lebih dari sekedar ciuman. Meski sampat detik ini dia tidak tahu perasaan apa yang mewakili perasaannya pada Izuna, tapi setiap kali melihat Uchiha bungsu itu selalu saja ada desir-desir aneh dalam dirinya. Tobirama akui, kebencian itu ada tapi tidak besar seperti dulu. Entah Tobirama lelah memikirkannya.
Lamunannya buyar ketika dia merasakan Izuna sedang menggeliat dalam pelukannya yang menandakan akan segera terbangun dari tidurnya. Tobirama berpura-pura tertidur agar Izuna tidak merasa malu ketika bangun sedang dalam pelukannya. Hingga akhirnya suara Izuna membangunkannya dari tidur pura-puranya.
"Bangun Senju, aku tahu kau sudah terbangun dari tadi. Semakin hari tingkahmu semakin konyol." Perkataan Izuna sontak membuat dirinya membuka matanya dan mendelik pada bungsu Uchiha di depannya.
Tobirama pun duduk seraya mendengus. "Aku hanya ingin menjaga harga dirimu yang tinggi itu Izuna, aku hanya tidak ingin kau terkaget dan menyalahkanku karena tidur memelukmu." Balas Tobirama. Namun, tidak ada balasan dari Izuna dan ketika dia menoleh ke arah Izuna, seringai itu menghias bibir tipis Tobirama ketika melihat Izuna merona.
Ketika Tobirama hendak menggoda Izuna lagi, tiba-tiba terdengar suara salah satu Tetua Senju dari luar kamar itu.
"Maafkan saya Tobirama-sama, saya hanya ingin mengecek tanda yang ada pada Izuna-sama." Kata Tetua itu.
"Tunggu sebentar." Kata Tobirama. "Pakai kimonoku untuk menutupi tubuhmu itu. Ini juga adalah bagian dari ritual"
Tanpa banyak bicara, Tobirama melihat Izuna menuruti perkataannya dan ketika Izuna telah selesai memakainya Tobirama menyuruh Tetua itu masuk.
Setelah masuk Tobirama membantu Izuna membuka sedikit kimononya dan memperlihatkan tanda yang ada pada leher Izuna dan ketika tetua itu telah memastikan bahwa mereka telah melaksanakan ritual penandaan dengan benar, "Saya akan menyampaikan hal ini pada Takamura-sama." tetua itu pun pergi meninggalkan Tobirama dan Izuna setelah mendapat anggukan dari Tobirama.
Tak lama setelah tetua keluar, beberapa pelayan masuk dengan membawakan berbagai macam makanan untuk sarapan pagi mereka.
"Terimakasih." Mereka pun meninggalkan ruangan itu dengan rona merah dipipinya yang ditanggapi heran oleh Tobirama dan ketika dia melihat ke arah Izuna ternyata penyebab utamanya adalah karena Izuna memperlihatkan bahu putihnya yang ter tato dengan simbol Senju dengan rambut panjangnya yang terurai, sungguh pemandangan pagi yang menyegarkan. Sesaat Tobirama harus meneguk ludahnya.
"Kita makan, setelah itu aku akan tunjukkan kau negara Senju." Tak ada balasan dari Izuna hanya saja Izuna mulai memegang sumpit dan memakan apa saja yang sudah disiapkan untuknya.
"Siapa Takamura?"Tanya Izuna di sela aktifitas makannya.
"Dia adalah ketua dari tetua Senju. Hasil ritual harus disampaikan padanya. Dia juga sedikit banyak berpengaruh pada kebijakan yang aniki buat."
"Apa maksudmu sedikit banyak mempengaruhi keputusan Hashirama?"
"Misalkan saja soal pernikahan ini, dia adalah satu-satunya tetua yang menolak syarat yang kita ajukan. Alasannya karena kita sebagai Senju tidak bisa mempercayai begitu saja dengan Uchiha. Seharusnya kita menghabisi seluruh Uchiha hingga ke akar-akarnya karena menurutnya kalian para Uchiha adalah perusak yang harus dibinasakan. Sepertinya kebenciannya pada Uchiha melebihi kebencianku."
"Tidak kusangka disini masih ada yang tidak setuju dengan syarat perdamaian ini. Apa kau pikir perdamaian ini akan terus terjalin?"
Pertanyaan Izuna jujur saja baru Tobirama pikirkan. Ketidaksetujuan ini mungkin saja berakibat rusaknya perdamaian antara Senju dan Uchiha atau bahkan mengakhirinya. Mungkin mengawasi gerak-gerik Takamura ada baiknya. Dia tidak ingin pengorbanan yang dia dan anikinya menjadi sia-sia.
"Pengorbanan yang sudah aku dan aniki ku lakukan tidak akan aku biarkan sia-sia. Aku akan lakukan apa saja agar perdamaian ini terus terjalin."
Perkataan Tobirama di balas dengan dengusan meremehkan dari Izuna.
Pagi itu, setelah sarapan mereka kembali kerumah Tobirama yang terletak tidak jauh dari tempat dimana ritual dilakukan semalam.
"Rumah ini hanya ada 2 kamar, kamarku dan kamar aniki. Aku tidak akan mengubah apapun pada kamar aniki dan aku juga tidak mengijinkan siapapun menggunakan kamarnya jadi kau mau tidak mau sekamar denganku. Aku sudah menyuruh orang untuk menyiapkan futon untukmu, jadi kau tidak perlu khawatir akan tidur bersamaku lagi. Barang-barangmu sudah tertata di lemari itu, kau bisa mengeceknya. Disana kamar mandi, kau bisa menggunakannya sekarang. Cepatlah mandi dan kita jalan-jalan."
Tobirama segera meninggalkan kamarnya, dia tidak ingin melihat Izuna keluar dari kamar mandi dan kehilangan nalarnya setelah melihatnya selesai mandi. Dia juga tidak ingin kehilangan kontrolnya sama seperti saat dia di negara uchiha. Dia pun bergegas ke kamar Hashirama yang di dalamnya juga terdapat kamar mandi. Disana dia pun mandi seraya menenangkan dirinya setelah melihat Izuna pagi ini dan membayangkan kejadian tadi malam dengannya.
Tak berapa lama mereka pun pergi jalan-jalan seperti apa yang Tobirama katakan. Izuna dengan pakaian yang biasa dia kenakan dengan simbol Uchiha dan rambut yang terikat ke belakang terlihat sangat menarik dimata si bungsu Senju. Pandangannya yang terlihat mengintimidasi siapapun yang melihatnya membuatnya terlihat anggun sekaligus arogan. Namun, meski begitu orang-orang yang melihat partnernya itu terlihat terpesona karena baru kali ini mereka melihat seorang Uchiha yang tanpa menggunakan pakaian perang dan percikan darah atau debu menutupi ketampanan ciri khas Uchiha. Ada rasa bangga dalam hati Tobirama, sungguh dia tidak menyesali telah mengajukan dirinya menjadi syarat perdamaian itu.
"Apa kau akan memandangiku seperti senju-senju bodoh itu?" Hanya satu yang Tobirama tidak suka dengan Uchiha apalagi Izuna, meski bukan di negaranya sendiri tapi mulut tajamnya tidak pernah tumpul. Tobirama pun mulai memaklumi kata-kata tajam Izuna seraya mendesah.
"Apa mulutmu memang setajam itu Izuna?Lagi pula siapa yang memandangimu?Aku rasa kau terlalu percaya diri." Jawab Tobirama terdengar kesal.
"Kau mau mengajakku kemana?" Tanya Izuna mengacuhkan perkataan Tobirama
"Bukankah sudah kubilang aku akan mengajakmu keliling Senju?" Kata Tobirama.
Pagi itu Tobirama menunjukkan alun-alun kotanya lalu berjalan ke arah stand-stand makanan yang letaknya tidak jauh dari alun-alun kota. Disana Tobirama membeli beberapa kue khas Senju, makanan berbentuk ikan dengan isian coklat dan kacang merah. Setelah dari sana Tobirama mengajak Izuna ke pasar dimana mereka membeli beberapa bahan makanan untuk menyiapkan makan beberapa hari kedepan.
Setelah itu Tobirama menunjukkan arena latihan dimana para Senju muda berlatih. Dari ketiga tempat yang Tobirama tunjukkan, hanya arena latihan ini yang membuat Izuna terlihat bersemangat. Mata hitamnya terlihat begitu senang dan bersemangat.
"Mau berlatih?" Tawar Tobirama.
Mata indah itu terbelalak mendengar tawaran Tobirama seakan tak percaya. Lalu tak lama dia pun mengangguk.
Hari itu mereka habiskan untuk berlatih. Banyak Senju muda memperhatikan tekhnik tekhnik serang dan pertahanan dari Tobirama dan Izuna seraya tak lupa untuk mempelajarinya. Ini merupakan pelajaran gratis yang tidak mungkin mereka lewatkan.
Tobirama membawa sebotol air minum dan memberikannya pada Izuna yang tengah duduk seraya mengatur nafasnya yang sedikit tersengal setelah latihan.
"Ayo kita pulang. Sebentar lagi malam dan aku belum menyiapkan makanan untuk malam ini." Ajak Tobirama yang di amini oleh Izuna.
Namun, dalam perjalanan ke rumah mereka. BRUKK... seseoranhg menubruk Izuna hingga Izuna kehilangan keseimbangannya dan untung saja Tobirama sangat sigap menarik tangan Izuna dan mendekapnya hingga dirinya tidak jatuh.
"Ah..maaf aku tidak sengaja." Kata orang itu.
"Take..Kenapa kau terlihat terburu-buru?" Tanya Tobirama pada seseorang yang bernama Take.
"Maafkan aku Tobi, ayah memanggilku. Dia bilang ada hal penting yang ingin dibicarakan dan itu sudah 2 jam yang lalu. Aku rasa kali ini dia akan benar-benar menghabisiku." Kata Take seraya nyengir lebar. "Sebaiknya aku pergi. Sekali lagi aku minta maaf"
Izuna mengangguk ketika pernyataan maaf itu di arahkan padanya.
"Dia temanmu?"
"Lebih tepatnya dia sahabatku. Namanya Takeru. Ah...aku lupa memperkenalkannya denganmu." Kata Tobirama.
"Tidak perlu." Jawab Izuna dingin.
...
Izuna tengah duduk di meja makan seraya memperhatikan Tobirama yang sedang memasak. Melihatnya memakan celemek sungguh pemandangan yang menarik. Mungkin sekarang sudah terpampang seringai mengejek diwajahnya.
"Hentikan dengan seringai mengejekmu itu, kau membuatku kesal." Kata Tobirama seraya meletakkan ikan goreng diatas piring.
'Nah kan benar apa yang aku pikirkan. Kami...dia terlihat konyol sekali.'
Izuna menatap menu makanan yang tersaji di atas meja makan. Ada 2 mangkuk nasi hangat, 2 ikan goreng tanpa tulang dan 2 mangkuk sup. Makanan sederhana hampir mirip seperti kakaknya Madara yang setiap hari menyiapkan makanan untuknya. 'Aku jadi rindu aniki.'
Dilahapnya sedikit nasi dengan ikan goreng dan di sendoknya sedikit kuah sup kedalam mulutnya. Tanpa dia sangka Tobirama bisa memasak. Rasanya terasa oke dilidahnya tapi dia tidak mau mengatakan itu pada Tobirama bisa-bisa si Senju itu besar kepala.
"Jadi bagaimana rasanya?apa kau suka?"
"Kenapa Senju?Kau seperti gadis yang sedang jatuh cinta yang menanyakan apakah masakan buatannya enak atau tidak. Menggelikan." Kata Izuna.
Tobirama hanya membuang muka. Reaksi yang membuat Izuna merasa bahagia dalam hatinya. Memangnya Tobirama saja yang bisa se enaknya menggodanya. Rasakan itu Senju.
"Setelah ini kau yang cuci semuanya." Kata Tobirama
"Ya ampun kau merajuk seperti itu benar-benar menggelikan Senju." Kata Izuna seraya tertawa kecil yang di balas tatapan tajam dari Tobirama.
Setelah makan malam Izuna mencuci peralatan makan dan masak yang digunakan Tobirama. Hal seperti itu sering dia lakukan saat bersama dengan Madara. Ketika sedang melakukan kegiatannya Izuna teringat akan teman Tobirama yang tanpa sengaja bertemu di arena latihan.
Izuna tahu kalau teman Tobirama yang bernama Takeru itu berbohong. Mungkin dia berpikir dirinya tidak tahu kalau saat bertubrukan dengannya Takeru juga sedang memotong beberapa helai rambutnya. Entah untuk apa, tapi kalau dia bertemu dengan Takeru pasti dia akan mengkonfrontasinya. Kasihan si Tobirama sepertinya temannya itu punya niat yang tidak baik dan ini merupakan tanda bahwa dia harus berhati-hati karena di tempat ini masih ada mungkin banyak orang Senju yang membencinya.
...
Takeru memasuki sebuah ruangan dimana dirinya tengah ditunggu oleh seseorang. Langkahnya mantab dan ketika dia berhadapan dengan orang itu yang sedang duduk di kursi tuanya, Takeru kemudian membungkuk hormat.
"Tou-san, aku sudah mendapatkan beberapa helai rambut Uchiha itu." Katanya dingin
"Bagus, kau memang tidak pernah mengecewakanku Take. Aku juga berhasil mendapatkan gulungan jurus rahasia dari kantor Tobirama. Kau tidak perlu khawatir Tobirama tahu gulungan jurusnya hilang karena aku sudah mengatur semuanya. Kau cukup mempelajari dan menguasainya. Setelah itu kita jalankan rencana kita." Kata orang itu. "Aku ingin kau selalu ingat bagaimana mereka menghabisi kakakmu Take."
"Aku mengerti Tou-san."
"Lupakan persahabatanmu dengan Tobirama karena dengan menikahi Si Uchiha keparat itu dia tidak pernah menganggapmu sebagai sahabat. Kakakmu lebih berharga daripada si Tobi itu."
"Aku mengerti."
Takeru meninggalkan ruangan itu seraya menggenggam erat gulungan jurus rahasia itu. 'Maafkan aku Tobi, aku lakukan ini hanya sebagai baktiku untuk ayahku, aku harap kau mengerti.'
Takeru sejak dulu tidak pernah mempermasalahkan kematian kakaknya karena mati dalam perang adalah sesuatu yang istimewa baginya. Justru dia sempat berpikir seandainya yang mati dalam peperangan itu adalah dirinya maka ayahnya tidak akan berubah seperti sekarang. Takeru tahu betul bagaimana rasa sayangnya pada kakaknya itu. Karena itulah dia yakin, seandainya kondisinya berbalik maka hal ini tidak akan terjadi.
"Aku harus segera menguasai jurus ini." Katanya lirih.
Ketika sampai di kamarnya, Takeru membuka gulungan itu dan mempelajarinya. Disana tertulis bahwa jurus yang akan dia pelajari adalah jurus perubahan, apabila dia berhasi menguasainya maka dirinya bisa berubah bentuk sama persis dengan orang yang akan dia tiru. Tertulis juga bagaimana jurus itu terdiri dari 3 tahap perubahan. Tahap pertama kulit, rambut dan mata akan berubah, tahap ke 2 suara dan postur tubuh akan berubah dan tahap 3 yaitu tahap akhir dirinya akan menjadi perfect copy dari orang yang akan dia tiru.
Takeru pun melanjutkan membaca. Disana tertulis setelah tahap 3 dikuasai maka dirinya yang asli tidak akan kembali lagi. Membacanya membuat bulu kuduknya berdiri. Jurus rahasia ini bukanlah sembarang jurus. Ini jurus terlarang dan Tobirama lah yang berhasil membuatnya. Tapi, bagaimana caranya dia tahu bahwa jurus ini ada 3 tahap kalau tanpa percobaan?. Pertanyaannya itu menyisakan tanda tanya besar yang mungkin tidak akan dia dapatkan jawabannya.
Disana ada beberapa syarat yang harus dia kumpulkan yaitu rambut, setetes darah dan saliva dari orang yang akan dia tiru. Takeru sudah mendapatkan rambut Izuna, tinggal darah dan saliva. Kini, Takeru perlu memikirkan cara mendapatkan kedua syarat itu.
...
Masih diruangan yang sama Takamura masih betah duduk di peraduannya sambil memandangi sebuah foto dimana disana ada pemuda dengan rambut coklat dikuncir kuda, berkulit coklat tengah tersenyum seraya membawa sebilah pedang yang dia berikan padanya sebagai hadiah ulang tahun. Kenangan yang begitu manis dan indah yang tidak bisa Takamura lupakan. Kini, hanya penderitaan dan kebencian yang melingkupi hatinya.
"Akihito, ayah pasti akan membalaskan dendam atas kematianmu. Adikmu Take bersedia berkorban untukmu. Ayah akan pastikan si Uchiha itu akan menderita sama seperti dirimu sebelum akhirnya akan ayah habisi." Kata Takeru dengan mata yang penuh kebencian meski ada bekas air mata kesedihan terukir di kulit wajahnya yang keriput.
Tbc...
A/n: Yeay...update tercepat \(^^)/
Oke yang minta lemon/ikeh-ikeh/lime atau apapun sebutannya sudah aku buat ya, sumpah bikinnya bikin kepalaku pusing ( )
Madara: Oh... Jadi kau yang membuat adegan mesum itu heh... (Sharingan aktif, suhu drop -1C)
Author: Hei, aku hanya mengabulkan permintaan para reader. Lagi pula kau juga menikmatinya kan? (Author mau cepet mati di sharingan Madara, di lempar sendal reader)
Madara: Apa kau bilang? (Suhu drop -15C, suara gemeretak tulang jari-jari)
Hashirama: Tenanglah Mada-chan~~ (menahan amarah Madara dengan mendekapnya.)
Madara: Jangan menyentuhku. Kau dan author mesum itu sama-sama mesum. Dasar kau author mesum, mesum, mesum, mesum... (nunjuk-nunjuk Author)
Hashirama menarik dan membawa Madara menjauh dari Author.
Author: Arigatou Hashi-sama (T.T)
Hashirama: Tidak masalah asal nanti kau buatkan lagi adegan seperti itu lagi ya (mesum mode on)
Author cuman bisa ngangguk-ngangguk pasrah. ()^
Izuna+Tobirama: Idiot (menatap tajam Author)
Author cuman bisa mojok di sudut sambil nangis gaje. 'Awas kalian, sebentar lagi kalian juga akan melakukan adegan mesum.' Author pun tertawa cekikikan gaje
Btw, Terimakasih dengan semua review, fave dan follow ini fic. Aku sangat-sangat menghargainya. Aku akan usahakan secepat kilat untuk update tapi aku tidak janji.
Jadi, tunggu update selanjutnya...
Ja Ne