Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

STAY © Mika Kim

Rate : T

Genre : Family, Romance

Warn : Gender-bender, [Female!Naruto, Female!Kyuubi, OC], OOC, garing, typo(s), kesalahan penulisan dan kesalahan lain yang tidak author sadari, makanya kasi tau plis kalo ada kesalahan wkwk XD

DLDR!

Enjoy

Chapter 8 : Kou's Mother

.

.

.

.

.

Suasana ruangan tempat berlangsungnya sebuah pesta megah yang diadakan oleh salah satu petinggi Konoha kini berubah menjadi lebih riuh dibandingkan sebelumnya sejak kehadiran seorang wanita cantik di tengah-tengah keramaian. Kini semua mata berpusat kepada dirinya, diiiringi gumaman pujian-pujian dan decakan kagum dari mulut para tetamu itu. Beda halnya dengan seorang pria yang kini terlihat begitu pelik dengan eksistensi si wanita. Rahangnya dengan jelas terlihat mengeras disertai sorot mata yang seolah ingin menikam wanita tersebut saat itu juga.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasuke dengan suara yang begitu tidak bersahabat. Giginya bergemelutuk keras saat wanita itu hanya tersenyum menanggapi pertanyaannya.

"Tentu saja karena aku merindukanmu, Sasuke-kun," balasnya santai. Salah satu tangannya berusaha menyentuh dasi Sasuke.

Namun belum sempat menyentuh dasi pria itu, tangan mulusnya yang dibalut kulit seputih porselen lantas ditepis dengan sangat tidak etis oleh si lawan bicara yang tidak lain adalah mantan suaminya sendiri.

"Jangan bercanda!" Sasuke mendesis tajam. Kedua matanya menyipit akibat menahan amarah yang sudah memuncak di ubun-ubun.

Senyuman masih belum luntur dari bibir wanita itu, namun sebelumnya ringisan pelan terdengar ketika tangannya ditepis. Ia lalu mengusap tangannya dengan gerakan yang elegan, menandakan bahwa wanita ini begitu anggun.

"Maa, Sasuke-kun, kau jadi kasar sekali padaku," lirih wanita itu dengan nada yang dibuat semanja mungkin.

Beberapa orang saling berbisik-bisik menyaksikan interaksi Uchiha Sasuke dengan wanita tersebut. Tidak sedikit yang sudah bisa menebak bahwa wanita itu adalah mantan istri si bungsu Uchiha.

Dari jauh, Kou menatap ke arah papanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia memandang papanya dan wanita cantik itu secara bergantian. Sejenak ada perasaan aneh menghinggapi hatinya ketika wanita itu balas menatapnya, disertai dengan sebuah senyuman bak malaikat. Kou lalu mundur selangkah saat wanita itu mulai bergerak ke arahnya.

Naruto yang berada tak jauh dari Kou menjadi kebingungan. Ia mengedarkan pandangannya melihat beberapa orang-orang yang sudah memusatkan mata kearah wanita itu dan Sasuke, melihat bagaimana reaksi Sasuke dan kini ia melihat Kou dengan gelagat yang tidak ia mengerti.

"Kou?" Ia berbisik pelan saat bocah itu menarik ujung gaunnya dengan tangan yang bergetar.

Belum beberapa langkah wanita itu bergerak meninggalkan Sasuke, ia bisa merasakan tangan dingin mencengkram kuat pergelangan tangannya. Ia lalu menoleh dan mendapati Sasukelah yang menahannya.

"Jangan sentuh putraku!" Sasuke berdesis dengan genggaman tangannya yang semakin mengerat.

Wanita itu lalu menghela napas lalu kembali tersenyum, dan tanpa mempedulikan rasa perih yang menjalar di pergelangan tangannya, ia melepaskan cengkraman Sasuke dalam sekali hentakan.

"Dia juga putraku!" ujarnya seraya meninggalkan Sasuke yang sudah kesal setengah mati.

Shikamaru menghampiri Sasuke tanpa melepas pandangannya dari sosok wanita itu lalu berbisik pelan ke arah telinga Sasuke.

"Maaf, Sasuke. Aku tidak tahu Temari akan mengundang Haku," ujarnya dengan nada penuh penyesalan. Sasuke hanya menoleh sekilas dengan wajah datar, lalu kembali menatap punggung Haku, mantan istrinya yang semakin mendekat ke putranya.

Kedua tangannya terkepal begitu kuat, hingga buku-buku tangannya memutih. Melihat wanita itu secara langsung dengan kedua mata kepalanya sendiri hari ini benar-benar meledakkan emosinya, walaupun sebelumnya ia sudah beberapa kali berbicara via telfon dengan mantan istrinya itu.

Wanita itu, Haku, semakin mendekat kearah Kou. Ia lalu berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan si bocah.

"Kousuke.." ujar Haku dengan penuh kelembutan. Ia berusaha menyentuh pipi gembul Kou, namun lagi-lagi ia mendapat penolakan yang sama. Tangan mungil Kou menepis tangannya dengan sangat cepat.

Naruto hanya berdiri tanpa bersuara, Kou yang berada di sampingnya mencengkram ujung dressnya semakin keras. Ia juga sesekali mencuri pandang kearah wanita yang mengaku sebagai ibunya Kou, dan ia harus mengakui bahwa wajah tampan Kou tidak sepenuhnya diwariskan oleh Sasuke, namun dari wanita itu juga.

"Kou.. Ini mama, sayang." Wanita itu berbisik haru. Ia masih berusaha untuk menyentuh sang putra yang sudah lama ia rindukan.

"Jangan sentuh aku!" Kou membentak wanita cantik itu. Haku tersentak dengan perasaan dongkol. Ia berusaha menelan kenyataan pahit bahwa putranya benar-benar tidak bisa menerimanya.

"Kou, kau tidak boleh seperti itu, dia Mama-"

"Tidak! Dia bukan mamaku!"

Kou berlari membelah kerumunan di dalam ruangan itu mengabaikan Naruto yang berusaha membujuknya untuk bersikap baik terhadap Haku. Haku terkedu menatap punggung putranya menghilang di balik kerumunan para tamu.

"Kouuu!" Naruto segera menyusul bocah lima tahun itu.

Sasuke lalu menghampiri mantan istrinya yang terdiam dengan wajah tertunduk lemah.

"Menampilkan wajahmu malam ini adalah kesalahan fatal, Haku." Sasuke berujar sinis sebelum berjalan menjauh menyusul putranya dan Naruto.

"Kousuke, maafkan Mama.."

...

"Kou!" Naruto berusaha menghentikan langkah kaki Kou yang berlari semakin kencang. Mungkin bocah itu sudah tidak menyadari bahwa ia sudah berlari jauh meninggalkan kediaman Nara. Pipi gembulnya merona merah akibat emosi yang tidak karuan. Marah, sedih, kesal bercampur aduk menjadi satu hingga ia sendiri tidak begitu mengerti apa yang sudah terjadi.

"Kouu!" Sekali lagi Naruto berteriak. Ia masih terus berusaha menjangkau si bocah kesayangannya. Namun ia beberapa kali hampir jatuh akibat sepatu bertumit tinggi yang ia gunakan. Dengan geram ia lalu melepas sepatu nista itu dan melemparnya jauh. Wanita pirang itu lalu menyeringai saat kedua telapak kakinya menyentuh aspal yang terasa dingin. Seperti banteng, asap tebal keluar dari kedua lubang hidungnya dan segera berlari sekuat tenaga untuk menangkap Kou.

"Gotcha!"

Kou terkejut saat tangannya ditahan oleh seseorang. Ia makin terkejut ketika ia menoleh dan mendapati wanita pirang dengan rambut yang sudah acak-acakan, terengah-terengah dengan sebuah senyuman yandere, yang membuat bulu kuduk Kou merinding.

"Gyaaah! Hantuu!" Suara Kou melengking.

"Kou, ini aku, Naruto."

"Eh?"

Naruto merapikan rambutnya dan menyeka keringat. Oh, ternyata benar Naruto, pikir Kou lega.

Bocah itu kemudian memeluk Naruto dan menenggelamkan wajahnya di perut si pirang. Dengan penuh kelembutan, Naruto mengusap rambut Kou, membiarkan bocah itu menenangkan perasaannya.

"Tantee.." lirih Kou pelan di sela-sela pelukannya.

"Iya, sayang?" Wanita itu membalas lembut. Jemarinya masih sibuk menikmati rambut Kou yang terasa begitu halus.

"Gendong..."

Naruto sweatdrop mendengar rengekan manja Kou. Astaga, belum juga hilang rasa capeknya karena berlari-lari, ini dia di suruh menggendong. Untung saja tubuh Kou tidak terlalu berisi. Naruto kemudian menggendong bocah itu di bagian depan. Segera Kou menyamankan kepalanya di bahu wanita itu. Ia merasa sangat lelah.

Naruto mulai melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu. Sedikit memalukan menggendong seorang anak kecil tanpa alas kaki seperti ini, ditambah tatapan-tatapan orang yang kebetulan lewat. Untung saja mentalnya sekuat baja.

Tanpa wanita itu sadari, sebuah mobil mewah berada tak jauh di belakangnya, dikendarai dengan kecepatan siput, di mana si pengemudi mobil tersebut kini tersenyum geli melihat gaya seorang wanita yang sedang menggendong anaknya. Jika saja ia tidak mengenal wanita itu, ia pasti sudah memanggil polisi. Setelah kejadian menyebalkan yang baru saja ia alami, menurutnya ini lumayan menghibur.

Setelah puas, ia kemudian menambah kecepatan mobilnya dan berhenti di samping Naruto. Dengan bersikap sok cool seperti biasa, ia kemudian membuka pintu di samping kursi kemudi dan menyuruh wanita itu masuk.

"Kenapa kau lama sekali?" Naruto merungut kesal dan menghadiakan delikan sinis ke Sasuke yang dianggapnya terlalu lelet, sedangkan Sasuke hanya menampilkan ekspresi dingin membuat si pirang mendengus sebal. Wanita itu lalu memegang kepala Kou dan masuk kedalam mobil berusaha tidak terlalu banyak bergerak karena ia tahu bahwa Kou sudah terlelap.

Sasuke menutup pintu mobil dan masuk ke kursi kemudi. Tanpa banyak bicara ia langsung mulai mengemudikan mobilnya.

...

Sasuke melirik ke arah Naruto yang duduk di sampingnya. Ia mendapati wanita itu sedang berusaha memberikan menyamanan kepada putranya yang terlelap tanpa mempedulikan dirinya sendiri yang mungkin merasa kurang nyaman.

"Kau kesulitan?"

Sasuke bertanya pelan. Terdengar bersahabat, tidak seperti biasanya. Naruto hanya bergumam sambil menggeleng.

"Fokus saja," balas Naruto pendek. Sebelah tangannya sibuk menepuk-nepuk punggung Kou untuk menenangkan bocah tersebut.

"Hmm.."

Sejenak hening. Naruto sudah tidak membalas gumaman Sasuke. Kini kepalanya sibuk mereka ulang kembali kejadian di kediaman Nara beberapa jam yang lalu. Bayangan wajah cantik seorang wanita yang mengaku mamanya Kou terlintas begitu saja. Ia merasa tidak asing dengan wajah itu, dan ia baru menyadarinya sekarang. Naruto berusaha menerka-nerka di mana kiranya ia pernah melihat wajah wanita itu.

"Aah!" seru Naruto membuat Sasuke berjengit karena terkejut.

"Ada apa?" Tanya Sasuke heran.

"Momochi Haku!"

"Hah?"

"Yang tadi itu Momochi Haku, kan?" Naruto melotot meminta kepastian jawaban dari Sasuke.

"Kau ini kenapa, sih?"

"Astaga, Sasuke, jadi mantan istrimu itu Momochi Haku? Mamanya Kou? Kenapa aku bisa selemot ini? Ya tuhan, Sasuke. Haku-san itu adalah pianis idolaku. Kalau saja aku menyadarinya lebih awal, aku bisa minta sign, atau foto bareng. Aduh!"

"Berisik!"

Naruto berhenti mengoceh saat itu juga setelah merasakan aura suram yang berasal dari Sasuke. Ia melirik dan mendapati wajah si duda itu mengeras dan terlihat sangat menakutkan, seolah ia sangat ingin membunuh seseorang saat itu juga. Sekarang ia benar-benar mengutuk dirinya yang tiba-tiba ngidol di saat yang tidak tepat.

"Maaf, maaf." cicit Naruto pelan. Takut membuat mood Sasuke semakin rusak, ia memilih untuk mengunci mulutnya rapat-rapat. Takutnya nanti Sasuke saking badmoodnya lalu sengaja menabrak pohon sebagai bentuk frustasi yang berujung kematian. Ih, membayangkannya saja membuat Naruro merinding. Well, sepertinya ia harus mengalah untuk sementara waktu.

...

Rasa lelah mendera sekujur tubuh Naruto akibat beraktifitas seharian dan terlibat beberapa kejadian yang sejujurnya belum ia pahami. Setelah mengantar Kou hingga selamat sampai ke tempat tidurnya, ia langsung saja pulang tanpa sebarang kata, mengingat Sasuke juga sudah tidak menampakkan wajah sesampainya di rumah.

Tangannya bahkan seolah tidak memiliki tenaga ketika berusaha membuka pintu apartemennya. Dengan sedikit upaya, akhirnya pintu itu terbuka. Dengan langkah gontai, ia langsung masuk dan mendapati kakak perempuannya yang sedang tersenyum-senyum sambil menatap layar ponselnya.

"Tadaima!"

"Okaeri,"

Kyuubi menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Kedua jempolnya menari-nari sekedar menulis balasan pesan untuk kekasih barunya.

Brugh!

Kemudian ia dikejutkan oleh suara benda jatuh di dalam dapur. Wanita berambut merah itu segera masuk dan terkejut melihat sang adik yang sudah tergeletak di atas lantai.

"Naru? Apa yang terjadi?"

Kyuubi menepuk-nepuk pipi Naruto, berharap adiknya itu segera bangun.

"Naru-chan, jangan tinggalkan aku Naru-chan. Jangan menyusul Ayah dan Ibu dulu," racau Kyuubi dengan wajah pucat. Membayangkan adiknya segera menyusul orangtuanya ke akhirat, membuatnya ketakutan setengah mati. Siapa yang akan memasak untuknya? Siapa yang akan membunuh kecoak yang selalu mengusiknya? Dan lagi, siapa yang akan menggantikan Naruto bekerja pada Uchiha? No, demi apapun ia tidak akan pernah mau jadi pengasuh anak kecil, pikir Kyuubi sinting.

"Naruuuu!"

"Kyuu-nee, kau berisik sekali. Aku sedang tidur," geram Naruto.

"Eh? Ku kira kau mati," ujar Kyuubi tanpa dosa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat Naruto menghadiahkan jitakan di puncak kepala kakaknya.

Setelah itu, Naruto bangun untuk segera mandi meninggalkan Kyuubi yang sudah tewas dengan kepala benjol.

Seusai mandi, rasa kantuk Naruto hilang begitu saja, membuat wanita pirang itu bergabung dengan kakaknya yang masih berada di ruang tengah. Kyuubi melirik Naruto saat adiknya tersebut mendudukan diri tepat di sampingnya dan mulai menyalakan televisi.

Tidak ada acara tv yang bagus menurutnya. Ia sibuk memindah-mindahkan chanel tv berharap akan ada tayangan yang bisa membuatnya sedikit bersemangat, contohnya animasi buatan orang malaysia yang selalu membuatnya tertawa.

"Oh iya, Naru. Aku ada kabar gembira," ujar Kyuubi tiba-tiba.

"Heh.." Naruto membalas acuh. Sepertinya ia sedang tidak tertarik mendengar cerita alay dari Kyuubi. Palingan ia baru saja di add atau di follow sama orang Korea.

"Aku jadian sama Itachi-san,"

HAH?!

Naruto menganga dengan bola mata yang sudah hampir menyembul keluar saking terkejutnya mendengar berita yang baru saja Kyuubi sampaikan. Astaga, demi mendiang orang tuanya, belum genap sebulan kakaknya itu bertemu dengan pria yang konon kini telah resmi menjadi pacar kakaknya, bagaimana bisa, pikirnya.

"Kyuu-nee? Apa kau sudah gila? Bagaimana bisa kau jadian dengan pria yang bahkan belum sebulan kau kenal?" Naruto meraung tidak percaya. Salah satu tangannya sibuk memijit pangkal hidungnya yang terasa semakin berdenyut.

"Naru-chan, aku yakin Itachi-san adalah orang yang baik, aku belum pernah senyaman ini dengan lelaki lain selaih ayah, dan kau tahu, Itachi-san itu berbeda," ujar Kyuubi dengan rona malu-malu. Kedua telunjuknya saling bertaut satu sama lain, dan itu membuat Naruto semakin tidak percaya kakaknya yang dulu adalah jelmaan seekor rubah ganas dan mendapat sertifikat preman pasar konoha kini berubah menjadi wanita bak remaja karbitan yang sedang kasmaran. Ya, Naruto tahu bahwa ini adalah pertama kalinya Kyuubi mengakui pria lain selain mendiang ayahnya, namun, haruskah secepat itu? Oh shit, jangan bilang pria tampan itu sudah mengguna-gunai kakaknya.

"Naru-chan?" Kyuubi mengibaskan tangan di depan wajah sang adik ketika ia mendapati si pirang itu terlihat sedang berpikir keras. "Kau kenapa? Apa kau tidak menyukai berita ini?" sambung Kyuubi, kali ini dengan mimik wajah yang berubah seperti gembel.

Naruto menghela napas pelan, lalu menatap sang kakak, "baiklah, Kyuu-nee. Tapi jangan sampai pria itu berbuat tidak senonoh padamu," Nada mengancam Naruto malah membuat Kyuubi mendengus.

"Jangan khawatir, aku sendiri yang akan menggundulinya jika ia macam-macam," sahut Kyuubi dengan senyum sadistic yang ia pelajari entah darimana.

"Ohiya, Kyuu-nee," celetuk Naruto tiba-tiba saat hening beberapa saat. Kyuubi yang sedang mengupas apelnya yang ketiga menoleh.

"Ada apa?" tanyanya kepada sang adik.

"Aku hanya pernah bertemu dengan Itachi-san sekali, tapi kenapa wajahnya terlihat sangat tidak asing? Ia sedikit mengingatkanku pada seseorang, tapi aku tidak tahu siapa." celetuk Naruto sambil menggekkan jemari telunjuknya di dagu.

"Mungkin hanya perasaanmu saja. Atau jangan-jangan... Kau juga menyukainya?" tuduh Kyuubi sekenanya membuat sang adik tersedak air liur.

"Mana mungkin! Kyuu-nee, kalau bicara jangan sembaranganlah!" Naruto beranjak geram. Ia meninggalkan Kyuubi yang hanya menjulurkan lidahnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Whoops!"

...

Keesokan harinya Naruto bangun dengan nyeri sana-sini di beberapa bagian tubuhnya. Ia bergegas untuk segera berangkat ke tempat kerjanya karena mendapat pesan singkat dari Sasuke bahwa Kou sedang tidak sehat. Saat ia melewati pintu kamar Kyuubi, ia berhenti sejenak. Ia mengurungkan niatnya untuk membangunkan Kyuubi dan memutuskan mengirim pesan singkat saja untuk memberitahu kakaknya tersebut bahwa ia berangkat pagi lagi, ia yakin rubah alay itu pasti masih terbuai mimpi.

Hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit, akhirnya Naruto sampai di kediaman Sasuke. Ia langsung saja menuju kamar Kou setelah di persilahkan oleh pelayan untuk masuk.

Saat ia berhasil membuka pintu kamar bocah itu, ia mendapati Sasuke yang sedang mengganti kompres sang anak. Terlihat begitu dewasa dan sangat ke-bapak'an, tidak seperti Sasuke yang sombong, angkuh, sok tampan seperti biasanya. Membayangkan kejelekan Sasuke membuat Naruto tiba-tiba mual.

"Bagaimana keadaannya?"

Sasuke menoleh saat mendengar suara seorang wanita yang mendekat ke arahnya. Kemudian pria itu memalingkan pandangan ke sang anak yang terlihat berkeringat dan napas yang memburu.

"Panasnya masih belum turun." Sasuke menyahut singkat.

Naruto mendekati Kou lalu memeriksa dahi bocah itu dengan telapak tanganya. Ia sedikit terkejut karena suhu panas yang ia rasakan dari dahi Kou cukup tinggi.

"Semalam waktu aku meninggalkannya, ia masih baik-baik saja, kenapa bisa panasnya setinggi ini?" Terkejut melihat termometer, Naruto menjerit tanpa sadar.

"Pukul tiga pagi tadi, ia tiba-tiba mengigau tidak jelas," balas Sasuke sambil memijit pangkal hidungnya. Ia sepertinya tidak mempermasalahkan jeritan Naruto tadi.

Si pirang kemudian memperhatikan wajah papanya Kou dengan seksama, dan ia sudah langsung bisa menebak bahwa pria itu kurang tidur. Wanita itu lalu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan mengangguk tidak jelas.

"Pergilah beristirahat, masih ada kurang lebih satu jam sebelum kau berangkat kantor, 'kan? Kou biar aku saja yang merawatnya," ujar Naruto tulus. Semenyebalkan si Sasuke Uchiha, ia tetap membutuhkan istirahat bukan?

"Hn," balas Sasuke singkat lalu beranjak dari tempat ia duduk. "Tolong jaga Kou." sambungnya sebelum menghilang di balik pintu.

...

Pada pagi hari, suasana di kediaman Uchiha Sasuke memang selalu tenang. Itu karena para pelayan bekerja seperti hantu. Mereka jarang sekali terlihat dan hampir tidak pernah menimbulkan suara sedikitpun. Saat wanita pirang itu sibuk mencuci mangkok bubur Kou, ia tidak menyadari seorang pelayan wanita sedang sibuk menata sarapan di meja. Saat berbalik, Naruto berjengit dan hampir saja menjatuhkan gelas yang baru saja ia bilas. Pelayan tersebut hanya tersenyum ramah tanpa sembarang kata, dan melanjutkan pekerjaannya. Dan jujur saja, Naruto mengutuk pelayan itu.

Naruto kembali ke kamar Kou dan menemukan bocah kesayangannya itu sedang memeluk boneka rubah pemberian Kyuubi dengan erat dan terlelap. Kou terlihat sedikit lebih baik daripada sebelumnya setelah meminum obat yang diberikan oleh Naruto. Senyuman mengembang di bibir si pirang.

"Cepat sembuh, sayang." Naruto mendaratkan kecupan lembut di dahi bocah itu kemudian membetulkan selimutnya.

Naruto keluar dari kamar Kou dan segera menelfon pihak sekolah untuk mengabarkan bahwa hari ini Kou tidak bisa hadir.

"Baiklah, Karin-san. Terima kasih atas pengertiannya. Kou akan kembali bersekolah saat keadaannya sudah membaik."

Naruto menutup telfon tersebut dan tidak sengaja melihat jam dinding yang digantung di dekat tangga. Ia lalu sadar bahwa pukul delapan seharusnya Sasuke berangkat bekerja. Ia kemudian berjalan menuju sebuah pintu yang ia yakini adalah kamar Sasuke. Kamar yang berada tepat di sebelah kamar Kou.

"Sasuke? Apa kau sudah bangun? Ini sudah pukul delapan," teriak Naruto dari luar sambil mengetuk pintu kamar tersebut dengan ritme yang teratur. Merasa tidak ada jawaban, wanita itu lalu membuka pintu tersebut dan merasa lega karena pintu itu tidak terkunci. Ini adalah pertama kalinya ia melihat kamar pria yang notabene adalah seorang duda. Untuk sekejap Naruto berpikir bahwa kamar tersebut tidak akan ada bedanya dengan kamar Kyuubi yang berantakannya minta ampun. Namun saat ia menjejakan kakinya masuk ke kamar yang ia yakini luasnya itu hampir seperempat lapangan bola, ia terkagum karena ekspektasinya yang sangat tidak sesuai. Kamar itu sangat bersih. Dan yang paling membuat Naruto menganga adalah sebuah rak buku yang cukup besar. Dan sekarang ia lupa akan tujuannya datang ke kamar ini karena terlalu terpesona dengan buku-buku limited edition yang tertata dengan rapi di rak tersebut.

Bunyi pintu yang didorong di pojok ruangan membuat kepala Naruto mendongak.

Sejenak hening seoalah penduduk di muka bumi ini musnah di telan godzila. Baik Sasuke maupun Naruto, tidak ada di antara keduanya yang mengeluarkan suara. Mereka hanya saling menatap dengan mulut yang terbuka.

Naruto lalu memperhatikan kulit bahu Sasuke yang terlihat sangat putih dan halus. Kemudian perhatiannya tertuju pada setetes air yang meluncur dari bahu, lalu melintas di dada bidang pria itu menuju perut kotak-kotak dan berakhir di...

Tunggu...

"Huaaaaaaa!"

"ARGGHHH"

Teriakan keduanya menggema di dalam kamar Sasuke. Tanpa sadar Naruto melempar buku yang ia pegang dan tepat mengenai 'anu' Sasuke.

"Hentai! Dasar siluman unggas, kenapa kau muncul dalam keadaan bugil seperti itu!?"

"Dobe! Sialan, kau baru saja melempar 'adikku' dengan buku berat."

"HAH? Cepat tutupi 'gajah'mu baka-yaroo!"

Naruto membalikan tubuhnya dan menutup wajahnya yang terasa panas. Mimpi apa ia semalam sampai melihat hal mengerikan seperti ini? Jika ia keluar dari kamar ini dengan keadaan sehat walafiat, ia berjanji akan mandi tujuh rupa dan bertobat kepada Kami-sama, lalu mengunjungi pusara mendiang ibu dan ayahnya untuk meminta maaf. Matanya yang suci telah ternoda, ternoda oleh seorang duda beranak satu. Kenapa bukan Syahrukh khan saja yang menodai matanya, pikir wanita itu sinting.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Sasuke bertanya setelah ia mengenakan jubah mandinya yang sebelumnya ia letakkan di atas tempat tidur. "Kau tahu, aku bisa menuntutmu dengan pasal berlapis, dobe!" sambungnya lagi, terdengar sangat kesal.

"Aku hanya berniat membangunkanmu, kau tahu!" Naruto berusaha membela dirinya sendiri. Kini ia sudah tidak menutup matanya lagi, namun masih enggan untuk berbalik karena terlalu malu.

"Aku sudah bangun, kenapa kau masih di sini? Masih ingin menikmati keindahan tubuhku? Atau kau jatuh cinta dengan 'adikku'?" sindir Sasuke sekenanya. Entah sejak kapan ia sudah berdiri di belakang Naruto dengan jarak satu meter.

Naruto berbalik geram, sepertinya ia harus menenggelamkan kepala duda ini ke bak cuci piring agar tidak terlalu percaya diri, sial.

"Dengar ya, aku... Hei j-jangan mendekat!" Naruto mundur saat Sasuke malah mendekat kearahnya tanpa keraguan sama sekali. Oke, mungkin ia sedikit menyesal karena memiliki niat naik, dan dia lebih menyesal kenapa ia peduli dengan Sasuke tadi.

"Kenapa? Bukannya ini yang kau inginkan?" Sasuke makin gencar. Sambil menyeringai ia berpikir bahwa mengerjai wanita barbar ini lumayan menyenangkan, oh lihat saja wajahnya yang sudah pucat, cibir Sasuke dalam hati.

"Selangkah lagi kau mendekat kau akan-"

"Akan apa, hm?"

"Akan ini..."

Brugh!

"Argh! Dobe sialaaan!"

...

Umpatan demi umpatan keluar dari mulut Naruto sejak keluar dari kamar Sasuke. Menyumpahi pria itu tidak cukup baginya. Injakannya di atas kaki Sasuke tadi bahkan belum membuatnya puas. Lain kali mungkin ia tidak akan berpikir panjang untuk menggunduli unggas itu jika berani mengerjainya seperti tadi.

"Kou?"

Naruto segera menghampiri Kou yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Kou, kenapa kau bangun, sayang? Kau harus istirahat."

"Tante, aku mau pipis." cicit Kou pelan. Wajahnya memerah entah karena deman atau karena malu. Naruto lalu menuntun bocah itu untuk ke kamar mandi.

Setelah beberapa saat, pintu kamar Kou terbuka menampilkan sosok seorang pria yang kalau dilihat memang memiliki wajah bak dewa-dewa Yunani, lengkap dengan setelan jas serba hitam kecuali dasinya yang berwarna biru malam. Pria itu masuk dan langsung menghampiri putranya yang berbaring.

"Papa.." lirih bocah itu. Naruto hanya diam saja, lebih memilih fokus pada kain kompres yang sedang ia peras. Ia masih merasa canggung untuk berkomunikasi bahkan menatap si duda itu akibat insiden memalukan beberapa waktu yang lalu.

"Kou, papa mau berangkat bekerja dulu," ujar Sasuke seraya mengusap pelan rambut putranya. Kou hanya mengangguk lemah. Meskipun sejujurnya ia sangat ingin papanya itu menemaninya sampai ia merasa baikan, namanya juga anak kecil. Sasuke pun menghadiahkan kecupan ringan di dahi Kou dan segera beranjak pergi. Sebelum pria itu menutup pintu, ia sempat memberitahukan bahwa akan ada dokter yang datang dan mengingatkan Naruto agar menghubunginya jika kondisi Kou tidak kunjung membaik. Naruto hanya bergumam pelan sebagai sahutan. Selanjutnya, Sasukepun menghilang di balik pintu, membuat Naruto menghela napas lega. Bertatapan langsung dengan pria mesum itu membuat jantungnya seakan mau meledak.

Sekitar tiga puluh menit berlalu, Kou akhirnya terlelap lagi. Naruto beranjak dari tempat tidur Kou hendak menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa mengganjal perutnya yang terasa lapar, sarapan pagi yang di siapkan oleh pelayan Sasuke belum sempat ia lirik dari tadi karena terlalu sibuk mengurus Kou. Namun belum sempat menjejakkan kakinya di pintu dapur, suara bel rumah Sasuke berbunyi. Ia langsung menerka bahwa itu adalah dokter yang akan datang untuk memeriksa keadaan Kou seperti yang Sasuke katakan tadi. Wanita itu melanjutkan langkah kakinya yang tertunda menuju lemari pendingin dan mengeluarkan roti dan selai. Setelah mengoleskan selai ke beberapa lembar roti, ia kemudian berjalan keluar dari dapur.

Namun saat itu juga ia dikejutkan oleh sosok manusia yang sedang berdiri tak jauh dari pintu kamar Kou.

"Loh? Bukannya anda..."

.

.

.

.

.

Tbc'an... XD

.

.

.

.

.

Aloooo...

I'm back yuuhhuu..

Maapkeun daku yang ngaret update mulu. Ok, kali ini gamau ngasi alasan cem kuliah, tapi sekarang lagi sibuk ngidol /nggaaaaakk.

Btw apa kalian suka korea-koreaaaan?

/abaikan/

Ada yang kenal Min Yoongi? Atau Yoon Jeonghan? . /ceritanya lagi nyari temen buat fangirlingan bareng/ wkwk

.

.

Then, I mau ngucapin thanks buat kalean semua yang masih sudi buat baca ff ga mutu I wkwk buat yang udah fav, fol, dan ninggalin jejak, makasih sekali banget yaaa.

oia, ada yang nanya aku punya akun wattpad ato ngga, jawabannya NGGA. hehe, maap yaa. kalo suka, pantengin di sini aja. hoho BYE ;*

Sayang kalean :*:*

See yuuuu muach.

Mkm