Di dunia yang bersebrangan dengan dunia tempat kita selama ini tinggal. Dunia itu tak ubahnya seperti dunia kita, terdapat negara maju, berkembang, dan negara miskin. Mereka yang miskin ada agar mahluk dunia saling tolong-menolong, sehingga The One, sang pencipta yang menilai perbuatan baik mereka dan menyiapkan tempat di surga sana.
Berbeda dengan dunia kita, di dunia ini terbagi menjadi dua negara, yaitu Light World dan Dark World. Mereka bukan dunia yang bermusuhan, bukan negara yang berseteru karena perbedaan terang dan gelap, maupun pihak-pihak yang saling berperang memperebutkan negara kekuasaan. Sebaliknya, mereka adalah dunia yang saling melengkapi. Sebab di dunia yang ini, matahari dan bulan tidak bergerak.
Dark World, kau dapat melihat indahnya bulan dan bintang bertengger dan menerangi lautan hitam diatas kepalamu. Namun bukan berarti negara ini hanya untuk istirahat seperti kita beristirahat di malam hari. Jika kau tahu para pegawai kantor, tukang pos, pekerja pabrik, mereka bekerja di dunia dimana mereka tidak membutuhkan sinar matahari untuk sumber daya mereka. Tak ada petani, peternak maupun nelayan? Jangan khawatir, itulah gunanya Light world. Di Negara ini, Rakyat dipimpin oleh keturunan Kuroko yang merupakan keturunan bayangan. Mereka adalah keturunan dengan sihir bayangan dan air yang terkenal di dua negara.
Light World sendiri adalah dunia dengan sinar matahari. Sesuai namanya ia adalah negara yang disinari sinar matahari, tempat dimana banyak tumbuh-tumbuhan yang tumbuh untuk memberi makan dua dunia, tak jarang masyarakat bekerja sebagai petani, peternak dan nelayan, mereka bersentuhan langsung dengan alam. Rakyat dipimpin langsung oleh keturunan Akashi yang memang terkenal dengan tangan besi, namun keadilan dan kemakmuran sangatlah terjamin. Sihir mereka adalah sihir cahaya dan api.
Seperti yang diceritakan di atas, dua negara hidup damai dan saling melengkapi selama bertahun berganti abad. Sukacita The One melihat dunia ciptaanya hidup damai, dilimpahkan rahmatnya akan kesuburan di Light World dan kesuksesan di Dark World.
Maaf sekali jika dalam cerita selalu ada konflik.
Sebab sayang sekali kedamaian itu tak berlangsung lama. Dua abad terakhir dua negara berseteru. Entah kau terkejut atau tidak, perseteruan dimulai dari negara Dark World. Anggapan hina akan kata 'dark' yang tersemat kini menjadi nyata. Namun tentu dibalik konflik selalu ada tragedi dibalik layar, tragedi picisan apa yang menjadi penyebab perseteruan terjadi? Tentulah bisa kau bayangkan tragedi macam apa yang terjadi di kerajaan. Bagaimana kalau aku pilih—
'Raja asli dari keturunan Kuroko telah dibunuh oleh sang penasehat kepercayaan yang berasal dari keturunan Hanamiya. Kemudian seluruh keluarga Kuroko dibantai habis-habisan, sehingga keturunan Hanamiya-lah yang berkuasa' bagaimana dengan itu?
Mereka menciptakan perang dan kesedihan. Mengklaim bahwa Dark World adalah negara yang superior. Tak membutuhkan Light World yang hanya mampu bertanam, beternak, dan melaut. Mereka mampu menciptakan pasokan makanan mereka sendiri, persenjataan yang canggih, armada yang memadai, dipadukan dengan sihir-sihir yang tersohor. Dilemparkan sihir-sihir mereka untuk meng-abukan rakyat-rakyat Light World tak berdosa, tembakan meriam yang menghacurkan pemukiman dan ladang penduduk.
Air melawan api,
Bayangan melawan Cahaya,
Darah dan tangisan,
The One menangis kecewa
Ya, The One menangis. Tapi bukan berarti ia akan tinggal diam. Sesosok ayu biru menjadi perutusan untuk penyelamatan kedua Negara. Yang terselip pada bayang-bayang cahaya, ditemukan dan diangkat ke tahta cahaya, Ratu kedamaian bersanding dengan Raja bertangan besi Merah. Harmonisasi ketenangan sesaat bagi Light World.
Ohh, Jangan lupa dengan romansa biasa yang tersemat.
Kuroko Shiori, gadis ayu biru yang terlahir selamat dari puing-puing pembantaian keluarga Kuroko saat itu. Raja Masaomi dari keturunan Akashi. Tak berbeda dengan leluhurnya, namun tak kuasa melayangkan tangan dinginya pada sang gadis biru. Melalui berkat langsung dari The One, mereka dipersatukan oleh ikatan seumur hidup, pesta sukacita yang mewah sehari. Hinggal lahir sang putra pertama, Akashi Seijurou.
Dengan tangan besi dari darah sang ayah dan kebijaksanaan sang bunda. Bersama keempat pengikut sekaligus sahabat dari keempat clan ternama. Merekalah Generation of Miracles yang terdiri dari Akashi Seijurou, Midorima Shintarou, Aomine Daiki, Kise Ryouta, dan Murasakibara Atsushi. Merekalah yang telah berhasil membangun tembok perlindungan oleh tangan kecil-kecil mereka di usia mereka yang masih sepuluh tahun. Memisahkan dua negara menjadi dua dunia.
Tapi itu tidak akan bertahan lama. Terselip cerita sedih lainya yang menciptakan tangisan tertahan sang ibunda, curahan tuntutan terpendam sang ayah, dan tangan yang selalu terasa kosong seorang kakak.
The One menciptakan sebuah kristal guna menghancurkan tembok pemisah itu dan membawa perdamaian bagi dunia dan mengembalikan kembali kedamaian ke dua Negara. Dan Kristal itu ditanam dalam jantung sang putra bungsu yang murni, Tetsuya.
Dan anak itu kini diasingkan ke dunia kita, menjadi bagian dari kita. Tak tahu siapa dirinya sebenarnya. Menyimpan kekuatan rahasia yang menakjubkan. Sendirian di dunia hina kita. Dunia yang kita sendiri ingin sekali untuk menghilang saja.
Akankah hatinya akan semurni yang diharapkan The One?
ANIMAL GUARDIAN
By Hyuann
Kuroko No Basket Belongs to Fujimaki Tadatoshi
Don't like don't read
Warning: a bit OOC, typo, EYD kemana-mana, strayanimalGOM, contain abusing
CHAPTER 1: Prologue
Sore yang hangat dengan angin berhembus. Suara anak-anak yang berlari, meloncat dan berteriak kesana-kemari dengan sukacita polosnya. Dua-dua sejoli tua dan muda menikmati kebersamaan dunia untuk berdua di bawah pohon-pohon rindang berbaris di sana. Tak jarang anjing-anjing dan pemiliknya ikut menambah keramaian taman dengan suara gonggongan dan pujian dari sang pemilik, lempar tangkap, kejar-kejaran, bahkan sekadar duduk dan bersantai.
Tak berbeda pula dengan sang anak biru dengan dua anjing besar-besar berbeda jenis tengah duduk bersantai setelah berjalan-jalan mengelilingi kompleks rumah, berkejar-kejaran, dan lempar tangkap. Si biru duduk sendiri disalah satu tempat duduk kayu taman, menikmati hembusan angin yang berusaha menghapus keringat dari dahi si biru yang hendak menetes. Di paha sang anak, terbaring kepala besar yang tertidur seekor saint bernard coklat dan putih, jika dibandingkan sang anak jelas anjing ini sangat besar meski baru berusia satu tahun, badan besar dan gempalnya terbentang hampir ke ujung kursi yang panjang, meninggalkan ekor putih yang lebat menggantung di ujung, dan beruntung sang anak tak pernah terseret ketika dia berlari ketika melihat penjual es krim. Di depan kursi dekat sang anak, seekor golden retriver yang tak kalah besarnya duduk anteng dengan ekor bergoyang dan menatap dengan antusias anak-anak yang sedang bermain di besi-besi warna-warni dan kotak pasir. Bulu keemasannya nampak bersinar tertimpa matahari sore, menjadikannya anggun dan tampan siap untuk ditangkap kamera dengan surai-surai berkibas.
Tak diketahui oleh sang anak bahwa ada sepasang netra merah yang menatap sang anak dengan penuh keingintahuan. Bersembunyi dalam diam dibalik semak-semak. Mungkin manusia tidak akan menyadari dan hanya menganggap angin lalu. Namun tidak dengan kedua anjing besar-besar yang ada disisi sang anak.
Srek srek
Kedua anjing itu bereaksi dengan cepat. Kepala sang saint bernard terangkat dari tidur nyamannya, boleh saja ia malas bergerak namun matanya nyalang ke arah semak-semak dan golden retriever segera berdiri dan memasang mode defensif bagi sang tuan yang baik. Cepat menyadari perilaku kedua anjingnya sang tuan biru ikut bereaksi.
"Ada apa Kise-kun, Murasakibara-kun?" tanya sang anak yang tidak diindahkan oleh kedua anjing itu. Merasa diabaikan, ia memilih mengikuti arah pandang mereka. Memindahkan kepala besar Murasakibara sang Saint Bernard dan bergerak menuju arah semak semak. Kise si golden retreiver yang hiperaktif sudah menggonggong memanggil sang tuan seakan mencegah sang tuan untuk mendatangi semak-semak itu, sayang sekali niatnya juga tak diindahkan oleh sang tuan dan dia sendiri terikat di kursi. Menggonggong sambil berputar-putar namun tak maju kemanapun.
Biru bertemu merah. Dari tempat si biru yang berdiri lebih tinggi dari semak-semak, si mahluk bermata merah mundur dengan waspada menjauh dari manusia biru. Mengerti mahluk yang ketakutan itu, segera si biru mengeluarkan sesuatu dari tas pinggangnya. Sebungkus roti ayam yang menjadi snacknya kala melakukan jalan-jalan rutin bersama kedua anjingnya. Dibukanya bungkusan itu kemudian menyodorkan separuh bagian dari roti itu pada mahluk dihadapanya.
"Hallo, apa kau lapar? Makanlah," tawarnya, yang jurtru dibalas kurang baik oleh mahluk dihadapanya.
Grrrgrr
Dengan gigi-gigi tajam yang mampu mengoyak dengan mudah tangan putih yang terulur itu, serta mampu membuat orang yang melihatnya kabur seketika. Tapi tidak dengan manusia biru. Ia tetap setia menawarkan sepotong roti di tangannya pada anjing hitam dihadapannya. Menawarkan hatinya pada anjing besar yang berusaha bertahan hidup di dunia yang kejam.
"Tak apa, jangan takut. Ini enak lho... lihat? Ehmmm!" melakukan demonstrasi seakan roti itu benar-benar adalah makanan yang teramat lezat yang pernah ada. Sekonyong-konyong anjing hitam bermata merah berusaha menahan diri dari godaan yang amat menggiurkan.
"Baiklah, bagianmu kutaruh disini saja," kemudian ia meletakkan roti itu di tanah, pelan-pelan berdiri dan meninggalkan si anjing lapar, tangan kiri yang masih memegang potongan lainya dari roti ayam itu ia taruh membelakangi tubuhnya yang juga membelakangi sang anjing. Si biru berjalan dengan tempo yang lambat menuju ke dua anjingnya yang masih berusaha menarik atensi sang tuan.
Sedangkan sang anjing hitam bermata merah mulai jatuh dalam godaan setelah si biru berjalan meninggalkanya. Segera ia memakan sepotong kecil roti itu dengan rakusnya. Merasa tak cukup, dengan berani ia berlari perlahan dan meraih potongan lain dari roti itu dari tangan si manusia. Berusaha untuk tidak melukai tangan lembut milik si biru. Meskipun gigi putih nan tajam mengenai permukaan jari milik sang anak, sang anak tak ambil pusing.
'Kena kau!' batin si biru senang. Dibiarkanya potongan lain roti itu diambil dan sambil berjalan mendekati kedua anjingnya, ia kemudian berjongkok dan meraih mangkuk anjing milik Kise yang berisi air, kemudian menyodorkannya pada anjing hitam dibelakangnya.
Sang anjing hitam kembali ragu, berjalan pelan-pelan menuju mangkuk berisi air yang nampak sangat menyegarkan. Si Biru dengan tenang mengamati anjing itu, tak ingin membuatnya takut maupun merasa terancam, Kise yang ribut sudah ia buat lebih tenang sehingga si anjing tidak takut dengan adanya kehadiran anjing lain.
Anjing hitam ini cukup besar, bahkan sangat besar, memang tidak sebesar Murasakibara yang besar dan gempal, namun tingginya cukup melebihi si saint bernard. Hitam, kokoh, dan gagah. Dengan telinga hitam lancip berdiri, tertidur malu-malu kala mendekati sumber air itu. Doberman, termasuk jajaran anjing besar yang biasa dipakai di untuk menjadi anjing penjaga sebab perawakan yang besar dan mengerikan dan menjadi sangat agresif bila ada yang mengancam. Yang unik adalah nampak cahaya kemerahan yang muncul dari mata sang anjing. Meski sebenarnya mata sang anjing berwarna coklat layaknya anjing-anjing normal, namun saat di semak-semak tadi si anak yakin bahwa sang anjing berwarna merah rubi yang menawan. Seperti de javu.
Clur clup clurp clurp
Suara yang masih malu-malu lucu namun semakin rakus lidah merah muda itu meraup air dalam mangkuk, menampakan betapa haus sang anjing seakan lidahnya belum menyentuh air berhari-hari. Ketika raupan air itu mulai berkurang frekuensinya, Tangan sang anak setengah mengepal terjulur dihadapan moncong sang doberman yang besar dan kokoh. Tidak kah anak itu takut digigit? Tidak sama sekali. Dengan sabar dan hati-hati sang anak menanti reaksi si mata merah.
Suara raupan itu berhenti, kemudian menatap tangan putih sang anak dengan was-was. Kepala hitam yang kokoh itu mendekat kemudian menjauh, telinga lancipnya berdiri dengan tegak, begitu terus hingga akhirnya lidahnya berani menjilati tangan putih yang lembut itu, menciptakan tarikan kecil di bibir si biru yang senang dengan hasil kerjanya.
"Hallo, aku Kuroko Tetsuya. Dimana tuanmu?" setelah beberapa jilatan perlahan kepalan tangan itu terbuka, dan dengan lembut menyentuk kepala lebar si hitam. Telinga yang bediri tegakpun tertidur nyaman terkena sentuhan lembut dari sang anak.
Satu tangan berhasil meraih, kemudian tangan satu lagi ikut menyentuh. Sentuhan lembut di kepala, berpindah dengan sentuhan gemas di daerah leher dibawah telinga, menyebabkan si hitam memejamkan matanya dan menjulurkan lidahnya saking nyamanya. Berpindah pula tangan putih ke punggung besar perkasa si hitam. Kotor, dan nampak luka-luka mengering, tak nampak ada kalung pengenal maupun tanda dari pet shop maupun breeder.
"Kau terluka inu-san. Apakah sakit ketika aku mengelusmu? Dimana kau tinggal? Siapa tuanmu?" ia sangat tahu dan sadar bahwa pertanyaan itu tak akan terjawab oleh sang anjing. Yang ada ia justru dianggap sebagai anak gila karena bicara dengan anjing. Tapi ia tak peduli, sebab ia tahu sang anjing mengerti akan perkataannya. Merasakan luka-luka itu menciptakan perasaan perih di relung hati Tetsuya.
Matahari kian tenggelam, dan tiba saatnya untuk berpisah.
"Sudah sore, sebaiknya aku pulang sebelum Riko-obasan mengomeliku," terdengar kikikan setelah mengatakan itu, seraya membereskan barang bawaanya.
"Kau ingin ikut denganku? Kita bisa mengobati lukamu dulu sebelum kau kembali ke rumah." Yang ditanya hanya menatap, namun tanpa tedeng aling-aling langsung pergi menjauh tanpa membiarkan sang anak untuk mengejarnya—
"He—hei, tunggu!" dan sang anak dibiarkan termagu. Sejujurnya ia masih sangat terpesona dengan anjing misterius itu. Doberman memang nampak garang dan mengerikan, apalagi doberman yang tadi nampak penuh luka dan sangat buruk, mungkin bagi orang lain namun tidak bagi Tetsuya. Doberman itu nampak mempesona dan gagah. Katakan dirinya sinting dengan pemikiran anehnya itu, namun begitulah tiap kali ia melihat hewan. Sekalipun mereka nampak sangat buruk rupa, dan kotor, Tetsuya seakan selalu bisa melihat pesona dari tiap mahluk yang ia lihat. Tidak anjing maupun kucing, bahkan ayam dan itik.
Uunggg arf arf unngg arf arf (A/N: fiks Kise, lu lucu banget sumpah!/lanjut woi!)
Kise yang sejak tadi menahan diri dan gatal dengan peristiwa sebelumnya, kini kembali melepas tenaganya, loncat-loncat dan menjilati wajah sang tuan seakan tak sadar bahwa tubuh besarnya cukup membuat tubuh sang tuan yang sebelumnya berjongkok menjadi terduduk, namun itu cukup untuk mengembalikan sang tuan kembali ke dunia.
" O—oi Kise-kun, yamete!, oi—hai hai... yamete.." dan tawa itu kembali, membuat si golden Retriver semakin senang menggoda sang tuan, ekornya bergerak riang. Dan tawa dan permohonan ampun dari sang tuan mampu membuat Murasakibara yang sangat apatis dan hobi tidur itu kembali terlelap nyaman, namun ekornya bergoyang-goyang ikut senang.
"...ahahaha, baiklah. Ini sudah sore, jadi sebaiknya kita pulang, naa Kise-kun, Murasakibara-kun," kini Kuroko Tetsuya telah berdiri dan bersiap pulang, Kise yang selalu antusias tetap antusias, sedangkan Murasakibara—
"Ayo Murasakibara-kun, kau tidak ingin ketinggalan makan malam kan?" Mendengar kata makan malam, segera saja saint bernard coklat overweight itu menguap lebar sebelum beranjak dari posisi wenak-nya. Turun dengan tanpa masalah dan ikut berjalan dengan malas dengan tali anjing yang terhubung di kalung ungu yang telingkar di lehernya. Berbading terbalik dengan Kise yang berjalan riang seakan berusaha menyeret dan memaksa sang tuan serta teman malasnya untuk berajalan dengan cepat.
Mata merah yang sebelumnya dilupakan kembali menyaksikan sang anak biru dengan kedua anjing beda jenis berlalu. Tatapan yang begitu intens dan ingin tahu, namun disisi lain—
Begitu penuh kerinduan.
"Syukurlah kau tersenyum, Tetsuya! Tenang saja, kita akan segera bertemu lagi, otouto!" dan tatapan itu kini memunggungi matahari yang hendak tenggelam, memasuki sebuah portal tersembunyi dan menghilang tak diketahui siapappun.
To Be Continue
STAY CALM AND STOP ABUSING ANIMAL
A/N:
Mido: "katanya mau post yang dibuat selama MID kemarin, kenapa malah bikin baru? Bukannya aku peduli nanodayo tapi—"
Kise: "psst.. psst.. Midorimacchi, tu..tu!" #nunjuk-nunjuk
Hyuann&Kuroko: #aura gelap
Midorima: "Mattaku, memang kalian berdua masih marah cuma karena liat gambar itu tadi malem?"
Hyuann&Kuroko: #natap tajam midorima
Midorima: #mundur teratur dua langkah
Kise: "Maa maa, sebaiknya biarkan Hyuannchi dan Kurokocchi dulu. Mereka lagi errr—kesal habis liat gambar kucing di sosmednya Hyuannchi!"
Hyuann: "Bukan kesel lagi Kise-san. Gua MARAH!" #nada datar+aura gelap
Kuroko: "Aku juga sama Hyuann-san!" #nada datar+aura gelap
Kise: #mundur teratur lima langkah
Hhh, maafkan jika saya sedang kesal saat ini. And this fanfict is ridiculously absurd, I know!
Jadi, tentang gambar di sosmed yang dimaksud Kise-san tadi—IYA, memang cuma kucing. Kucing yang digorok lehernya dengan pelaku tersenyum bangga seenak jidat sambil ngerokok. Baru psikopat kelas teri aja bangga lu! #mencak-mencak
Jadi melalui fanfict ini, saya ingin mengajak gerakan "Stop Abusing Animal" (Thor, ini genre-nya fantasi?) tenang Minna-san, tetap fokus kok! Sebenarnya saya sendiri nggak tahu kenapa jadi bikin fantasi gini. Tapi well, itung-itung coba-coba lah!
P.S. Silahkan bunuh saya, tapi jangan flame saya #Bow
Sebelum saya undur diri, ini yang terakhir:
Saya tahu mungkin minna-san nggak semuanya suka hewan. Tapi itu bukan alasan untuk seenak jidat nyakitin mereka. Mereka tetap adalah mahluk ciptaan Tuhan. Mereka nggak akan nyerang tanpa sebab.
I know they are only or even a mere dirty dog, cat, even rat, chicken, and bird. They are everywhere, begging for food, stealing aur food, even trying to disturbing our pet. But please, stop abusing them! #bow
Kritik dan saran saya nantikan,
Follow and Favorite jika berkenan.
Arigato Minna-san