Uchiha Naruto: Kami no Shinobi

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Warning(s): OOC, OC

Genre: Adventure & Humor

Rated: Semi M

Pair: -


Chapter 1: Intro

'Dimana aku...' tanya seseorang dengan rambut hitam legamnya. Ia melihat ke sekelilingnya. Gelap. Tak ada cahaya disini. Ia tidak dapat melihat. Orang itu merasakan bahwa dirinya tengah berdiri di suatu tempat antah berantah yang bahkan satu cahaya kecil pun tidak ada. Orang yang berusia kisaran 17 tahun tersebut berjalan. Nampak semakin jauh ia berjalan, ia melihat ada setitik cahaya di ujung sana. Ia berjalan mendekati cahaya itu.

Ia semakin mendekat. Tiba-tiba cahaya tersebit hilang. Kemudian, ia terkaget setelah tiba-tiba di depannya muncul sebuah pintu berwarna cokelat dengan gagang pintu berwarna perak. Di pintu tersebut terdapat sebuah kertas bertuliskan pesan. Orang tersebut mengambil kertas tersebut dan membaca pesannya.

'Jangan pernah buka pintu ini apapun yang terjadi'

Aneh. Kenapa pesan ini mengisyaratkan bahwa dibalik pintu ini terdapat suatu bahaya? Orang tersebut semakin penasaran. Ia memegang gagang pintu tersebut lalu membukanya pelan. Ia melengokkan kepalanya ke dalam. 'Tak ada apa-apa' batinnya. Orang itu lalu masuk ke dalam ruangan yang berada di balik pintu tadi.

Ia menyusuri tempat ini. Ia melangkahkan kakinya kemana pun. Ia ingin mencari sebuah petunjuk. Kenapa ia bisa berada disini? Tempat apa ini? Sampai kemudian, ia berada di suatu tanah lapang yang luas. Ia mengagumi tempat ini. Begitu indah dan damai, pikirnya. Orang tersebut melihat ada sebuah rumah kecil di pinggir hutan yang berada di sebelah timur tanah lapang yang ia pijaki. Ia melangkahkan kakinya menuju ke sana.

Sesampainya di depan gubuk tersebut, ia menimang-nimang apakah ia akan masuk atau menelusuri tempat lainnya. Setelah ia berpikir, ia memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk tersebut. Ia memegang knop pintu gubuk tersebut dan membukanya. Ia membelalakkan matanya saat ia melihat seorang anak berusia sekitar 13 tahun sedang dirantai di tangan dan kakinya. Baju biru donker nya tampak lusuh karena debu. Badannya terlihat kurus dan terdapat kantung mata di bawah kelopak matanya. Ia berniat menolong anak tersebut sebelum...

"Apa yang akan kau lakukan?!"

Ia membalikkan badannya sesaat setelah mendengar sebuah suara menghalanginya untuk melepaskan ikatan terhadap anak ini.

"Apa yang akan kau lakukan?!" sosok yang berdiri di depannya bertanya lagi saat tak mendapatkan jawaban yang keluar.

"Aku akan melepaskan anak ini," orang berambut hitam yang diketahui bernama Uchiha Madara tersebut menjawab pertanyaan sosok di depannya.

"Kau tidak tahu apa akibat jika kau melepaskan anak itu," sosok misterius tersebut kembali menjawab.

Madara tampak bingung dengan perkataan sosok di depannya. Ia menaikkan sebelah alisnya tanda ia sedang bingung. "Apa masalahmu?" tanya Madara agak keras.

"Sudah ku bilang, kau tidak tahu apa akibat jika kau melepaskan anak itu," sosok tersebut kembali menjawab dengan serius.

"Tidakkah kau lihat bahwa anak ini tersiksa? Apa kau yang mengikatnya?" tanya Madara.

"Ya, aku yang mengikatnya," timpal sosok tersebut santai.

Madara tidak terlalu terkejut dengan pernyataan sosok di depannya. Disini hanya ada ia dan sosok misterius di depannya. Siapa lagi jika bukan sosok di depannya yang mengikat anak yang malang ini?

"Siapa kau?" tanya Madara.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku. Kau telah membuat kesalahan karena ingin melepaskan anak itu." sosok itu menanggapi.

Madara terdiam beberapa saat. Ia berniat mengajukan satu penawaran kepada sosok di depannya. Tapi, sebelum itu terjadi...

"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Dan jawabanku adalah...tidak." Madara terkejut mendengar ucapan dari sosok di depannya. Apakah ia bisa membaca pikiran?

"Aku akan membebaskan anak ini dan merawatnya. Itulah keputusanku." ucap Madara tegas. Sosok itu tersenyum kecil. Sosok tersebut lalu berjalan menuju Madara.

"Kau sungguh keras kepala. Aku akan mengijinkanmu merawat Naruto, tapi..." sosok tersebut menggantungkan ucapannya. Madara menunggu perkataan sosok itu selanjutnya.

"...tapi kau akan menanggung resikonya sendiri." lanjut sosok tersebut dengan dingin.

Madara terdiam mendengar ucapan sosok tersebut. Ia kemudian menganggukkan kepalanya setelah beberapa menit berlalu. Lalu, sosok tersebut mulai mendekati anak berusia 13 tahun yang kedua tangan dan kakinya dibelenggu dengan rantai. Sosok tersebut menyatukan kedua telapak tangannya dan bergumam pelan.

Fuinjutsu: Kai

Rantai yang membelenggu bocah tersebut perlahan terlepas dan menghilang ditelan udara. Bocah yang baru saja terlepas dari belenggu itu langsung terjatuh. Tapi, sebelum terjatuh, Madara langsung menahan badan bocah tersebut. Madara nampak menolehkan pandangannya kepada sosok yang baru saja melepaskan belenggu yang membelenggu sang bocah.

"Arigatou."

"Kau tak perlu berterima kasih padaku. Ada saatnya kau memohon padaku untuk mengambilnya kembali." sosok tersebut tersenyum misterius.

"Dan kau tak perlu risau, aku akan menjaga anak ini semampuku." Madara membalas ucapan sosok tersebut dengan seringai kecil. Sosok tersebut pun tertawa pelan.

"Kau sangat menarik, Orang Asing. Ku harap, kau dapat mengendalikan bocah tersebut." sosok itu menimpali perkataan Madara dengan acuh. Madara menaikkan sebelah alisnya. 'Mengendalikan? Apa maksudnya?' Pikir Madara saat itu.

Sosok misterius tersebut langsung menghilang tanpa diketahui oleh Madara. Madara langsung berinisiatif untuk keluar dari tempat ini. Tapi, sebelum ia berjalan menemukan jalan keluar, matanya menjadi berat dan setelah itu ia hanya melihat kegelapan.

dnugroho12

Seorang pemuda dengan rambut hitam terlihat sedang berdiri di atas sebuah pohon. Matanya memandang kearah dua sosok yang tengah berdiri saling berhadap-hadapan di tepi sungai. Ia menajamkan pendengarannya saat salah satu sosok tersebut membuka mulutnya.

"Madara, aku mempunyai sesuatu untuk dikerjakan. Jadi, aku pamit dulu." sesosok pemuda dengan rambut cokelat terlihat berbicara dengan sesosok pemuda yang berdiri di seberang sungai.

"Aku juga mempunyai sesuatu untuk dikerjakan. Aku juga akan pulang." sesosok pemuda dengan rambut spike hitamnya membalas ucapan pemuda dengan rambut cokelat tadi.

Dua orang bocah tersebut lalu saling melempar batu kecil ke seberang sungai sebelum berlari menjauh. Di batu kecil tersebut terdapat tulisan, 'Larilah!'. Pemuda yang mengawasi dua sosok yang saling berbicara tadi menghilang setelah kepergian dua pemuda yang bernama Hashirama dan Madara.

Madara tiba di kediaman Uchiha dengan nafas terengah-engah. Ia mengatur nafasnya sejenak. Ia berlari cepat menuju ke Uchiha Compound karena takut salah satu anggota klan Uchiha memergokinya menemui anggota klan Senju yang notabene nya adalah musuh.

"Hei."

Sebuah suara membuatnya menolehkan kepalanya kepada arah suara yang memanggilnya.

"Nani, Naruto?" tanya Madara kepada seorang anak kecil yang berdiri di depannya. Matanya memandang ke luka yang berada di tangan Naruto.

"Kau terluka?" tanya Madara.

"Ti-tidak, aku terjatuh saat bermain tadi." ucap Naruto cepat.

"Hmm. Baiklah. Ada apa, Naruto?" Madara kembali bertanya kepada anak kecil yang diketahui bernama Naruto itu. Naruto menggelengkan kepalanya lalu berlalu dari hadapan Madara. Madara kebingungan dengan tingkah laku adiknya itu. Namun, ia tidak terlalu memikirkannya.

.

.

Madara memasuki kamarnya dengan wajah tertekuk. Ia tidak menyangka bahwa seseorang telah memergoki pertemuannya dengan Senju Hashirama, salah satu anggota klan Senju (musuh klan Uchiha). Ia mengingat jelas ancaman yang diberikan oleh salah satu Tetua Klan Uchiha.

Flashback ON

Madara menyeka keringat dingin yang mengucur dari pelipisnya. Aura di tempat ini yang tadinya biasa saja langsung berubah mencekam tatkala Tetua Klan Uchiha marah. Kemarahan itu dipicu oleh informasi dari anggota klan lain yang melihat Uchiha Madara bertemu dengan Senju Hashirama. Madara tidak berani menatap mata Tetua. Ia takut.

"Apakah benar?" Tetua Klan yang bernama Uchiha Shiroi (OC) bertanya dengan nada suara yang berat.

"Ha'i." Madara menjawab jujur. Toh, sudah ketahuan. Daripada berbohong lebih baik mengatakan yang sejujurnya.

"Jauhilah dia! Itu adalah siasat klan Senju! Mereka berniat memata-matai klan kita lewat perantara dirimu." ucap sang Tetua Klan.

"Ta-tapi..."

"Jika kau membantah, ucapkan selamat tinggal pada adikmu." sebelum Madara berbicara, Uchiha Shiroi memotong ucapannya.

"Jika tangan kotormu menyentuh adikku walau hanya seujung kuku..." Madara menggantungkan kalimatnya.

"...bersiaplah untuk mati!" ucap Madara sambil menggeram marah. Tidak boleh ada yang melukai adik tersayangnya walau hanya seujung kuku. Jika ada yang berani melukai adiknya, bersiaplah untuk menghadapi kemarahan sang kakak.

"Heh, kau seperti biasa. Mudah terpancing." ujar Shiroi santai tak terpengaruh dengan ancaman Madara.

Shiroi berdiri dari tempatnya duduk dan berlalu dari hadapan Madara. Madara sendiri masih menahan emosinya untuk tidak membunuh Tetua Klan tersebut, walau ia sangat ingin melakukannya.

Flashback OFF

Madara mendecih pelan. Percakapan dengan Tetua tadi sungguh menguras emosinya. Ia kesal dengan Tetua Klan Uchiha yang seakan melarang anggota klan untuk tidak berteman. Madara muak dengan semua ini. Ia bermimpi untuk membuat sebuah desa bersama Hashirama agar tidak ada lagi perang antar klan. Maka dari itu, ia diam-diam bertemu dengan Hashirama untuk bertukar pikiran tentang gambaran masa depan.

dnugroho12

Terlihat seorang pemuda berambut hitam legam tengah duduk di atas Bukit Konoha. Ia memandang desa Konoha dari atas bukit tersebut. Matanya terpejam damai menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Pemuda yang bernama Naruto itu tampak memikirkan sesuatu.

'Aku merasa bersalah kepada Madara nii-san. Gara-gara aku menyuruh Izuna-chan untuk mengikuti nii-san, sekarang nii-san bermasalah dengan Shiroi-san' ucap Naruto penuh penyesalan di dalam hatinya. Naruto berdiri dari duduknya dan membalikkan badannya. Ia melihat seseorang berdiri di hadapannya.

"Ada apa, Izuna-chan?" Naruto bertanya kepada orang di depannya.

"Madara nii-san mencarimu. Mungkin ia ingin merebusmu." ia terkikik pelan saat mengatakannya. Orang bernama Izuna tersebut langsung menghilang dari hadapannya.

Naruto berkeringat dingin mendengar ucapan Uchiha Izuna yang notabene nya adik kandung Uchiha Madara. Walaupun ia adik angkat, tetapi Izuna tidak mempermasalahkannya. Izuna menganggapnya seperti adik sendiri. Bahkan, saat Madara mengumumkan kedatangannya, Izuna menyambut antusias.

Flashback ON

"Nii-san..." seorang dengan rambut pendeknya menyapa seorang dengan rambut spike hitam. Matanya menatap lurus ke arah sosok yang digendong kakaknya.

"Siapa dia, nii-san?" ucapnya penasaran.

"Izuna, perkenalkan, ini adalah Naruto. Dia akan menjadi adikmu mulai sekarang." kata Madara kepada adiknya yang bernama Izuna.

"Ramen?" beo Izuna.

Madara tertawa kecil melihat kepolosan adiknya. Ia buru-buru membawa Naruto ke kamarnya dan menidurkannya di ranjang yang empuk. "Namanya adalah Naruto. Uchiha Naruto." jelas Madara.

Izuna terdiam beberapa saat sebelum bersorak kegirangan. Akhirnya ia mendapatkan seorang teman. Ia selama ini kesepian karena nii-san nya selalu berada di medan pertempuran. Ia terlihat sangat bahagia. Hal itu membuat Madara tersenyum kecil.

"Enghhhh..."

Madara dan Izuna mengalihkan perhatian mereka ke arah sosok yang berbaring di atas tempat tidur.

"Kau sudah bangun?" tanya Madara.

"Are? Dimana aku?" tanya sosok yang tengah berbaring di atas tempat tidur, yang tidak lain tidak bukan adalah Naruto.

"Kau berada di rumah kami." seru Izuna.

"Tepatnya, kau berada di wilayah negara api atau Hi no Kuni." sambung Madara saat jawaban Izuna belumlah lengkap.

"Negara api?" tanya Naruto lagi.

"Yep." ucap Madara enteng.

"Ne, Naruto. Apakah kau mau menjadi shinobi?" tanya Madara kepada Naruto.

"Shinobi? Ya, pasti mengasyikkan." jawab Naruto lemah.

"Baiklah. Aku akan memberitahu Tetua Klan bahwa klan Uchiha kedatangan anggota baru." ujar Madara.

"Perkenalkan, namaku Uchiha Izuna. Makanan favoritku adalah sushi. Hobiku adalah berlatih. Aku harap kita dapat menjadi teman." ujar Izuna riang.

'Sudah lama aku tidak melihat senyuman dan keriangan Izuna semenjak Tou-san dan Kaa-san telah mati akibat perang. Semoga kehadiran Naruto bisa perlahan mengisi hatimu kembali, Izuna' batin Madara senang melihat adiknya ceria kembali.

Flashback OFF

Naruto pun bergegas untuk menemui kakaknya untuk meminta maaf karena telah menyuruh Izuna untuk membuntutinya. Naruto memikirkan 1001 alasan yang akan digunakannya pada kakaknya untuk mengelak.

dnugroho12

"Hashirama..."

"Kau tahu kan apa akibatnya bila kau terus menemui bocah Uchiha itu?" ucap seseorang dengan suara yang tegas.

"Demo..."

"Kau harus menjauhinya!"

Sebelum pemuda yang bernama Senju Hashirama menyangkal, pembelaannya langsung dipotong oleh sosok yang penuh akan aura kewibawaan dan kebijaksanaan. Hashirama hanya menundukkan kepalanya dan menuruti perkataan sosok yang memarahinya tadi.

"Jika kau masih bertemu dengannya, aku tidak segan-segan untuk membunuhmu!" ancam sosok tersebut kepada pemuda berambut coklat yang bernama Senju Hashirama.

"Ha'i, Tou-sama." ucap Hashirama sambil menganggukkan kepalanya mendengar ucapan ayahnya yang bernama Senju Butsuma.

Butsuma pun melangkah pergi dari hadapan Hashirama. Wajah tua nya terlihat lelah. Tubuhnya pun semakin lama semakin kurus. Butsuma menyadari jika Hashirama tetap bergaul dengan salah satu bocah Uchiha, klan Uchiha akan dengan mudah menculik Hashirama melalui perantara bocah tersebut. Dan akan menjadikan Hashirama sebagai tawanan dan akhirnya klan Senju harus mengalah dalam perang ini untuk menyelamatkan Hashirama.

Sementara itu, Hashirama terlihat memandang tajam ke arah adiknya Senju Tobirama. Ia tahu bahwa Tobirama lah yang melaporkan pertemuan diam-diamnya dengan Madara kepada Senju Butsuma, ayahnya.

"Kenapa kau laporkan hal ini ke Tou-sama, Tobi?" tanya Hashirama sengit kepada adiknya.

"Ini untuk kebaikanmu, dasar Baka-Aniki. Jika kau terus bergaul dengan bocah Uchiha itu, bukan tidak mungkin jika Uchiha akan menculikmu lewat perantara bocah tersebut." ucap Tobirama tak kalah sengit.

"Madara tidak mungkin melakukan itu. Ia sahabatku dan aku percaya bahwa Madara tidak akan melakukan hal itu!" Hashirama membela Madara. Tobirama mendengus kesal.

"Madara akan melakukan apapun demi kelangsungan klan Uchiha. Ia akan membunuhmu apabila diperintahkan langsung oleh klannya. Kau mengerti itu, Aniki?" Tobirama mengakhiri ucapannya dengan dengusan pelan.

"Tapi aku percaya jika Madara tak mungkin melakukan hal itu." balas Hashirama pada Tobirama.

"Terserah apa katamu, Aniki." Tobirama berlalu dari hadapan Hashirama dengan kening berkedut kesal. Hashirama tetap kukuh pada pendiriannya bahwa Madara tak mungkin melakukan hal itu. Mereka bersahabat dan tak mungkin seorang sahabat menusuk dari belakang. Benar bukan?

.

.

Tobirama mengerang kesal menghadapi sifat keras kepala dari kakaknya itu. Ia tidak habis pikir bagaimana kakaknya akan menghadapi Madara di medan perang jika mereka bersahabat. Pasti mereka akan menghindari pertarungan satu sama lain.

"Tobirama..." sebuah suara memanggilnya. Tobirama pun mengalihkan atensi nya terhadap pemilik suara yang memanggilnya.

"Tou-sama?"

Seorang pria paruh baya berusia sekitar 45 tahun melangkah pelan menuju Tobirama. Ia mengenakan armor berwarna cokelat, mengenakan perban di keningnya yang bertindak seperti ikat kepala. Ja mempunyai rambut dan mata berwarna cokelat, serta ia mengenakan sandal khas shinobi. Pria tersebut bernama Senju Butsuma.

"Tobirama..." panggilnya sekali lagi kepada Tobirama.

"Nani?" tanya Tobirama pelan.

"Apakah kau ingin Aniki mu berkhianat kepada klan hanya karena bocah Uchiha itu?" tanya Butsuma pada Tobirama.

Tobirama menggeleng mendengar pertanyaa ayahnya. Ia tidak mau jika Aniki nya rela mengkhianati klan Senju demi tidak bertarung dengan Uchiha Madara.

"Apakah kau mau Aniki mu terpengaruh oleh bujuk rayu seorang Uchiha?!" suara Butsuma agak mengeras. Tobirama kembali menggeleng. Tobirama tampak mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Butsuma tersenyum kecil melihat tobirama yang nampak menahan emosinya.

"Jika kau tidak ingin Aniki mu seperti yang aku katakan tadi, kau harus melakukan sesuatu demi klan kita." ujar Butsuma kepada Tobirama.

"Apa itu?" tanya Tobirama pelan.

"Kau harus..."

dnugroho12

Naruto kini tengah berjalan menuju ke Uchiha Compound, tempat ia tidur dan berlindung. Pikirannya nampak menerawang memikirkan sesuatu. 'Kenapa akhir-akhir ini aku bermimpi tentang seorang kakek tua?' pikir Naruto.

Mimpinya sangat aneh. Di mimpi tersebut, terdapat kakaknya ㅡUchiha Madaraㅡ dan kakek tua yang memandang dirinya. Ia terikat oleh rantai chakra berwarna emas. Dan saat mimpi itu berakhir, ia selalu merasa bahwa ia sedang diawasi oleh seseorang. Entah siapa.

Naruto akhirnya tiba di komplek Uchiha Compound. Ia bergegas menuju ke rumahnya untuk meminta maaf kepada Nii-san nya karena telah menyuruh Izuna untuk mengikutinya atau memata-matainya kala ia berjumpa dengan Hashirama. Ia juga tengah memikirkan 1001 cara untuk lepas dari amukan kakaknya.

"Tadaima!"

"Okaeri, Naruto." suara yang ditakutkan oleh Naruto akhirnya muncul. Ia menolehka atensi nya kepada sang pemilik suara berat itu.

"Madara-nii..." ucap Naruto pelan.

"Gomennasai." lanjut Naruto sambil bersujud di hadapan Madara. "Aku tak bermaksud untuk memata-mataimu." lanjut Naruto sambil terisak.

"Sebenarnya aku belum mengetahui hal itu, tapi kau mengakuinya sendiri." ungkap Madara pelan. Madara tersenyum kecil melihat tingkah adiknya itu. "Tapi aku memaklumi itu. Kau adalah adikku. Tak mungkin aku memarahi adikku ini." ucap Madara pada Naruto.

"Arigatou..." Naruto berkata sambil mengulap ingus yang keluar dari dua lubang hidungnya. Madara memandang jijik apa yang dilakukan oleh Naruto. Ia tambah mengernyit jijik tatkala Naruto berusaha memeluknya.

"Singkirkan tanganmu yang penuh ingus itu dariku!" desis Madara pada Naruto.

Naruto kaget lalu tersenyum jahil. Bukannya menjauh, ia malah berakting menangis bombay agar Madara iba melihatnya, sehingga ia dapat mengoleskan 'krim' di tangannya pada tubuh Madara.

"Peringatan terakhir! Kau menjauh dariku atau..." Madara menggantungkan ucapannya. Naruto menaikkan sebelah alisnya. Madara menyeringai kecil. "...rahasia terbesarmu akan ku bocorkan!" lanjut Madara disertai seringai sadis.

Sementara itu, wajah Naruto telah pucat pasi, wajahnya bahkan meng-ungu. Rasa kekhawatirannya memuncak tatkala Madara berteriak kencang. "Oi, wahai para Uchiha! Maukah kalian mengetahui rahasia S-Rank adikku yang manis ini?"

Tidak ada yang menyahut, tapi Naruto tahu bahwa para Uchiha tua maupun Uchiha muda mendengar perkataan Madara. Madara menyeringai saat Naruto tak memberikan respon apa-apa. 'Kena kau...' batin Madara licik.

Madara menyambung ucapannya. "Rahasia terbesar Naruto adalah..." Naruto menanti dengan sabar ucapan Madara selanjutnya. Sementara itu, para Uchiha yang mendengar perkataan Madara pun menunggu dengan tidak sabar. Pasalnya, mereka ingin mengetahui rahasia terbesar seorang Uchiha Naruto, remaja berusia 13 tahun yang diangkat sebagai adik Madara.

"...Naruto pernah menyukai seorang lelaki!"

JDERR!

Bagai petir yang menyambar di siang bolong, seluruh Uchiha yang mendengar hal tersebut pun kaget setengah mati. Setahu mereka, Naruto adalah sosok yang pendiam dan jarang bersosialisasi. Ini adalah rahasia S-Rank terbaik atau terkonyol yang pernah ada.

"Aku tidak menyukai lelaki, Madara bodoh!" sangkal Naruto. Pipinya memerah menahan malu yang luar biasa. Ia dipermalukan di hadapan seluruh anggota klan Uchiha (walau anggota klan hanya menguping). Tak dipungkiri juga ia memiliki selera humor yang payah.

"Saat itu malam hari, jadi kupikir wajah Shiroi-sama yang bersinar waktu itu, adalah seorang perempuan!" Naruto mencoba membela diri tapi terlambat. Suara tawa telah menggema di seluruh rumah di Uchiha Compound. Madara pun tertawa terpingkal-pingkal dengan OOC-nya hingga air matanya menetes.

"Hahahahahaha..."

Suara gelak tawa menghiasi Uchiha Compound di sore itu, seakan tidak memiliki masalah. Berbanding terbalik dengan Uchiha Shiroi, Tetua Klan Uchiha, yang tengah berpikir keras memikirkan jalan keluar atas masalah rumit antara klan Uchiha dan klan Senju. Ia nampak tidak memikirkan gelak tawa yang terdengar di setiap bilik-bilik para anggota klan.

"Aku harus melakukan sesuatu!"

dnugroho12

"Nani?"

"Apa perkataanku belum jelas?"

Tobirama menggelengkan kepala mendengar hal itu. Ia bukannya belum paham. Tapi, yang diperintahkan oleh Tou-sama nya ini sudah melewati batas.

"Tou-sama, kita tidak perlu melakukan itu. Cukup dengan memperingati Baka Aniki. Itu saja sudah cukup." ungkap Tobirama panjang lebar kepada ayahnya, Senju Butsuma.

"Jadi, kau sudah mulai membangkang, hm?" ucap Senju Butsuma dengan suara berat pada Tobirama.

"Aku hanya tidak setuju dengan idemu. Bukan berarti aku membangkang." ucap Tobirama agak keras.

Senju Butsuma hanya tersenyum kecil mendengar penolakan dari Tobirama. Mata hitamnya menatap tajam langsung ke dalam mata cokelat Tobirama, membuat Tobirama sedikit bergetar takut mendapat tatapan tajam dari ayahnya.

'Tatapan ayah memang sangat menakutkan untukku.' batin Tobirama sedikit bergetar.

"Jika kau menolak perintahku, jangan salahkan aku jika gadis manismu itu hanya tinggal nama." desis Butsuma tajam disertai dengan seringai liciknya.

DEG!

Jantung Tobirama berdetak cukup kencang setelah mendengar ucapan ayahnya. Ia membelalakkan kedua matanya pertanda ia kaget. Tak lama kemudian, ia nampak mengepalkan kedua tangannya dan menatap ayahnya tajam.

"Jika Tou-san menyentuh Haruki sedikit saja, maka aku..." Tobirama mencoba mengancam ayahnya, walau ayahnya tak terpengaruh sedikitpun. "...aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan ayah lagi!" ancam Tobirama pada ayahnya.

"Heh..." Butsuma terkekeh pelan. "Aku bertaruh, gadis Uchiha itu telah membuatmu jatuh cinta, eh?" Butsuma semakin mengeraskan kekehannya. Tobirama menguatkan kepalannya pada kedua tangannya, mencoba bersikap tenang.

"Jika kau menuruti keinginanku, maka aku akan menjamin keselamatan Haruki-mu itu." Butsuma berucap pelan pada Tobirama. Tobirama mendongakkan kepala dan menatap pimpinan klan Senju tersebut. Mata cokelatnya masih menatap tajam mata hitam milik Senju Butsuma.

"Hontou ni?" ujar Tobirama pelan.

"Tentu saja. Kapan terakhir kali aku mengingkari janjiku?" ujar Butsuma coba meyakinkan Tobirama.

Tobirama tampak berpikir tentang tawaran yang diberikan oleh ayahnya. Pikirannya menimbang-nimbang. Manakah yang lebih patut dilindungi Uchiha Haruki, yang notabene nya adalah teman yang ia sukai, atau klan Uchiha, yang notabene nya adalah klan Haruki.

"Baiklah, aku akan menurutimu." Tobirama berucap pelan.

Seringai Butsuma semakin lebar mendengar perkataan yang keluar dari mulut Tobirama. "Tapi, jika kau melukainya, walau hanya seujung kuku, aku tak segan-segan untuk membunuhmu!" ancam Tobirama.

"Cukup adil. Sekarang, kau harus laksanakan perintahku." ujar Butsuma dengan suara berat nan tajam. Tobirama hanya mendengus pelan lalu keluar dari ruangan tersebut.

'Maafkan aku, nii-san. Aku terpaksa melakukan ini. Aku tidak ingin melihat Haruki-chan terluka.' batin Tobirama sedih.

Reaksi berbeda ditunjukkan oleh Senju Butsuma. Ia nampak sumringah saat Tobirama menyetujui untuk melakukan perintahnya. Yaitu, membunuh adik Uchiha Madara untuk menorehkan luka di hati Madara. Sehingga, persahabatan Hashirama-Madara akan renggang. Dan Hashirama dapat fokus ke peperangan.

'Heh, kita lihat saja Uchiha. Siapa yang akan memenangi pertarungan antar klan Uchiha dan Senju.' ucap Butsuma dalam hatinya sembari tersenyum licik.

.

.

Tobirama memandang awan dengan pandangan datar. Meskipun tak terlihat ekspresi apapun di wajahnya, namun ekspresi ia tunjukkan dalam hati. Raut khawatir dan takut tercetak di batinnya memikirkan perintah sang Tou-san yang terlanjur disetujui olehnya.

'Apa yang harus ku lakukan?' pikir Tobirama keras.

Jika ia menuruti perintah ayahnya untuk membunuh adik Uchiha Madara, sudah pasti Haruki akan kecewa padanya dan membencinya. Jika ia tidak menuruti perintah ayahnya, keselamatan Haruki tidak terjamin. Bagai buah simalakama.

Tobirama sedang berpikir keras sehingga tidak menyadari jika yang tadi ia pikirkan tengah berdiri di hadapannya, memandangnya tanpa berkedip dengan mata hitam besarnya.

"Tobirama-kun?" sapa sosok tersebut dengan suara yang pelan dan lembut. Tobirama menolehkan kepalanya ke arah suara yang memanggilnya.

"Eh?"

Tobirama terkejut karena sosok yang mengganggu pikirannya tengah berdiri di hadapannya. Sosok tersebut mempunyai rambut hitam panjang sepinggang, mengenakan pakaian berwarna ungu. Memakai rok mini berwarna hitam. Di belakang pakaiannya terdapat lambang seperti kipas. Dialah Uchiha Haruki.

"Haruki-chan? Sedang apa kau disini?" ujar Tobirama pada gadis di depannya.

"Aku ingin menemuimu." ujar gadis yang bernama Uchiha Haruki tersebut.

"Apakah ada masalah?" tanya Tobirama.

"Ya... Masalah yang sangat besar." ucap Haruki pelan sambil menundukkan kepalanya.

Tobirama penasaran, masalah apa yang dialami oleh orang yang disukainya itu sehingga membuat Haruki tidak cerewet seperti biasanya.

"Masalah apa?" tanya Tobirama.

"Shiroi-sama mengetahui jika kita sering bertemu. Dan ia memberikanku perintah." jelas Haruki pada Tobirama.

"Perintah apa?"

"Untuk membunuh kakakmu." ujar Haruki dengan suara pelan.

DEG!

Tobirama terkejut karena Haruki juga mengalami hal yang sama seperti dirinya. Lalu, ia juga membeberkan masalah yang ia hadapi dari kakaknya yang masih tetap menemui Uchiha Madara sampai perintah yang keluar dari mulut ayahnya.

"Jadi inilah akhirnya. Kita saling membunuh satu sama lain demi kekuasaan." ucap Tobirama pelan entah pada siapa.

"Kadang para makhluk hidup kurang paham apa artinya keluarga. Mereka terkadang mengorbankan keluarga mereka sendiri untuk suatu hal." lanjut Tobirama.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan, Tobirama-kun?" tanya Haruki pada Tobirama.

"Tidak ada cara lain selain kita mematuhi perintah. Jika kita menolak, orang terdekat kita yang terkena imbasnya." ujar Tobirama.

Haruki nampak tersenyum sedih. Ia lalu merogoh kantung ninjanya dan mengambil sesuatu. Terdapat kotak kecil berwarna kuning dengan hiasan pita merah di kotak kecil tersebut. Haruki lalu memberikan kotak kecil tersebut pada Tobirama.

"Apa ini?"

"Kado dariku. Bukalah saat aku pergi." ujar Haruki.

"Memangnya kau akan pergi kemana?" tanya Tobirama.

"Aku tidak tahu apakah aku masih hidup setelah berusaha membunuh kakakmu. Jadi, ku berikan kado itu padamu sebagai hadiah dariku untuk sahabatku." Haruki memelankan suaranya saat ia mengucapkan kata "sahabatku".

"Haruki? Kau sungguh..."

"Tapi, kau jangan khawatir. Jika aku mati, aku masih tetap berada di hatimu. Selalu." ujar Haruki sambil menempatkan satu telapak tangannya di dada Tobirama.

"Kau harus hidup, Haruki-chan! Meski nanti kau gagal membunuh kakakku, kau tidak boleh mati!" ujar Tobirama sambil menggenggam kedua tangan Haruki.

Haruki meneteskan air mata, tak menyangka tanggapan Tobirama. Selama ini, ia hanya bisa memendam perasaannya pada Tobirama. Ia menyukai Tobirama. Tapi, ia tidak tahu apakah Tobirama menyukai dirinya atau tidak.

'Inilah satu-satunya kesempatanku!' batin Tobirama dan Haruki bersamaan.

"Aishiteru yo, Haruki-chan..."

"Aishiteru yo, Tobi-kun..."

Keduanya terdiam dalam waktu yang cukup lama setelah keduanya mengucapkan kata yang hampir sama. Tobirama tersenyum senang begitu juga dengan Haruki. 'Akhirnya perasaanku tersampaikan' batin keduanya bersamaan.

"Maafkan aku, Haruki-chan." ungkap Tobirama pada Haruki.

Haruki menaikkan sebelah alisnya. "Untuk apa minta maaf?" tanya Haruki. Tobirama tersenyum tulus. "Maaf karena aku tidak mengungkapkan perasaanku dari dulu." sesal Tobirama.

"Daijobou da yo, bagiku selama kau berada di sisiku, itu sudah cukup." ucap Haruki sembari tersenyum tulus.

Tobirama tiba-tiba memeluk Haruki dan Haruki membalas pelukannya. Tobirama makin mengeratkan pelukannya. Ia tidak ingin melewatkan momen langka ini. Momen yang besok mungkin tak bisa ia dapatkan. Momen yang mungkin menjadi momen terakhir kebersamaannya dengan teman masa kecil, sahabat yang ia sukai sejak kecil. Tobirama paham jika waktu tak dapat diputar kembali. Tapi, tidak ada salahnya kan berharap jika waktu tak berjalan alias berhenti?

dnugroho12

Naruto saat ini sedang bersantai di Training Ground klan Uchiha. Matanya menatap langit dengan tatapan kosong. Ia nampak memikirkan sesuatu. Ia merasakan firasat yang tidak enak untuk malam ini. Untuk itu, ia memutuskan untuk berdiam diri di Uchiha Compound.

'Izuna-chan... Aku merasakan firasat buruk kepadamu' gumamnya dalam hati.

Naruto bangkit dari aktivitas memandang langit. Ia nampak memejamkan kedua matanya mencoba rileks. "Aku harus melawan pikiranku..." bisiknya pelan. Ia membuka kedua matanya dan terlihat mata berwarna merah dengan tiga tomoe. Sharingannya telah aktif.

"Klan Senju... Kerabat jauh dari klan Uzumaki... Mungkin akan terjadi hal yang menarik terkait klan tersebut." ucap Naruto sambil bangkit dari duduknya. Ia berjalan pelan menuju ruangan Tetua Klan Uchiha untuk mendiskusikan hal ini dengan Uchiha Shiroi, kepala klan Uchiha.

.

.

Shiroi tengah bersantai di biliknya dengan secangkir teh hangat saat Naruto datang menginterupsi. "Ada apa?" tanyanya dingin pada Naruto. Naruto hanya tersenyum.

"Apakah aku boleh duduk?" tanya Naruto pelan. Shiroi menganggukkan kepalanya.

"Aku mendapatkan sedikit informasi untuk Anda." Naruto membuka percakapan dengan Shiroi.

"Hm?" Shiroi menautkan kedua alisnya penasaran atas ucapan Naruto. "Apa itu?" tanya Shiroi.

Naruto tersenyum kecil. "Aku merasakan aura kebencian pada Senju Butsuma, kepala klan Senju." ungkap Naruto. Perkataan Naruto ini membuat Shiroi menaikkan sebelah alisnya.

"Senju selalu membenci Uchiha. Tidak ada yang salah." ungkap Shiroi pelan. Naruto menyeringai kecil sebelum melanjutkan ucapannya. "Sensorku menyatakan, Senju Butsuma mengeluarkan aura jahat pada Uchiha saat ia melintas di depan Uchiha Compound, terutama Anda, Shiroi-sama." ucap Naruto sambil mengingat-ingat aura yang dirasakannya. Shiroi diam saja. Namun, perkataan Naruto berikutnya mengejutkannya.

"Uchiha Haruki dan Senju Tobirama bertemu hari ini."

"Darimana kau tahu?" tanya Shiroi serius.

"Aku memerintahkan bunshinku untuk mengikutinya. Karena Haruki-san bertingkah sangat aneh pagi ini." ucap Naruto.

Flashback ON

Naruto melangkah keluar dari bilik kamarnya. Ia meregangkan ototnya untuk menghilangkan pegal di seluruh badannya. Ia menguap lebar. Naruto kemudian duduk di pelataran teras. Matanya kemudian menangkap sebuah pemandangan aneh. Dimana anak gadis Tetua Uchiha, Uchiha Haruki, terlihat berjalan mondar-mandir di depan bilik ayahnya. Haruki terlihat cemas dan gelisah.

"Haruki-san..." panggil Naruto pada gadis seumuran dengannya itu.

Haruki mengalihkan atensinya kepada pemilik suara yang memanggilnya. Matanya melihat seorang dengan rambut hitam tengah memandangnya dengan tatapan bingung dan heran.

"Ah, Naruto-kun..." sapa balik Haruki dengan ramah. Haruki menatap mata Naruto yang tengah menatapnya tajam, seperti mengobservasi gerakan tubuhnya.

"Doushita ne, Naruto-kun?" tanya Haruki pelan.

"Daijobou da yo. Hanya saja kau terlihat sangat aneh pagi ini." ungkap Naruto jujur pada Haruki.

Haruki tersentak. "Mou, aku hanya bingung. Otou-sama memerintahkanku untuk membeli barang yang berada di wilayah klan Senju. Bagaimana caraku sampai ke sana?" ia buru-buru mengklarifikasi.

Naruto menganggukkan kepalanya paham. Naruto kemudian berjalan menjauh dari hadapan Haruki. Ia merasa tidak perlu untuk mencampuri urusan anak Tetua Uchiha itu. Haruki adalah anak kepala klan Uchiha, tidak mungkin ia terbunuh dengan mudah.

'Aku harus memastikan keselamatan Haruki-san' pikir Naruto. Naruto kemudian merangkai handseal sederhana lalu membisikkan nama jutsunya.

Kage Bunshin no Jutsu

Muncul kepulan asap di tempat Naruto berdiri. Setelah asap menipis, terlihat sesosok yang 100% mirip Naruto. "Ikuti dan pastikan keselamatan Haruki-san!" perintah Naruto pada kagebunshin-nya. Kagebunshin Naruto mengangguk pelan lalu dengan cepat mengikuti Uchiha Haruki yang baru saja keluar dari Uchiha Compound.

'Apa yang kau sembunyikan, Haruki-san?'

Flashback OFF

"Begitu ya?"

Naruto menganggukkan pelan kepalanya sebagai tanggapan atas tanggapan yang diberikan oleh Uchiha Shiroi atas ceritanya. Shiroi menyeruput tehnya lalu menghembuskan nafasnya perlahan.

"Sebaiknya kita memerintahkan Haruki-san agar tidak keluar malam ini." saran Naruto pada Shiroi.

"Tidak bisa..." Naruto menaikkan sebelah alisnya mendengar pernyataan Shiroi.

"Kenapa?"

Shiroi kembali menyeruput tehnya. Matanya menatap tajam ke mata Naruto. "Karena aku telah memberinya sebuah misi." ungkap Shiroi pelan.

"Misi? Misi apa?" tanya Naruto penasaran.

"Untuk membunuh Senju Hashirama." jawab Shiroi.

DEG!

Naruto terkejut. Haruki diberikan misi oleh ayahnya untuk memmbunuh Senju Hashirama? Terlihat mustahil menilik kekuatan seorang Senju Hashirama yang bisa mengeluarkan elemen Mokuton atau salah satu elemen langka.

"Aku tahu kekhawatiranmu. Tapi kau pasti mengetahui tentang rahasia sharingan kan?" Shiroi menanggapi kekhawatiran Naruto dengan tenang.

"Izanagi kah?" timpal Naruto.

"Juga Izanami. Haruki tidak selemah yang kau bayangkan." Shiroi berucap dingin.

Naruto bergetar saat merasakan aura di sekitarnya berubah drastis. Ia tahu bahwa Shiroi mengeluarkan aura intimidasi padanya.

"Maafkan saya, Shiroi-sama." ucap Naruto dengan melemparkan tatapan menyesal.

Shiroi mendengus pelan. "Keluarlah." ungkapnya dingin pada Naruto.

"Ha'i." tanpa berlama-lama. Naruto langsung berdiri dan melangkah keluar dari bilik kamar kepala klan Uchiha tersebut. Di benaknya masih tersirat rasa khawatir terhadap putri semata wayang Shiroi, Uchiha Haruki. Tak dipungkiri, ia mengkhawatirkan keselamatan putri semata wayang Uchiha Shiroi tersebut.

'Haruki-san, aku harap kau dapat kembali dengan selamat' harap Naruto dalam hati.

dnugroho12

Unknown Places

"Apakah tidak apa-apa, Otou-sama?" tanya seseorang di balik kegelapan.

"Tidak, aku harus tetap mengawasinya." jawab sesosok laki-laki berambut putih.

Sosok penanya tadi keluar dari kegelapan. Terlihat seorang dengan rambut cokelat jabrik dengan perban melilit keningnya. Ia adalah Ootsutsuki Ashura. Tak lama kemudian, sosok penjawab tadi keluar dari kegelapan. Terlihat seorang lelaki paruh baya. Ia memiliki rambut runcing sebahu berambut merah pucat. Dia memiliki tonjolan seperti tanduk di kepalanya dan ia memiliki mata berwarna putih. Ia adalah Ootsutsuki Hagoromo atau Rikudou Sannin.

"Walaupun ingatannya sudah ayah segel, ayah harus tetap mengawasinya. Kenapa?" tanya Ashura.

"Sebagian ingatannya memang ku segel dengan Fuinjutsu: Shiruchen Shiringu no Jutsu. Tapi, fuinjutsu itu akan melemah seiring dengan berjalannya waktu." ucap Hagoromo pelan.

"Kenapa ayah tidak menggunakan Fuinjutsu: Shiringumemori no Jutsu?" tanya Ashura pada ayahnya, Hagoromo.

Hagoromo menghela nafas perlahan. "Ada perbedaan di antara Shiruchen Shiringu dan Shiringumemori." ungkap Hagoromo. "Shiruchen Shiringu menyegel sebagian ingatan atau ingatan terburuk. Sementara Shiringumemori menyegel seluruh ingatan." jelas Hagoromo pada Ashura.

Ashura terdiam. Hagoromo melanjutkan ucapannya. "Aku tidak ingin kenangannya bersama kita ikut tersegel." ucap Hagoromo pelan. Ashura diam-diam bersyukur karena kenangannya bersama 'dia' tidak tersegel.

"Jadi, apakah kita hanya akan mengawasi?" tanya Ashura pelan.

"Tidak, kita mempunyai satu pekerjaan." Hagoromo berucap pelan. Ashura diam saja karena tahu ayahnya belum menyelesaikan ucapannya.

"Kita harus mencegah Zetsu Hitam menemuinya." lanjut Hagoromo serius. Ashura menyetujui ucapan ayahnya. Jika Zetsu Hitam menemui 'dia', sudah dipastikan bahwa hal buruk akan terjadi.

"Kita harus segera menyegel makhluk tersebut." ungkap Ashura pelan. Ashura lalu menghilang secara tiba-tiba. Kini hanya Ootsutsuki Hagoromo yang masih setia di tempat tersebut.

"Ku harap kau telah berubah, anakku. Tou-san dan kedua adikmu merindukan kehadiranmu disini." Hagoromo lalu menghilang setelah mengucapkan kalimat tersebut.

TBC


A/N:

Balik lagi dengan author yang katanya lagi sibuk belajar *emang bener*. Hehehehe. Cerita satunya belum selesai eh malah nulis cerita lain. Fic ini terinspirasi dari fic karya Shiro136 yang berjudul Uchiha Senju Naruto. Tapi, saya gak jiplak kok! Beneran deh!

Saya belum punya gambaran soal fic ini. Tergantung review yang masuk, kalo banyak tanggapan positif ya saya lanjut. Kalo enggak, ya saya telantarin *digebukin*. Chapter ini mengungkap sedikit identitas Naruto dimana ia adalah adik angkat dari Uchiha Madara. Dan tentunya mengungkap sedikit tokoh utama di fic ini.

Untuk jutsu yg diomongin mbah Hagoromo diatas merupakan jutsu ciptaan saya sendiri. Shiruchen Shiringu merupakan fuinjutsu penyegel sebagian ingatan atau menyegel ingatan yang buruk. Sementara Shiringumemori menyegel seluruh ingatan.

Jika readers ingin cerita ini lanjut, silahkan fav & follow cerita ini. Dan tentunya review yang banyak biar saya semangat ngetiknya. Oke, sekian dari saya. Semoga kalian puas dengan chapter ini!

RnR Please

Dicky Nugroho log out