Terima kasih yang sudah review!

Boboiboy isn't Mine but this Story is Mine.

Hujan, sebuah fenomena di mana air akan turun dari langit atau lebih tepatnya awan. Hujan adalah hal yang paling dibenci oleh Halilintar. Dia sendiri tidak tahu kenapa dia membenci hujan. Mungkin karena hujan selalu mengisyaratkan kesedihan, begitulah katanya. Tapi tetap saja, terkadang Halilintar menginginkan hujan. Bukankah jika kau sangat benci pasti terkadang membutuhkan kebencian itu? Mungkin inilah yang terjadi padanya.

"dingin.." gumamnya pelan

Halilintar kini berada di salah satu toko. Dia terpaksa berteduh karena hujan turun. Entah sudah berapa kali dia mengumpat, intinya dia ingin pulang. Hanya itu tak lebih.

"hei, kau belum pulang?"

Halilintar segera menoleh ke arah suara. Ternyata Fang yang berbicaranya padanya. Dilihat dari penampilannya yang basah kuyup, Halilintar yakin Fang menerobos hujan.

"kau buta? Hujan turun.." ujar Halilintar, dia tambah kesal karena ada Fang

"aku kira kau orang yang suka menerobos hujan.." ujar Fang

"aku bukan orang yang sebodoh itu.." ujar Halilintar, sebenarnya dia tidak menerobos hujan karena dia alergi dingin, bisa gawat kalau alerginya kambuh, biar pun Halilintar tomboy tapi penampilan tetap dia perhatikan

Tanpa Halilintar sadari Fang menatapnya. Penampilan Halilintar kali ini sangat luar biasa di mata Fang. Memakai rok merah kotak kotak dengan garis hitam (rok sekolah) kemeja putih yang ditutupi oleh jaket merah hitam yang digulung sampai siku dengan resleting jaket yang setengah tertutup. Jangan lupa rambut Halilintar yang tertutup topi kini keluar sampai bahu karena hujan.

"kau cantik.." puji Fang

"mati sana!" ujar Halilintar

Fang, taukah kau bahwa Halilintar benci pujian?

Setelah hujan cukup reda, Halilintar memutuskan untuk makan terlebih dahulu karena dia melewati kedai ramen di jalan. Memesan ramen super pedas dan sebotol air mineral lalu mencari kursi kosong. Sambil menunggu dia memilih mengabari adik adiknya. Mereka pasti khawatir.

("ASTAGA KAKAK KENAPA BARU MENELFON SEKARANG?! AKU BISA MENJEMPUTMU WALAU DI NERAKA SEKALIPUN!")

Untung saja Halilintar sudah menjauhkan ponselnya dari telinganya. Teriakan dari Gempa bisa membuatnya tuli dalam sekejap dan kata kata Gempa terdengar sedikit menjikikan. Menjemputnya di Neraka? Apa Gempa lupa kalau Halilintar salah satu iblis dari neraka? (Author diserang hujan halilintar)

"Gempa, kakak sekarang akan makan terlebih dahulu.. Setelah kakak sampai rumah kau akan kuhukum karena berteriak sekeras itu.." ujar Halilintar dan segera mematikan ponselnya, adiknya itu memang kalau sudah panik bisa kelewat batas

Tak lama pesanan datang. Dengan tenang dia menikmati makanannya, sampai seorang pemuda datang dan langsung duduk dihadapannya.

"wah, wah, aku tidak menyangka putri tunggal Boboiboy berada di sini..."

Halilintar mendelik tajam.

"tanpa mengurangi rasa hormat, bisakah anda pergi?!" ujar Halilintar, dia sama sekali tidak menatap pemuda tersebut, jangankan menatap bicara saja tidak niat sebenarnya

"baiklah, aku akan pergi. Tapi jangan harap kau bi-"

'PRAAAANNNGGG!'

Keadaan menjadi hening seketika. Mangkuk ramen Halilintar telah hancur karena dia melemparnya tepat di samping kepala pemuda itu. Halilintar berjalan ke kasir, membayar ramen dan membayar mangkuk yang pecah.

"maaf, tapi aku tidak akan goyah.." ujarnya sebelum berlalu, membuat pemuda tersebut membisu seketika

Malam hari pun tiba. Sekarang waktu para Boboiboy bersaudara ini belajar, sekaligus mencari perhatian Halilintar a.k.a mencari kesempatan dalam kesempitan.

"kak Halilintar, kalau ini pakai rumus yang ini boleh?" tanya Ice sambil menunjuk buku tugasnya

"kamu pakai cara yang pertama juga bisa kok.." jawab Halilintar, dia mendekati Ice dan mengajarkannya sementara yang diajarkan malah sibuk memperhatikan yang mengajar

"mengerti?" tanya Halilintar dan dibalas anggukan dari Ice

"aduh modus itu apa ya?!" ujar Taufan, dia geram melihat Ice dan Halilintar tadi

"Taufan, masa modus saja kamu lupa? Kau ini sekolah tidak sih?!" ujar Halilintar, masa kakaknya pinter adiknya bodoh

"bukan modus yang itu kak-ah sudahlah.." ujar Taufan, masa adiknya peka kakaknya nggak

Blaze yang sudah tidak tahan akhirnya tertawa terbahak bahak sedangkan Gempa dan Ice hanya terkekeh kecil. Halilintar sendiri hanya bisa geleng geleng kepala.

"oh iya kak, beberapa hari lagi ada turnamen dan aku ingin ikut!" seru Blaze, kalau di anime maka bisa kita lihat kilatan api di matanya

"turnamen games yang itu maksudmu?" tanya Ice yang dibalas dengan anggukan antusias dari Blaze

"tapi nilaimu harus bagus dan tidak boleh pulang malam.." ujar Halilintar dan Blaze langsung memeluknya

"terima kasih kak Halilin!" ujar Blaze

Sementara itu Taufan, Gempa, dan Ice sedang menahan tangan mereka agar tidak memukul Blaze sekarang.

'BUAGHH!'

Halilintar memukul kepala Blaze dengan cukup sekeras sehingga yang dipukul merasakan kesakitan yang luar biasa sementara Taufan, Ice, dan Gempa bersyukur karena Halilintar sudah melakukan apa yang mereka ingin lakukan.

"jangan bertingkah seperti anak kecil, kau sudah dewasa!" ujar Halilintar, dia tidak bisa membiarkan Balze terus kekanak kanakan hanya karena dia anak keempat, toh Halilintar dengan Blaze hanya beda 4 menit

"nah sekarang sudah cukup larut, lebih baik kita istirahat.." ujar Gempa

Semuanya pun merapikan peralatan mereka dan bersiap siap menuju kamar.

"kak Hali, bantu aku sebentar ya.." ujar Gempa sambil tersenyum ke arah kakak tertuanya itu

Taufan, Blaze, dan Ice hanya bisa membatin.

'ternyata dia mau modus juga' batin mereka kompak

Pagi hari pun tiba. Para Boboiboy kini sudah berada di sekolah, tepatnya di lapangan. Ice dan Halilintar sedang menonton pertandingan antara Taufan melawan Blaze sedangkan Gempa menjadi wasit.

"ingat ya jangan curang!" ujar Gempa yang dibalas anggukan oleh kedua belah pihak

Gempa pun melempar bola keatas lalu mundur kebelakang sedangkan Blaze dan Taufan segera merebut bola itu.

"ayo semangat!" seru Ice, walau dia menyemangati kedua kakaknya itu padahal dia sendiri sudah tiga kali dibangunkan Halilintar karena ketiduran

"kau harus bercermin Ice.." ujar Halilintar

"akan kupikirkan kak.." ujar Ice

Blaze dan Taufan pun terus bermain. Taufan melakukan bounce pass namun gagal, lalu Blaze melakukan lay-up dan berhasil. Taufan yang tidak mau menyerah pun melempar dengan sangat kuat, namun sayang lemparannya malah tidak terarah dan mengarah ke Ice.

"AWAS/AWAS!"

Perlahan Ice membuka matanya. Dihadapannya terdapat bola basket. Hampir saja dia terkena bola basket kalau Halilintar dan Fang tidak menahannya. Tunggu, Fang?! Ice kembali memandang sekitarnya. Halilintar memegang setengah bola basket dan Fang sisanya. Iris ruby sang kakak dan iris ungu Fang saling menatap.

"ekhem, terima kasih.." ujar Ice dan dalam sekejap Fang dan Halilintar langsung melepaskan bola basket yang sialnya terkena kaki Ice

"ma-maaf Ice, kau baik baik saja?!" tanya Halilintar, tersirat kekhawatiran dari suaranya dan Ice tidak mau membuang kesempatan ini

"aku rasa kakiku tidak bisa berjalan, kakak mau menemaniku di UKS 'kan?" tanya Ice dan tentunya Halilintar segera mengangguk

'kesempatan dalam kesempitan' batin Fang kesal

"kalian tidak apa apa?" tanya Taufan yang kini sudah berada di hadapan mereka bersama Gempa dan Blaze

"kalian harus lebih hati hati! Sekarang kami akan ke UKS, Gempa bantu aku!" ujar Halilintar dan Gempa pun segera membantunya

"terima kasih Fang, dan tolong izinkan pada guru kalau aku harus menemani Ice.." ujar Halilintar yang dibalas anggukan dari Fang

"hati hati ya.." ujar Fang sebelum Halilintar pergi

"memangnya kau kira kakakku mau ke mana sampai bilang 'hati hati ya'," ujar Taufan, dia tidak suka dengan sikap Fang yang terlalu mencampuri kakaknya

"musibah bisa datang kapan saja, jadi wajar kalau aku bilang 'hati hati'.." ujar Fang

Istirahat pun tiba. Fang kini sedang memakan nasi goreng makci kantin yang kata Gopal paling enak di Pulau Rintis.

"tidak buruk.." gumamnya

Fang makan dengan lahap sambil sesekali memperhatikan sekitar. Dia tahu bahwa beberapa orang sedang membicarakannya, baik itu tentang hal baik atau buruk, tapi Fang sih tidak terlalu memperdulikannya. Tujuannya kali ini hanyalah mendapatkan Halilintar, sang Putri yang tidak pernah bisa dia raih dari dulu.

"hoi Fang!"

Fang tersentak seketika. Segera dia menoleh ke arah suara. Ternyata teman lamanya, Ying. Fang pun mengisyaratkan agar Ying duduk di sampingnya dan dengan senang hati Ying melakukannya.

"jadi Fang, sebenarnya apa permasalahanmu, huh?" tanya Ying, dia menatap Fang penuh selidik sementara yang ditatap hanya diam menikmati makanannya

"aku tidak punya masalah.." jawab Fang

"ya ampun Fang, kau pikir siapa yang ada dihadapanmu? Aku sudah mengenalmu dari dulu.." ujar Ying

"baik, baik, aku hanya ingin mendapatkan apa yang kuinginkan, itu saja.." ujar Fang

"apa yang kau inginkan?" tanya Ying, dia menatap Fang lekat lekat

"hanya seorang Putri.. Aku ingin dia berlutut kepadaku.." ujar Fang dan Ying langsung tertawa lebar

"aku rasa aku tahu.." ujar Ying sambil tersenyum sementara Fang hanya mengangguk

"oh iya, mau kubantu?" tanya Ying yang dibalas anggukan oleh Fang

"ini akan sulit Ying, akan sulit.." ujar Fang dan Ying kembali tertawa

"mendapatkan'nya' memang sulit.." ujar Ying

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas kecuali beberapa murid yang mengikuti ekstrakulikuler. Salah satunya Halilintar yang sedang berlatih karate di ruang klub. Karena pelatih melarangnya memakai topi maka Halilintar memilih menggulung rambutnya agar tidak mengganggu.

"Halilintar, semakin hari kamu semakin bagus!" ujar sang pelatih a.k.a guru BP yang namanya dilarang disebutkan atau hal yang tidak diinginkan akan terjadi

"terima kasih pak.." ujar Halilintar

"tapi Halilintar, sekali kali kau harus berpenampilan seperti seorang gadis, sekolah memperbolehkan kau memakai topi karena kalian kembar. Tapi rambutmu itu 'kan panjang jadi pasti berbeda dari adikmu bukan?" ujar sang pelatih yang dibalas anggukan oleh Halilintar

Pelatih itu pun pergi dan Halilintar pun istirahat. Dia meneguk sebotol air mineral. Setelah itu dia membuka tas sekolahnya. Memandang topi hitam dengan motif Halilintar merah. Sebenarnya dulu dia yang ingin dibelikan topi oleh orang tuanya, tapi namanya juga kembar, satu dapat semua dapat.

"yo Halilintar.."

Halilintar segera menoleh ke arah suara. Lagi lagi Fang yang dia temui.

"ada apa? Kau tidak ikut klub karate bukan?" tanya Halilintar, kalau sampai Fang masuk klub karate Halilintar akan segera keluar dari klub

"hanya menghampirimu untuk mengajakmu pulang bersama.." ujar Fang dan Halilintar segera bersyukur

"aku rasa tak perlu, kau bisa pulang.." ujar Halilintar

"bagaimana kalau kita sparing? Jika aku menang maka kau pulang bersamaku dan jika aku kalah maka aku akan mentraktirmu besok di kantin.." ujar Fang

Halilintar terdiam sejenak. Menimbang keputusan yang akan dia ambil.

"baiklah, aku terima.." ujar Halilintar

To Be Continue

RnR please