Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura

Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan

.

.

Peringatan...!

Fic ini hanyalah cerita fiksi belaka yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan seseorang.

Mangandung unsur dewasa.

Lemon/lime buka hal utama dalam fic ini, so jangan harap ada lemon/lime yang berlebihan,

Tidak di anjurkan untuk pembaca di bawah umur, for 21+

Jadilah pembaca yang bijak

.

.

Curhat lewat : Sakura salah satu chara favorit author, tapi untuk fic ini, Maaf kan author Sakura chan, sedikit menistakan dirimu, tapi jauh di lubuk hati author, kau adalah wanita tebaik. Yang nge-fans Sakura juga maaf yoo, kalau fic ini tidak sesuai di hati, jika tak sanggup silahkan klik 'back'

.

.

Don't Like Don't Read

.

.

The Last Lie

= 3 of 3 chapter =

.

.

.

"Aku mau!" Ucapku dengan tegas.

Sasuke menatapku sejenak dan menutup mulutnya untuk menahan tawa, apa aku terlihat lucu? Wajahku tidak kenapa-kenapa, aku hanya menjawab pertanyaan dengan baik dan benar, aku butuh pekerjaan. Kami kembali bertemu, aku sedang tidak ingin keluar dan dia mendatangi rumahku. Sasuke mengatakan jika dia sedang mencari pegawai di bagian keuangan, aku ingin sekali bekerja, apapun. Mungkin sudah saatnya aku akan meninggalkan pekerjaan kotor itu.

"Tapi, aku belum berpengalaman di bagian keuangan." Ucapku, aku jadi tidak bersemangat, padahal tadi aku sudah gencar-gencarnya ingin mengambil pekerjaan itu, melupakan satu hal, dulunya aku hanya pegawai biasa dan sekarang Sasuke menawarkan sebagai bagian keuangan, apa aku bisa mengurusnya?

"Tenang saja, aku akan mengajarimu perlahan hingga kau bisa sendiri, bagaimana? Mencari orang yang jujur cukup sulit." Ucapnya.

Orang yang jujur? Sejak pertama kali kami bertemu aku sudah banyak berbohong padanya dan dia masih menganggap aku orang yang jujur? Lucu, aku ingin menertawakan diriku sendiri yang tidak pantas untuk di percayai siapapun.

"Ba-baiklah." Ucapku, sedikit ragu.

"Masa training selama 2 minggu, jika selama itu kau sudah bisa melakukannya dengan benar, aku akan mengangkatmu sebagai pegawai tetap." Ucap Sasuke, sebuah senyum tipis di wajahnya. Pria ini sama sekali tidak curiga padaku.

"Apa aku bisa meminta tolong padamu, jika kau tidak sibuk." Ucapku.

"Hn? Apa?" Ucap Sasuke, dia terlihat tidak keberatan.

"Sepertinya aku tidak punya baju pegawai yang cocok, bisa menemaniku sebentar untuk memilih beberapa pakaian, aku rasa bersama calon bos akan membuatku mudah memilih pakaian." Ucapku.

"Tentu, tapi seleraku cukup buruk." Ucapnya, aku hanya tertawa dan memintanya menunggu, aku akan bersiap.

.

.

Perkotaan yang selalu ramai, banyak toko menjajahkan dagangan mereka, mencoba menarik pengunjung dengan benda-benda yang bagus, toko bagus dan benda yang berkualitas. Kami memasuki sebuah toko pakaian, berbagai model kemeja, rok, jins, dan jas terpampang di sana, terlihat begitu indah, aku sampai bingung harus memilih yang mana, aku harus memilih pakaian yang sedikit berkelas, hanya untuk menyamai tempatku bekerja, Sasuke memiliki sebuah perusahaan mobil dan beberapa perusahaan lainnya, setelan jas dan rok span, kemeja putih atau pun abu-abu akan terlihat bagus. Sebaiknya aku menghindari celana jins, kebiasaan aku selalu memakai bawahan seperti itu. Melirik ke arah Sasuke, dia tengah memegang sebuah kemeja berwarna softpink, aku bisa melihat kancing dengan motif bunga Sakura. pilihannya tidak buruk, aku bisa memakai kemeja itu dengan rok span hitam selutut.

"Aku ambil ini." Ucapku dan sedikit merampas kemeja yang sejak tadi di tatapnya.

"Aku rasa itu terlihat norak." Ucapnya.

"Ya-ya terserah kau saja, jika norak jangan di tatap terus." Ucapku dan sedikit menertawakannya.

Memilih beberapa kemeja lagi dan rok yang cocok. Setelah merasa cukup, berjalan ke arah kasir, aku akan membayarnya, sebuah tangan menghalangiku untuk membayarnya, dia segera memberi kartu kreditnya kepada kasir itu.

"Tapi-"

"-Sebagai ucapan selamat bergabung di perusahaanku." Ucapnya.

"Lagi-lagi kau terlalu berlebihan, aku bahkan belum resmi jadi pegawaimu." Ucapku.

"Baiklah, kali ini kau harus menggantikannya." Ucapnya.

"Apa?" Tanyaku. Dengan begini aku rasa akan impas.

"Makan malam di rumahku, aku ingin kau melakukan sesuatu di dapurku yang jarang terpakai." Ucapnya.

"Sesuai permintaanmu bos." Ucapku, dia memintaku memasak makan malam untuknya. Ada kesan manis padanya, tidak biasanya ada ingin memintaku memasakkan sesuatu. Bersyukur aku sedikit pandai memasak, hal itu ku lakukan untuk menghemat, makan di restoran akan mengeluarkan banyak biaya.

Pembayaran selesai, berjalan ke arah parkiran yang sedikit jauh, apa dia sengaja memarkir mobilnya di sana. melewati beberapa toko dan toko yang paling ujung menjadi tempat terakhir kami masuk, padahal di toko sebelumnya ada banyak pakaian, tapi dia memintaku untuk masuk ke toko yang lainnya, dasar.

"Tunggulah di sini, aku akan mengambil mobil." Ucap Sasuke, dia memintaku untuk menunggu.

Sasuke sudah berjalan menuju parkiran dengan membawa kantong belanjaanku, sudah aku katakan jika biar aku saja yang bawa dan dia cukup keras kepala, merampas kantong belanjaanku dan membawanya pergi. Suasana di daerah sini cukup sepi. Memanding apapun yang bisa ku lihat di sekitar sambil menunggu Sasuke, aku rasa dia akan sedikit lama, hanya ada toko barang-barang antik dan alat-alat elektronik.

"Apa ini sebuah takdir? Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu lagi." Suara ini serasa tidak asing, aku menoleh ke belakang dan mendapati pria berambut merah dengan wajah baby face tapi sikapnya bagaikan iblis yang sangat berbahaya.

"Ka-kau." Takut, aku sungguh takut saat melihatnya, mundur perlahan dan tangannya mencengkram pergelanganku, sakit, dia masih saja kasar.

"Apa semuanya sudah sembuh? Aku rasa sudah, kita sudah tidak bertemu beberapa bulan lamanya." Ucapnya, tatapannya terlihat tenang tapi senyum di wajahnya itu membuatku tidak suka, ini buruk, melirik ke sana-kemari dan tidak ada satu pun orang yang lewat di sekitar sini, apa toko-toko di dearah sini kurang menarik sehingga orang-orang jarang lewat. "Ada apa? Mau bermain sebentar denganku lagi? Kau harus melihat beberapa mainan baruku" Ucapnya.

"Tidak! aku tidak mau! Lepaskan aku!" Bentakku, berusaha menarik tanganku darinya, namun pergelanganku semakin sakit, dia mencengkramnya sangat-sangat kuat.

"Tenanglah. Jika kau berontak seperti itu membuatku ingin segera memasukkanmu di kamar favoritku." Ucapannya membuatku semakin takut.

Masih berusaha menarik tanganku meskipun sakit, aku tidak akan memohon di hadapannya, menutup mataku, aku ingin menangis, menyedihkan, aku benar-benar wanita yang bodoh, mungkin sebagai ganjaran untukku yang sudah membohongi banyak pria, apa tuhan sengaja mendatangkan pria ini untuk menghukumku?

"Sakura!" Panggil seseorang dengan suara tegas. Membuka mataku dan melihat ke belakang, Sasuke, akhirnya dia datang, Pria di hadapanku segera melepaskan cengkramannya. Aku bergegas menjauh darinya dan malah berdiri di belakang punggung Sasuke, seakan dia adalah benteng terkuatku untuk melawan Sasori.

"Wah-wah, ternyata sudah ada pemiliknya, aku pikir kau masih bisa di ajak bermain." Ucap Sasori, rasanya aku ingin menamparnya keras-keras.

"Aku mohon kita harus pergi dari sini." Ucapku pelan, aku hanya ingin Sasuke mendengarnya.

"Biar aku beri dia pelajaran agar tidak kasar pada wanita." Ucap Sasuke. raut wajahnya terlihat marah.

"Tidak, jangan lakukan, sebaiknya kita pulang, aku mohon." Ucapku, lagi-lagi aku memohon padanya dan sengaja menarik kaosnya, aku tidak ingin terjadi hal buruk pada Sasuke hanya gara-gara aku, Sasori adalah pria yang sangat berbahaya, dia mungkin seorang psikopat, entah apa yang akan di lakukannya pada Sasuke.

Akhirnya Sasuke mau mendengarkanku, kami beranjak pergi, Sasori tidak melakukan apa-apa dan hanya menatap kami pergi, sejujurnya yang paling aku takutkan jika Sasori mengucapkan segalanya yang sudah terjadi padaku dengannya, jika Sasuke mendengarnya apa dia masih ingin berteman denganku? Apa dia tidak menganggap jijik padaku? Berbagai tanggapan negatif menghampiri pikiranku. Aku hanya ingin terlihat sebagai wanita baik-baik di hadapan Sasuke, meskipun aku harus membohonginya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Sasuke, nada suaranya terdengar cemas.

"Ah, aku baik saja-saja." Ucapku. mencoba menenangkan diri.

"Apa dia menyakitimu? Maaf membuatmu harus menunggu lama dan orang itu sudah berbuat kasar padamu." Ucap Sasuke.

"Tidak apa-apa, semua ini bukan kesalahaanmu, aku juga tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi." Ucapku.

"Siapa dia?" Tanya Sasuke. Aku lupa jika mereka tidak saling kenal, sedikit cerita bohong tidak apa-apa, semoga.

"Seorang pemilik bar yang pernah aku datangi, sikapnya cukup buruk pada wanita." Ucapku.

"Apa-"

"-Aku tidak ingin membahasnya lagi." Potongku, aku sengaja melakukannya, tidak ingin Sasuke menyimpulkan jika luka-lukaku dulu adalah perbuatan Sasori, aku tidak ingin menceritakannya dan mengingatnya kembali.

.

.

.

.

.

Masa training 2 minggu, kantor perusahaan milik Sasuke cukup besar dan seperti bangunan menara yang menjulang tinggi, beberapa pegawainya sangat ramah dan baik, aku pikir Sasuke benar-benar memilih orang-orang yang mau bekerja sama dengannya.

"Ini data keuangan hari ini." Ucapku padanya.

"Hmm, akan aku periksa, tolong simpan di mejaku, aku akan keluar sebentar dulu." Ucap Sasuke. Dia begitu profesional sebagai kepala direktur, jika sikapnya tegas di kantor, saat kami bertemu di luar, dia menjadi Sasuke yang sejak awal aku bertemu, ramah dan sangat baik.

Tidak ada hal yang istimewa dariku, aku hanya merasa sedikit tersanjung saat Sasuke menyatakan perasaannya beberapa hari sebelum aku bekerja padanya, awalnya aku meminta waktu untuk berpikir, tapi aku sudah membulatkan keputusanku, aku ingin berubah dan memiliki seseorang yang sangat berarti dalam hidupku, dia yang memberiku harapan untuk tidak melakukan pekerjaan kotorku lagi, tapi kadang aku merasa sangat jahat padanya, semua hal yang belum pernah aku ceritakan padanya.

.

.

.

.

.

"Aku menaruh sebuah kotak di ruanganmu, tolong pakai itu dan aku akan menjemputmu." Ucap Sasuke saat kami sedang keluar dari ruangan meeting. Sekarang aku sudah menyelesaikan masa trainingku dan menjadi pegawai tetap di perusahaan Sasuke.

"Apa kita akan pergi?" Tanyaku.

"Hanya menghandiri pesta pertemuan beberapa pengusaha, aku ingin mengajakmu." Ucap Sasuke.

"Baiklah." Ucapku, dia ingin mengajakku bertemu teman-teman bisnisnya, apa ini sebuah perkenalan atau mungkin hanya mengatakan aku pegawai terbarunya, yang mana saja, aku senang dia tidak menyembunyikanku sebagai pacarnya, beberapa pegawai lain tahu, merasa sebuah keberuntungan berpihak padaku.

.

.

Jam 5 sore pekerjaanku akan selesai, kami akan jarang bertemu meskipun berada di satu bangunan, Sasuke akan selalu keluar, mengadakan meeting, bertemu orang-orang yang bekerja sama dengannya dan mengecek setiap barang-barang yang datang ke perusahaannya, Sasuke selalu ingin hal yang sempurna, dia akan melakukan apapun demi perusahaannya. Pria yang bertanggung jawab dan pekerja keras. Aku sungguh menyukainya.

Berjalan masuk ke rumah dan membawa sebuah kotak yang Sasuke sudah simpankan di dalam ruanganku, tidak sabaran ingin membukanya, sebuah gaun malam terusan berwarna merah maron, beberapa permata hitam menghiasi bagian dada dan pada bagian bawah roknya, desain tali dan berbentuk X pada bagian belakang. Sebuah senyum di wajahku, dia selalu mengatakan buruk tentang pilihannya, tapi apapun yang di pilihkannya semua terlihat sangat-sangat bagus, aku tidak kecewa.

Menit-menit berlalu, aku akan menunggunya, ini jamuan malam, mungkin aku harus berdandan sedikit, tidak perlu menor, aku bisa mendengar suara mobil berhenti, Sasuke sudah tiba, sedikit terburu memakai salah satu sepatu highlessku dan berjalan keluar.

Tatapanku sedikit terpesona, padahal aku sudah selalu melihatnya memakai jas di kantor, tapi kali ini berbeda, dia terlihat begitu tampan dan menawan dengan setelan jas hitamnya.

"Apa kita sudah bisa pergi?" Tanyanya padaku.

"Te-tentu." Ucapku canggung.

"Kau suka gaunmu? Aku tidak tahu yang akan cocok padamu." Ucap Sasuke.

"Aku sangat suka, Bagaimana menurutmu? Aku sendiri tidak bisa menilai apa ini cocok atau tidak." Ucapku.

"Kau sangat pantas mengenakannya." Ucap Sasuke. Dia tersenyum padaku.

.

.

Gedung pesta yang mewah dan besar, mungkin desain arsitek yang bergaya roma, aku tidak terlalu tahu hanya menebak saja, merangkul lembut lengan Sasuke, dia memintaku untuk berjalan bergandengan, aku sudah sangat malu tapi wajahnya tetap tenang, terlalu banyak orang di sana, orang-orang yang sangat kaya raya, aku jauh level di atas mereka, tapi bersama Sasuke seakan dia mengangkat levelku menjadi setara dengan mereka.

Sasuke menyapa beberapa rekan bisninya, mereka akan memperkenalkan wanita yang mereka ajak, sebagian besar mereka adalah istri dan sisanya adalah tunangan, Sasuke memperkenalkanku sebagai pacarnya, ini membuatku semakin malu, kadang dia akan mengatakan segera menjadikanku istrinya, ini tidak terlalu terburu-buru bukan, Sasuke selalu saja memutuskan apapun sendirian.

"Apa kabar tuan Uchiha?" Sapa seorang pria. Sasuke menoleh dan menyapanya.

"Aku baik-baik saja, kabar anda sendiri?" Ucap Sasuke sopan.

"Aku juga baik-baik saja. Oh akhirnya aku melihat kau menggandeng seorang wanita, tidak biasanya." Ucap pria itu, dia melihat ke arahku, detik berikutnya tatapanya berubah, seakan melihat benci padaku. "Apa kau yakin ingin bersama wanita ini?" Ucap pria itu, aku tidak mengerti, kenapa mengucapkan hal seperti itu?

"Aku yakin, ada apa?" Tanya Sasuke, tatapan Sasuke masih terlihat tenang.

"Hahaha, ini sangat lucu, apa kau sedang bergurau, kau adalah pemuda kaya raya dengan bisnis yang sangat sukses, di luar sana ada banyak wanita lain yang sangat mudah kau miliki." Ucap pria itu. Aku semakin tidak mengerti, menatap ke arahnya dan dia memandang jijik ke arahku, siapa dia sebenarnya, apa aku pernah bertemu dan melupakannya.

"Apa maksud anda, aku sama sekali tidak mengerti." Ucap Sasuke.

"Aku mengenal wanita ini dan sebaiknya kau menjauh darinya, pilihlah wanita lain, jangan mencari wanita yang sudah menjadi bekas orang lain, hahaha." Ucap pria itu lagi. Melirik ke arah Sasuke, tatapannya menajam dan tangannya mengepal, aku rasa di mulai kesal menanggapi ucapan pria ini. "Aku akan memberitahukanmu satu hal-" Pria itu berjalan lebih dekat ke arah Sasuke, aku berada samping Sasuke, aku bisa mendengar apa yang dia ucapkan, akhirnya aku mengingat wajah orang ini, dia mengatakan semuanya. "-Bahkan aku sudah pernah tidur dan memiliki anak darinya tapi aku menguruhnya-"

Buaghhtt...!

Terkejut dengan apa yang sudah di lakukan Sasuke, dia memukul dengan keras wajah pria itu, beberapa orang ikut terkejut dan melihat ke arah kami, ini sungguh memalukan, pukulan Sasuke membuat wajahnya terluka, baru kali ini aku melihat Sasuke semarah ini, menutup mulutku dan aku hanya bisa menangis, semua hal yang sudah ku sembuyikan akhirnya terbongkar, aku tidak ingin apapun dari Sasuke, aku hanya ingin terlihat sebagai wanita baik-baik di hadapannya, tapi pria sialan itu sudah mengatakan hal yang aku tidak ingin Sasuke ketahui.

"Sakura!" Sasuke memanggilku dan aku tidak peduli, yang lakukan saat ini hanya berlari sekencang mungkin, menjauh dari semuanya, menurunkan derajatku yang memang tidak pantas untuknya.

Semua berakhir.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Berusaha menghindari Sasuke, aku tidak ingin bertemu dengannya lagi, mengirim surat pengunduran diri, merelakan pekerjaan yang dia berikan, Sasuke terlalu baik sehingga aku lupa siapa diriku sebenarnya. Mengganti nomer ponselku, seakan tidak ada orang di rumah jika dia mendatangi rumahku. Aku benar-benar menjauh darinya. Tapi mungkin takdir berkata lain, mau menghindar seperti apapun, kami kembali bertemu.

"Jangan lari lagi." Ucap Sasuke, tatapannya menajam ke arahku, sedikit takut melihatnya seperti itu, aku rasa dia sudah sangat-sangat marah dengan semua kebohonganku.

"Maaf." Ucapku, menundukkan wajah, tidak berani menatapya.

"Katakan yang sebenarnya." Pinta Sasuke. Nada suara terdengar datar, tapi wajahnya masih terlihat marah.

Mengelah napas sejenak, aku tidak bisa berbohong lagi, menceritakan semuanya, kehadiranku di bar, berpenampilan sebagai wanita baik-baik, kegiatanku yang kotor, kebohonganku pada para pria liar itu, tes kehamilan palsu dan yang terakhir Sasori, kejadian itu aku ceritakan semuanya, tidak ada lagi kebohongan yang ku sembunyikan.

"Ya, dulu, aku hanya melakukannya demi uang, tapi aku tidak mengharapkan uang darimu!" Ucapku. Meskipun menceritakan kebohongan aku juga ingin menceritakan kebenaran tentang perasaanku padanya, itu bukan sebuah kebohongan, aku sungguh mencintainya. "Aku hanya bisa minta maaf, hikss, maafkan aku Sasuke hikss." Ucapku dan menangis. Sasuke hanya terdiam dan mematung, beranjak dari hadapannya, dia bahkan tidak ingin menahanku pergi, aku sudah tahu ini, dia sekarang akan memandang jijik kepadaku, aku wanita yang tidak pantas menerima cinta darinya dan bersanding dengannya, ucapan pria yang di pukul Sasuke benar, banyak wanita lain yang akan lebih pantas bersama Sasuke.

Selamat tinggal...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Meratapi diri yang cukup menyedihkan, ralat, sangat menyedihkan, aku hanya berbaring di karpet ruang tengah milikku, tidak ada yang bisa ku lakukan, mencoba kembali pekerjaan kotor itu dan hasilnya aku ketakutan, berlari meninggalkan pria yang ingin membawaku ke hotel, apa yang sudah terjadi padaku? awalnya tidak seperti ini, tapi dampak dari bersama Sasuke, aku jadi tidak ingin di sentuh oleh pria mana pun lagi, kami selalu bersama, cuma sebatas berpegangan tangan dan ciuman di kening, tidak berlebihan dan hal itu terasa romantis bagiku, haa...~ untuk apa memikirkannya lagi, hubunganku dengannya sudah berakhir, aku kembali menjadi wanita pengangguran yang tidak ada kerjaan dan tabungan akan menipis jika aku tidak segera mencari pekerjaan dengan benar.

Tok tok tok tok

Pintu di depan cukup berisik, aku sangat malas untuk sekedar membuka dan mungkin hanya orang salah alamat yang datang, beranjak dari karpet, membuka pintu dan mendapati dua orang pria berbadan besar, memakai pakaian serba hitam dengan kacamata mereka.

"Ca-cari siapa?" Ucapku, aku sedikit takut melihat mereka.

Tidak ada jawaban dari mereka, tiba-tiba masuk, menutup mataku dengan kain hitam, mengikat kedua tangan dan kakiku, bahkan sebuah plester di rekatkan pada mulutku, aku tidak bisa teriak, siapa mereka! mau apa mereka membawaku!

Tidak bisa melihat apapun dan aku rasa ini di dalam sebuah mobil. Apa ini? aku sedang tidak bermasalah dengan siapapun, menculikku juga tidak ada gunanya, aku bukan orang yang kaya raya dan memiliki banyak uang.

Mobil itu berhenti, terasa begitu lama, salah satu dari mereka mengangkatku, entah di bawa kemana, berusaha memberontak tapi kaki dan tangan terikat kuat. Tuhan apa ini hukumanmu yang lebih setimpal terhadap kelakuanku selama ini? hikss, aku hanya bisa menangis, seseorang mungkin menyuruh mereka untuk melakukan hal ini.

Tunggu dulu.

Seseorang? Jangan-jangan! Aku semakin kuat memberontak, orang-orang ini cukup kuat dan sepertinya hanya menganggapku seperti seekor lalat kecil, tidak ada perlawanan dari mereka dan masih membawaku.

Berhenti.

Mereka menaruh begitu saja, bukan lantai dingin yang aku rasa seperti karpet yang kadang berada di sebuah kamar hotel. Bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, menangis sejadi-jadinya dan berusaha membuka ikatan di tanganku namun hanya kesakitan yang aku dapat. Aku bisa mendengar suara pintu tertutup, mereka mengurungku.

Mendengar suara langkah kaki, berusaha mundur untuk menjauh, namun aku tidak bisa menghindar lebih jauh lagi, seperti sebuah tembok besar sudah menghalangiku. Akhirnya aku bisa berbicara, seseorang di hadapanku membuka plester yang membungkam mulutku sejak tadi.

"Siapa kau? hikss, tolong lepaskan aku, hiks." Ucapku dan menangis. Takut , hanya itu yang terlintas di benakku. Tidak ada tanggapan dari orang itu, aku masih menangis, berteriak meminta tolong namun sepertinya percuma, aku tidak tahu berada di mana. "Sasori! Apa kau itu! kenapa kau melakukannya lagi! Aku tidak ada urusan denganmu! Lepaskan!" teriakku, aku yakin Sasori yang melakukannya, dia ingin membalasku kembali.

Tersentak dengan sebuah tangan membelai lembut pipiku, bukan, ini bukan Sasori, orang ini seperti ingin mengatakan jika dia bukan Sasori, jika di pria berambut merah itu, aku sudah pasti di pukulnya, dia tidak suka jika aku berteriak keras padanya. Tangan itu menghapus air mataku perlahan, siapa dia? Dan untuk apa dia menculikku seperti ini?

Orang ini mengangkatku dan menaruh ku di tempat tidur dengan perlahan, mau apa dia? Apa dia akan memperkosaku? Silahkan saja, aku sejak awal sudah bukan wanita baik-baik. Detik-detik berlalu, tidak ada yang aku rasakan, kami hanya duduk, apa mungkin dia hanya memandangiku dan tidak melakukan apapun? orang yang aneh.

Ikatan di kakiku terlepas, dia tidak membuka ikatan di tangan dan membiarkannya, menutup mataku perlahan di buka, menarik napasku dalam-dalam.

Sasuke?

Dia? Kenapa dia menyuruh orang untuk menculikku? Kenapa dia kembali, kembali di hadapanku, setelah cukup terkejut, aku menundukkan wajahku tidak ingin menatapnya.

"Apa ini?" Tanyaku, aku butuh penjelasan darinya.

"Aku yakin kau tidak ingin bertemu denganku lagi, makanya aku menyuruh orang untuk membawamu." Ucapnya, kembali terkejut.

"Bukan seperti itu, aku malah yakin kau yang tidak ingin menemuiku lagi setelah apa yang telah aku ucapkan padamu. Kau pasti sangat membenciku." Ucapku, mengingat terakhir kali bertemu, Sasuke bahkan tidak ingin menahanku. Sasuke terdiam. "Biarkan aku pulang. Kita tidak seharusnya kembali bertemu." Tambahku, ini sungguh menyakitkan, kembali bertemu dengan pria yang sangat kau cintai tapi kau sudah membuatnya sangat-sangat kecewa.

"Sakura." Dia memanggilku, panggilannya itu membuatku sangat rindu akan kehadiran pria ini, mengangkat wajah dan menatapnya, pria ini sudah memajukan wajahnya dan mencium bibirku, hanya mengecupnya perlahan dan menatapku. "Aku sungguh merindukanmu. Kembalilah." Ucapnya.

Apa yang barusan di ucapkannya? Apa aku sedang tuli? Tidak mungkin dia memintaku kembali? aku bukan wanita yang setara untuknya, aku wanita jahat, kotor, dan penuh kebohongan.

"Carilah wanita lain Sasuke, aku tidak pantas untukmu." Ucapku, rasanya aku tidak bisa menahan diri untuk menangis, sejujurnya aku sangat-sangat ingin meng-iya-kan ucapannya. Tapi tidak, aku harus mengakhirinya, Sasuke masih bisa menemukan gadis yang baik.

"Aku akan gila jika tidak bertemu denganmu." Ucapnya.

"Kau sudah gila, gila untuk memintaku kembali, kau salah besar Sasuke." Ucapku.

"Tidak ada yang salah Sakura, aku tetap memilihmu-"

"-Setelah apa yang telah terjadi? Kau masih ingin wanita bekas pria-pria yang sudah menidur-" Ucapku terputus, telunjuknya berada tempat di bibirku.

"Tolong jangan katakan itu lagi, aku ingin kau melupakan apapun yang sudah terjadi padamu dan aku akan menganggap semua itu tidak pernah terjadi, maukah kau melakukannya untukku?"

"Hiks... Sasuke, hentikan ini, jangan membuatku semakin berat untuk meninggalkanmu, kau tahu, rasanya begitu sakit, sangat sakit, aku tidak pernah bertemu dengan pria baik sepertimu, kau mau menerimaku seperti ini? kau terlalu baik. hiks." Aku hanya bisa menangis. kembali tangan itu menghapus air mataku perlahan dan mencium keningku.

"Sudah, semua sudah berakhir, masa-masa kelammu sudah berakhir, sekarang aku yang akan membimbingmu." Ucap Sasuke. Memelukku erat dan ikatan di tanganku terlepas, aku bisa membalas pelukan itu, pelukan hangat seorang yang menginginkanku, bukan tubuhku.

"Terima kasih Sasuke, terima kasih." Ucapku, lagi-lagi aku harus berucap seperti itu padanya, tapi terima kasih banyak pun tidak cukup, aku harus menebus semua kesalahanku padanya.

"Ijinkan aku melakukan sesuatu, tapi setelah ini, aku berjanji, aku akan membuatmu sah menjadi milikku." Ucapnya. Wajahku sedikit merona, Sasuke berucap ingin melamarku.

"Apa yang ingin kau lakukan?" Ucapku. menunduk malu.

Perlahan Sasuke menciumku, bukan ciuman yang dalam dan menuntut di sana, tapi dia hanya menjilat bibirku, menurun pada leher dan hanya menjilatnya juga, apa yang dia ingin lakukan? Dia hanya menjilat tubuhku. Berakhir pada kami sama-sama tanpa busana, Sasuke masih melakukan kegiatannya.

"A-apa yang kau lakukan Sasuke?" Tanyaku.

"Menghilangkan semua bekas siapapun yang sudah menyentuhmu."

"Tapi- ahaa!" Sasuke tiba-tiba saja memasukkan miliknya.

"Maaf, sakit?" Ucapnya dan menatapku.

"Sedikit." Ucapku, sudah lama sekali tidak ada pria yang menyentuhku dan melakukan seks denganku.

"Jangan tertawa, sejujurnya ini pertama bagiku." Ucap Sasuke.

"Aku tidak akan tertawa, aku ingin menjadi pertama untukmu." Ucapku, rasanya sangat senang mendengar ucapan Sasuke.

Tubuh Sasuke mulai bergerak perlahan, merapatkan tubuh kami masing-masing, wajah Sasuke tepat berada di sisi leherku, meredam suaranya sendiri, mendesahkan namanya berkali-kali dan pelukanku semakin erat, seakan-akan tidak ingin di tinggalkan olehnya, aku tidak ingin dia pergi lagi, gerakan di bawah semakin cepat, sebentar lagi aku akan mencapai klimaksku begitu begitu Sasuke, mengeluarkan apa yang sudah di tahannya, teriakan panjang dariku dan Sasuke menghentikannya, dia tidak beranjak dari atasku dan membiarkan kami masih menyatuh.

"Kau milikku sekarang dan selama-lamanya." Bisik Sasuke.

"Iya, aku hanya milikmu." Ucapku. merasa sangat senang, aku benar-benar menikmati hubungan ini, tidak ada paksaan darinya. "Aku mencintamu Sasuke." Ucapku.

Hening.

Eh? Sasuke tidak menjawabnya, menoleh sebentar mencoba melihat wajah Sasuke, rasanya aku ingin tertawa, tapi biarlah, Sasuke tertidur, sejujurnya aku sedikit malu kami belum melepaskan satu sama lain dan dia sudah tertidur di atasku, mencoba menggapai selimut dan menyelimuti tubuh kami. aku juga sedikit lelah, mungkin dia terlalu bekerja keras sampai lupa untuk istirahat.

Kembali mengeratkan pelukkanku dan ikut tertidur, jika ini adalah sebuah mimpi maka aku ingin mimpi itu menjadi kenyataan, aku ingin bersamanya kembali. Pria yang sudah mau menerimaku apa adanya.

Terima kasih Sasuke.

.

.

.

.

.

.

.

.

Flashback

Buaghhtt...!

Terkejut dengan apa yang sudah di lakukan Sasuke, dia memukul dengan keras wajah pria itu, beberapa orang ikut terkejut dan melihat ke arah kami, ini sungguh memalukan, pukulan Sasuke membuat wajahnya terluka, baru kali ini aku melihat Sasuke semarah ini, menutup mulutku dan aku hanya bisa menangis, semua hal yang sudah ku sembuyikan akhirnya terbongkar, aku tidak ingin apapun dari Sasuke, aku hanya ingin terlihat sebagai wanita baik-baik di hadapannya, tapi pria sialan itu sudah mengatakan hal yang aku tidak ingin Sasuke ketahui.

"Sakura!" Sasuke memanggilku dan aku tidak peduli, yang lakukan saat ini hanya berlari sekencang mungkin, menjauh dari semuanya, menurunkan derajatku yang memang tidak pantas untuknya.

Normal POV.

"A-apa yang sudah kau lakukan tuan Uchiha! Aku hanya ingin memberitahukan semua kebenaran tentang wanita itu! dia hanya menginginkan uangmu! Jangan bersamanya!" Ucap pria yang sudah di pukul Sasuke. Dia bahkan masih terduduk di lantai. Tatapan Sasuke terlihat begitu marah dan memandang remeh ke arah pria itu.

"Semua kerja sama kita, aku batalkan, silahkan saja cari orang lain, aku tidak peduli meskipun perusahaanmu akan bangkrut." Ucap Sasuke, dingin.

"Jangan! Aku mohon tuan Uchiha, maafkan aku, aku tidak ingin merugi, kau adalah partner kerja sama yang baik, mafkan aku, aku tidak akan mengucapkan hal buruk tentang wanita itu lagi." Ucap pria itu, dia sangat takut jika perusahaannya bangkrut.

"Aku tidak butuh penjilat sepertimu." Ucap Sasuke dan segera meninggalkan pesta, berusaha mengejar Sakura namun wanita itu sudah tak terlihat.

Berkali-kali Sasuke berusaha menemuinya, tapi Sakura seakan menghindar dan tidak ingin bertemu dengannya, Sasuke sedikit memahami sikap Sakura yang merasa malu, Sasuke tidak terlalu pusing dengan apa yang sudah terjadi pada Sakura, sejujurnya, dia cukup menyukai wanita seperti Sakura, tapi dia butuh semua penjelasan dari wanita itu, tidak mungkin dia menjadi buruk. Kadang Sasuke akan melihat Sakura dengan wajahnya depresi, dia seakan memikul sesuatu yang berat, tapi hanya jawaban kosong yang di dapat Sasuke, Sakura hanya ingin memikul bebannya sendiri dan tidak ingin membagi atau membiarkan Sasuke ikut memikulnya, menurut Sakura, ini adalah masalahnya dan Sasuke tidak perlu merasakannya.

Akhirnya mereka bertemu, Sasuke bisa melihat wajah lelah Sakura, wanita itu tidak bersinar seperti yang di lihatnya dulu, dia bagaikan bunga Sakura yang layu di akhir musimnya, ada rasa ingin menolong, tapi Sakura seakan membentengi dirinya dan tidak bisa menerima kehadiran Sasuke.

Sakura menceritakan semua masalah yang telah di alaminya, awalnya Sasuke kecewa, berpikir kenapa sejak awal Sakura tidak menceritakan masalahnya, dia bisa membantu, namun semua terlambat, Sakura benar-benar sudah terjerat dalam lingkaran setan yang dia buat sendiri. Setelah mengucapkan semua itu, satu hal pasti yang Sasuke tahu, wanita itu mencintainya tapi dia masih memikirkan masa lalu yang sulit di lupakan, Sakura pergi meninggalkannya, Sasuke butuh waktu untuk memikirkan semua ini, dia membiarkan Sakura pergi begitu saja.

Beberapa bulan berlalu, Sasuke merasa hampa tanpa kehadiran Sakura, hanya dia yang membuat Sasuke merasa dia benar-benar seorang pria yang memiliki wanita impian, banyak wanita yang ingin menawarkan diri, yang ada Sasuke merasa muak dengan mereka.

Sasuke ingin bertemu dengan Sakura, bagaimana pun caranya, meskipun harus menculiknya, dia ingin segera menjadikan Sakura miliknya sendiri agar siapapun tidak memiliki lagi.

Ending Flashback.

.

.

TAMAT

.

.


ficnya sudah kelar, yeeeyy...,tarik-tarik napas buat fic beginian. jangan meminta sequel-sequel, ini sudah tamat, idenya sudah habis, :D

terima kasih atas respon-respon reader, kiranya bakalan nggak ada yang suka, :D :D

.

.

see you new fic Sasuke-fans.