"Hun, kau semakin banyak melamun akhir-akhir ini." Jongin menghenyakkan bokongnya di samping pria pucat itu.
"Entahlah, ada sesuatu yang menggangguku."
"Apa karena gadis aneh itu?" Yeah, semenjak kejadian orgasme tunggal di kelas saat itu. Chanyeol dan Jongin menamai Luhan 'Gadis aneh'.
"Ayolah Sehun, apa kau menyukainya?" Jongin mengeluarkan komik dari dalam tasnya. Jangan harap jika orang-orang seperti mereka akan mengeluarkan sesuatu yang cukup bermanfaat.
"Ku akui jika wajahnya cantik dan saat itu aku hampir saja ikut horny. Tapi bukankah kau tidak pernah suka jalang?"
Ada kerutan tajam di dahi Sehun saat perkataan Chanyeol terdengar. Entah kenapa ia harus merasa tersinggung akan hal ini.
"Ku rasa ia bukan jalang seperti yang kau pikir."
"Oh, is that soo?"
"Sepertinya sahabat kita ini memang perlu bukti Chanyeol-ah." Jongin menyeringai pada Chanyeol di depan mereka yang di tanggapi dengan satu alis terngkat dari pria bertelinga peri itu.
Luhan mengerang frustasi selama perjalannya menuju kamar mandi. Sejak tadi tidak ada satu materi pun yang terserap kepalanya.
Ia berniat membasahi wajahnya dengan air dingin saat mendengar...
"Auhhh...hmhhhhh Chanhhh..."
"Mmmmrghhh...jangan berisikhhhh...aku tidak mau dapat detensi untuk kali inihhhh."
Pergerakan Luhan terhenti sebelum menyentuh keran washtafeel. Siapaun itu, mereka sangat tidak tahu malu. Tangan Luhan mulai gemetar dan nafasnya memburu untuk ke sekian kalinya.
"Shit!" Bisik luhan lirih.
Ia keluar dari kamar mandi. Berjalan secepat dan sesunyi mungkin agar tidak mengganggu siapapun. Pelipisnya mulai berkeringat.
Saat Luhan merogoh saku almamaternya mencar sekumpulan pil ungu penyiksa itu, kepalanya terantuk sesuatu. Lebih tepatnya seseorang. Luhan mendongak dan tatapannya bertemu dengan
Oh Sehun
Gadis rusa mengatupkan giginya hingga rahangnya terasa ngilu sementara mata harimau pucat di hadapannya yang walau tidak memberikan ekspresi apapun dan tanpa bicara ia menggeret si gadis ke dalam laboratorium yang kosong di dekat mereka.
Mendudukkan tubuh mungil dengar rambut pirang keemasan itudi meja di samping jajaran tabung reaksi.
"A-apa yang—"
"Aku ingin memastikan sesuatu." Sebuah ciuman mendarat di bibir lembab Luhan. Ia mematung, tubuhnya semakin panas apalagi pria yang memejamkan mata di hadapannya ini adlaah penyebap utama kekacauan harinya.
"Aku tidak tahan lagi." Batin Luhan berteriak. Kalap dan seakan buta Luhan melumat bibir tipis Sehun dengan nafsu yang sudah di ujung ubun-ubunnya.
Sehun? Pria itu sempat-sempatnya menyeringai sebelum membalas Lumatan luhan tak kalah brutal. Kedua lengan menarik pinggang ramping Luhan agar merapat padanya.
Sementara Luhan melakukan apapun yang bisa jari-jarinya lakukan pada rambut hitam parternya.
Mereka berciuman, saling melumat, saling mengeksplore sisi penasaran masih masih seakan tak butuh oksigen.
Sehun menangkup kedua pipi halus Luhan, mengusapnya seskali mengusap lelehan cairan entah siapa di dagu mungil itu.
Hingga muncul setitik cahanya bernama kesadaran dalam pikiran kosong Luhan saat itu. Ia mendorong tubuh tegap Sehun sekuat tenaga.
Terengah
Kacau
Berantakan
Luhan keluar dari lab tanpa berkata apapun. Ia berlari sekencang mungkin. Tidak peduli jika langkahnya kini bisa mengganggu siapapun Luhan hanya ingin menghilang saat ini.
Ia sampai pada sebuah pohon besar di belakang halaman sekolah. Luhan merogoh keluar benda yang sempat ia lupakan beberapa saat tadi. Mengeluarkan isinya, menelan bulat-bulat pil ungu besar ke tenggorokannya.
Luhan menangis. Kali ini lebih pilu dari yang biasa ia keluarkan. Karena setelah sekian lama tidak ingin menarik korban manapun.
Tapi apa?
Bolehkah ia mati saat ini juga?
Sehun keluar dari lab tempatnya dan Luhan berciuman tadi, ia menghapus sisa saliva dan bekas lip tint rasa cherry milik Luhan dengan ibu jarinya.
Seringai tipis terukir daat tatapannya tertuju pada lorong hening yang Luhan lewati tadi.
"Kau sudah dapat buktinya?" Chanyeol yang juga baru keluar dari toilet wanita di dekat lab merangkul Sehun yang terdiam seperti patung es di koridor.
"Sepertinya kau berniat sekali memberikanku bukti."
Fyi, ini semua ulah Chanyeol yang tidak sengaja melihat Luhan yang keluar kelas sendirian, yang bertemu dengan Nayoung di koridor dekat lab saat tau Luhan menuju kamar mandi, yang dengan spontan mencumbui dengan gadis kelinci penggemarnya itu, menariknya ke salah satu bilik kamar mandi perempuan. Melakukan kau-tau-apa. Dan meminta Sehun membawakan rokoknya ke toilet. Sebagai kail pancing akan umpannya.
Dan semua itu terjadi.
"Aku hanya mebantumu."
"Kau hanya membuat jalanku jadi rumit Park sialan." Kerutan dalam itu lagi. Entah kenapa Sehun tidak suka jika ada yang mencampur urusannya, siapapun itu.
"Setidaknya kau baru saja make out lagi setelah sekian lama."
Jika Chanyeol bukan sahabatnya, ia ingin sekali memotong lidah licin pria itu dengan pisau lipat di sakunya.
"Bilang saja kau sedang horny saat keluar dari kelas. Aku lihat tampang mesummu yang tidak henti-hentinya menatap bokong Kim Saem dan menjadikan Nayoung tumbalnya."
Chanyeol hanya nyengir, tidak merasa tertohok sama sekali. Karena, ayolah Kim Hyunah itu tidak pantas sama sekal jadi guru biologi dia lebih cocok jadi peraga salah satu bab di sana. Sistem reproduksi manusia.
Ok, abaikan Chanyeol dengan otak kotornya itu.
"Kita ke atap saja, aku mals bertemu Shim Saem." Di angguki Sehun tak kalah malasnya.
Chanyeol mengontak Jongin yang menggerutu saat panggilannya sudah tersambung. "Awas kalian jika bersenang-senang tanpaku kali ini." Chanyeol terkekeh nyaring.
"Tentu tidak sayang, muach." Sehun bergidik. Ingatkan ia untuk memotong lidah Chanyeol setelah ini.
Aku double update neeh. makasih yaa
nanti aku up lagi dua hari lagi oce?!
ingetin aku kalo lupa yoo.
plis kasih aku kritik saran
karena udah mentok lagi mau di apain ini tuh.
review oce?!?
ada yang pernah aku jadiin header deh. tapi yaudah lah ya, hehe