"Sayang, apa kau sudah tidur?" ucap Luhan sambil menggoyang-goyangkan lengan Sehun yang sedang tidur membelakanginya. Boleh aku mempertegas bahwa Sehun belum tidur saat ini, ia hanya menutup matanya.

"Kau marah padaku? Maafkan aku Sehun" ucap Luhan yang sudah berhenti menggoyang-goyangkan lengan Sehun. Luhan kini menutup wajanya dengan telapak tangannya. Sekuat tenaga Luhan tidak mengeluarkan isakannya agar tak mengganggu tidur Sehun. Namun Sehun tentu masih bisa mendengarkan isakan istrinya itu, dan dengan cepat ia pun berbalik untuk menatap sang istri.

"Lu" panggil Sehun sambil mencoba menjauhkan tangan Luhan dari wajahnya. Luhan yang terisakpun hanya bisa memandang Sehun dengan pandangan sayu. Karena merasa bersalah, akhirnya Luhan berhambur memeluk tubuh Sehun. Tangisnya semakin menjadi ketika Sehun mengusap punggung kecil Luhan.

"Maafkan aku Sehun, aku tak bermaksud membohongimu" ucap Luhan di sela-sela tangisannya.

"Ya aku tau, mungkin kau lelah. Kita masih bisa melakukannya di lain hari" ucap Sehun tenabg sambil mengecup pucuk kepala Luhan beberapa kali.

Flashback on

"Sayang, apakah aku bisa mendapatkan jatah yang lebih jika aku menggendong kelinci itu?" Tanya Sehun dengan polosnya.

"Oh Sehun!"

"Oh ayolah Lu, kita sudah lama tak melakukannya" rengek Sehun sambil menampilkan tatapan memohonnya. Luhan terlihat berpikir dengan rengekan Sehun.

"Baiklah, cepat gendong kelinci ini" ucap Luhan. bukan, bukannya Luhan ingin member jatah pada Sehun. Ia melakukan ini semua karena ia ingin suaminya sedikit menghilangkan ketakutannya pada binatang berbulu.

Dengan tatapan takut bercampur geli, Sehun akhirnya mengambil binatang bertelinga panjang itu dari dekapan sang istri. Sehun menghembuskan nafasnya panjang lalu menutup matanya. Kelinci berwarna putih itu saat ini berada di dekapan Sehun, meski Sehun tak ingin melihat binatang yang ada di dekapannya. Alisnya berkerut dan bibirnya terbuka karena ia merasa bulu kelinci itu menyentuh kulitnya langsung, dan itu membuat Sehun geli.

Luhan tersenyum puas melihat ekspresi ketakutan Sehun sekaligus keberanian Sehun memegang binatang yang selama ini ia benci.

"Ini…ini… cepat ambil dia dariku Luhan" pinta Sehun sambil menyodorkan kembali kelinci. Dan dengan santainya Luhan mengambil kelinci itu. Sehun kemudian tampak membersihkan bulu kelinci itu yang menempel di bajunya.

"Aku sudah melakukannya, itu berarti aku akan mendapatkan jatahku nanti malam" ucap Sehun sambil mengerling nakal pada Luhan. dan Luhan hanya tersenyum lalu berjalan menjauh dan kembali bersama anak-anaknya.

Flashback off

Jadi akan ku jelaskan kenapa semua ini terjadi. Sepulang dari peternakan kelinci, Sehun memang merajuk kepada Luhan. sepanjang perjalanan pulang, Sehun dengan tega mendiamkan Luhan yang selalu mencoba merebut perhatian Sehun.

Itu semua terjadi karena Luhan melanggar janjinya sendiri. Ia menolak memberikan jatah pada Sehun dengan alasan ia lelah dan ia butuh beristirahat. Sedangkan Sehun yang sudah memperjuangkan haknya dengan menggendong kelincipun kecewa dengan keputusan sang istri.

"Sekarang tidurlah" ucap Sehun sedikit menjauhkan tubuhnya agar Luhan bisa berbaring lebih leluasa. Namun Luhan ternyata tak mengijinkan Sehun melakukannya. Ia tetap mendekat erat tubuh Sehun. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya di dada Sehun.

"Baiklah" ucap Sehun yang sedikit mengangkat tubuhnya dan bersandar di headboard tempat tidurnya, ia kemudian mencoba membantu Luhan untuk bersandar di dadanya.

"Tak apa Lu, aku mengerti tentang keadaan tubuhmu. Kau lelah, masih ada waktu untuk melakukannya" ucap Sehun sambil mengusap surai panjang Luhan dengan sayang. Luhan semakin bersalah mendengar ucapan Sehun.

"Maafkan aku Sehun" ucap Luhan lagi.

"Tidak… tidak… jangan mengucapkan kata maaf lagi" sergah Sehun.

Sedetik kemudian Luhan menghadap Sehun lalu ia merangkak untuk duduk tepat di paha Sehun. Kaki rampingnya kemudian mengapit pinggang Sehun. Tak lupa tangan Luhan pun mengalung indah di leher Sehun. Sehun yang terkaget dengan tingkah sang istri hanya bisa mengangkat satu alisnya.

"Ada apa Lu? Sungguh aku tak memaksamu sayang" Sehun berucap sambil mengusap lembut pipi Luhan. Luhan menutup matanya merasakan elusan Sehun di pipinya.

"Tidak, aku juga menginginkanmu saat ini Sehun" ucapan Luhan berakhir dengan ia mencium lembut bibir Sehun. Ia melumat bergantian bibir bawah dan atas milik Sehun. Sehun yang belum mengetahui kenapa sang istri bisa bertingkah seperti ini hanya diam saja.

"eungh" lenguhan Luhan membuat bagian selatan Sehun berdiri. Dan dengan sigap Sehun mengambil alih ciuman Luhan. tangan Sehun juga mulai nakal dengan menjalar ke semua bagian tubuh Luhan, entah itu menggesek ataupun meremasnya.

Dan kini biarkan mereka menghabiskan malam panjang mereka tanpa gangguan dari siapapun.

AN: Woah, aku deg deg an sendiri bikin chap ini wkwk. Jangan bilang kalian minta nc Luhan wkwk. Aku gabisa bikinnya teman-teman, dan mungkin kalo kepepet aku bakal bikin tapi gatau kapan. Mungkin pas bakalan END hehe

Dan ngomong-ngomong soal END, aku bakalan bikin cerita ini berakhir ketika banyak yang minta inin diakhiri #eak. Jadi ketika kalian bosen, bilang ke aku yah biar aku juga tau kalian masih mau ga sama cerita ini hehe