Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura
-Tolong dong, baca warningnya-
Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan, tidak di ijinkan untuk mengcopy fic ini tanpa ijin dari author.
.
.
Don't Like Don't Read !
.
.
~ Tomato, cherry dan salad
[ Chapter 1 ]~
.
.
.
Keluarga berencana, setiap pasangan menginginkan hal itu, tentu, semuanya menginginkannya, seorang suami, istri dan beberapa anak, dua anak cukup katanya, bagaimana dengan sepasang suami istri di usia yang cukup masih muda, bagaimana mereka akan mengurus anak mereka? kesibukan masing-masing kadang membuat mereka putus asa untuk mengurus seseorang yang telah hadir di tengah-tengah mereka
Uhmm...
Jauh sebelum itu, kita akan menceritakan bagaimana mereka bertemu.
.
.
Awal tahun untuk penerimaan mahasiswa baru di universitas Konoha, beberapa jurusan sudah mulai menyelesaikan masa orentasi mereka, mengadang beberapa pesta kecil-kecilan, hanya untuk mengakrabkan diri antara beberapa mahasiswa, junior dan senior, cafe yang cukup terkenal dan sangat dekat dengan kampus menjadi salah satu tempat favorit mereka, menghabiskan waktu dengan minum, makan, bercerita dan saling mengenal. Cafe lumayan rame, hanya ada dua fakultas kesehatan di sana, mereka lebih dulu memesan tempat, fakultas kedokteran dan keperawatan, sedikit canggung antara kedua fakultas itu, tapi para senior berusaha menghilangkan perasaan itu, dokter dan perawat adalah couple yang pas di dunia kerja, mereka bisa saling bekerja sama, beberapa senior kedokteran tidak keberatan bergabung dengan senior perawat, kecuali para junior mereka, masih memikirkan jika dokter dan perawat itu memiliki batasan yang sangat jauh, ada tembok besar yang menghadangnya, ya pemikiran mereka masih dangkal, menganggap perawat itu hanya bawahan atau semacam pesuruh yang selalu mengekor seorang dokter.
Di sudut meja lainnya, gadis berambut softpink ini hanya melirik gelasnya yang belum kosong, merasa sedikit bosan dengan pesta ini, dia sudah lelah melewati masa orentasi dan ingin segera pulang ke kostnya. Melihat sekitar dan para senior-junior membaur, terutama yang cowok, mereka sibuk bergembira, Para cewek lebih memilih grub mereka masing-masing.
Haruno Sakura, junior fakultas keperawatan memilih untuk beranjak dari kursinya, dia akan pulang secara diam-diam, lagi pula, dia tidak terlalu menarik siapapun atau ada seseorang yang di kenalnya di sana. Tidak menyadari jika ada gerombolan lain datang dan membuatnya tidak sengaja menumpahkan minuman ke baju salah satu mahasiswa, junior atau senior, yang mana pun, gadis ini merasa sangat bersalah meskipun tidak sengaja.
"Ya ampun, kemejamu jadi kotor! Hey, kau dari fakultas mana!"
"Aku rasa junior, seharusnya sesama para junior harus lebih hati-hati."
"Baru jadi junior saja sudah bikin ulah."
Para gadis itu yang lebih nyolot dari pada pemuda yang kemejanya sudah basah, kemeja putih akan lebih cepat kotor terkena minuman, apalagi itu jus jeruk dan membuatnya sangat kuning. Sakura masih mematung, sedikit takut menatap mereka, pemuda ini di keliling oleh banyak gadis, mungkin saja para gadis ini yang terlalu senang untuk mengikuti pemuda itu, saat mendengar ucapan para gadis itu, Sakura sadar jika dia sesama para gadis ini adalah senior kecuali pemuda ini, tingkah mereka dapat terlihat, hanya para senior yang akan berbicara kasar dan tegas.
"Jangan diam saja! kau dari fakultas mana?" Ucap gadis lainnya. Suasana yang ramai menjadi hening, yang lainnya sadar jika sedang terjadi sesuatu di sana, sudut meja tempat Sakura menyendiri.
"Fa-fakultas keperawatan, maaf, aku sungguh minta maaf." Ucap Sakura, membungkukkan tubuhnya 90 derajat di hadapan mereka beberapa kali.
"Mana seniormu? Panggil ke sini, berani-beraninya mengotori baju mahasiswa fakultas kedokteran." Ucap gadis lainnya.
Gadis berambut softpink itu hanya meminta maaf dan menunduk malu, tidak berani menatap mereka, fakultas yang terasa merekalah orang-orang elit.
"Sudahlah, dia tidak sengaja, kau senior seharusnya bisa memberinya nasehat." Seseorang datang dari fakultas yang sama dengan mereka segera melerai masalah sepeleh ini. "Kau tidak apa-apa, junior?" Tanyanya kepada junior yang wajahnya terlihat tenang.
"Ah, aku tidak apa-apa, kakak-kakak senior sebaiknya tidak perlu mempermasalahkan hal ini." Ucap junior itu, tidak ada senyum di wajahnya, tatapannya datar saja, mata itu masih menatap gadis yang sedikit ketakutan.
"Tidak, dia harus bertanggung jawab." Para senior cewek itu masih menyalahkan Sakura.
"Dia juniorku, mungkin dia tidak sengaja, tolong maafkanlah." Akhirnya seorang mahasiswa keperawatan datang, tapi tetap tidak bisa mencairkan suasana.
"Benar-benar, sudah, jangan di permasalahkan lagi, kita harus berpesta hari ini." Ucap senior kedokteran.
"Baik, aku aka bertanggung jawab." Ucap Sakura, mengangkat wajahnya dan berani menatap mereka, dia tidak ingin masalah sepeleh ini menjadi rumit, baru saja menyelesaikan masa orentasi dan sudah resmi menyandang status sebagai mahasiswa di universitas Konoha, gadis ini tidak ingin mendapat masalah serius selama masa belajarnya.
"Baiklah, kau harus bertanggung jawab, maaf, aku pamit duluan." Ucap junior ini, menarik tangan gadis berambut softpink itu keluar dari cafe, meninggalkan pesta, meskipun para senior cewek memintanya untuk tetap di sana, tapi dia sudah berada di luar.
Berjalan cukup jauh dari cafe dan melepaskan pegangannya. Sakura sudah kaget setengah mati, tiba-tiba saja tangannya di tarik pemuda dari fakultas yang berbeda dengannya, jantungnya sudah deg-degan.
"Jangan melamun, sekarang bagaimana kau akan bertanggung jawab?" Ucap junior fakultas kedokteran itu. Menatap tajam ke arah Sakura.
"Heee, ka-kau sungguh aku ingin bertanggung jawab? Tapi... uhm, aku tidak bisa menggantikan kemejamu sekarang." Ucap Sakura, dia masih butuh dua sampai tiga hari untuk mendapat kiriman di atmnya.
"Dasar bodoh, kau bisa bertanggung jawab selain membeli yang baru 'kan." Ucap pemuda itu, menatap malas ke arah gadis yang tidak bisa sedikit berpikir.
"Baik-baik, aku akan bertanggung jawab." Ucap Sakura, berwajah lesu, merasa sedikit sial untuk hari ini, seharusnya dia tidak berniat meninggalkan pesta secara diam-diam dan malah mendapat masalah.
.
.
Tiba di kamar kost milik Sakura, dalam hati gadis ini, dia sudah meminta maaf pada ibunya berkali-kali, dan tentu ibunya tidak akan mungkin mendengar ucapannya itu, mereka tinggal cukup jauh dari kota Konoha, Sakura adalah orang pendatang di Konoha demi mencapai cita-citanya menjadi seorang perawat. Untuk pertama kalinya dia mengajak seorang pemuda ke dalam kostnya. Berada di lantai dua, ruangannya tidak begitu luas, dapur, ruang serba guna dalam satu ruangan, ruangan itu bisa menjadi ruang tamu, saat ini, terlihat meja segi empat di tengah-tengah ruangan, di sisi lainnya ada kasur melantai, Kamar mandi yang memiliki ruangan tersendiri, disisi dinding ada meja belajar Sakura , kost minimalis, setidaknya Sakura mampu untuk membayar uang sewanya.
"Si-silahkan masuk." Ucap Sakura, sedikit gugup, mempersilahkan pemuda itu masuk tanpa berpikir panjang, dia sendiri pun tidak memikirkan hal terburuk yang terjadi jika sudah mengundang seorang pemuda ke dalam rumahnya dan dia hanya tinggal sendirian.
Pemuda itu berjalan masuk, melirik ruangan di dalamnya, tertata rapi, Sakura gadis yang rajin, dia suka kebersihan, tanpa ucapan apapun, gadis itu sudah membulatkan matanya, pemuda ini membuka kemejanya begitu saja, bahkan di hadapannya.
"Apa?" Ucap pemuda itu, merasa gadis di hadapannya ini selalu saja seakan hanyut dalam pikirannya sendiri.
"Se-setidaknya, kau bisa membuka baju di kamar mandi! Jangan membukanya secara langsung seperti itu!" Ucap Sakura, dia sudah sangat malu dan panik, wajahnya sangat merona.
"Berisik, cepat bersihkan." Ucap pemuda itu, melempar kemejanya ke arah Sakura, berjalan ke arah sisi meja dan duduk di sana, tidak peduli jika pemilik rumah belum mengijinkannya, dia melakukannya dengan seenaknya, seperti rumah ini adalah miliknya.
Wajah Sakura tidak henti-hentinya merona bercampur kesal, melihat pemuda yang baru saja di temuinya di cafe, berbeda fakultas, tingkahnya yang seenaknya dan tubuhnya itu, cukup membuat Sakura sedikit salah fokus, terlihat beberapa otot pada perut dan lengannya, pemuda itu seperti seorang atlet dengan tubuh yang sangat bagus.
"Melamun lagi? Jika aku tidak mengenakan apapun, aku akan masuk angin, besok adalah kuliah perdanaku." Ucap pemuda itu dan lagi-lagi Sakura harus melihat tatapan tajamnya, sorot matanya seakan meminta Sakura untuk segera bergerak dan tidak usah mematung di sana.
Gadis itu segera berlari ke arah salah satu ruangan, di dalam ada mesin cuci dan kamar mandi. Sedikit kesal dengan tingkah pemuda itu, Fakultas kedokteran memang selalu menindas fakultas keperawatan, itu yang di pikirkan Sakura. Memasukkan kemeja kotor itu ke dalam mesin cuci dan menunggu pakaian itu bersih, kemeja itu akan bersih dalam beberapa menit, dia harus menunggu, berjalan perlahan keluar dan melihat pemuda itu hanya sibuk memainkan ponselnya.
"Uhm, anoo, namaku Haruno Sakura." Ucap Sakura, dia merasa perlu berkenalan dengan pemuda asing ini.
"Sasuke, Uchiha Sasuke. Kau junior di keperawatan?" Ucap Sasuke.
"Iya, dan kau junior di kedokteran?" Ucap Sakura, merasa jika pemuda ini cukup ramah.
"Lalu?"
"Ti-tidak." Sakura menghilangkan paniknya, berpikir jika dia ramah tapi nyatanya tidak sama sekali, masih menjaga jarak, pemuda itu tanpa atasan dan membuat Sakura malu menatapnya. "Kenapa kau meninggalkan pesta? Padahal aku bisa saja mencucinya setelah pesta usai." Ucap Sakura, mulai memberanikan diri berbicara dengan pemuda yang terlihat cuek itu.
"Aku tidak terlalu suka pesta dan keramaian, para senior itu cukup mengganggu." Ucap Sasuke, dingin, dia tidak tahu harus berbuat apa agar para gadis-gadis senior itu mau menjauh darinya. Tidak ada tanggapan dan Sakura malah tertawa. "Apa? kau pikir ini lucu?" Ucap Sasuke, tidak senang jika di tertawakan.
"Maaf, aku tidak bermaksud, sejujurnya saat melihatmu bersama mereka, aku pikir kau sungguh menikmati pesta itu bersama para senior, yang menurutku mereka cukup galak." Ucap Sakura, baru saja menjadi junior dia sudah mendapat semprot dari pada senior dan itu bukan dari fakultasnya.
"Oh, jadi kau mengejek seniorku?" Ucap Sasuke, tatapan datar yang sama sekali Sakura tidak bisa membaca apapun di sana.
"Eh, tidak-tidak, aku tidak mengejek mereka." mampus kau Sakura. Sakura panik sendiri dengan ucapan yang spontan keluar dari mulutnya. "Aku mohon, jangan mengadu pada mereka." Ucap Sakura, dia sungguh takut untuk mendapat masalah, lagi
"Bodoh, kau pikir aku tukang ngadu." Ucap Sasuke, tidak senang di anggap seperti itu.
"Yaa, mungkin saja, kau akrab dengan mereka, aku bisa apa jika kau langsung mengatakan pada mereka." Ucap Sakura, tertunduk lesu, dia bahkan belum akrab dengan para senior di fakultasnya.
"Aku tidak akrab dengan mereka, merekalah yang mendatangiku." Ucap Sasuke. Sejujurnya dia merasa sedikit risih tapi membiarkan mereka.
"Aku sedikit iri padamu, kau begitu di kenal oleh para senior, padaha kita sama-sama junior." Ucap Sakura. Sasuke berhenti memainkan ponselnya dan menatap gadis itu. "Berharap aku bisa kenal dengan para seniorku juga, akan lebih mudah jika akrab dan bisa bertanya apapun tentang tugas, kau tidak akan kesulitan." Sambung Sakura, tatapannya entah kemana.
"Oh." Ucap singkat Sasuke.
Ucapannya terasa tidak di hargai, Sasuke kembali menatap layar ponselnya, Sakura bisa memperhatikan pemuda itu, menyadari satu hal, para senior cewek itu mungkin saja tertarik pada fisik Sasuke, dia cukup tampan.
"Jangan menatapku." Ucap Sasuke, menyadari pupil hijau zambrut itu terus mengarah ke arahnya.
"Kau salah sangka, aku tidak menatapmu, hmpp!" Ucap Sakura, kembali panik dan tidak ingin berkata jujur. Menghela napas sejenak, dia tidak boleh terlihat seperti gadis yang bodoh, di hadapannya ini adalah calon dokter yang mungkin saja IQnya di atas rata-rata. "Kau tidak keberatan, mau ku buatkan teh?" Tawar Sakura, tidak enak jika seseorang bertamu tanpa di suguhi apapun.
"Terserah saja." Ucap Sasuke, cuek seperti biasanya. Setidaknya gadis ini merasa aman, Sasuke bukan pemuda yang jahat, dia hanya menuntut kemejanya kembali bersih.
Berjalan ke arah dapur, mengambil beberapa teh tradisonal yang berbentuk ampas, menaruhnya sesendok dalam teko kecil dan menuangkan sedikit air panas, teko kecil itu memiliki penyaring di dalam, jika air teh di tuangkan, ampasnya akan tertahan. Membuat dua gelas teh, Sakura juga butuh secangkir teh untuk menangkan pikirannya.
Membawanya perlahan-lahan dan menaruh di atas meja, aroma melati bisa tercium langsung dari teh yang di buat Sakura, gadis itu duduk berhadapan dengan Sasuke, ruangan kost yang tidak terlalu luas dan hanya meja segi empat itu membatasi mereka.
"Apa kau punya selimut atau sejenisnya. Aku rasa, hatcuuh..!" Sasuke menutup wajahnya sendiri, sedikit malu, dia sudah bersin dengan tidak elegannya.
"Tunggu." Ucap Sakura, bergegas mencari selimut di lemari kecil bersampingan dengan meja belajarnya, mengambil satu dan memberikan pada Sasuke.
Menatap sejenak ke arah selimut itu, berwarna pink mencolok dengan desain hello kitty di sana. Sasuke menatap malas dengan selimut itu, setidaknya dia bisa mendapat selimut yang tidak kekanak-kanakan dan norak seperti ini, mau bagaimana lagi, Sasuke akan masuk angin jika tidak mengenakannya, terdiam sejenak, selimut itu beraroma cherry, mungkin semacam pewangi pakaian yang di gunakan gadis ini. Berharap jika kemejanya nanti tidak berbau seperti itu, teman-temannya akan salah sangka jika dia sudah bersama seorang wanita.
"Ada apa?" Tanya Sakura, menatap Sasuke yang terdiam cukup lama.
"Tidak." Ucapnya singkat dan meminum teh hangatnya.
Hening.
Tidak pembicaraan lagi, Sakura merasa sangat canggung dalam situasi ini, Sasuke terlihat tenang dan tidak ingin berbicara atau dia malas untuk berbicara.
"Apa kau pendatang?" Tanya Sakura, memecah keheningan di antara mereka berdua.
"Hn." Ucap Sasuke, selalu singkat dan membuat Sakura harus bertanya lagi.
"Kau berasal dari mana?" Tanya Sakura, dia harus lebih banyak bicara lagi.
"kawasan Uchiha yang tidak jauh dari kota Konoha." Ucap Sasuke.
"Uhmm, begitu yaa, di sini kau tinggal di mana?" Tanya Sakura, lagi
Sasuke menatapnya, lagi-lagi tatapan tajam atau dia sudah sangat bosan untuk menjawab.
"Ba-baiklah, jika kau tidak ingin menjawab, tidak usaha, heheheh." Ucap Sakura, sedikit takut jika Sasuke akan marah dengan pertanyaannya yang bertubi-tubi, dia hanya butuh sebuah topik untuk menjadi bahan pembicaraan, diam pun membuat Sakura tidak tenang.
Beberapa menit terlewatkan, akhirnya Sakura bisa terlepas dari pemuda ini, kemejanya sudah bersih dan di keringkan di mesin pengering.
"Lain kali kau harus hati-hati." Ucap Sasuke, menatap sejenak ke arah Sakura yang tidak ingin menatapnya, gadis itu memilih menatap lantai. Melangkahkan kaki dan berjalan pulang. Sakura hanya membungkuk dan meminta maaf, pemuda itu semakin jauh dan sudah menuruni tangga, Sakura bergegas masuk, mengunci rapat-rapat pintunya, lelah, hanya menunggu tanpa berbicara membuatnya lelah, memilih kasurnya dan segera berbaring. Penciumannya mencium sesuatu yang tidak biasanya, ada bau perfum maskulin pada ruangannya.
"Aku harus membersihkan bau ini." Ucap Sakura, mengambil parfum miliknya, menyemprotkan ke arah langit-langit agar bau pemuda itu menghilang. Mencoba menghirup udara dan bau itu sudah tidak ada.
.
.
.
.
Universitas Konoha, jurusan keperawatan.
Kuliah perdana, Sakura sudah mempersiapkan diri dari semalam, dia tidak ingin terlambat di awal kuliahnya meskipun pada hari ini hanya akan ada kesepakatan antara mahasiswa dan dosen.
"Jadi, untuk indikator yang di capai, kehadiran 40%, tugas 30% dan final 30%, batas waktu terlambat hanya 15 menit, selebihnya, kalian tidak boleh masuk, paham?" Ucap seorang dosen pada para maba (mahasiswa baru)
"Baik buu..." Ucap serempak para maba.
Kelas usai, sakura berjalan keluar, menyusuri koridor fakultas, dia akan mencari informasi untuk beasiswa, akan jauh lebih mudah jika dia mendapat beasiswa dan tidak perlu menyusahkan ibunya yang seorang diri, ayahnya sudah lama meninggal saat Sakura masih sekolah, serangan jantung mendadak membuat Sakura kehilangan ayahnya untuk selama-lamanya.
"Permisi." Ucap Sakura, masuk ke dalam ruangan tata usaha fakultas.
"Ada apa? Ada yang bisa di bantu?" Ucap salah satu pegawai yang bekerja di sana.
"Anoo, tanya-tanya soal beasiswa." Ucap Sakura.
"Oh, beasiswa. Tunggu yaa." Ucap pegawai itu, mengambil beberapa lembar kertas di dalam laci yang berada di belakangnya. "Ini persayaratan untuk beasiswa, kalau sudah membacanya, pilih beasiswa jalur apa dan kembalikan lagi formulirnya. Hasilnya akan keluar sesuai dengan jalur beasiswa yang kau ambil." Jelas pegawai tata usaha.
"Baik, terima kasih." Ucap Sakura, mengambil beberapa lembaran itu dan berjalan keluar, membuka pintu dan tidak sengaja seseorang masuk dengan buru-buru, menabrak Sakura tapi tidak jatuh, sedikit terdorong kebelakang, hanya seorang gadis yang menabraknya.
"Maaf, kau tidak apa-apa?" Ucap Sakura.
"Aku tidak apa-apa." Ucap gadis berambut gold pale, berjalan melewati Sakura dan bergegas masuk, dia sangat terburu-buru, Sakura menatapnya sejenak dan berjalan keluar.
Menyusuri koridor dan berakhir pada taman di depan fakultas, taman luas dan banyak di tumbuhi pepohonan, kursi-kursi panjang di beberapa tempat, para mahasiswa kadang akan berdiskusi di sana atau sekedar menikmati sejuknya taman kampus, taman itu sebagai pembatas antara gedung fakultas kedokteran dan fakultas keperawatan.
Duduk di salah kursi panjang di taman, Sakura mulai melihat lembaran tentang beasiswa, di kampus Konoha memberi dua jalur beasiswa, yang tidak mampu dan berprestasi, Sakura mulai membaca persyaratannya.
"Yosh, baiklah, aku bisa mengambil dua beasiswa itu. Semoga saja bisa, jika tidak, salah satunya." Ucap Sakura, dia mulai mengisi formulir. "Dengan begini, aku bisa menabungnya dan ibu tidak perlu bersusah payah."
Mengisi lembar kedua, melirik sejenak, cukup banyak mahasiswa menempati taman ini, taman kampus sengaja di buat untuk membuat mahasisawa jauh lebih nyaman jika ingin menggunakan fasilitas di luar ruangan kampus. Tanpa sengaja tatapan Sakura mengarah pada mahasiswa yang sudah pernah masuk ke kostnya, beberapa mahasiswa dan mahasiswi mengerumuninya, cukup ramai dan mencolok, kembali mengingat ucapannya, dia tidak terlalu suka keramaian, tapi jika di lihat sekarang, dia selalu bersama banyak orang. Tersentak, Sakura segera mengalihkan pandangannya kembali pada kertas formulir, dia tidak tahu jika Sasuke akan berbalik dan tatapan mereka sempat bertemu.
"Bodoh! kau harus jauh lebih waspada,Sakura." Inner Sakura.
Kembali sibuk pada kertas-kertas itu, beberapa saat matanya terfokus pada sepatu seseorang, orang itu berhenti tepat di hadapan Sakura dan sekaleng kopi di sodorkan ke arahnya. Mengangkat wajah dan mendapati pemuda jurusan kedokteran. Tatapan seperti biasanya, terlihat tenang.
"Untukmu, ambillah." Ucap Sasuke.
"Tidak perlu." Ucap Sakura. menolaknya halus.
"Ambillah." Ucap Sasuke, menarik tangan gadis itu dan menaruh minuman dalam kemasan kaleng itu ke tangan Sakura.
"Te-terima kasih." Ucap Sakura, sedikit bingung, pemuda ini tiba-tiba datang ke arahnya dan memberi minuman. "Untuk apa kau memberikan ini?" Tanya Sakura. Sasuke tidak beranjak dari sana, dia malah duduk di sebelah Sakura.
"Sebagai balasan kau sudah membersihkan kemejaku, aku tidak ingin punya utang apa-apa." Ucap Sasuke.
"Itu bukan utang kan, lagi pula itu tanggung jawabku, aku sudah mengotori bajumu." Ucap Sakura. Menatap ke arah Sasuke.
"Aku tahu kau tidak sengaja." Ucap Sasuke.
Gadis itu mengalihkan pandangnya ke arah kertas-kertas yang di pangkunya, pemuda ini benar, dia sungguh tidak sengaja, hanya para senior-senior itu yang terlalu memutuskan apapun dan tidak mendengarkan ucapan Sasuke.
"Uhm... aku pikir kau pergi bersama teman-temanmu?" Ucap Sakura, tadi sebelum ke sini, Sakura melihat Sasuke berjalan dengan beberapa orang bersamanya.
"Hanya makan siang bersama, aku belum lapar dan mampir saat melihatmu." Ucap Sasuke.
"Uhm... begitu yaa." Ucap Sakura, tidak ada yang perlu di bicarakannya lagi, dia kembali mengisi formulir beasiswanya.
"Apa yang sedang kau tulis?" Tanya Sasuke, sedikit penasaran dengan yang di lakukan gadis ini saat dia tidak sengaja menatap ke arahnya.
"Formulir beasiswa, aku ingin mendapatkan beasiswa, dengan begitu aku tidak akan mempersulit ibuku lagi." Ucap Sakura, tatapannya fokus untuk mengisi formulir. Tidak ada ucapan apa-apa dari Sasuke, menatap ke arah gadis di sampingnya, dia sibuk mengisi formulir dan Sasuke tetap fokus padanya, ucapannya membuat pemuda berwajah dingin ini tersenyum sejenak dan kembali pada wajah biasanya, mengalihkan tatapannya, melirik ke arah taman. Apa ini sebuah takdir? Dia di pertemukan dengan gadis yang sedikit membuatnya tertarik.
"Jika beasiswaku sudah keluar, aku akan mentraktirmu, aku rasa jumlahnya cukup banyak, tapi aku yang memilih tempat, bagaimana?" Ucap Sakura, mengalihkan tatapannya sejenak dari formulirnya, menatap ke arah Sasuke, tatapan mereka bertemu, gadis itu malah malu sendiri, seperti ada beberapa cahaya redup dan terang mengitari wajah Sasuke, segera mengggelengkan kepalanya cepat, itu hanya ilusinya.
"Untuk apa mentraktirku?" Tanya Sasuke.
"Yaa, uhm.. karena kau orang pertama yang mau berbicara padaku." Ucap Sakura. Menundukkan wajahnya, kenapa dia harus merasa sangat malu sekali. Ini bukan apa-apa hanya sebuah ajakan seorang teman, ya teman.
"Baiklah, aku ke kelas dulu." Ucap Sasuke, beranjak dari kursinya dan berjalan pergi, dia akan ada kelas lagi.
Pemuda itu sudah jauh, Sakura menatapnya pergi. ada yang aneh, jantungnya sedikit deg-degan, tidak ada yang salah bukan? mereka hanya berbicara santai dan mulai sedikit menjadi akrab. Pemuda tinggi dengan wajah tampan dan kulit putihnya.
"Fokus Sakura! Fokus!" Inner Sakura.
Setelah mengisi formulir itu, Sakura akan mengumpulkannya ke di ruang tata usaha.
.
.
.
.
.
Semester awal berakhir, Sakura cukup belajar keras dengan apa yang akan di capainya, begadang semalaman, mengerjakan tugas-tugas tepat waktu, belajar di waktu senggang. Wajahnya terlihat senang, melihat hasil nilainya, peringkat pertama, itu sungguh membanggakan untuk dirinya, tidak sia-sia dengan usahanya.
Wajah ceria itu terus melekat wajahnya, berjalan cepat ke arah ruangan tata usaha untuk melaporkan nilainya, dana beasiswanya akan di cairkan segera.
"Pak, aku ingin melaporkan nilai untuk pengambilan beasiswa." Ucap Sakura.
"Atas nama siapa? Aku akan mengecek formulirmu dulu." Ucap pria yang bekerja untuk mengurus bagian keperluan mahasiswa.
"Haruno Sakura." Ucap Sakura.
"Ha-ru-no Sa-ku-ra." Ucap pria itu, mengetik nama Sakura di komputer untuk mencari datanya.
No File.
Data dengan nama Haruno Sakura tidak ada di sana. Beberapa kali pun di cari tetap tidak ada.
"Apa kau sudah mengumpulkan formulir sebelumnya?"
"Sudah pak, aku sudah mengumpulkannya." Ucap Sakura.
"Sayangnya namamu tidak tercantum dalam data penerimaan beasiswa, apa kau yakin? Atau kau lupa jika belum mengumpulkannya? Formulir harus di kumpul sebelum nilai keluar."
"Sungguh pak, aku sudah mengumpulkannya." Ucap Sakura, merasa yakin, dia sudah mengumpulkannya dan Sakura bukan tipe orang pelupa.
"Tunggu sebentar."
Pria itu mengambil kertas-kertas formulir di lemari arsip. Mencari nama Haruno Sakura di sana dan tidak menemukannya juga.
"Mungkin saja kau lupa, lihatlah, bahkan di arsip formulir namamu tidak ada, coba cek dulu."
"Biar aku lihat pak." Ucap Sakura, mengambil kertas kumpulan formulir itu, hanya ada beberapa mahasiswa yang mendaftar, mau di cari berapa kali pun, formulir milik Sakura tidak ada. Bahkan dua-duanya tidak ada, Sakura memilih jalur berprestasi dan jalur tidak mampu.
"Sudah? Apa kau masih belum percaya?"
"Baik pak, terima kasih." Ucap Sakura. raut wajah cerianya menghilang begitu saja, rasanya sungguh kecewa, jelas-jelas dia sudah mengumpulkan formulirnya dan tidak mungkin lupa, saat mengambil formulir itu, setelah Sakura mengisinya, melewatkan jam kuliah dan dia segera mengumpulkannya.
Menghela napas, nilai tingginya pun tidak berarti apa-apa, dia ingin bisa menabung dengan uang hasil beasiswanya, namun untuk tahun ini nihil, dia harus menunggu tahun depan lagi untuk mengajukan beasiswa.
"Apa melamun itu hobimu?"
Sakura mengangkat wajahnya, dia sedang berjalan pulang. Langkahnya terhenti dengan seseorang menghalanginya.
"Oh, Sasuke." Ucap Sakura, tatapnya terlihat santai bahkan seperti mengabaikan Sasuke.
"Hn? Ada apa? wajahmu terlihat aneh?" Ucap Sasuke.
"Huuff...~ tiba-tiba saja formulir beasiswaku menghilang, aku rasa janji untuk mentraktirnya di tunda dulu." Ucap Sakura, wajahnya cemberut.
"Aku tahu beasiswa itu sangat penting untukmu, apa kau benar-benar mengumpulkannya?" Ucap Sasuke.
"Tentu saja! aku mengembalikannya setelah di isi." Tegas Sakura.
"Apa tidak ada seseorang yang dengan sengaja menghilangkan formulirmu?" Ucap Sasuke.
"Tidak tahu, aku tidak bisa menunduh siapa pun di fakultas, terlalu banyak orang." Ucap Sakura, dia pun tidak ingin berprasangka buruk pada siapapun.
"Hmm... kalau gitu aku yang mentraktirmu." Ucap Sasuke.
"Ti-tidak usah." Tolak Sakura.
"Kau akan selalu menolak jika tidak dipaksa, cepatlah, aku sudah lapar." Ucap Sasuke. Menarik tas ransel Sakura, membuat gadis itu berjalan mundur.
"Baik-baik, aku bisa jalan sendiri, apa kau tidak bisa tanpa paksaan?" Ucap Sakura, Sasuke melepaskan tarikkan tangannya membiarkan gadis itu berjalan di sampingnya
"Itu karena kau tidak ingin menerima tawaranku." Ucap Sasuke.
"Aku hanya tidak ingin merepotkanmu?" Ucap Sakura.
"Makan akan membuatmu lebih berpikir jernih, kau bisa mencobanya lagi tahun depan." Ucap Sasuke.
"Iya, aku tahu, aku akan mencobanya lagi." Ucap Sakura, menghela napas pasrah.
Mereka tiba di sebuah restoran dekat kampus, Sasuke mulai memilih menunya, Sakura merasa restoran dekat kampus ini cukup mahal.
"Pesan saja apa yang kau suka." Ucap Sasuke.
"Kau selalu memaksa, baik! aku akan memesan apapun yang aku suka, jangan salahkan aku jika makanan itu cukup mahal." Ucap Sakura. Sasuke malah menahan tawanya setelah mendengar ucapan Sakura. melihat tingkah Sasuke, gadis berambut softpink ini menjadi malu sendiri, dia terlalu blak-blakan.
Beberapa saat, menu pesanan sudah tiba, Sakura bohong untuk memesan sesuatu yang sangat mahal, dia hanya memilih menu yang menurutnya enak.
"Apa yang akan kau lakukan saat liburan semester?" Tanya Sakura, di sela-sela makannya.
"Mungkin kembali ke kawasanku." Ucap Sasuke.
"Hoo. Enaknya bisa liburan." Ucap Sakura.
"Bagaimana denganmu?"
"Aku akan mencari kerja sambilan, gara-gara beasiswa tidak aku dapatkan, aku harus menabung uang kerjaku." Ucap Sakura, lagi-lagi terlihat menghela napas.
"Kau terlalu sibuk, aku sering melihatmu berkeliaran di perpustakaan." Ucap Sasuke. Selama masa kuliah, Sakura sibuk mengerjakan tugas, bolak-balik fakultas dan perpustakaan. Perpustakaan di sana hanya ada satu dan di gunakan oleh seluruh fakultas yang ada kampus Konoha, Sasuke akan tidak sengaja menemukan Sakura di sana, tapi melihat gadis itu sangat sibuk menulis di salah satu meja perpustakaan, Sasuke tidak jadi menegurnya, kembali bertemu di taman, dia terlihat sedang menghapalkan sesuatu, selalu saja dia akan bertemu dengan gadis berambut softpink ini, tapi dia hanya melihatnya dan mengamati Sakura.
"Aku tidak memiliki banyak buku, terlalu mahal untuk membelinya, makanya aku akan selalu berada di perpustakaan." Ucap Sakura.
"Hoo, setelah ini kau akan kemana?" Ucap Sasuke.
"Pulang, aku akan pulang dan beristirahat, rasanya semangatku menghilang saat tahu formulirku hilang." Ucap Sakura, wajahnya kembali lesu.
"Semangatlah." Ucap Sasuke, tangan kekar itu berada di atas puncuk kepala Sakura dan menepuknya perlahan beberapa kali. Sakura mengangguk malu, seperti Sasuke memberinya sebuah kekuatan untuknya.
"Uhm, terima kasih." Ucap Sakura.
.
.
TBC
.
.
new fic...
bagus?
bagus?
membosankan?
seru?
biasa aja?
uhmm..~ tambah lagi satu fic yang akan menjadi list di waktu senggang.
jangan cari-cari Sarada dulu, dia belum muncul :D :D :D
.
.
Silahkan review kalau tidak keberatan... XD