3057

Story by terasky

.

Rated: T

Genre: Yaoi, BXB

Cast: Oh Sehun, Luhan - HunHan & other

.

1 word make 1 story.

.

Saya buat ini tanpa niatan meniru atau menjiplak karya siapapun. Jika kesamaan ditemukan dalam bentuk apapun, itu bukan sesuatu yang disengaja.

.

TWOSHOT

.

Chapter 1


Dibalik tembok dingin sel nomor 12, tahanan 3057 atas nama Luhan mulai menjadi bagian dari sel sejak 1 tahun belakangan. Masih dengan jelas terbayang bagaimana langkah kaki yang rapuh itu meniti lantai dengan paksa dibawa seorang sipir penjara bertubuh besar. Tak pernah mengira jika seseorang yang tertuduh memiliki tubuh mungil dengan binar mata sendu. Terbayang bagaimana tubuhnya dibawa dengan anarkis oleh sipir penjara, kalau itu dia, mungkin tak akan setega itu.

Tapi, penjahat berhak diperlakukan seperti penjahat.

Dari hasil laporan pihak pelapor dan introgasi singkat yang dilakukan oleh kepolisian, pemuda itu adalah tertuduh kasus pencurian berlian yang tertangkap basah ketika sedang menjalankan aksinya.

Wajah tirusnya terlihat kusam oleh debu. Rambut hitamnya juga tampak kasar terpapar sinar matahari. Tapi satu hal yang dari semua itu yang membuat dirinya terkesima.

Binar bening di bola mata hitam sayu yang kala itu menatapnya sekilas.

"Sipir Oh Antar tahanan 3057 ke sel nomor 16."

Tubuhnya kurus. Dari jarak dekatpun dia semakin terlihat rapuh. Baju usang yang tadi ia kenakan berganti dengan baju jingga milik tahanan. Bertuliskan 3057 sebagai identitasnya di sel. Suasana senyap. Semua tahanan mungkin tengah terlelap karena udara dingin jam 2 dini hari.

Ketukan dari alas sepatu Sehun terdengar mengisi keheningan. Disisinya sang pemuda berjalan tanpa gairah.

"Jangan terlalu dipikirkan. Kita akan menunggu sampai jadwal sidang. Jika kau bersikap baik, mungkin kau akan diberi remisi."Sebenarnya apa yang ia lakukan? Melihat 3057 berjalan seperti tubuh tanpa jiwa, dia tak bisa hanya diam dan tak melakukan apa-apa. Itu menggelitik tidak nyaman.

Sel nomor 16. Dengan kunci yang ia bawa, Sehun bisa dengan mudah membuka pintu bertralis besi dengan beberapa bagian yang sudah terkena proses kimiawi. 3057 masuk ke dalam sel dengan lesu sebelum ia menutup pintu dan tubuh si mungil benar-benar menjauh, Sehun berbicara.

"3057.. selamat malam." Itu adalah pertama kalinya sehun mengucapkan hal seperti itu kepada seorang tahanan.


Semuanya terasa aneh sejak 3057 terlihat dalam hari-harinya di dalam lapas. Ada yang tidak beres dengannya jika itu berkaitan dengan pria bermata bening tersebut. Otaknya seperti punya radar sendiri untuk bersikap. Juga dentuman kecil di dadanya yang tak bisa ia kendalikan.

Ketika akhir pekan, dimana semua tahanan bebas berolahraga di lingkungan lapas, Sehun akan dengan sengaja berpatroli mencari 3057.

Juga saat perayaan natal tahun lalu, dia membuat 3057 berdiri disebelahnya dan mereka saling mengucapkan 'selamat natal' satu sama lain yang membuat Sehun tidur dengan memimpikan hal yang sama.

3057 tidak sesuram ketika pertamakali pria itu datang. Sekarang 3057 terlihat lebih hidup dan tampak anggun. Nyanyiannya di perayaan misa saat itu membuat sehun berdebar. Ketika tahun baru semua tahanan keluar untuk melihat kembang api, 3057 tersenyum lebar. Sehun merasa bernafas dengan baik. Semakin 3057 tersenyum ataupun tertawa, bumi seakan meluas.

Atau ketika kerja bakti mingguan, sehun akan dengan senang hati memantau 3057 dari dekat. Melihat bagaimana pria itu berbicara, tersenyum dan tertawa. Semua disimpan dengan baik dalam ingatannya. Sosok 3057 yang membuat Sehun tak mengenali dirinya sendiri. 3057 membuat Sehun kehilangan kontrol atas fungsi tubuhnya.

Singkatnya, Sehun terpesona pada pria itu. Sehun jatuh hati padanya.


"Sipir Oh.." Hari itu adalah pertama kali dalam 1 tahun 2 bulan, 3057 menegurnya. Dia mendengar suara pria itu tanpa perlu mencuri dengar. Saking terkejutnya Sehun bahkan hampir menumpahkan segelas kopi yang tengah ia bawa sekarang.

Tunggu.. bagaimana Luhan bisa mendatanginya di kantor?

"Ada apa?" Sehun membangun dirinya dengan baik meskipun di dalam hatinya seakan berpesta pora. Dihadapan 3057 saat ini, dirinya adalah seorang sipir. Dan wibawa adalah yang terpenting.

Tunggu sampai dia memanggilnya Luhan dan memperkenalkan dirinya sebagai Oh Sehun.

"Aku diperintah oleh sipir yang bertugas untuk menghadap. 3057 atas nama Luhan melaporkan 2996 atas nama Bang Yongguk. Dia demam tinggi dan kejang. Mohon bantuan membawanya ke ruang kesehatan." 3057 membungkuk dalam.

Sehun memainkan peran. Berlaga seperti dia tengah melakukan adegan dalam sebuah film. Berjalan dengan dada membusung dan tampang angkuh, tangan berada dibalik punggung dengan mata lurus menatap depan. Membiarkan Luhan mengikutinya di belakang.

"Sejak kapan demamnya?"

Bagaimana denganmu? Apa kau baik-baik saja?

"2 hari yang lalu. Setelah kerja bakti dia demam."

"Apa dia makan teratur disini dan tidak mengkonsumsi hal lain dari luar?"

Apa kau makan dengan baik? Apa kau tidur dengan nyenyak?

"Dia hanya makan makanan yang diberikan lapas."

"Apa dia insomnia atau punya anemia?"

Bagaimana denganmu? Apa kau punya riwayat penyakit? Katakan agar aku bisa mengantisipasinya.

"Aku... tidak tau. Tapi dia beberapa kali muntah sebelumnya."

"3057..." Sehun berhenti. Langkahnya diikuti 3057 yang juga berhenti. Mata mereka tak bisa mengelak lagi sekarang Sehun semakin gila. Bagaimana sebuah tatapan sayu penuh cahaya yang ia dapatkan begitu mempengaruhi kerja jantungnya? Sungguh!"... tolong jaga dirimu."

Setelah sekian lama, dari sekian banyak yang ingin ia katakan hanya itu yang bisa terangkai dari otaknya.

Sebuah kalimat sarat makna.


3057. Dia orang yang perhatian. Tapi perhatiannya pada 2996 menyebalkan bagi sehun. Setelah divonis dehidrasi akut oleh Dokter Yoon–dokter yang bertugas disana, 2996 harus dirawat di klinik. Sehun akan berpatroli di lorong dan bertegur sapa dengan beberapa narapidana. Tapi di sel 16, sehun rasanya enggan berhenti. Yang terjadi adalah yang telah ia kira. 3057 akan mendekatinya dan bertanya kabar 2996 dengan wajah khawatir. Seperti yang telah terjadi 4 kali sebelumnya.

Sehun mencoba tak melihat, mencoba tak memperdulikan dan berpura-pura berjalan tanpa menoleh. Dia tak akan berhenti di sel itu untuk hari ini.

Tidak!

"Sipir Oh!"

Oh sialnya 3057 memanggil.

"Jangan khawatir. Jika yang ingin kau tanyakan adalah 2996, dia baik-baik saja. Dokter menanganinya dengan baik." Sehun berhenti untuk melontarkan kalimat yang ia tebak pasti akan menjadi pertanyaan 3057.

Sehun lebih rela jika 3057 adalah orang yang normal dibandingkan dia gay tapi menyukai si 2996.

Bagaimana dengan sehun? Sejak awal seharusnya jawaban itu sudah terbaca. Dia gay. Dan sejak dulu memang begitu. Ini bukan perasaan yang hanya dirasakan pada 3057. Tidak. Pria itu bukan satu-satunya.

Sehun pernah berkencan dengan pria sekali tapi tak menemukan kebahagiaan. Dia hanya menyukai orang itu tapi orang itu tidak membuatnya senang. Dan mencoba berkencan dengan wanita sekali, tapi tak menemukan kenyamanan. Dia gay. Hubungan mereka berakhir dengan kata pisah sepihak dari sehun.

Sekarang dia terjatuh untuk Luhan. Tahanan 3057 yang menarik perhatiannya. Dengan mata bening yang menurut Sehun adalah pusat dari ketertarikannya. Mata yang membuatnya jatuh cinta.

Menyukai orang itu tidak seperti menyukai orang-orang sebelumya. Dia tak bisa menyentuh atau merengkuhnya. Berharap muluk, berdekatan dengannya saja sudah seperti sebuah anugerah untuk Sehun.

Dia ingin ceritanya kali ini akan menjadi indah. Semoga saja..


Sehun membuka pintu sel nomor 16.

"Selamat untuk kebebasanmu." Memberikan senyuman manisnya pada 1858 yang hari ini bebas keluar. Dia mendapat potongan masa tahanan karena tempo hari berhasil menahan tahanan yang berusaha kabur.

1858 membalas senyumnya. Mereka berjabat tangan sebentar setelahnya 1858 pergi bersama sipir yang lain.

Sehun melihat 3057. Berada sendirian di ruangan itu.

Dia pasti kesepian.

Persetan. 2996 lebih dibutuhkan ketimbang dirinya kan?

Mata sehun dan 3057 bertemu sebentar. Pandangannya terlihat rapuh. Kenapa 3057 terlihat tak berdaya sejak 2996 di rawat di klinik. Sehun benci memikirkan itu. Sehun memposisikan tubuhnya di luar hendak menutup pintu.

Entah pikiran apa yang menguasainya hingga dia menahan keinginannya untuk segera pergi dan memilih untuk masuk ke dalam.

"Sipir oh.."3057 sepertinya tak menyangka jika sipir muda itu masuk ke dalam selnya.

Kontrol debaran jantungmu, jangan biarkan dia mengetahui.

Sehun memulai perannya lagi. Dia bersikap meneliti tiap sudut ruangan. Memperhatikan setiap sisi yang tampak usang. Padahal itu hanya pengalih kegugupan karena jantungnya bertalu dengan hebat saat ini.

"2996.." 3057 mendongak. Menyadari sang sipir tampan tersebut mengeluarkan suara. "... kau baik sekali memperhatikannya." Sehun bertekad mendapatkan kepastian. Menyimpulkan senyum miring sesaat.

"Dia baik. Rekan yang baik.." bahkan 3057 tersenyum saat mengucapkannya! Seakan membayangkan hari-hari dalam tahanan yang mereka lalui bersama-sama.

"Sayangnya tak ada hal seperti itu disini. Jadi hapuslah perasaanmu padanya karena kenangan yang kalian lewati tak akan memiliki arti." Sehun keluar dari sel dengan suara bedebum yang memekakan. Dia menjadi begitu sensitive, apa 3057 menyadari?

3057 diam.

"Sipir Oh pasti salah mengira. apa dia pikir aku menyukai yongguk?"


Diluar tengah hujan. Petir menggelegar memecah keheningan malam. Kilat menyambar dimana-dimana. Langit menggelap. Suasana kian mencekam. Sehun sesekali membuang pandang ke arah luar jendela. Bukan. Bukan pemandangannya yang ia lihat. Tapi lapas yang berdiri bersebrangan dengan kanto kepolisian.

Sel nomor 16 hanya 3057 yang tersisa. 2996 masih berada di klinik. Dan 1858 bebas beberapa hari yang lalu. Suasana mencekam. Sehun membayangkan 3057 yang sendirian meringkuk ketakutan.

3057 lelaki dan dia bisa menangani dirinya sendiri. benar. Tak perlu mengkhawatirkannya.

"Sipir oh.."

"Ye?"

"Apa ada masalah? Anda tampak tidak tenang. Terjadi sesuatu?" Bahkan sipir kepolisian yang lain pun menyadari itu.

Oh Sehun, buruk sekali. kau membiarkan dirimu tidak fokus!

"Tidak.. Aku tidak apa-apa."

"Benarkah?" Sipir dengan tag nama Choi Minho berhenti di depan Sehun yang duduk bersandar pada punggung kursi putar. Dengan segelas kopi yang mengepulkan uap di tangan sipir itu menatap Sehun tak percaya.

"Oh.. harusnya kalau mau berbohong kau mengontrol ekspresimu juga.." ujar sipir itu sambil tertawa. Sehun tersenyum getir.

"kekasihmu? Ah tentu saja itu pasti dia."

"Bukan." Sehun menghela nafas. "Sungguh bukan apa-apa." Ujar Sehun lagi.


Sungguh ini pertama kalinya dalam hidup Sehun biarkan perasaan menguasai ia lebih dari otaknya. Setelah perang dengan batinnya, Sehun akhirnya menyerah. Motoriknya memilih mengikutii kata hati dari pada pikirannya sendiri. langkah-langkah panjangnya di koridor yang terasa mencekam, gemuruh di langit terdengar dan hujanpun terasa semakin turun deras.

Sehun mengintip dari balik sela jeruji. Luhan tampak tenang, hanya punggungnya yang bisa Sehun lihat. Dia terlihat baik-baik saja.

Sebuah kesalahan karena telah mengkhawatirkan 3057.

Tapi sehun tersenyum. Setidaknya dia sudah memenuhi keinginan hatinya untuk sekedar melihat orang itu.

Haruskah ia menegurnya?

Ah tidak perlu. Jika 3057 mengetahui ia disini, dia pasti akan menanyakan tentang 2996 lagi.

Suara petir terdengar menggelegar. Begitu tiba-tiba. Sehun sampai terjingkat saking terkejutnya. Dia lihat 3057 juga tampak bergetar. Apa dia terkejut tapi tunggu...

Sehun mendengar suara tangisan yang ditelan suara hujan.

Memenuhi keinginan hatinya lagi, sungguh dia benar-benar tak berpikir dengan otak kali ini. Sehun masuk ke dalam sel 16. Aroma hujan tercium memasuki sela-sela jeruji kecil diatas tembok. Aromatanah basah.

Entah bagaimana awalnya kemudian sehun merelakan sebagian kecil waktunya untuk mendengarkan kisah 3057.

Tentang keluarganya. Kehidupannya. Kemalangannya dan keberuntungannya dipertemukan dengan 2996.

Sungguh sehun masih tidak terima, tapi dia rela. Melihat 3057 bahagia dan tersenyum menjanjikan, sehun rela mengesampingkan ego.

"Eommaku sakit. Aku kehabisan uang. Menjadi buruh tak akan cukup untuk membeli bahkan satu obatnya. Hingga..." 3057 tersenyum. Senyum sedih yang membuat sehun teriris.

Dia tak ingin melihat orang itu sedih.

"... Kau tau tuan apa yang sampai hari ini aku sesalkan?"

Sehun diam. Tetap menatap 3057, menunggunya melanjutkan cerita.

"Eomma. Aku menyesal tidak ada disinya ketika hujan seperti ini."

Hujan? Ku kira itu karena dia menyesal telah mencuri.

"Ketika hari hujan aku teringat eomma. Terkadang aku menangis. Eomma orangnya mudah kedinginan. Ketika hujan datang kami akan tidur berdampingan dengan selimut tebal."

Mata itu.. sehun merasa semakin meredup.

"Tanpa aku, eomma sendirian. Aku memikirkan bagaimana keadaannya. Apakah dia makan dan hidup dengan baik disana. Aku takut... aku takut hal yang tak ku inginkan terjadi. Eommaku wanita yang lemah secara fisik. Aku mengkhawatirkannya."

3057 menangis. Mengeluarkan air matanya dihadapan Sehun. sungguh tak ada hal lain yang ingin sehun lakukan selain membawa pria itu kepelukannya, tapi dia sadar sesuatu.

"Aku tak sempat bertemu dengannya karena aku ditahan. Sudah 1 tahun berlalu, aku... hiks. Aku... aku … aku merindukan eommaku."

Sungguhkah 3057 adalah anugerah untuknya? Orang ini mengajarkan hal penting pada sehun yang tak pernah menyukai kehadiran orang tuanya.

"Aku menghilang ketika dia sakit dan tak punya siapa-siapa. Tiada kupikirkan hal selain dirinya." Sehun menjulurkan tangan. Menepuk pundak 3057 yang menangis. Tangisannya bukan tangisan cengeng. Dari caranya menangis sehun bisa menilai 3057 mempunyai kisah hidup yang berbatu dan berdebu. Dia seakan terbiasa menahan tangis dalam kesakitan dan kepayahan.

"Yongguk.. dia mengatakan akan melihat ibuku ketika dia keluar nanti. Anda tau, ketika itu aku melihat ada cahaya. Seperti sebuah lubang dimana aku bisa bernafas." Sehun benci melihat 3057 tersenyum ketika membicarakan 2996.

"Aku harap eommaku tetap dalam keadaan baik. Aku anak tak berguna yang bahkan tak bisa menghidupinya."

Sehun mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan diserahkan kepada 3057.

"Terima kasih."

"Katakan dimana alamatnya."

3057 menatap sehun bingung.

"Eommamu. Aku yang akan datang kesana."


Luhan tengah menunggu. Sipir Oh mengatakan akan mengunjungi ibunya dan dia tak tau apa yang sekarang harusnya ia rasakan.

Senang. Sedih dan ... malu.

"Jangan katakan pada ibu aku berada dipenjara. Tolong.."

Itu adalah kalimat terakhir yang ia katakan sebelum sipir oh pergi tempo hari. Hari itu sipir Oh tidak datang ke lapas. Informasi itu ia ketahui dari seorang sipir yang lain.

"Oh sehun sedang cuti tahunan. Aku tidak tau apa alasannya."

Apa ini karena aku?

Sipir Oh tidak datang ke lapas keesokan harinya ketika dia meminta hal itu.

Tidak. Itu sebuah kesalahan. Bukan dia tapi sipir itu sendiri yang menawarkan kepadanya dengan sukarela.

Hari pertama..

Hari kedua..

Hari ketiga..

Luhan hampir diliputi rasa bersalah, jika saja dia tak mendengar ketukan di pintu sel yang biasanya terdengar mencekam kini terdengar seperti alunan dawai dari surga di telinga Luhan.

"Sipir oh!" Dia terlalu bersemangat. Sang sipir bahkan hanya menberikan dia sebuah senyuman tapi membuat mata Luhan berkaca-kaca.

"Eommaku.. eomaku bagaimana? Apa dia baik-baik saja?"

Sipir oh tersenyum sekali lagi. Senyum itu sedikit membuat perasaan 3057 meluas.

"Eommamu.. baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir."

Sehun bisa lihat betapa kepuasan batin tergambar dalam raut manis tersebut. Sehun merasa senang seakan kehadirannya saat ini dan kabar yang ia bawa membuat 3057 bisa bernafas dengan lebih baik.

"Ah.. aku punya kabar baik dan juga buruk untukmu, mana yang ingin kau dengar lebih dulu?"

Ini menyangkut 2996, walaupun sehun tidak menyukai perhatian 3057 kepada 2996, sehun tidak bisa egois. Dia harus bersikap profesional.

"Kabar.. buruk?"

"Maaf menghancurkan mood-mu dalam situasi seperti ini. Tapi, kau harus tau."

3057 diam sesaat. Kemudian dia menghembuskan nafasnya.

"Yang buruk."

"Baik." Sehun mengambil nafas, alih-alih mempersiapkan diri melihat perubahawan raut wajah pria yang kini berbicara dengannya.

"2996.. tidak bisa ditangani."

Tepat dugaan Sehun. Wajah Luhan langsung memerah terkejut.

"Apa maksudmu dengan tidak bisa ditangani? Apa dia... meninggal?"

Meninggal? Apa ... ah bodohnya. Dia salah menyusun kata-kata. Niatnya ingin membuat efek dramatis, tapi malah membuat 3057 salah paham.

"Tidak! Maksudku dia tidak bisa ditangani di klinik, dia harus dibawa ke rumah sakit. Kondisinya tak kunjung membaik. Tubuhnya menolak antibiotik dan obat yang diberikan. Dia semakin lemah."

Penjelasan sehun membuat 3057 meringis.

"Sipir oh, tolong.. sekali ini saja. Aku berjanji tak akan meminta hal lain padamu. Biarkan aku bertemu dengan Yongguk-ssi."


Sehun memperhatikan 3057 yang kini berada di dalam ruangan klinik dari kaca transparan yang ada di depan pintu. Dia sesekali menoleh ke dalam. Terlalu penasaran apa yang mereka lakukan atau hanya sekedar mencuri dengar untuk satu kata pun walaupun dia tau semuanya hanya sia-sia.

Dia tak bisa menyelundup tiba-tiba atau masuk ke dalam dan diam disana. Bagaimanapun, keprofesionalan Sehun harus tetap berdiri.

Dia melirik lagi untuk yang ke sekian kalinya.

Luhan masih duduk dengan yongguk yang terbaring di atas tempat tidur.

3057 dan 2996.

Sehun merasakan dadanya tiba-tiba sesak.

"Benar. Kau pria dewasa Sehun. Kau seorang penegak keadilan. Jangan egois dan biarkan dia bahagia."

Sehun bisa menghibur dirinya sendiri, mengucapkan beberapa kalimat serta pikiran yang positif. Tapi tidak untuk menipu dirinya sendiri, karena hatinya kini berbicara tentang kesakitan yang ia rasakan.

"Kau pasti tidur nyenyak ya. Sudah 4 tahun hanya tidur dengan alas kayu seperti itu, sekarang kau bisa tidur di atas kasur." Luhan menatap yongguk yang kini berbaring terlihat lemas. Pria itu tersenyum dalam kepasihan.

"Ku dengar Wonho sudah keluar, kau pasti sendirian disana. Maaf tak bisa menemanimu."

"Cepatlah sembuh. Kita akan bersama-sama lagi di sel itu."

"Jangan bicara yang aneh. Orang lain bisa salah paham nanti." Luhan tersenyum. Yongguk itu orang yang baik. Jiwa sosialnya bahkan yang terbaik dari semua orang yang pernah Luhan temui. Dan dia pria berbudi.

Luhan sekali pernah menanyakan tentang tipe idealnya dan jawaban yang ia dapat dari Yongguk adalah satu yang tak pernah ia pikirkan.

"Aku suka gadis yang tidak malu untuk memungut sampah. Terlihat keren."

ketika pria kebanyakan berbicara tentang penampilan, yongguk membicarakan tentang kepedulian gadis itu kepada lingkungan.

Jika Luhan adalah wanita, Luhan mungkin akan menyukainya.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

"Kau bisa menyimpulkannya sendiri."

"Cepatlah sembuh. Sialan sekali masa tahananmu dihabiskan dengan berbaring di ranjang yang layak begini."

Yongguk tertawa. Tepat ketika tawa mereka berdua terdengar sebuah suara menginterupsi.

"3057 waktumu habis."

Sehun membawa 3057 kembali ke sel nya. Disepanjang lorong menuju sel tak ada yang membuka suara memancing obrolan sama sekali.

"3057.." Dan Sehun memulainya ketika mereka sampai di depan pintu sel 16. "Ini kabar baiknya."

Sehun memberikan sebuah surat kepada 3057. Pria itu menerimanya dengan bingung. Sebelum dia bertanya lebih lanjut sipir itu telah mengunci pintunya.

"Terima kasih sipir oh!" 3057 berteriak di sela-sela jeruji.

Sehun mendengarnya. Dia tersenyum semula tapi senyumnya berubah menjadi senyum getir kemudian.

.

Maafkan aku Luhan.

.

.

.

TBC

Halo..

Penghuni baru disini/? Ini fic yaoi pertama dan juga project pertama buat saya. Jadi pasti masih banyak kurangnya dan masih harus banyak perbaikan ke depan.

Kritik? Saran? Silahkan.. Yang mau ngomen ini-anu-itu, klik aja kolom reviewnya. Buat chapter selanjutnya semoga bisa saya update 3 hari dari sekarang.. Makasih buat semua yang udah baca dan ngasih respon tulisan ini..