Legendary Squad
Chapter 7 (Kamp Pelatihan)
Mikasa terkejut, matanya menatap seseorang yang sangat ia kagumi semenjak kejadian di Shingashina. di depannya adalah seseorang yang berhasil menyelamatkan dirinya dan Eren untuk menyelamatkan diri, bahkan ia membantu Carla yang saat itu tidak bisa berjalan.
Dia masih ingat jelas fitur dari pria yang menolongnya saat itu, seorang pria yang mempunyai rambut kuning keemasan, guratan di pipi nya, dan mata berwarna biru samudra. Ya, dan semua itu terdapat di sosok di depannya saat ini.
'Jadi namanya adalah Naruto' batin Mikasa. ia baru kali ini mendengar namanya, Mikasa tidak pernah tahu siapa nama dari penyelamat nya, ia tidak sempat memikirkan hal itu dulu. Saat itu kondisi seluruh distrik Shingashina sangatlah kacau, dan saat mereka sudah berada di kapal, Naruto menghilang dari mereka.
Eren dan Armin juga terkejut saat melihat Naruto.
'orang itu' batin Eren
Flashback
"Selamatkan diri kalian!"
"Tolong anakku!"
"Tidak! Kabur, sebentar lagi titan-titan itu masuk!"
Distrik Shingashina kacau, dinding yang melindungi mereka runtuh di jebol oleh Titan yang berukuran sangat besar itu. Mereka beramai-ramai berlari menuju tempat yang paling aman. yaitu dinding Rose.
Para prajurit kepolisian nampak sedang mengarahkan para warga biasa menuju tempat evakuasi, sedang yang lainnya bertugas untuk menahan para Titan agar tidak terlalu dalam masuk.
Mata Eren membesar, di depan matanya ia melihat sesosok Titan yang badannya sangat besar bahkan bisa mengintip dalam dinding. tapi perhatiannya teralihkan.
"oi, rumah kita, rumah kita Mikasa!" ujar Eren, Mikasa juga menyadari hal itu, mereka berlari kearah tempat dimana mereka tinggal.
"ibu!" teriak Eren sambil berlari, ia akhirnya sampai, ibunya nampak terjebak di antara puing-puing bangunan rumahnya.
"Eren, larilah!" ujar Carla.
"Tidak! bantu aku mengangkat ini Mikasa!" teriak Eren sambil berusaha mengangkat sebuah kayu dari tubuh ibunya. Mikasa juga ikut membantunya, tapi sayang, usaha mereka sama sekali tidak berguna karena beratnya kayu itu.
"Eren dengarkan ibu, ibu sudah tidak bisa merasakan kaki ibu, larilah selamatkan diri kalian saja," ucap Carla sambil merintih kesakitan.
Eren menghiraukan ucapan ibunya, ia masih berusaha mengangkat kayu yang menindih tubuh ibunya.
"Eren! Mikasa!" ucap Hannes yang berlari kearah mereka.
"Hannes! syukurlah, aku mohon bawa mereka pergi dari sini!" teriak Carla padanya. Hannes melihat kearah Carla yang tertindih puing-puing bangunan, ia lalu melihat depannya itu, titan-titan nampak semakin mendekat.
Ia menggertakkan giginya, ia dengan cepat menggendong tubuh Mikasa dan Eren di tangannya. dengan cepat ia berlari menuju tempat evakuasi.
"Tidak! apa yang kamu lakukan Hannes, ibuku, dia masih disana!" teriak Eren berusaha lepas dari gendongan Hannes. dan ia melihatnya.
sesosok Titan nampak menghampiri ibunya.
"Tidak! ibu!" teriaknya, Titan itu menggenggam tubuh Carla dan menariknya keluar dari reruntuhan itu, ibunya nampak berusaha melepaskan diri dari genggaman titan tersebut.
"Tidak ibu!" teriakan Eren makin kencang saat melihat ibunya dalam bahaya.
dan secara mengejutkan, tangan dari titan itu terputus. Eren, Mikasa, dan Hannes melihatnya shock, lalu sebelum tubuh Carla terjatuh, seorang pria dengan cepat menangkap nya, pria itu berlari kearah mereka, kencang, kecepatan lari dari orang itu sangat kencang, ia bahkan bisa menyusul Hannes.
Pria itu memiliki rambut kuning keemasan dan guratan seperti kumis di pipinya, ia menatap Hannes yang juga sedang berlari.
"kamu, siapa namamu?" tanya pria itu.
"H-Hannes," ucap Hannes, ia masih shick dengan kecepatan dari pria itu. dia bahkan tidak merasa kecapekan setelah berlari dengan secepat itu.
"Hannes ya, baiklah, ini akan terasa sedikit pusing tapi kita tidak mempunyai banyak waktu," unarnya lalu nemeluk tubuh Hannes yang sedang menggendong Mikasa dan Eren dengan tangan kirinya.
'kuat sekali' batin mereka saat pria itu menggendong mereka dengan kedua tangannya, pria itu dengan cepat berlari lalu melompat dari rumah ke rumah.
Arah yang mereka tuju adalah sebuah tempat evakuasi menggunakan kapal yang berada tidak jauh dari tempat mereka.
Eren melihat orang itu, dia menunjukkan ekspresi yang sulit di mengerti. ibunya kemudian membuka suara.
"Terimakasih sudah menyelamatkan kami," ujar Carla, ia berhasil mendapatkan perhatian dari orang itu.
"Tidak apa, aku hanya ingin menolong orang sebisa dan sebanyak mungkin," Jawab orang itu.
Eren melihat ke belakangnya, dari kejauhan ia bisa melihat lubang yang besar terbentuk karena serangan titan besar itu.
"Dinding ini sudah tidak punya harapan lagi," ucap orang itu, Eren melihat kearah orang yang menyelamatkan mereka, begitu juga Mikasa.
Mereka akhirnya sampai ke tempat evakuasi, situasi disana sangatlah ricuh, mereka berbondong-bondong ingin segera menuju dinding Rose untuk menyelamatkan diri dan keluarga mereka.
"izinkan kami masuk!"
"tolong, biarkan anak kami masuk terlebih dahulu!"
Ia menurunkan mereka.
"Eren, Mikasa!"
Mereka langsung di sambut oleh suara yang mereka kenali, itu adalah Armin bersama kakeknya. Armin berlari kearah mereka.
"Apakah kalian tidak apa-apa?" tanya Armin,
"kami tidak apa-apa Armin, kami berterimakasih kepada mu tuan," jawab Carla menengok ke arah pria itu. pria itu menganggukan kepalanya.
"Segeralah menuju dinding Rose, tempat ini sudah tidak aman lagi," ujar orang itu, ia berjalan menjauh dari orang itu.
Namun tangan kecil itu menghentikan langkahnya, orang itu menatap kebelakang, mendapati Mikasa sedang memegang tangannya.
"Apakah anda tidak akan ikut dengan kami ke dinding Rose?" tanya Mikasa, ia tidak mau sosok yang menyelamatkan mereka pergi.
Pria itu tersenyum, ia mengelus rambut Mikasa pelan.
"Sayangnya aku harus menolong mereka yang masih ada disana, siapa tau mereka membutuhkan pertolongan yang sama dengan kalian," ucap pria itu, ia lalu kembali berjalan pergi tapi Mikasa kembali menghentikannya.
"Siapa nama anda?"
Pria itu tersenyum.
"Tidak usah tahu siapa namaku, itu pertanyaan sepele disaat begini, tapi kita semisal bertemu kembali, mungkin aku akan memberitahu siapa namaku, bertambah kuat lah Mikasa, Eren," ujar pria itu yang lalu kembali berjalan menjauh hingga mereka tidak melihat sosok pria itu lagi.
Flashback Off
"Baiklah cadet dengarkan! namaku Keith Shadis, dan di sebelah ku adalah Namikaze Naruto, kami akan menjadi instruktur lapangan kalian mulai hari ini!"
ujar Shadis pada murid didiknya yang baru, sedangkan Naruto menatap para kadet yang berada di depannya dengan seksama.
ia lalu melangkahkan kakinya ke arah gadis yang baru saja di marahi oleh Shadis karena memakan kentang saat berbaris. gadis itu nampak berkeringat ketakutan.
Naruto tersenyum, tangannya lalu memegang sebagian tubuh kentang yang di bawa Sasha. ia lalu mematahkannya menjadi dua, lalu memakannya, Sasha nampak diam saja.
"Hemm, memang benar kata orang-orang, kentang akan terasa nikmat jika masih hangat," ujarnya, ia masih tersenyum.
Naruto menghabiskan setengah kentang yang ia ambil itu.
"Tapi kadet Sasha, memakan makanan saat berbaris itu melanggar peraturan, jadi jangan di ulangi kembali ya," ujarnya.
"H-Hai!"
Teriak lantang Sasha. Naruto yang mendengarnya kembali ke posisi awalnya, tepat di samping Shadis.
"Baiklah! aku tidak mau ada murid yang cengeng berada disini! kita akan memulai pelatihannya mulai hari ini!"
"h-ha'i!"
"Gadis itu masih berlari?" gumam heran Naruto sambil mengawasi gadis bernama Sasha itu dari jendela kantor, dari awal latihan hingga sore menjelang petang ini gadis itu masih kuat berlari.
'Ya, kurasa aku menemukan salah satu kadet yang akan aku pilih nantinya' batin Naruto tersenyum.
Pintu kantor miliknya lalu terbuka, menampilkan Shadis yang baru saja 'menggiring' para kadet ke tempat mereka.
"Sungguh bodoh untuk mengetahui bahwa dia masih mampu berlari," gumam Shadis, ia mendudukkan tubuhnya di tempat ia kerja.
"maa, tapi ia lebih ketakutan saat anda bilang bahwa ia tidak akan mendapatkan jatah makan malam ini,"
"Walaupun begitu ia juga tidak akan mendapatkan jatah makan malam ini,"
"Kasihan sekali," ucap Naruto sambil tersenyum.
Naruto lalu kembali mengalihkan perhatiannya untuk mengawasi gadis kentang itu, dia ingin tahu sejauh mana gadis itu akan bertahan.
"Jadi, Naruto,"
"Hmm?"
"Aku di beritahu komandan Erwin bahwasannya kamu akan merekrut beberapa kadet disini, jadi apakah sudah ada kadet yang berada di fikiran mu?" tanya Shadis.
Shadis adalah mantan anggota Survei Corps, jadi ia di beritahu tentang kedatangan Naruto untuk membantunya melatih para kadet tersebut.
"Sudah satu, gadis kentang itu,"
"Begitukah?"
Shadis melihat alasan kenapa Naruto tertarik kepada gadis itu, walaupun melanggar aturan dia mempunyai kekuatan yang besar di tubuhnya.
"Ya, yang lainnya akan menyusul saat aku melihat performansi mereka masing-masing," jawab Naruto, ia membalikkan badannya dan berjalan menuju meja milik Shadis.
ia mengambil lembaran dokumen berisi tentang informasi para kadet yang mengikuti pelatihan ini. ia membukanya satu persatu.
"Tapi, aku tertarik pada salah satu kadet, mungkin dia akan menjadi bagian dari divisi ku," ucap Naruto yang berhenti pada salah satu lembar dokumen, senyumannya semakin terlihat.
"huh?"
Ia lalu mengambil dokumen itu dan meletakkannya di depan Shadis. sebuah dokumen seorang kadet yang bernama Annie Lionhart.
Hari sudah malam. beberapa pengawas mulai berpatroli ke setiap sudut area pelatihan. Naruto berjalan keluar dari kantor milik Shadis dan menguncinya.
Shadis sedang ikut berpatroli untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, jadi ia mengunci pintunya.
ia lalu mendudukan dirinya di sebelah kantor Shadis sambil menyalakan rokok yang ia bawa di saku.
ia bukan perokok aktif, tapi malam ini rasanya dingin sekali dan Naruto fikir akan sangat enak untuk menikmatinya sambil merokok.
Ia menghisap rokoknya, rasanya benar-benar nikmat, Naruto menutup matanya, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki mendekati dirinya. ia membuka sebelah matanya, di depannya seorang kadet sedang menatap dirinya.
"Naruto-san,"
"Iya ada apa?"
"Anda telah menyelamatkan kami dulu, saya berterima kasih kepadamu," ucapnya sambil membungkukkan tubuhnya kepada nya. itu bukan dalam terimakasih yang dilakukan orang-orang disini, tapi biasanya dilakukan oleh orang-orang oriental.
Naruto mengedipkan matanya berkali-kali, dia berarti salah satu yang di tolongnya saat berada di Shingashina. ia sempat di Shingashina untuk membantu beberapa orang untuk menyelamatkan diri dari kejadian itu sebelum akhirnya ia dan Petra keluar dinding.
Ia mencoba mengenal wajah perempuan di depannya, ia lalu mengingatnya dari lembaran para kadet. namanya Mikasa Ackerman dia dari berasal dari distrik Shingashina.
"namamu Mikasa bukan?"
"Ya"
Ujarnya, ia kembali mencoba mengingat kejadian masa lalu. lalu ia teringat sesuatu, seorang anak kecil yang saat itu berusaha membantu ibunya dari reruntuhan dan berteriak pada seorang anak kecil perempuan untuk membantunya.
Dia lalu tertawa.
"Ha ha ha ha, aku mengingat mu, saat itu kamu masih kecilkan, sini duduk," ujarnya sambil menepuk tanah di sampingnya.
Mikasa nampak bimbang.
"Tidak apa, ini sudah malam, bukan lagi jam pelatihan, ini masih jam dimana kadet untuk beristirahat kan, tak usah ragu," ujar Naruto yang mengerti yang di fikirkan Mikasa.
Mikasa menuruti kemauan Naruto, ia duduk di sampingnya.
"Lihat dirimu kamu sudah menjadi cantik sekarang, bagaimana kabar adik mu?" ucap Naruto mengomentari Mikasa.
Mikasa tersenyum, rasanya senang saat orang yang telah menyelamatkan mereka mengomentari dirinya.
"Eren dan aku bergabung menjadi militer, Carla-san sempat menolak kami untuk ikut dalam militer, tapi tekad kami sudah bulat, sekarang Carla-san menjadi seorang dokter, walau ia sudah tidak bisa berjalan karena kejadian 'itu' tapi dia ingin sekali membantu orang-orang, itu berkat anda Naruto-san, anda telah menyelamatkan kami dan memberikan harapan kepada kami," cerita Mikasa, wajahnya terlihat gembira saat mengatakannya.
Naruto tersenyum mendengarnya, ia lalu menghisap kembali rokoknya.
"Aku hanya menyelamatkan kalian, tidak lebih, sisanya adalah tergantung kepada harapan dan kerja keras kalian, aku bangga saat mendengarnya Mikasa," ucapnya.
Ia lalu menatap gelapnya langit malam.
"Tapi jangan sampai berhenti bekerja keras, ada sesuatu yang ingin kalian capai kan?" tanyanya, Mikasa menganggukkan kepalanya. Naruto kembali mengelus rambut milik Mikasa seperti waktu dulu.
Dan perasaan itu kembali muncul di dalam hati Mikasa, sebuah kehangatan saat tangan Naruto mengelus kepalanya, seperti saat Naruto mengelusnya waktu ia masih kecil.
"Makanya bekerja keras lah, mungkin aku akan membantumu mewujudkannya," ujarnya, ia memperlihatkan seringainya padanya.
Ia lalu berdiri dari tempat ia duduk, ia menatap jam di tangannya.
"Sudah hampir jam tidur, kembali lah ke kamp mu Mikasa, besok kita lanjutkan lagi jika kamu masih ingin mengobrol," ucapnya, ia membantu Mikasa berdiri.
Mikasa mengangguk mengerti, ada rona tipis di wajahnya
"Selamat malam Naruto-san,"
"Hmm malam Mikasa,"
Naruto tersenyum gugup, di depannya Petra nampak memandangnya seperti ingin mengulitinya hidup-hidup.
"A-ada apa Petra-chan," ucapnya, ia masih tersenyum gugup. Petra memberikan senyuman manis, tapi menakutkan bagi Naruto.
"Saat aku kembali kesini, aku melihatmu bersama seorang perempuan, bisa kamu jelaskan hmm, Naru," bulu kuduk Naruto merinding mendengarnya. Naruto berkeringat dingin.
"T-Tenanglah hime, dia hanya seseorang kadet yang kebetulan, adalah orang yang pernah aku selamatkan," ucapnya mempertahankan dirinya.
"Oh?"
"Dia adalah salah satu yang pernah ku selamatkan dulu waktu runtuhnya dinding Maria hime, dia hanya ingin berterimakasih kepadaku saja" ujarnya kembali.
Petra mengangguk mengerti, ia lalu memeluk kekasihnya. Naruto hanya menghela nafasnya dengan lega, ia lalu memeluk balik Petra. bibirnya mengecup rambut milik Petra.
beberapa menit kemudian mereka melepaskan pelukannya, kekasihnya lalu pergi ke dapur sementara Naruto duduk di kursi dekat tempat mereka tidur.
Petra keluar dari dapur dan membawa dua cangkir kopi panas untuk dirinya dan juga kekasihnya, ia memberikannya kepada Naruto.
"Terimakasih hime,"
Ucap Naruto menerima kopi panas dari Petra dan menyeruputnya sedikit. Petra mendudukkan dirinya di samping kekasihnya.
Sedikit pahit, tapi itu yang di sukai Naruto dari kopi.
"Maaf sudah overprotektif kepadamu sayang,"
ucap Petra. belakangan ini sikapnya semakin menjadi-jadi, bahkan saat Naruto di tatapi oleh beberapa gadis-gadis ia langsung marah.
"Tidak apa-apa, aku tahu kenapa kamu melakukannya,"
Jawab Naruto, Petra sekarang sedang berada di masa sulitnya, yang ia punya sekarang hanyalah dirinya dan adiknya yang belum ia pernah temui selama ia kembali kesini. mungkin karena itu ia tidak mau kehilangan dirinya.
Naruto mengelus perut milik Petra yang sedikit membuncit karena mengandung. Naruto lalu melihat kearah Petra.
"Kamu harus menjaga kondisi mu untuk bayi kita hime, tidak usah memikirkan yang tidak-tidak" ujarnya, ia mengelus pipi Petra.
Petra mengangguk mengerti, lalu senyuman manisnya kembali tercipta.
"Kamu belum menceritakan siapa dirinya Naruto-kun, ayo ceritakan padaku," ujar Petra, sambil mencubit tangan kekasihnya.
"Mungkin besok," jawab Naruto manis pada Petra.
"Mou..."
To be Continued
.
Disini saya ingin memperdalam hubungan antara Petra dan Naruto untuk membangun kesan hubungan yang terjalin antara keduanya selama lima tahun itu.
Walaupun begitu saya tidak akan merubah cerita ini menjadi Single Pairing karena bagaimana pun Harem itu akan lebih berpengaruh terhadap cerita.
Tapi sedikit mengurangi Harem tersebut.
Harem :
Petra (Alpha)
Mikasa
Annie Lionhart
Historia
Mungkin segitu dulu yang ingin saya sampaikan, jaga kesehatan di tengah pendemi ini walaupun sudah memasuki New Normal jangan lupa jaga jarak, selalu membersihkan tangan, langsung mandi saat pulang dari manapun.
Dadah!
Admin Out!