Setelah menitipkan motornya di rumah Gaara, sahabat baiknya di Suna, Naruto segera pulang kerumahnya menaiki mobil bis butut yang terlihat tua bahkan tidak layak lagi untuk jalan.

Gadis itu memperhatikan jalanan yang di penuhi pasir dan debu lalu beberapa pohon besar berjejer rapi di kiri dan kanan jalan setelah memasuki kawasan perumahan dan bisnya berhenti di sebuah halte.

Naruto beranjak untuk keluar dan menaruh uang kertas kepada sopir bis.

Naruto memakai kaca mata hitamnya lalu berjalan melewati jalan yang cukup sempit tapi bisa di lalui motor, hingga ia sampai di perumahan sederhana dengan bentuk bangunan rumah tradisional.

Naruto segera mempercepat langkah kakinya dan masuk ke dalam rumahnya yang tak jauh dari gang.

Ini masih pukul dua siang, ibunya pasti belum pulang. Naruto menutup pintu lalu memperhatikan ruangan rumah.

Hanya ada ruangan tengah yang kosong lalu tiga buah pintu, dua pintu di sisi kanan adalah kamar sedangkan pintu yang berada tepat di depan pintu masuk adalah dapur. Rumah yang cukup sederhana. Naruto tersenyum lembut kemudian masuk ke dalam Naruko.

Hanya ada lemari, meja belajar dan futon yang di gulung rapi. Naruto berjalan mendekati lemari dan membukanya untuk melihat pakaian Naruko.

Dua rok panjang, dua rok selutut, lima kaos pendek, tiga kaos lengan panjang, tiga jeans panjang, dua jeans selutut, dua buah dress selutut dan seragam sekolah lengkap.

Naruto tersenyum miris melihat koleksi pakaian Naruko yang jauh dari kata layak, semuanya sudah terlihat lusuh tapi bersih dan wangi. Lalu pandangannya beralih kearah dinding yang tertempel dua bingkai foto, foto Naruko dan ibunya, Kushina.

"Kau akan hidup layak di Konoha, Naruko." Naruto tersenyum tulus.

OoOoO

Naruko menatap takjub mansion keluarga Namikaze yang seperti istana di negeri dongeng, setelah ketiga teman Naruto pergi, ia tidak tahu harus berbuat apa, masuk atau tidak. Ia ragu, hingga seorang pelayan datang menghampirinya.

"Nona, ada apa?" tanya pelayan muda itu.

Naruko terdiam sejenak lalu bola lampu langsung menyala di kepalanya. Naruko memasang wajah kesakitan sambil memegangi kepalanya, "Bisakah kau antar aku ke kamarku? Kepala aku pusing."

Pelayan itu terlihat panik dan segera membantu Naruko berjalan memasuki rumah. Naruko mengulum senyumnya apalagi setelah ia sampai di pintu kamar kakaknya.

"Pergilah, aku ingin istirahat." ujarnya.

Pelayan itu mengangguk patuh dan pergi saat Naruko masuk ke dalam kamar.

Naruko terperangah melihat desain kamar kakaknya yang terlihat mewah dan elegan dengan warna hitam dan abu-abu.

"Keren!" serunya lalu duduk di pinggir kasur yang terasa empuk lalu tanpa sengaja, ia melihat kertas dan golden card tergeletak di meja nakas.

Naruko mengambilnya dan melihat ada tulisan di kertas itu.

Pakailah kartu itu untuk membeli keperluanmu.

NN

Naruko tersenyum lalu meletakan kertas itu kembali ke atas meja nakas lalu berjalan menuju wolke in closet yang berisi banyak baju.

Naruko membuka pintu lemari yang cukup besar dan melihat banyaknya pakaian bermerek meski hanya kaos panjang dan pendek lalu ada jeans panjang, celana training berwarna lembut dan gelap, kemeja, piyama tidur dan yang membuat Naruko tak percaya adalah koleksi jaket Naruto adalah jaket untuk laki-laki bahkan ada stelan jas bejumlah lima buah.

Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan lalu membuka lemari untuk sepatu.

Tidak ada flatshoes ataupun high heels, semuanya sneakres, kets, dan sepatu kulit yang terlihat mahal. Kakaknya itu laki-laki atau perempuan?!

Sepertinya ia harus membeli pakaian yang 'wajar' untuk seorang gadis.

Naruko tersenyum lembut. "Andai kau disini kak, aku akan mendadani dirimu layaknya seorang putri." gumamnya pelan.

"Yah, baiklah. Kakak sudah memberiku uang jadi ada baiknya aku belaja untukku sekarang, mumpung ada uang hihihi..."

Naruko keluar dari wolke in closet dan mengambil golden card. "Apa di rumah kakak ada sopir pribadi? Kalau ada itu sangat memudahkanku." gumam Naruko.

"Pasti ada!"

OoOoO

Naruto baru saja membersihkan dirinya saat mendengar pintu rumahnya di ketuk dan terdengar suara ibunya yang memanggil nama Naruko.

Naruto berjalan cepat menuju pintu dan membukanya, Kushina tersenyum kearahnya

Jantung Naruto semakin berdegup kencang, keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya dan napas yang tertahan.

"Ada apa Naruko?" tanya Kushina bingung melihat sikap putrinya.

Naruto tersenyum kecil lalu memeluk tubuh ibunya erat membuat Kushina semakin bingung. "Aku merindukan ibu." ucapnya pelan.

"Hey, kau kenapa hm? Ibu hanya pergi kerja." Kushina membalas pelukan Naruto.

"Aku hanya rindu, meski kita hanya pisah beberapa jam." dustanya.

Kushina tersenyum lalu melepaskan pelukannya. "Ibu membawa makanan kesukaanmu, cumi pedas manis dan udang balado."

Deg!

Senyum Naruto luntur seketika mendengar perkataan ibunya.

"Ada apa?" tanya Kushina bingung melihat perubahan sikap Naruto.

"Ibu, aku sedang tidak ingin makan seafood." ujar Naruto lembut. Ia tidak membawa obat alerginya, mana mungkin dia memakan seafood.

"Yaaa... Padahal ibu membuatnya sendiri untukmu, bos ibu tadi meminta ibu untuk membuat ini, jadi ibu memintanya sedikit untukmu." ujar Kushina lesu sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

"Maafkan aku ibu, aku sudah makan tadi, jadi aku kekenyangan." kilah Naruto.

"Tak apa, ya sudah kamu istirahatlah, ibu juga mau istirahat." ujar Kushina.

"Lalu makanannya?"

"Ibu yang akan memakannya nanti karena ibu belum makan hehehe..."

Naruto tersenyum mendengar. "Ya sudah aku akan menemani ibu makan, aku ingin kita bercerita banyak hal." ujar Naruto.

"Baiklah." Kushina mengangguk.

OOOOOOOO

Minato maupun Kakashi sama-sama tercengang melihat penampilan Naruko yang mereka anggap Naruto pagi ini.

Jika biasanya Naruto selalu tampil dengan tomboynya maka hari ini berbeda. Naruto tidak mengenakan training di balik rok pendeknya, rambut sebahu yang biasanya di kucir asal, kini tergerai indah dengan hiasan jepit rambut berbentuk bulan sabit. Wajahnya pun mengenakan make up tipis yang natural dan dengan polesan lip gloss, bibirnya terlihat bercahaya bahkan Naruto mengenakan anting-anting yang berbentuk bulan sabit berwarna biru seperti jepit rambutnya.

"Kakashi, apa semalam kita memimpikan hal yang sama?" bisik Minato kepada Kakashi yang berdiri di sampingnya.

"Yang anda mimpikan dan apa yang aku mimpikan itu berbeda." jawab Kakashi datar.

Naruko tersenyum melihat ayahnya sedang duduk, semalam ia ketiduran sehingga tidak bisa bertemu dengan ayahnya.

"Aku sayang ayah." ujar Naruko sambil memeluk Minato yang masih tertegun dengan perubahannya.

"Ayah juga menyayangimu." Minato membalas pelukan Naruko sambil tersenyum.

"Hari ini ayah akan mengantarmu sekolah."

"Benarkah?" tanya Naruko antusias sambil melepaskan pelukannya.

Minato mengangguk. "Yah, dan sekarang kita sarapan terlebih dahulu."

Naruko tersenyum lebar kemudian duduk di kursi samping ayahnya. "Aku akan makan yang banyak ayah."

"Kau sangat cantik pagi ini, sayang. Tidak seperti biasanya." puji Minato.

"Aku hanya ingin merubah penampilanku ayah, apa terlihat buruk?"

Minato menggelengkan kepalanya pelan. "Kau cantik dan ayah suka dengan penampilanmu yang sekarang."

Naruko tersenyum senang mendengarnya lalu mulai memakan sarapannya saat pelayan telah selesai menyiapkan.

Ada yang aneh, batin Kakashi sambil menatap Naruko curiga. Ia tidak mungkin percaya begitu saja dengan apa yang Naruko katakan, mungkin Minato tampak mudah untuk di bohongi karena Minato jarang bersama dengan Naruto, tapi tidak dengannya. Ia sudah mengenal Naruto sejak Naruto masih merah, ia tahu persis seperti apa kepribadian Naruto dan gerak-gerik Naruto.

Akhir-akhir ini Naruto sangat tertutup dan sensitif, tapi tiba-tiba menjadi ceria dengan penampilan yang berbeda. Itu sangat tidak masuk akal baginya.

Lalu kedua matanya beralih untuk melihat lutut kiri Naruko yang berada di bawah meja, bukan karen dia mesum atau apa, hanya saja di lutut Naruto memiliki bekas luka yang tidak mudah hilang sampai kapanpun.

"Aku sudah selesai ayah." ujar Naruko sambil mengelap sudut bibirnya menggunakan tisu.

"Pergilah ke mobil lebih dulu, ayah ada telpon." sahut Minato sambil memperhatikan layar ponselnya.

Naruko hanya mengangguk patuh dan beranjak untuk pergi, di ikuti dengan Kakashi yang berjalan di belakangnya. Kakashi terus memperhatikan Naruko dari belakang karena dia belum sempat melihat bekas luka Naruto, dan lagi cara Naruto berjalan berbeda dari hari sebelumnya, langkah kaki Naruko begitu anggun dan manis sedangkan Naruto selalu terlihat tegap dan kuat, di tambah dengan ekspresi wajah yang cool jika di luar rumah.

Kakashi bahkan sempat berpikir, apa yang Kushina makan hingga seorang gadis begitu kerennya seperti laki-laki.

"Ah senangnya." ucap Naruko pelan sambil merentangkan kedua tangannya untuk menikmati semilir angin pagi yang berhembus.

"Naruko."

Deg!

Naruko menoleh kebelakang dan melihat Kakashi yang memandangnya dingin.

"Aku tahu kalau kau bukan Naruto." ujarnya membuat tubuh Naruko menegang.

"Aku tidak akan mengacaukan rencana kalian ini, tenang saja." ujar Kakashi sambil tersenyum tipis.

"Maaf, apa kau menunggu lama sayang?" tanya Minato yang baru saja keluar dari rumah.

"Ti-tidak ayah." sahut Naruko gugup.

"Ayo kita pergi." Minato tersenyum lebar sambil membukakan pintu untuk Naruko.

Naruko mengangguk dan masuk ke dalam mobil sambil sesekali melirik ke arah Kakashi yang masih memperhatikan dirinya.

OoooO

Sementara itu Naruto sudah bangun sejak satu jam yang lalu, ia terlebih dahulu melakukan gerakan pemanasan untuk meregangkan otot-ototnya yang kaku kemudian melakukan sit up dan push up sebanyak lima puluh kali dan hal ini sudah menjadi kebiasaannya setiap hari meski kini kondisinya sangat lemah.

Keringat mengalir membasahi tubuhnya dan Naruto memilih untuk duduk seraya meluruskan kakinya dan meraih botol air minum di atas meja belajar dan meminum airnya hingga tandas.

Drrrrt...

Naruto menoleh kearah meja belajar dan melihat ponsel butut Naruko bergetar dan nama Sasuke-kun terlihat di layarnya. Ia pun meraih ponsel tersebut dan melihat pesan masuk yang isinya, mengajak dirinya untuk berangkat sekolah bersama.

Naruto berdecih seraya terkekeh pelan saat membacanya kemudian ia segera bersiap untuk membersihkan diri.

O

O

Naruto menatap penampilannya di cermin, yang sudah terlihat rapi, ia pun segera keluar dari kamar saat ibunya memanggil nama Naruko.

Kushina menatap putrinya heran, penampilan Naruko berbeda dari sebelumnya.

Naruto mengenakan training di balik rok pendeknya dan rambut pendek yang di kuncir asal seperti biasa.

"Naru, rambut kamu di gerai saja, itu terlihat cantik." ujar Kushina memberi saran.

"Aku lebih nyaman seperti ini, bu." sahut Naruto seraya tersenyum kemudian memakan sarapannya.

"Yah tak apa, oh ya malam ini ibu pulang agak larut, gak apa kan?"

"Ibu lembur?" tanya Naruto bingung.

Kushina mengangguk, "Malam ini ada acara di kantor, jadi ibu harus lembur."

Naruto mengangguk mengerti mendengar jawaban ibunya.

"Apa kamu suka nasi gorengnya?"

"Sangat suka bu, ini sangat lezat." jawab Naruto di sela makannya.

Naruto benar-benar bersyukur bisa makan masakan ibunya sendiri dan ternyata apa yang orang katakan itu benar adanya, bahwa masakan ibu adalah masakan yang paling lezat di dunia.

"Ibu tambahkan udang, mangkanya enak." Kushina tersenyum melihat Naruto yang lahap memakan sarapannya.

Naruto tersedak saat menelan nasi gorengnya membuat Kushina khawatir dan segera memberikan putrinya air minum. "Minumlah." ujarnya.

Naruto meminum air putih yang di sodorkan ibunya hingga tandas dan melihat piring nasinya sudah tandas.

"Aku harus berangkat dulu bu, takutnya telat." ujar Naruto terburu-buru beranjak dari duduknya.

"Ah, kalau gitu hati-hati." sahut Kushina dan Naruto tersenyum membalas perkataan ibunya lalu bergegas keluar dari rumahnya.

Naruto melihat sepeda tua di samping rumahnya, "Sepeda itu sudah tak layak pakai." desisnya seraya mengeluarkan iphonenya untuk menghubungi Gaara agar cepat membelikannya obat alergi seafood.

Kushina keluar dari rumah dan melihat Naruto masih berdiri di depan rumah. "Naru, kamu belum berangkat?" tanya Kushina.

"Ah, aku di jemput teman bu." jawab Naruto asal.

Kushina tersenyum geli mendengarnya. "Oh mau di jemput Sasu-chan ya, ya udah deh ibu pergi dulu, nanti ganggu lagi." ucap Kushina pelan membuat Naruto bingung.

"Mak-"

"Jaa!" Kushina segera berjalan cepat menuju halte bus yang tak jauh dari rumah mereka.

Naruto mendengus pelan dan tersenyum lega saat Gaara sudah datang dengan motor kesayangannya.

Gaara berhenti tepat di depan Naruto dan membuka helmnya. "Motor lu memang sangat keren Nar." komentarnya seraya mengedipkan sebelah mata.

Naruto memutar bola matanya malas lalu naik ke atas motor, "Antar gue ke Suna School dan mana obat gua?" ujarnya.

"Oh tenang saja, obat lo ada kok." ujar Gaara enteng seraya kembali menjalankan motor Naruto.

"Jadi saudara kembar lu selama ini tinggal di Suna? Pantas saja beberapa minggu yang lalu gue kayak liat elu di Suna tapi rambut panjang, bukan pendek."

"Gue saja baru tahu kalau punya saudara kembar." sahut Naruto.

Gaara mengangguk mengerti. "Hei, apa gue boleh bawa motor lu ngebut?"

"Up to you."

Gaara menyeringai senang dan mulai mengegas motor Naruto hingga lajunya begitu cepat.

Bruuuuuum...

OO

Seluruh mata memandang kearah Naruko heran dan juga takjub. Jika biasanya mereka melihat sisi bad girl Naruto kini mereka melihat sisi feminimnya.

Kaki jenjang yang selalu tertutup training kini dapat mereka dengan leluasa. Putih, mulus dan menggoda untuk di pandang, rambut pendek yang di gerai indah dengan hiasan jepit cantik serta make up natural yang semakin membuatnya mempesona dan jangan lupakan bibir mungil bewarna cerry itu terlihat begitu menggoda untuk dicium.

Bahkan beberapa pemuda harus meneguk ludah mereka dengan susah payah.

Sasori keluar dari dalam mobil mewahnya dan melihat pemandangan baru pagi ini.

"Ada apa denganmu Naruto? Apa kau mau menjadi jalang baru disini hm?" sindirnya sinis.

Naruko menoleh dan melihat wajah seorang pemuda bersurai merah dengan baby face yang sangat imut.

Deg!

Naruko terdiam sejenak memandangi wajah Sasori yang mengingatkannya kepada teman masa kecilnya, teman yang tidak ia tahu nama lengkapnya karena mereka hanya bertemu selama satu bulan dan memanggil nama masing dengan sebutan Naru-chan dan Aka-kun.

"Aka-kun." gumamnya pelan nyaris tak terdengar namun telinga Sasori masih sangat tajam hingga mampu mendengarnya.

Kedua mata Sasori terbelalak dan menatap Naruko tak percaya. Apa dia mengingatku? Batin Sasori.

Sasori menggelengkan kepalanya pelan kemudian berjalan meninggalkan Naruko yang masih menatapnya penuh kerinduan.

"Aka-kun, apakah kau Aka-kun?" ucap Naruko pelan.

"Gilak! Banget lo Nar! Cantik banget!" seru Ino dari kejauhan kemudian berlari kearah Naruko dan dirangkul erat.

"I-ino?" ucap Naruko pelan.

Ino tersenyum lebar membuat Naruto bingung. Sakura baru saja datang dan berdiri di hadapannya.

"Akhirnya lo tahu juga kodrat lu sebagai cewek Nar!" celetuk Sakura sambil tersenyum geli melihat wajah polos Naruko.

"Bisa gak kalau kita bicaranya gak pakai loh gue? Aku gak biasa." ujar Naruko dengan suara pelan.

"Otak Naruto kayaknya lagi geser wkwkwkwk..." celetuk Ino seraya tertawa lepas.

"Lu napa sih Nar? Kita kan dah biasa bicara kayak gini." sahut Sakura.

"Tapi aku gak suka!" ucap Naruko penuh penekanan.

"Okeh fiks!" sahut Ino sambil mengangguk beberapa kali.

"Naruto kawaii ne!" seru Hinata yang baru saja datang dan melihat penampilan baru Naruto.

Naruko tersenyum canggung mendengarnya.

Sementara itu di Suna Shcool, Naruto baru saja tiba di sekolah dan meminum obat alerginya di temani Gaara yang masih setia menunggunya.

"Sana pergi! Gue udah nyampe!" ujarnya ketus.

"Kali aja lo nyasar waktu masuk gerbang, mangkanya gue tungguin." sahut Gaara enteng.

"Yaelah jang! Lu pikir gue bocah!" Naruto memutar bola matanya malas.

"Ya udah deh, gue cabut! Kalau ada apa-apa telpon gue yak?"

"Siap!"

Gaara tersenyum tipis lalu pergi dari depan pintu gerbang sekolah. Naruto memasukan botol obatnya ke dalam tas dan baru saja dia akan masuk, Tenten dan Shion telah menghadangnya.

"Enak ya yang udah punya pacar! Mana ganteng lagi, jangan pakai sihir!" ujar Shion ketus sedangkan Tenten menatapnya sinis.

Tawa Naruto pecah begitu saja mendengar perkataan Shion, memangnya ini jaman apa yang masih percaya sihir?

Shion mendengus kesal dan hendak menjambak rambug pendek Naruto tapi Naruto telah lebih dulu mendorong tubuhnya hingga tersungkur. Naruto berjongkok lalu menjambak rambut panjang panjang Shion.

Tenten terdiam di tempatnya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja Naruto lakukan apalagi yang menyaksikannya bukan hanya Tenten tapi seluruh siswa yang baru saja datang dan siswa yang sengaja keluar dari kelas untuk melihatnya secara langsung, termasuk Sasuke yang baru saja masuk sambil membawa sepedanya.

Seorang Naruko yang mereka kenal takut kepada Shion kini telah berhasil membuat gadis itu tersungkur dengan ekspresi ketakutan yang sangat jelas terlihat.

Shion tidak tahu apa yang saat ini ia rasakan tapi dengan melihat tatapan mengintimidasi dari Naruto mampu membuat tubuhnya membeku.

"Jangan mengganggu hidupku jika kau tidak mau menderita." ucap Naruto pelan dengan seringai evilnya.

qOp

Bersambung~

Bahasa lu gue aku gunakan sebagai pembeda antara Naruko dan Naruto, maksudnya mereka hidup di lingkungan yang berbeda tapi kalau merasa risih, nanti di revisi kalau aku sudah selesai UNBK. Terima kasih.

Baturaja, 08 Maret 2017

Sumatera Selatan