Suara hingar bingar musik yang memekakan telinga menjadi salah satu ciri khas sebuah klub malam. Gelas-gelas alkohol terus di sajikan oleh bartender yang sedang menjalankan tugasnya. Bermacam kalangan sedang asik berdansa di lantai, saling menggesekan anggota tubuh satu sama lain, berniat saling menggoda. Seoul dan aktivitas klub malamnya adalah sebuah rutinitas yang selalu berjalan.

Seorang lelaki tinggi yang sangat tampan sedang duduk di apit gadis-gadis seksi di kedua sisinya. Sesekali dia terkekeh dan memberikan kecupan secara cuma-cuma pada gadis-gadis yang sedang asik menggesekkan anggota tubuh mereka memancing gairah si lelaki jangkung. Lelaki tampan itu menegak satu gelas lagi alkohol yang saat ini sedang dia nikmati, matanya menjejalah ke semua isi klub yang sedang asik melakukan kegiatan masing-masing tanpa tahu malu.

Banyak pasang mata yang mencuri pandang ke arahnya. Tidak hanya gadis-gadis yang memang menunjukkan niat meggoda tetapi juga lelaki cantik dan manis yang memasang tampang malu-malu minta dihampiri. Melihat banyak yang tertarik dengannya lagi-lagi lelaki itu terkekeh.

"Oppa~ apa kita akan bermain malam ini?" gadis di sisi kanannya mulai memainkan jari-jari yang dia miliki di dada bidang yang tertutup kemeja hitam dengan dua kancing yang sengaja di buka.

"Entahlah." Jawabnya seraya meminum kembali segelas alkohol. "Sepertinya tidak." Sambungnya lagi dengan suara berat yang seksi.

"Wae oppa?" gadis yang di sisi kiri ikut menimpali.

"Ne, wae oppa? Bukankah kau sudah lama tidak bermain dengan kami disini?" rajuk gadis di sebelah kanan dan dangguki oleh yang di sebelah kirinya.

"Aku sekarang benar-benar sibuk, jadi tidak punya waktu untuk bermain dengan kalian." Satu tegukan alkohol lagi masuk ke dalam lambung Chanyeol.

"Oppa berbohong! Buktinya hari ini oppa bisa datang kesini."

"Ya! Aku sangat merindukan oppa~" gadis-gadis itu semakin merapatkan dirinya, mengapit tubuh Chanyeol yang berada di tengah-tengah.

"Aku tidak bohong sayang~" tangan besar Chanyeol menggelus sayang kepala gadis-gadis itu. "Aku berada di sini hanya untuk menghindari dirinya." Lelaki itu menyeringai kejam. "Dirinya yang lebih rendah dari seorang jalang."

.

.

.

Byun Baekhyun memotong steak yang ada di depannya dengan pandangan kosong. Suasana restoran yang sengaja di pesannya untuk mengadakan makan malam bersama keluarga terlihat hening dan terasa kaku. Tuan dan Nyonya Byun belum mengalihkan perhatiannya dari sang anak yang sejak tadi hanya diam dan asik memotong hidangan di hadapannya.

"Kau ada masalah nak?" perkataan Tuan Byun seolah membawa Baekhyun kembali ke alam nyatanya.

"Huh?" Baekhyun mengalihkan perhatiannya pada sang Ayah.

"Kau ada masalah?" Nyonya Byun mengulurkan tangannya dan menggengam tangan anak satu-satunya.

"Tidak, Ibu." Baekhyun memasang senyum kecutnya.

"Kau tidak bisa berbohong pada kami nak." Tuan Byun menatap intens anaknya. "Apa kau punya masalah dengan Chanyeol?"

"T-tidak, Ayah. Kami baik-baik saja" Baekhyun berujar ragu. Ada sorot gugup di dalam matanya saat membalas perkataan Tuan Byun.

"Kau tidak berbohong kan nak?" Tuan Byun memegang lembut tangan Baekhyun. "Bila kau ada masalah kau bisa berbagi dengan kami." Lelaki tua yang sangat di hormatinya itu tersenyum menenangkan.

"Tidak ada apa-apa Ayah. Aku tidak berbohong." Baekhyun meletakkan tangannya dia atas tangan sang Ayah.

"Baiklah kalau begitu." Tuan Byun mulai kembali lagi memakan steak yang tersaji di depannya.

"Maafkan aku Ayah, Ibu." Baekhyun memandang kedua orang tuanya dengan rasa bersalah.

"Kenapa meminta maaf sayang?" Nyonya Byun mengelus kepala anak kesayangannya itu.

"Seharusnya, Chanyeol ada di sini. Ini salahku karena mengatur jadwal makan malam bersama kita tanpa bertanya lebih dulu pada Chanyeol tentang jadwalnya." Kepala bersurai hitam itu tertunduk, rasa bersalah menghiasi hatinya.

"Tidak apa-apa Baek. Ayah mengerti, Chanyeol pasti memiliki pekerjaan yang tidak bisa dia tinggal begitu saja. Ayah dengar suami tampanmu itu sedang memproduseri penyanyi terkenal Kwon Boa untuk album terbarunya." Tuan Byun berusaha merubah alur pembicaraan. Dia sedikit mengerti dengan perasaan anaknya saat ini.

"Ya, Ayah. "

"Sayang~ kami mengerti dengan posisi Chanyeol, jadi Baekie tidak boleh merasa bersalah ne?" satu-satunya wanita yang ada di sana tersenyum menanangkan.

"Benar. Uri Baekhyunie harus belajar mengerti posisi suaminya juga." Sambung Tuan Byun seraya tertawa dengan suara besarnya.

Baekhyun hanya tersenyum paksa saat melihat respon baik kedua orang tuanya. Lelaki imut itu sangat bersyukur memiliki kedua orang tua yang sangat pengertian dan sayang kepadanya.

"Baiklah! Ayah dan Ibu akan pergi sekarang." Tuan Byun berdiri dari kursinya setelah mereka selesai dengan makanan penutup mulut yang di sajikan pihak hotel.

"Uri adeul~ Ibu akan merindukanmu~" Nyonya Byun memeluk tubuh anak satu-satunya itu.

"Ya Ibu. Aku juga akan merindukan Ibu." Mata kecil itu bergulir pada sosok lelaki tampan di sebelah Ibu nya. "Ayah juga."

"Ayah juga akan merindukanmu nak!" Tuan Byun menepuk pundak anaknya. Senyum wibawa tersemat di parasnya yang mulai menua. "Sekali-kali kunjungilah Ayah dan Ibu mu ini Baek. Kalau kau dan Chanyeol punya waktu senggang, berliburlah ke Swiss."

"Baiklah Ayah, aku akan berbicara nanti dengan Chanyeol." Baekhyun menunduk hormat kepada Tuan Byun.

"Sampaikan salam kami pada Chanyeol. Anak Ibu benar-benar hebat dapat mengurus suami dan perusahaan secara bersamaan." Senyum wanita itu lagi-lagi merekah.

"Pasti akan aku sampaikan, Bu."

Tanpa kedua orang tuanya sadari, rahang lelaki kecil itu mengeras.

Brengsek kau Park Chanyeol!

.

.

.

Chanyeol memarkirkan mobilnya di garasi rumah yang sudah dia tinggali selama dua tahun ini. Rumah mewah milik suaminya, Byun Baekhyun atau sekarang telah menjadi Park Baekhyun. Rumah yang biasanya menjadi tempat favorit seseorang untuk melepas lelah dan beristirahat malah menjadi tempat yang sangat-sangat memuakkan untuknya, terutama saat bertatap muka dengan Baekhyun.

"Dari mana saja kau?" Baekhyun telah berdiri di hadapannya, menyilangkan kedua tangannya di depan dada, dan menatap Chanyeol dengan tajam.

"Club." Chanyeol memajukan wajahnya dan berbicara tepat di depan wajah Baekhyun, membuatnya mengernyit mencium aroma alkohol di mulut Chanyeol.

"Kau melupakan perkataanku tadi pagi?" nada itu sangat tajam dan terdapat emosi di dalamnya.

"Bukan melupakan." Chanyeol berjalan meninggalkan Baekhyun menuju sofa besar yang ada di ruang tamu dan duduk di atasnya. "Tapi memang sengaja tidak datang." Ucapnya dengan nada remeh.

Baekhyun mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal. Langkah kaki membawanya berdiri di depan Chanyeol yang sedang duduk di sofa.

"Bukankah aku sudah bilang untuk datang. Malam ini orang tuaku sudah berangkat ke Swiss Chanyeol! Bisakah kau sedikit saja menghormati mereka!" teriakan Baekhyun menggema di dalam ruangan mewah yang terlihat dingin itu.

"Aku memang tidak menghormati mereka dan tidak akan pernah melakukannya!" Chanyeol berdiri menjulang di depan Baekhyun. Mencoba mendominasi.

"Kenapa? Kau memang punya masalah denganku Chanyeol! Bukan dengan orang tuaku!"

"Apa? Masalah denganmu bukan orang tuamu?" Chanyeol terkekeh sinis. "Kalian itu sama saja Baekhyun. Kau dan orang tuamu!"

"Jaga bicaramu." Baekhyun mendesis bahaya. Emosi mulai mengambil alih pemikiran rasionalnya. Lelaki itu sama sekali tidak masalah jika Chanyeol membenci dirinya, tapi tidak dengan orang tuanya.

"Kau tidak terima? Tapi itu kenyataan! Kalau tidak karena ulah orang tuamu! Aku tidak akan berada di rumah memuakkan ini!"

"Kau lelaki brengsek!"

"Kau yang lebih brengsek jika kau lupa!" mata Chanyeol berkilat marah. "Tidak pantas kau mengatai diriku brengsek, jalang!"

Tubuh Baekhyun membeku seketika. Emosi yang berada di ubun-ubun kepalanya tiba-tiba berganti dengan rasa sakit di hatinya. Lelaki yang dia cintai yang sudah menjadi suaminya selama dua tahun ini mengatainya jalang.

"Jalang kau bilang?" Baekhyun terkekeh serak di depan Chanyeol yang saat ini sedang memandangnya dengan dahi berkerut heran. "Ya! Aku memang jalang Chanyeol!" Baekhyun maju lebih merapatkan dirinya ke arah Chanyeol. Memeluk perut lelaki itu erat. "Aku mencintaimu, kau tahu kan?"

"Lepaskan brengsek! Kau menjijikkan!" Chanyeol berupaya lepas dari pelukan Baekhyun.

Baekhyun memejamkan matanya erat, mencoba melawan air mata yang hendak keluar. Dia tidak mau terlihat lemah di hadapan Chanyeol. Dia akan berusaha membuat Chanyeol membalas perasaannya, sampai kapanpun.

"Chanyeol... kau ingat ini tanggal berapa?" suara Baekhyun terdengar lirih berbanding terbalik dengan tubuh Chanyeol yang mulai menegang kaku. Keahlian Baekhyun adalah mengancamnya dan memutar balikkan keadaan.

"Tiga hari lagi adalah rapat evaluasi perusahaan Chanyeol." Tangan Baekhyun mulai bermain-main di dada Chanyeol yang bidang. "Kau ingat harus melakukan apakan sayang~?"

"Pelacur murahan." Desis Chanyeol diantara situasi yang tidak menguntungkan.

"Kau benar. Jadi, kau harus memuaskan hasrat si pelacur ini, hm?" suara lembut itu berbisik menggoda di telinga Chanyeol yang mulai memerah karena amarah.

.

.

.

"Akh! Chanhh~"

Tubuh Baekhyun terus bergerak di atas Chanyeol yang sedang duduk diatas ranjang milik Baekhyun. Sesekali bibir tipis miliknya menghisap dan melumat milik Chanyeol yang terlihat memerah dan bengkak, membuat kedua belah bibir itu basah karena saliva milik Baekhyun.

"Chanyeolhh... a-aku-hhh.. cin-cinta-akhh!" suara itu tersendat di antara desahan yang dia miliki. Lelaki kecil itu masih berusaha untuk memberikan pelayanan terbaik untuk suaminya.

Peluh terlihat mengalir di pelipis dengan kulit mulus milik Baekhyun. Erangan-erangan miliknya makin terdengar saat milik Chanyeol terus mencium prostat miliknya di dalam sana.

"Chanyeolhh~"

Tangan berjari lentik itu meraba wajah dingin lelaki yang sedang dia tunggangi. Merasakan tekstur lembut kulit wajah Chanyeol dengan sangat pelan dan berhati-hati. Baekhyun memeluk erat lelaki yang ada di depannya. Lelaki yang sudah sah menjadi suaminya sejak dua tahun silam.

Mulut kecil itu tidak berhenti mendesahkan nama Chanyeol. Memuja nama itu dengan segenap perasaan yang dia miliki. Berbisik dengan lirih di telinga lelaki yang masih tetap saja diam seperti patung sejak mereka bercinta.

Ini bukanlah seks pertama yang mereka miliki. Seks adalah kebiasaan yang Chanyeol dan Baekhyun lalukan dalam jangka waktu sebulan sekali. Tepatnya saat evaluasi perusahaan dilakukan. Chanyeol harus mau melakukannya dengan Baekhyun, jika tidak perusahaan miliknya yang ada di tangan Byun Group akan hancur. Baekhyun sanggup melakukan apa pun untuk merealisasikan keinginannya. Setidaknya dia bisa merasakan memiliki Chanyeol satu bulan sekali, walau dia harus memaksa Chanyeol mengkonsumsi obat perangsang untuk melakukannya.

Bukan hal aneh lagi jika Chanyeol melakukan hal tersebut. Dia sama sekali tidak memiliki hasrat dan gairah untuk suami kecilnya itu. Chanyeol membenci Baekhyun. Sangat membencinya. Bagi Chanyeol, Baekhyun hanyalah tukang paksa dan sangat egois. Tidak memiliki hati dan hanya memikirkan dirinya sendiri.

"Chanhh-ahh..."

Lagi. Suara menjijikkan itu lagi-lagi masuk kedalam gendang telinga Chanyeol. Membuatnya ingin segera lepas dari tubuh kecil yang masih bergerak liar di atasnya. Chanyeol merapatkan giginya, mencoba tidak mendorong jalang itu, dia tidak mau membuat perusahaan milik ayahnya hancur. Ya, ini semua hanya demi perusahaan. Pernikahan ini hanya pernikahan bisnis yang di paksakan.

.

.

.

"Chanyeolhhh!"

Tubuh milik Baekhyun melengkung indah saat lelaki itu merasakan pelepasan yang sangat dahsyat untuknya. Dia terenggah-enggah, mencoba meraup oksigen dengan rakus untuk mengisi paru-parunya yang kosong. Pasca orgasme yang sangat luar biasa walaupun melelahkan.

Dorongan kasar Baekhyun rasakan saat Chanyeol dengan tiba-tiba melepaskan tautan mereka. Baekhyun tidak lagi berada di atas tubuh lelakinya melainkan bersimpuh di atas ranjang besar miliknya. Matanya tidak lepas dari Chanyeol yang berdiri dengan miliknya yang masih sangat keras dan memerah.

"Chanyeol, aku akan membantumu."

Baekhyun menarik lengan telanjang itu, dan sedetik kemudian tangannya terhentak kasar.

"Tidak perlu." Suara itu bernada datar dan dingin.

"Chanyeol, sekali ini saja. Kau bisa menggunakanku." Baekhyun masih berusaha membujuk Chanyeol.

"Aku tidak akan menggunakanmu." Desis Chanyeol dengan masih berusaha memakai pakaiannya kembali.

"Aku suamimu Chanyeol! Sudah menjadi tugasku untuk melakukannya untukmu!" suara itu terdengar frustasi.

"Suami?" Chanyeol yang sudah berpakaian lengkap. Lelaki itu membungkuk dan mengurung Baekhyun dengan lengannya. "Kau bukan suamiku Baekhyun-sshi. Kau hanya orang lain yang memaksakan label suami itu melekat di dirimu."

Mata Baekhyun terlihat berkaca-kaca, tapi dengan sekuat tenaga dia berusaha menahannya. Baekhyun tidak mau lagi dianggap lelaki menjijikkan oleh Chanyeol. Dia tidak mau Chanyeol tambah membencinya.

"Chanyeol, kau kesakitankan? Aku bi-" tangan Baekhyun yang hendak melepas pengait celana Chanyeol di tepis kasar.

"Kau menjijikan sialan!" suara berat itu membentak. "Aku lebih memilih jalang untuk menyelesaikan urusanku dari pada dirimu Byun Baekhyun." bisiknya di telinga Baekhyun yang memerah.

Chanyeol melenggang pergi meninggalkan Baekhyun yang masih berada di atas ranjang miliknya. Suara mobil Chanyeol terdegar menjauh, suaminya itu benar-benar telah pergi meninggalkannya.

Setetes demi setetes air mata itu mulai mengalir membasahi pipi putihnya. Baekhyun merasa dirinya benar-benar menjijikkan setiap kali Chanyeol berkata seperti itu. Dia merasa sangat-sangat tidak berharga saat lelaki yang sangat dia cintai lebih memilih jalang di luaran sana dari pada dirinya.

Suami tingginya itu hanya diam seperti patung saat mereka melakukan seks. Chanyeol juga tidak pernah memeluknya, menciumnya bahkan menenangkannya waktu pertama kali mereka melakukan seks. Saat itu, bahkan sampai sekarang, Chanyeol hanya diam dengan tampang dingin saat yang lebih kecil merasakan kesakitan waktu penetrasi awal.

Chanyeol hanya membiarkannya bergerak sendiri saat mereka melakukan seks. Lelaki itu hanya diam seperti patung, hanya Baekhyun yang terlihat bersemangat saat melakukannya. Bahkan Chanyeol tidak pernah datang bersama dengannya. Chanyeol lebih memilih untuk terus menahan orgasmenya, walaupun dia merasa kesakitan dan akhirnya pergi menyelesaikan dengan orang lain.

Baekhyun menekuk kakinya dan menyembunyikan wajahnya di antara lutut. Malam ini sama seperti malam-malam sebelumnya. Baekhyun hanya akan menangis sampai kelelahan dan akhirnya tertidur. Berharap dalam mimpi dia bertemu dengan Chanyeol yang membalas perasaan cintanya.

.

.

.

TBC

Tertarikkah?

Review nya di tunggu!