Drrtttt...Drrttttt...

Drtttt...Drrrtttt..

Ponsel yang terus bergetar nyaring ingin segera terangkat, tetapi tidak mampu untuk membangunkan dua orang yang sedang tidur berpelukan.

Drtttt...Drrttt

/Klik/ Hmm, ya halo Taeyong disini

Taeyong, namja bersurai hitam yang sedang nyenyak dalam rengkuhan pun akhirnya bangun dan meraba-raba meja di sampingnya, menemukan ponselnya yang tidak berhenti berdering.

Suara sebrang : Neo eodiga? Tidak pulang?

Hmm, iyaa aku menginap di rumah teman

Suara serak khas bangun tidur Taeyong terdengar seksi dari sebrang, sedangkan namja yang masih terlelap manis merengkuhnya semakin mempererat pelukannya. Taeyong menoleh sedikit dan tersenyum tipis melihat wajah polos namja itu, lalu sedikit menyingkirkan poni di dahinya.

Suara sebrang : Hmm, kau pasti tidur di tempat Jaehyun? Benar?

Hmmm, sayangnya jawabanmu harus seratus persen benar Chittapon haha

Suara sebrang : Hmm arraseo, rasanya harus ada imbalan setimpal untuk absen kelas pagi kuliahmu ini ? Tidak salah ?

Aku sangat bersyukur mempunyai teman yang manis sepertimu, dan aku akan mengabulkan permintaanmu nanti. Aku tutup ya?

Suara sebrang : Yyakk Lee Tae...

/pippp/ Taeyong memutus panggilan teleponnya dan segera mematikan ponselnya. Ia lalu menyibukkan diri dengan mengamati wajah tampan namja yang sedang tertidur di sampingnya yang tidak lain adalah Jaehyun. Setelah puas mengamati dan mengelus surai hitam Jaehyun, Taeyong perlahan melepas rengkuhan Jaehyun pada perutnya. Namja itu lalu beranjak dari ranjang amburadul karena permainan mereka semalam. Kaki telanjang Taeyong menyentuh dinginnya lantai marmer, ia sedikit meregangkan tubuh polosnya dan menyahut cepat kemeja Jaehyun yang berserakan di lantai lalu segera memakainya. Tubuh mungilnya melangkah menjauh dari kamar mungkin ke dapur, karena ia merasa sangat lapar sekali.

Memasak adalah hobi seorang Lee Taeyong, apapun bahan yang tersedia pasti ia mampu mengolahnya menjadi makanan beraroma mengundang. Jika Lee Taeyong berada di dapur, maka ia sudah tidak akan sadar dengan sekitarnya. Ia akan fokus pada pekerjaannya membuat makanan beraroma mengundang. Pada akhir proses pencicipan olehnya, tiba-tiba namja kecil itu terhentak kaget karena sepasang lengan kekar telah melingkar di perutnya. Dagu yang bertopang pada bahu kecilnya membuatnya geli, serta hembusan nafas pada leher jenjangnya membuatnya merinding.

"Hmm, Jaehyunie sudah bangun?" Taeyong membuka sebuah pembicaraan serta tetap fokus pada masakannya, namja yang ditanyai hanya mampu menganggukan kepalanya, membuat kesan geli pada bahu Taeyong.

"Uhhh, jangan bergerak, aku geli, dan tunggu aku meletakkannya pada piring."

"Cepatlah hyung, dan segera berbalik padaku.." Sebuah bisikan serak mengalun indah pada telinga Taeyong, membuatnya gatal dan ingin segera membalikkan badannya pada Jaehyun. Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya, namja kecil itu segera membalikkan tubuhnya pada Jaehyun yang saat ini hanya memakai celana tidak aturan. Taeyong mengalungkan tangannya pada leher namja yang lebih tinggi darinya, mengamati wajah tampan Jaehyun yang semakin seksi karena rambutnya yang acak-acakan. Jaehyun reflek mengangkat kecil tubuh Taeyong dan mendudukkannya di pinggir meja, tidak lupa mengkungkung Taeyong, agar ia tidak kabur. Mereka bersitatap untuk beberapa waktu yang lama saling mengagumi wajah menawan masing-masing lalu akhirnya mempertemukan bibir mereka.

Saling menjilat. Saling melumat. Saling menggigit. Saling membelit. Satu sama lain. Tidak ada yang ingin mengalah, dan suhu ruangan ini seakan menjadi berkali lipat lebih panas.

Drrrttt... Drtttttt... Dering ponsel pada celana Jaehyun. Ia mengabaikannya dan masih sibuk dengan bibir Taeyong.

Cppkk cppkkkk .. Eunghh Suara kecipak dan erangan kecil mereka mengiringi cumbuan pagi hari ini.

Drrttt...Drrrttt... Ponsel Jaehyun tidak ingin mengalah.

"Ckckck, siapa sih ini.." Pippp Jaehyun melepas bibir Taeyong, dengan cepat mengangkat telepon yang masuk ke ponselnya. Taeyong tidak ingin berhenti, ia lalu pindah menjilati dan mengecup kecil leher putih Jaehyun.

Halloo... Jaehyun berusaha menahan desahannya dengan mencengkeram pinggul Taeyong.

Suara sebrang : Jaehyunie? Apa kau sibuk? Aku sudah selesai dengan ujianku, ayo kita jalan hari ini

Tubuh Taeyong seketika menegang mendengar suara dari seberang telepon itu. Ia yang tadinya sangat bersemangat mengecupi leher Jaehyun, berangsur menjauhkan bibirnya, dan menyimak percakapan Jaehyun dengan seseorang di seberang sana.

Benar hyung?! Apa hyung sudah tidak sesibuk kemarin ? Apa sekarang hyung memiliki banyak waktu luang untukku? Mata binar Jaehyun yang indah bahagia menatap Taeyong yang kini juga menatapnya dengan manis. Senyum Jaehyun merekah, dan Taeyong tanpa ada paksaan membalas senyuman itu, tidak lupa mengelus sayang dan merapikan rambut khas bangun tidur Jaehyun.

Suara sebrang : Iyaaaa ! Makanya segera mandi sarapan dan jemput aku, sebelum aku berubah pikiran..

Hmmm arraseoooo, hyung tunggu aku ya? Aku akan sangat cepat tiba di depan pintu rumahmu. Taeyong hanya diam menyimak dan mengelus manja lengan Jaehyun.

Suara sebrang : Aku menunggumu Tuan Jung, dan aku mencintaimu. Taeyong tersenyum getir mendengarnya.

Neee Neeee aku juga mencintaimu Nyonya Jung Doyoung. Taeyong semakin tersenyum getir mendengar Jaehyun yang mengatakan hal itu, tetapi ia hanya tersenyum dalam hati. Sehingga yang nampak hanya wajah cantik dengan senyum manis terpatri hanya untuk Jaehyun.

"Taeyong hyung, ini Doyoung hyung ! Akhirnya ia tidak mengabaikanku." Ujar Jaehyun sambil menggoyangkan pelan bahu Taeyong.

"Hmmm, lihat kan Jaehyunie, ia pasti sibuk, makanya tidak sempat menghubungimu kemarin-kemarin.." Bodoh Lee Taeyong.

"Hyung aku akan mandi, sarapanlah dulu okay? Jangan menungguku..." Jaehyun segera melangkah menjauh, langkah kaki yang ringan dan bahagia. Taeyong? Hanya bisa tersenyum melihatnya. Ia lalu berinisiatif untuk membuatkan Jaehyun kopi hangat.

Sudah siap dua mug kopi yang asapnya mengepul. Taeyong mengunyah makanannya dengan pelan sambil menunggu Jaehyun keluar dari kamar. Ia melamun, ia bingung, dan ia kalut. Tentang ngilunya ulu hati yang tiba-tiba datang, ia memilih untuk tidak merasakannya. Namun, rasa sakit itu terus datang tanpa ia ingin. Ia memijat kecil dadanya yang rasanya sakit seperti tertusuk pisau, mengernyitkan dahinya karena sakit itu semakin terasa ketika ia mendengar derap suara kaki dan pintu yang terbuka.

"Apa aku sakit?.." Taeyong bergumam dalam hati. Ia diam dan melihat Jaehyun yang kacau seakan diburu waktu. Ketika Jaehyun sudah sampai tepat pada pintu apartemennya, ia baru ingat tentang kopi hangat tadi. Ia menyahutnya dan segera menghampiri Jaehyun yang sedang memakai sepatunya.

"Jaehyun-ahhh, aku membuatkanmu kopi. Minum sebelum dingin." Taeyong menyodorkan mug penuh kepulan pada Jaehyun.

"Hyunggg saja ya yang minum. Aku sudah terlambat, Doyoung hyung pasti akan membunuhku. Bye hyung, sampai jumpa !" Dasar Jaehyun brengsek. Beraninya ia meninggalkanku bersama dengan senyum dan dalamnya lesung pipit pada wajahnya.

Taeyong hanya bisa menggumamkan selamat jalan pada Jaehyun dan pintu kemudian tertutup, meninggalkan Taeyong dengan dinginnya ruangan ini. Ia kembali ke counter dapur dan meletakkan mug Jaehyun di samping mug nya seperti semula. Pergi ke kamar Jaehyun dan melihatnya masih sama berantakan, ia terus melangkah dan membanting tubuhnya ke ranjang. Ia memejamkan mata dan menikmati suara degup jantungnya sendiri, sunyi disini dan degupnya terdengar keras di otaknya. Kepalanya menelusup dalam dan menemukan aroma tubuh Jaehyun disana, sangat memabukkan. Taeyong memutuskan untuk terlelap beberapa saat.

Setelah puas terlelap, Taeyong segera beranjak dan merapikan kamar Jaehyun. Setiap helai pakaian yang ia pungut dari lantai mengantarkannya pada kejadian malam kemarin. Taeyong kembali ke dapur mendapati sisi luar mug dingin. Ia mengangkat dua mug itu lalu membuang isinya yang belum terminum ke westafel. Taeyong menghembuskan nafas berat, ia melamun duduk di pinggir counter dapur. Mengapa ia harus berada disini? Mengapa ia bisa berakhir seperti ini?

K

Jaehyun POV

Bukan kebiasaanku untuk menjelajahi segala kantin fakultas di universitas ini. Belakangan ini aku tertarik untuk pergi menyeberang dari satu ke kantin lainnya karena ingin mencicipi segala makanan yang disiapkan. Selama liburan kemarin aku memang hanya berkutat di dapur apartemen, mengasah kemampuan terpendamku, yaitu memasak. Sehingga setelah beberapa minggu kuliah dimulai aku masih terbiasa untuk mencicip-cicip. Hari ini Ten temanku, mengajakku untuk makan siang bersama di kantin fakultasnya. Ia mengatakan bahwa masakan Ajhumma disana adalah yang terbaik. Tidak ada alasan untuk menolak ajakan ini, disamping aku sedang tidak ingin makan sendiri. Nasib buruk jika kekasihmu berbeda universitas denganmu, dan ia super sibuk. Kekasihmu mengabaikanmu. Terimalah Jaehyun. Kakiku terus melangkah dan tiba disini. Mataku mengedar mencari namja Thailand pendek itu, dan ia melambaikan tangannya padaku dari meja pojok kantin bersih ini.

"Wah, disini sangat bersih dan wangi.." Aku duduk disebelah Ten hyung yang agak bergeser untuk memberiku sedikit ruang.

"Jangan lupa, masakan ajhumma disini juga terbaik !" Ten hyung bersorak padaku dan lihat mulut penuh makannya.

"Aku tidak kaget jika kau hanya sendirian disini, makanya kau menghubungiku untuk menemanimu kan?" Aku tertawa menggoda Ten hyung. Wajahnya berubah menjadi kusut. Sebenarnya Ten hyung memiliki kekasih tetapi namjachingunya yang bernama Seo Johnny sedang ada studi banding ke AS.

"Berkacalah dulu Jung ! Aku tidak sendiri, Taeyongie hyung sedang mengantri untuk mengambil makan." Skak mat oleh Ten.

"Hmm, siapa itu Taeyong?"

"AKU TAEYONG !" Tiba-tiba ada suara cempreng menyahut dari belakang, dan aku reflek menoleh. WOW. Namja kecil mengapa tersesat disini? Lihat hoodie kucingnya itu. Lihat mata bulat dan blink-blink itu. Lihat bibir kecil merah itu. Lihat rambut hitam fluffynya. Lihat...lihat... Aku melihatnya dengan diam sampai akhirnya ia duduk di depanku. Ia mengulurkan tangannya padaku dan aku langsung menyahutnya. Halus sekali. Aku hanya diam, tidak tahu apa yang ia katakan.

"Heungg, apa?" Aku masih menjabat tangannya dan ia langsung terpingkal karena tingkah memalukanku.

"Hahahaha, namaku Lee Taeyong. Aku teman Chittapon disini. Kau pasti Jung Jaehyun kan? Adik kurang ajar Ten?" Sial. Bagaimana bisa suaranya sangat manis, bagaimana kalau sedang mendesah? Aish apa yang kau pikirkan Jaehyun.

"Neee, aku Jung Jaehyun. Adik Ten hyung yang paling tampan. Berkali lipat tampan dari Ten hyung sendiri." Aku sedikit meremas telapak tangan namja bernama Taeyong itu dan sedikit tersenyum menggoda ke arahnya.

/Pletakkk/ "BA-BO-YA ! Segera angkat pantatmu dan ambil makan, sebelum kau kuusir dari sini !" Ten hyung terlihat semakin kusut. Aku suka sekali menggodanya, jitakannya di dahiku. Sial. Sakit sekali.

"Ha..Ha..Ha.. Aku tidak tahu kalau kalian selucu ini... hihihi..." Ya ampun, itu suara tawa manis Taeyong sunbae. Ia menertawakanku lalu segera menunduk untuk menyantap hidangannya. Mulut kecil itu bergerak mengunyah dengan pelan dan hati-hati. Imut sekali. Aku sampai lupa beranjak, sibuk memperhatikan cara Taeyong sunbae makan dan tersenyum sendiri.

"Jung Jaehyun, lihat ada Kim Doyoung disana !" Ten hyung ternyata kelakuanku pada Taeyong sunbae, aku hanya menghembuskan nafas, berdiri dan berlalu. Tidak lupa menjambak sedikit rambut Chittapon hyung.

"YAKK LIHAT KAN DIA ITU SANGAT KURANG AJAR PADAKU !" Sialan. Suara Ten hyung kenapa bisa senyaring ini. Sungguh mengganggu. Aku hanya ingin memilih makanan dengan tenang. Aku juga berpikir bagaimana caranya mendapatkan nomor ponsel Taeyong sunbae. Hanya meminta mengapa harus berpikir susah-susah seperti ini, tanpa terasa kakiku sudah sampai kembali ke mejaku tadi.

"Whoahhh, pilihan yang bagus Jung ! Tapi kau harus merasakan ggalbijim buatan Taeyong Chefnim !"

"Hmm jadi dari yang terbaik ada yang lebih terbaik atau paling baik?" Aku melirik Taeyong sunbae, ia bertemu mata denganku lalu mengalihkan pandang.

"Aniyaaaaa, tidak paling baik tapi aku bisa membuatnya.."

"Kurasa kita bisa duet di dapur kapan-kapan Sunbae, tinggalkan nomormu di ponselku." Aku membuka kunci layar ponselku dan menyodorkannya pada Taeyong sunbae. Ia meraihnya dan mengetikkan sebaris nomor. Kuperhatikan ia sedang melihat wallpaperku dan mengernyitkan dahinya.

"Hmm ide yang bagus Jung. Kau mempunyai kekasih yang imut. Tolong hanya Taeyong hyung, jangan sunbae." Ia tersenyum seraya mengembalikan ponsel padaku.

"Aigoo, adikku yang sangat tampan ini. Buat apa memiliki kekasih imut seperti itu jika kau pada akhirnya terus diabaikan dan ia sibuk dengan urusannya sendiri." Ten hyung mengusap-usap kepala dan bahuku, sial. Aku terlihat menyedihkan di depan Taeyong hyung.

"Ckck, dia sudah masa bodo denganku mungkin hyung !" Aku merengut sebal dan memilih untuk menyantap makananku sebelum dingin.

"Sudah berapa lama?" Suara manis Taeyong hyung. Aku lalu mendongak padanya yang sedang melihatku sambil melahap nasinya.

"Apanya yang sudah berapa lama?" Aku juga melihatnya sambil melahap dagingku. Tatapan kami intens satu sama lain.

"Diabaikan?" Sial. Pertanyaan singkat yang sangat berani.

"Hmm, dua minggu? Aku sudah biasa diabaikan hyung. Ia seorang mahasiswa kedokteran yang sedang magang. Beberapa waktu lagi Doyoungie hyung juga akan ujian akhir. Itulah dunianya." Aku menjawabnya dengan detail. Kudengar suara hentakan sumpit ke meja. Ternyata itu Taeyong hyung.

"Eum begini ya Jaehyunie. Mungkin Doyoung tidak bermaksud untuk mengabaikanmu, tapi memang ia sulit mencari waktu untuk menghubungimu. Hmmm, semangat saja ya. Aku dulu pernah hampir satu tahun ditinggalkan." Aku menyimak perkataan Taeyong hyung. Ia mengambil sumpitnya kembali dan berusaha menyisihkan kacang yang ada pada makanannya. Pandangannya sangat sendu pada kacang-kacang tak berdosa itu.

"Kau itu bukan hampir ditinggalkan. Kau bahkan sudah ditinggalkan oleh Sunbae brengsek itu Taeyongie, tanpa kau sadar. Tenang ! Namja yang lebih baik itu banyak ! Kau sudah berjanji padaku untuk melupakannya Taeyong. Teruskan hidupmu dengan bahagia nak !"

"YAK JAGA UCAPANMU DAN PANGGIL AKU HYUNG. DASAR! Hmm baiklah Chittapon dan Jaehyunie, aku duluan ya. Appa dan Eomma sudah menungguku di apartemen. Annyeong !" Taeyong hyung beranjak, mengambil tas nya dan berpamitan. Ia melambai penuh semangat dan senyum tak luntur dari wajahnya. Seperti anak TK. Aku membalas lambaian tangannya sampai ia tak terlihat lagi di kantin.

"Lihat, aku bahkan lupa jika ia lebih tua dariku. Lihat tingkahnya !" Ten hyung juga membalas lambaian kekanakan Taeyong hyung dan bergumam gemas.

"Taeyong hyung itu polos ya?" Tanpa sadar aku menanyakan hal yang tidak penting. Ten hyung sampai tersedak karena pertanyaanku.

"P-O-L-O-S ?" Ten hyung menjawabnya ambigu. Seperti pertanyaanku yang dijawab dengan pertanyaan yang lain, atau ia mengatakan kalau Taeyong hyung memang polos.

"Iya, polos." Aku menjawabnya tidak kalah singkat. Lalu aku memilih untuk menikmati ggalbijimku secara damai. Setelah itu kami mengobrolkan beberapa hal. Ten hyung mengajakku untuk datang ke Welcome Party Johnny hyung yang kembali ke korea dua hari lagi. Aku setuju, aku tidak akan menghabiskan waktu weekend sendirian di apartemen.

Taeyong POV

Aku gembira karena appa dan eomma mengunjungiku. Aku rindu pada mereka. Aku memang tinggal sendiri di sebuah apartemen dekat kampusku, dan Ten adalah tetanggaku. Orang tuaku adalah pebisnis yang sering bepergian sehingga aku harus belajar hidup mandiri, tanpa mengikuti orang tuaku yang selalu berpindah tempat. Rumah asli kami sebenarnya di Busan. Orang tuaku kebetulan sedang ke Seoul karena beberapa urusan dan memutuskan untuk mampir ke apartemenku. Walaupun tadi hanya kunjungan singkat, kami makan bersama dan bermain bersama tetapi sudah mampu mengobati rasa rinduku. Setelah mereka pulang, apartemenku menjadi sepi kembali. Huft.

Aku menengok ke jam dinding ternyata sudah pukul tujuh malam. Daritadi aku merapikan apartemenku, makan, dan mandi. Oh ya, aku harus mengirim pesan pada Ten. Aku tidak membuka ponselku dari siang dan ternyata banyak pesan masuk. Aku membalas beberapa pesan itu, lalu aku merasa sangat mengantuk. Baru saja aku akan meletakkan ponselku diatas nakas, lalu bunyi pesan masuk menarik perhatianku. Nomor asing.

"Hmm, siapa ya? Mengapa aku sangat buruk mengingat pada siapa aku membagikan nomorku.."

Aku buka dan berpikir sejenak.

Hai Taeyongie hyung. Ini Jaehyun.

Simpan nomorku ya.

Semoga beruntung bertemu denganku

Di party dua hari lagi.

"Jaehyun? Jaehyun teman Ten? Oh yang tadi siang? Anak kurang ajar tampan itu." Aku tersenyum sedikit karena mengingat tingkah Jaehyun tadi siang. Haha anak yang kurang ajar.

Ne, selamat malam Jaehyun.

Aku tidur dulu ya

Sampai jumpa !

Aku tertidur dan entah mengapa malam itu tidurku nyenyak dan mimpiku indah.

"Kata Chittapon ini pesta sederhana. WOW. Sangat pandai berbohong.."

Aku bergumam kecil dan masuk ke rumah Johnny. Ramai sekali. Ini sama dengan club malam pindah. Untung orang tua Johnny tinggal di Amerika. Mungkin mereka hampir gila jika melihat rumah kesayangannya hancur seperti ini. Aku mengedarkan pandanganku dan melihat Ten sedang bergelayut mesra di lengan Johhny, mereka sadar atas kedatanganku dan melambai padaku. Aku segera melangkah menghampiri mereka. Merentangkan kedua tanganku untuk memberi Johnny pelukan selamat datang.

"TAEYONGIEEE HYUNGG!" Sialnya, ketika aku sudah dekat tiba-tiba namja bersurai hitam acak-acakanlah yang menyambut pelukanku dengan sangat erat. Johnny dan Ten hanya tertawa melihat tingkah namja ini.

"Yak Jung Jaehyun ! Lepaskan. Sesak !" Jung Jaehyun brengsek. Ia memelukku erat dan menggoyangkan tubuh kami ke kanan dan ke kiri. Sial. Mengapa ia menjadi sangat tampan seperti ini dengan rambut acak-acakkannya. Parfumnya. Aroma tubuhnya memabukkan, membuatku sesak. Akhirnya ia melepas pelukannya, tapi sebelumnya masih sempat mengacak-acak rambut dan mencubiti pipiku. Kurang ajar. Malam ini ia memakai kemeja hitam dengan paduan ripped jeans. Membuatnya seksi. Haishh, apa yang kau pikirkan Taeyong.

"Ohhh hyung, kemana perginya hoodie kucingmu?" Lihatlah kelakuan bocah kurang ajar ini. Sedang mengolokku sekarang. Aku hanya mendengus kesal dan segera pergi menghampiri Ten dan Johnny yang sedang terbahak karena pertanyaan Jaehyun.

"Johnny, welcome home brother !" Aku mengulurkan tangan dan Johnny membalasnya dengan baik.

"Yes, thank you ! Mana hoodie kucingmu, aku penasaran ingin melihatnya HAHAHA" Double shit. Mereka senang sekali membullyku. Aku hanya bisa memutar bola mataku. Tatapanku tertuju pada segelas beer yang berada di meja sebelah. Aku meraihnya dan meneguk sedikit, lumayan membasahi tenggorokanku yang kering.

"WAH WAH WAH, anak bawah umur sepertimu tidak boleh menenggak beer. Lee Taeyong." Jaehyun bertingkah aneh lagi hanya karena aku meminum beer. Oh demi Tuhan, aku hanya kalah tinggi. Aku lebih tua.

"Fuck off." Aku sedang malas berdebat dan memutuskan untuk menjauh dari Jaehyun dan berkeliling pesta. Johnny mengangguk mengerti maksudku, lalu ia meneruskan acara mesra-mesraannya dengan Ten.

Aku bertemu beberapa teman dan sekedar berbasa-basi dengan mereka. Menghilangkan rasa jenuhku. Semakin malam hawa semakin panas karena penuhnya orang disini. Dentuman musik mulai terdengar, Johnny dengan mesin DJ adalah perpaduan yang mematikan. Aku merasa sedikit mabuk tapi masih waras untuk turun menari. Aku hanya mengikuti irama dan menggerakkan tubuhku. Aku menyahut segelas beer lagi dan terus menari. Lumayan untuk melepas penat karena jadwal kuliahku yang padat seminggu ini. Free. Akhirnya ada waktu untukku bersenang-senang. Biasanya kami akan pergi ke club malam, tapi malam ini lumayan puas dengan pesta di Rumah Johnny Seo. Seperti tersengat listrik, aku terkejut ketika ada tangan yang bergelayut di pinggangku. Whatever. Biasanya aku cuek saja, orang biasanya mengajakku menari bersama. Aku tidak perlu membalikkan tubuhku. Aku hanya harus menari bersamanya. Kurasa dadanya menempel pada punggungku. Aroma tubuhnya menyeruak, antara sadar dan tidak sadar aku merasa mengenali aroma ini. Aku tak peduli. Setelah beberapa lama hanyut, aku lelah dan menepi. Kuhempaskan tangan yang mengcengkeram pinggangku tadi dan meninggalkannya tanpa menolehkan wajahku. Aku duduk di sebuah bangku dan mengatur napasku. Sial terlalu panas. Aku membuka jaketku dan mengibas-ngibaskan kaos tanpa lenganku. Mengacak rambutku, risih dengan keringat.

Setelah merasa nyaman, aku hanya duduk bersantai dan melihat ramainya orang. Johnny dan Chittapon sudah tak terlihat. Mereka pasti sudah bergumul di kamar. Ckckck. Aku bersandar pada sofa dan tiba-tiba seseorang melangkah mendekatiku. Aku hanya tersenyum samar dan menjilat bibirku yang kering, ia membalasku dengan smirknya. Ia menghempaskan tubuhnya di sebelahku. Shit. Aroma Jaehyun. Lengan kami bersentuhan karena sofa ini memang sempit. Kaki kami bertumpu satu sama lain. Salah satu kaki jaehyun berada di atas pahaku.

"Sudah mabuk Lee Taeyong?" Jaehyun yang kurang ajar.

"Jika aku sudah mabuk, kau ingin menggodaku Tuan Jung?" Aku juga bisa kurang ajar padamu Jung. Lihat.

"Memangnya sekarang aku tidak terlihat menggodamu?" Jaehyun mengalihkan pandangannya padaku. Menopang kepalanya miring dengan salah satu tangannya.

"Melihatku kelaparan seperti ini. Kau sebut menggoda?" Aku juga akhirnya memiringkan wajahku untuk menatapnya. Kutarik kakiku dan sekarang kakikulah yang berada di atas pahanya. Menggeseknya pelan.

"SHIT TAEYONG ! AKU HANYA INGIN MENGGODAMU TAPI KENAPA AKU YANG GERAH SENDIRI" Napas Jaehyun terdengar terburu. Suaranya serak. Aku suka sekali melihatnya tersiksa seperti ini.

"Hahahaha, yakin kau akan menang menggodaku?" aku hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Kukira kau polos dari yang terpolos. Tapi ketika tadi kulihat kau menyumpah dengan santai. Ternyata aku salah menduga. Aku salah menggoda orang." Jaehyun meneruskan obrolannya denganku, sambil sesekali mengacak rambutnya. Shit. Aku juga ikut gerah.

"I know everything, tapi tidak berarti aku jalang yang seperti kau kira." Aku hanya menimpali Jaehyun dengan santai. Kami mengobrol santai.

"So, malam ini jadi jalangku saja.." Jaehyun yang semakin kurang ajar, dan sayangnya itu sangat buruk. Buruk untukku karena aku suka.

Aku tidak menjawabnya. Aku hanya terus memandangnya. Reflek menjilat bibirku karena terasa kering. Bukan menggodanya. Kami bertatapan intens untuk beberapa waktu. Tanpa ada kata yang terucap. Pandanganku terkunci padanya begitu juga Jaehyun. Kami sama-sama sudah tahu. Lalu aku mempertegasnya.

"Then, try me !" Jaehyun tersenyum miring mendengarnya.

Jaehyun berdiri dan menyeret Taeyong menjauh dari kerumunan. Ia membawa Taeyong masuk ke mobilnya. Tidak ada kata apapun yang terucap, hanya Jaehyun yang sangat tergesa mengemudikan mobilnya. Ia berulang kali menyumpah, karena Demi Tuhan, Taeyong yang diam di sampingnya adalah ancaman besar.

Setelah perjuangan yang sangat keras untuk menahan nafsunya, Jaehyun membuka apartemennya dan diikuti Taeyong yang masuk dengan santai. Taeyong haus dan ia mengelilingi tempat Jaehyun untuk sebuah dapur. Ketika sampai disana, ia segera menenggak sebotol air. Segar. Lalu ia melihat sekeliling dapur Jaehyun yang rapi.

"Apa kau membawaku kesini untuk mengajakku duet di dapur Jaehyunie?" Taeyong bertanya santai sambil menenggak kembali air dingin. Ia duduk di meja makan dengan menggoyangkan kakinya. Lalu datang Jaehyun yang tiba-tiba merebut botol minum Taeyong, ia meminum air yang tersisa sampai habis. Membuang botolnya lalu mengungkung Taeyong dengan tubuhnya. Mereka saling menatap dan wajah mereka sungguh sudah dekat. Deru napas yang terasa hangat di bibir masing-masing.

"Bagaimana, kalau duet saja di ranjangku?" Jaehyun hanya bertanya dan Taeyong melihatnya diam. Jaehyun meraih sedikit bibir Taeyong, menggigitnya pelan. Taeyong tak berkutik, ia diam dan hanya menatap Jaehyun untuk beberapa waktu.

"Bagaimana, hmm?" Jaehyun kembali meraup pelan bibir merah Taeyong, karena tidak sabar dengan Taeyong yang hanya diam menatapnya santai. Namun tiba-tiba, Taeyong balik menggigit dan melumat singkat bibir Jaehyun. Lalu bergumam, "Hmm?". Shit. Jaehyun sudah tidak tahan dengan tatapan sayu Taeyong dan akhirnya melumat keras bibir manis namja kucing itu. Ia lalu membawa kaki Taeyong melingkari pinggangnya dan mereka saling berpagutan panas menuju kamar Jaehyun.

F

review please?