Disclaimer : demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei, aku hanya pinjam saja.
.
.
I want..
.
(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)
.
I want.. by author03
Uzumaki Naruto x Hyuuga Hinata.
Romance\Fantasy
.
.
.
Please.. Dont like dont read.. Thanks.
.
.
Chapter bonus
.
.
.
.
Jam telah menunjuk pukul 23.01
Terlihat sepasang manusia yang masih terduduk bersebelahan di ranjang king size mereka dengan punggung mereka yang di sandarkan di tiang ranjang nya dan sibuk dengan urusan masing-masing, satu dengan ponsel san satu dengan buku.
"Ne.. Hinata.. Lihat sini.. Dia melakukan trik sulap." ucap seorang lelaki bersurai kuning senang sambil memperlihatkan sebuah video berdurasi 18 detik ke arah Hinata yang langsung berfokus padanya.
...
"Oh! Dia menghilang Naruto." Ucap Hinata terkejut ketika seorang lelaki tiba-tiba menghilang saat sebuah mobil hampir menabraknya.
"Lihat lagi. Dia menunjukan bagaimana cara melakukannya." ucap Naruto yang membuat Hinata semakin mendekatkan matanya ke layar ponsel Naruto.
Aaaaaaaaaaa!
"Kyaaahh!" Pekik Hinata kaget sambil menjauhkan wajahnya dari ponsel ketika sebuah wajah mengerikan tiba-tiba muncul di layar Naruto.
"Hahahaha! Aku berhasil mengerjaimu." ucap Naruto senang yang membuat Hinata terus memukul lengannya.
"Hiks.. Kau membuatku terkejut." ucap Hinata takut dengan kedua tangannya yang berhenti memukul lengan Naruto dan menutup matanya yang mulai berair. Sumpah. Ia terkejut. Jantungnya seolah copot.
"Maafkan aku.. Jangan menangis ya Hinata.." ucap Naruto merasa bersalah sambil memeluk lembut Hinata. Istrinya sangat lembut..
.
"Ee? Tunggu.. Aku jadi mengingat sesuatu." ucap Naruto sambil melepaskan pelukannya pada Hinata yang sudah terlihat tak lagi menangis.
"Apa?" tanya Hinata penasran.
"Dulu mataku bisa melihat hantu dan kau tak pernah menutup mataku. Mengapa aku tak pernah lagi melihat hantu setelah aku bertemu denganmu?" tanya Naruto penasaran. Ia bahkan hampir tak sadar soal ini.
"Oh.. Itu kerena mereka tak bisa mendekatiku dan karena kita memiliki perjanjian, mereka juga tak akan bisa muncul didepanmu." jelas Hinata yang membuat Naruto menganggukan kepalanya tapi tunggu..
"Ee.. Aku tidur dulu." Hinata yang langsung merobohkan dirinya kebelakang dan menutup matanya, berusaha menghindari mata Naruto yang menyipit menatapnya.
"Oh.. Dasar penipu. Ternyata tanpa kau menutup mataku, aku bisa tak melihat mereka. Kau sungguh iblis Hinata." ucap Naruto tak terima. Oh.. Untung saja ia pintar tak termakan bujukan manis Hinata waktu itu.
...
Hinata yang tak bergerak ataupun bersuara sedikitpun.
"Hei.. Kau dengar aku?"
"Aahahah.. Naruto.. Hentikan.. Hahaha.." tawa Hinata geli ketika Naruto terus menggelitik kedua pinggang nya.
"Hahahaha.. Maaf Haha.. Maafkan aku.. Naruto.. Perut.. Hahaha.. Geli!" tawa Hinata yang membuat Naruto semakin menggelitik nya.
"Rasakan ini."
"Sudah. Hahahaha.."
"Hei.. Jauhi putri kecilku." Naruto yang langsung menghentikan aksinya dan menatap terkejut suara di depan ranjangnya begitu juga dengan Hinata yang langsung mendudukan dirinya dan menatap asal suara yang juga di hadapannya.
"Ayah mertua? Mengapa kau selalu muncul disaat kami sedang sibuk?" ucap Naruto heran. Sumpah. Ayah Hinata selalu saja muncul jika mereka tengah sedikit bermain dan kadang pun umm..
"Ayah apakah kau mengawasi kami?" tanya Hinata penasaran. Serius. Ayahnya selalu muncul tiba-tiba kecuali.
"Tentu saja ah tidak." jawab Hiashi cepat yang membuat Hinata dan Naruto menatapnya penuh introgasi.
Tunggu tunggu tunggu. Mari kita perjelas. Hiashi memang selalu mengawasi Hinata dan Naruto kapanpun dan dimana pun. Terkadang memergoki mereka yang sedang bermesraan dan sedikit kiss *uhuk* .
dia hanya tak muncul ketika Naruto dan Hinata sedang membuat Borut
Tunggu tunggu.. Uhm..
Naruto dan Hinata yang langsung saling menatap yang kemudian menatap Hiashi yang masih menatap mereka.
"Tidak. Ayah tak pernah melakukannya." bantah Hiashi tak terima ketika ia melihat Hinata dan Naruto menarik selimut di dekat mereka dan menutupi badan mereka.
"Kami bahkan belum mengatakan apapun. Jadi itu benar. Ayah mertua. Kau sungguh tak bisa dipercaya." ucap Naruto tak percaya. Ternyata selama ini ayah Hinata... Harga dirinya sungguh berakhir.
"Ayah. Kau membuatku malu!" pekik Hinata malu. Ayahnya sungguh..
"Ayah tidak!" bantah Hiashi yang langsung di sela oleh Hinata dan Naruto secara bersamaan.
"Kau iya!"
Sumpah.. Hiashi tak pernah melihat hal itu..
.
.
.
.
.
Uchiha house.
02.23 pagi..
Terlihat sepasang manusia yang tengah tertidur berpelukan. Um.. Tidak. Hanya sang lelaki yang tertidur pulas.
"Um.. Sasuke.. Sasuke?" panggil seorang wanita bersurai pink sambil memainkan jari telunjuknya di dada bidang suaminya yang terlihat tertidur lelap.
"Apa Sakura?" tanya Sasuke pelan tanpa membuka matanya. Ia masih mengantuk.
"Aku ingin minum jus tomat buatan mu." pinta Sakura manja yang membuat Sasuke membuka matanya dan menatapnya.
"Ini masih sangat pagi. Besok saja ya?" tawar Sasuke sambil kembali menutup matanya yang membuat bibir Sakura memanjang.
"Maafkan ayahmu ya anakku. Dia tak ma" mata Sasuke yang langsung terbuka lebar. Ia yang langsung beranjak dari tempatnya dan melangkah pergi.
Sakura yang langsung mendudukan dirinya dengan senyum bahagianya sambil mengelus perut buncitnya yang berisi seorang bayi yang kini berusia 7bulan. Bayi ini akan menjadi anak kedua nya dan Sasuke. Selama ini Sasuke selalu memperlakukan nya dengan sangat baik. Tak ada satu menit pun bagi Sakura tanpa mencintai Sasuke. Ia sangat bahagia. Ia sangat senang. Hidupnya terasa sempurna. Ia merasa seperti seorang wanita yang paling bahagia di dunia ini.
"Terima kasih banyak Sasuke." Ucap Sakura syukur. Terima kasih atas lima tahun pernikahan yang menurutnya sangat sempurna ini.
.
.
Sementara di sisi Sasuke.
Piang.. Semua barang dari lemari kecil di atas yang langsung terjatuh ketika Sasuke membuka kemari itu. Ia sungguh lupa dimana ia menaruh blender! Aaarrggh!
"Aaa.. Sialan!" marah Sasuke frustasi.
Menjadi manusia sangat merepotkan. Dulu ia hanya tinggal mengulurkan tangannya dan sreeng.. Tapi sekarang ia kesusahan. Menjadi manusia sungguh tak segampang yang ia kira dan istri hamilnya sungguh annoying!
Bletak..buss.. Sebungkus tepung dari lemari atas yang tak sengaja disengol tangan Sasuke yang membuat tepung itu terjatuh dan mendarat sempurna di wajah Sasuke yang membuat wajah tampan itu dipenuhi tepung.
"Uhuk.. Sialan." ucapnya frustasi.
Sejujurnya hingga kini Sakura masih tak tahu jika Sasuke itu sedikit special dari dirinya maupun manusia lainnya dan jika kalian mengapa Sasuke mengubah dirinya menjadi manusia? Jawabannya karena ia merasa saat ini ia tinggal di dunia manusia jadi ia harus membiasakan hidup seperti mereka. keputusan ini bulat dua tahun lalu dan tak bisa ia katakan betapa sengasaranya dirinya saat kemampuannya hilang. Seketika ia merasa menjadi orang yang paling tak berguna.
Tapi ia tak pernah sedetikpun menyesal tentang hidupnya kini. ia sangat bahagia dengan pernikahan ini dan Sakura. Ia sungguh merasa menjadi seseorang yang paling bahagia di muka bumi ini. Memang agak sulit untuknya bisa melakukan apapun tapi ia senang dengan adanya Sakura di sisinya.
Mungkin setelah ini ia akan ke kamar dengan segelas jus tomat dan mengatakan 'terima kasih Sakura.' atas semua kebahagian yang kau berikan.
.
.
.
.
.
.
Satu minggu kemudian..
23.56
Terlihat sebuah ruangan yang gelap yang hanya di terangi oleh lilin-lilin di setiap sudut ruangan.
"Selamat ulang tahun istri tercintaku.." ucap Naruto senang ketika Hinata memasuki kamar mereka yang membuat Hinata mencari asal suara, ternyata suara itu berasal dari seorang lelaki yang kini berdiri di hadapannya.
"Naruto? Ulang tahunku besok." ucap Hinata lucu. Setiap tahun Naruto selalu merayakan ulang tahunnya sehari sebelum waktunya.
"Tak masalah. Aku ingin lebih dulu mengatakannya." ucap Naruto sambil melingkarkan kedua tangannya ke pinggang Hinata begitu juga dengan Hinata yang langsung melingkarkan kedua tangannya ke leher Naruto.
"Sayangnya tahun ini kau menjadi yang kedua. Ayahku telah mengatakanya dua hari yang lalu." ucap Hinata lucu yang membuat Naruto menatapnya tak suka. Ayah mertuanya suka sekali menantangnya.
"Aku akan membuat perhitungan dengannya nanti." ucap Naruto yang langsung menempelkan dahinya ke dahi Hinata. Jantungnya terus berdebar.
...
"Tak ada seharipun aku tak mencintaimu." ucap Naruto bersungguh-sungguh. Ia mengatakan ini sungguh dari dalam hatinya.
"Aku tahu. Kau hampir mengatakannya setiap hari." Ucap Hinata lucu. Kata-kata ini seolah makanan sehari-hari untuknya tapi ia sangat senang mendengarnya.
Kedua mata itu yang masih saling menatap dalam gelap... Ruangan yang di penuhi oleh rasa cinta yang tak sedikitpun lengkang dimakan oleh waktu..
"Aku hanya merasa kata-kata tak cukup membuktikan betapa bes" satu jari telunjuk Hinata yang langsung di tempelkan ke bibir Naruto yang membuat kata-kata Naruto terpotong.
"Kau sudah cukup membuktikannya." ucap Hinata ketika Naruto menyingkirkan pelan jari telunjuk nya di bibirnya.
Naruto yang mendekatkan pelan bibirnya ke bibir Hinata.
Satu kecupan lembut yang membuat Hinata tersenyum bahagia. Ia sungguh merasa telah menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini.
Hinata yang membalas mengecup lembut bibir Naruto yang membuat Naruto membalasnya tersenyum lembut. Naruto sungguh merasa dirinya adalah manusia yang paling bahagia di dunia ini.
Kedua bibir itu yang kembali bersatu dan secara perlahan saling mengulum.
"Terima kasih Hinata." Naruto membatin bahagia. Ia tak menyesal sama sekali telah bertemu dengan Hinata. Ia tak menyesal sama sekali atas semua yang terjadi. Yang ia tahu ia bahagia.
"Terima kasih Naruto." dari pertama kali pernikahan ini terjadi hingga saat ini. Tak pernah sekali pun Naruto mengecewakannya. Naruto menang bodoh dan ceroboh tapi bagi hati Hinata. Naruo sangat pintar dan teliti menjaganya.
Kedua pasangan yang saling melemparkan senyuman bahagia ketika bibir itu berjarak 2cm.
Bibir itu yang kembali ingin bersatu
"Sampai kapan kau akan mencium putri kecilku?"
"Uhuk!" belum sempat bibir itu bersatu, kedua manusia tadi yang langsung saling mendorong yang membuat jarak satu meter diantara mereka.
.
.
Sialan!
.
.
.
.
Bye bye.