Gangsta ©Indiah Rahmawati
T+ (M) | All Member BangtanBoys | All Bangtan Couple
Its Just a Fanfiction by. Me
Seoul, Monday,03 April 2017
Jin melangkahkan kakinya menuju supermarket, setelah semua kejadian diparis mereka bisa pulang dengan selamat. Dan hari ini semua bahan makanan habis, jadi ia berniat belanja, Yoongi ikut dengannya tapi Yoongi pergi membeli semua bahan makanan, dan Jin pergi kesupermarket untuk membeli beberapa makanan ringan dan susu. Ia masuk dan mengambil beberapa makanan dan ramen instan. Jin tersenyum melihat sebuah snack rumput laut, ia tau Jungkook akan menyukainya jadi ia mengambilnya. Jin berjalan menuju kasir membawa belajaannya. "hanya ini?" tanya sang kasir. Jin mengangguk, kasir tersenyum. Kasir pria yang menggenakan sebuah topi dengan tulisan 'joker' "kau membeli banyak" katanya
"iya, kami kehabisan makanan setelah kembali dari liburan kami"jawab Jin tersenyum
Sang kasir tersenyum "kalian semua pasti makan banyak" Jin hanya menjawab dengan senyuman dan tawa. Sang kasir menjumlah semuanya "60 Ribu 500 won" katanya. Jin mengeluarkan dompetnya dan memberikan kartu kreditnya. Kasir itu menerimanya dan menggeseknya dialat miliknya. Kasir itu memberikan struk belanja serta belanjaan. Jin menerimanya sambil tersenyum, ia beranjak pergi dari sana. "kelihatannya kau menikmati keluarga kecilmu, Kim seokjin"
Jin menghentikan langkahnya dan menengok menatap sang kasir, Kasir itu tersenyum dan menaikkan sedikit topinya, menunjukan mata biru tua sedalam laut, tajam dan menaik Jin masuk kedalamnya. Jin menatapnya dan menghadap kearahnya, orang-orang mengenalnya dengan Mr. Kim tanpa tau nama belakangnya, hanya keluarga kecilnya dan para pelayan yang tau nama panjangnya "siapa kau?"
"aku juga bertanya pertanyaan yang sama pada diriku sendiri, mungkin lebih tepatnya 'apa'?" Kasir itu sedikit memperbaiki topinya dan kembali menatap Jin "'apa aku ini?' aku selalu bertanya hal yang sama"
"apa mau mu?" Jin kembali bertanya, ia sedikit gemetar dengan tatapan dingin itu
Pria itu sedikit tertawa "Game was on, Kim Seokjin. Kau dan keluarga kecilmu akan jadi bidak yang sempurna" katanya tersenyum. Jin tak mengerti tapi tiba-tiba pintu kaca dibelakangnya pecah, dan sebuah botol besi mengeluarkan sebuah asap. Jin terkejut dan langsung berlari keluar supermarket bersama belanjaannya. Ia menatap Supermarket yang sudah penuh dengan asap putih. Dengan cepat Jin berlari meninggalkan tempat itu.
...
Jin sudah sampai dirumahnya dan memasak bersama Yoongi, semua sedang pergi melakukan sebuah perampokan disebuah bank, yang tersisa hanya dirinya dan Yoongi. Jin sedang memotong bawang bombai, sedangkan Yoongi menyiapkan sebuah kaldu ayam. Jin masih memikirkan kejadian disupermarket, ia tak bisa melupakan mata biru tua yang mengkilap itu. "Jin hyung!" Jin terkejut dan menyadari jari telunjuknya berdarah. Jin langsung merasakan sakit pada jarinya. Yoongi membuka sebuah lemari kecil dibawahnya, lalu mengambil kotak P3K, mengambil sebuah plester dan membalut jari Jin dengan plester tersebut.
"Gomawo" kata Jin sambil tersenyum
"tak biasanya kau terluka saat masak. Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Yoongi setelah selesai dengan jari Jin.
Jin hanya menatapnya lalu menggeleng "bukan apa-apa, hanya sedikit pusing saja. Mungkin karena beberapa hari ini aku cuma merepotkan kalian" jawab Jin melanjutkan potongannya.
Yoongi menghela nafas panjang, ia mengembalikan kotak P3K pada tempatnya dan menatap Jin "kau tak perlu memikirkannya, mengingat siapa kau, bisa dibilang kau target yang empuk. Ketimbang diriku atau Taehyung" jelas Yoongi, "tapi bukan berarti kau bukan apa-apa disini, Jin hyung. Kau juga bagian dari keluarga, tanpamu siapa yang akan memasak? Kau tau Namjoon akan membakar seluruh tempat ini jika ia memegang panci" Jin tertawa mendengarnya, semua tau Namjoon adalah 'Monster' ia akan merusak apa pun yang ia sentuh. Yoongi melihat Jin membaik, dan itu membawa senyuman untuknya.
"terima kasih Yoongi" kata Jin menatap Yoongi, mengingat mereka berdua anggota tertua disini, mereka jelas lebih mengerti satu sama lain. Sambil berbincang mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, Jin dan Yoongi sama sama puas melihat masakan mereka "bagaimana rasanya?" kata Jin, ia tak mendengar apa pun dari Yoongi, ia melihat kearahnya "Yoongi?"
Yoongi memegangi ujung meja, tangan Yoongi meraih tenkuk lehernya. Ia mencabut sebuah peluru bius kecil disana, dan melihatnya. Yoongi menatap Jin, dan tubuhnya ambruk kelantai. "Yoongi!_" Jin merasakan hal yang sama, ia mencabut peluru bius pada lehernya. "sial..." Jin memegangi meja dan menyeret salah satu piring yang ada dimeja makan membuatnya pecah dilantai bersama Jin yang ambruk.
.
.
[BANK 11.55 AM]
Semua orang tertidur didalam gedung, dan tak ada yang menyadari apa pun diluar. Seorang pria memakai baju serba hitam membawa pistol laras panjang, dan memakai topeng kartun berbentuk hati berwarna merah dengan bibir kuning, Pria itu menaikkan topeng yang ia kenakan "Jimin-ah! Masih lama?" Itu Taehyung, ia melihat kearah pria dengan pakaian yang sama hanya dengan topeng yang berbeda, kali ini seperti anjing bertelinga hitam, dan memakai hoodie kuning disekitar lingkaran wajahnya. Jimin menaikkan topeng yang ia pakai "besabarlah sedikit lagi..." Jimin sedang berusaha membuka brangkas besar yang ada dibank tersebut.
"kau hanya perlu bersabar Tae hyung" Jungkook datang menaikkan topeng kelinci berwarna pink dengan satu telinga yang tertutup
Hoseok ikut menaikkan topeng berbentuk kepala kuda biru dan hidung ungu berbentuk hati "tingkat keamanannya cukup ketat, berhati-hati dengan alarm yang mungkin akan membangunkan semua orang" jelas Hoseok, ia bersandar pada sebuah pilar yang ada disana.
Jimin mengangguk, ia melanjutkan pekerjaannya. Setelah masuk menuju kode yang lebih dalam ia menemukan kuncinya. "bagaimana kalau sedikit sidik jari palsu" Jimin mereset semua kode dan menggantinya dengan yang baru setelah menemukan kuncinya. Jimin menunggu sebentar sampai semua reset berhasil. Dan setelah berhasil ia meraih pintu brangkas dan menekan tombol pemintai. "akses diterima" Jimin tersenyum dan membuka brangkas besar itu. Jungkook dan Taehyung ikut membantu, pintu brangkas.
Pintu terbuka, dan isinya
Kosong.
Jimin, Taehyung dan Jungkook sama-sama terkejut, Hoseok bahkan ikut tak percaya. Seorang pria datang bergabung dan masuk kedalam brangkas kosong tersebut, ia menaikkan topeng koala biru yang ia kenakan. Itu Namjoon berdiri dengan pandangan serius.
"apa-apaan ini?" tanya Taehyung ikut masuk
"apa ada yang sudah mencuri setelah kita?" tanya Jungkook bergabung masuk kedalam.
Hoseok dan Jimin memperhatiakan ruang putih bercampur silver itu, tak ada sedikit pun uang atau apa pun disana "tak mungkin, aku sudah mengecek cctvnya, semuanya ada disini. Uang dan emas" kata Jimin. Yang mereka rampok adalah salah satu bank terbesar seoul, dan Jimin sudah merencakan semuanya bersama Namjoon dan Hoseok. Ia sudah pastikan semuanya tepat disana
Namjoon melangkah menuju meja kayu yang seharusnya terdapat tumpukan emas batang 24 karat disana. Namjoon melihat sesuatu, ia menemukan sebuah kartu. Namjoon mengambilnya dan membalik kartu tersebut, sebuah kartu Joker, dengan sebuah tulisan ditengahnya "The Game Was On" Namjoon menajamkan pandangannya. Hoseok melihat Namjoon dan melihat kearah kartu Joker yang baru saja Namjoon temukan.
BAANG!
Semua melihat pintu brangkas tertutup. Jimin sangat terkejut "What the_!" tiba-tiba asap putih masuk memenuhi ruangan. Semua terkejut, dan pandangan mereka semua menjadi nol. Taehyung dan Jungkook terpisah, Dengan sekuat tenaga Jungkook mengibas asap putih itu untuk mencari semua orang "Tae_!" Jungkook terkejut, ia menarik sesuatu dari lehernya, Peluru bius. Tubuh Jungkook ambruk.
Jimin berlari dan menemukan ujung ruangan itu, tiba-tiba sesuatu tepat mengenai lehernya. Jimin menariknya "P-peluru.. bi..." Jimin membalik tubuhnya, dan menempelkan punggungnya pada dinding. Tubuhnya perlahan turun dan pandangannya menggelap.
Hoseok tau Jimin panti mengarah dinding, disana mereka bisa bertemu lagi. Hoseok berlari sekuat tenaga menuju ujung ruangan yang penuh asap putih ini. Peluru langsung mengenai tengkuknya, membuat Hoseok terjatuh. Hoseok melepas peluru bius ditengkunya, dan membuangnya sejauh mungkin, tubuh nya mulai mati rasa. Hoseok mencoba bangkit kembali "s-sialan!" Hoseok ambruk begitu saja.
Namjoon membeku, ia melihat sekitar dan hanya ada kabut putih tebal. "Jungkook? Taehyung?... Jimin? Hoseok-ah?!" Namjoon tak mendapat respon apa pun. Sampai sesuatu mendekat kearahnya, Namjoon terdiam. Sebuah bayangan mendekat, dan kabut disekitar sedikit menipis, Namjoon perlahan melihat wajah bayangan tadi. Seseorang dengan celana jeans biasa, memakan jaket berwarna hijau, dan kaos hitam dengan gambar segitiga ditengahnya. Dia seorang pria, setinggi Namjoon dan mengenakan sebuah topi hitam bertuliskan Joker.
"Kelihatannya kau menikmati liburanmu, Kim Namjoon" Pria itu menaikkan topinya, menunjukka mata biru tua sedalam laut
Namjoon menatapnya tajam "siapa kau?"
"oh... kau tak kenal aku? Heh... Well, aku juga bertanya hal yang sama pada diriku sendiri" Dia tersenyum, lalu berjalan mengitari Namjoon "Apa kau pernah mendengar cerita tentang Goblin, Namjoon-shii?" ia bertanya
"Goblin?" Namjoon tak mengalihkan pandangannya pada orang tersebut
"Saat seorang bayi baru lahir, ada mitos mengatakan goblin akan menukar anak mereka dengan manusia. Membuat bayi itu tumbuh dan mendapatkan makanan dengan mudah" Pria itu memutar, dan kembali menatap Namjoon
"makanan?" Namjoon cukup serius
Pria itu tersenyum "manusia, mereka adalah makanan Goblin." Namjoon cukup terkejut "Oh! Bukan daging, No, no no... Goblin memang memakan daging manusia tapi bukan hanya itu. Satu yang membuat Goblin sangat tertarik dengan manusia adalah Hati mereka, perasaan mereka, ego, hal paling membuat Goblin sangat puas menikmati manusia" Pria itu menatap Namjoon sambil tersenyum
Namjoon menatapnya serius "kenapa kau ceritakan ini?"
Pria itu tertawa "kau bertanya siapa aku? Untuk menjawabnya kau sudah mendengarkannya." Pria itu semakin membuat Namjoon bingung. "kau tau? Sejak mendengarnya aku menyadari satu hal. Mungkin... aku adalah salah satunya. Anak yang ditukar saat itu" Dia tersenyum
Namjoon terkejut, ia tau pria ini bukan benar-benar Goblin, hanya sebuah perumpamaan yang cukup dalam. "kau? Goblin? Apa yang kau inginkan?" tanya Namjoon
"kau manusia yang unik, Kim Namjoon. Kau dan keluarga kecil mu itu, menari-nari ditengah kegelapan. Rasa yang sangat indah" tatapan itu membuat Namjoon semakin larut didalam obrolan mereka "Karena itu, mari mulai sebuah game"
"game?" Namjoon bertanya
"iya, game. Kau tau apa yang kusuka? Sebuah game! Melihat wajah kalian semua" Pria itu tersenyum lebar menatap langit-langit "berikan padaku, hidangan paling sempurna Kim Namjoon"
Namjoon ingin membuka suaranya, tapi sebuah peluru bius mengenaik tengkuknya. Tubuh Namjoon ambruk, pandangannya memburam dan ia hanya melihat bayangan pria itu mendekatinya dan semua menjadi gelap untuknya.
"THE GAME WAS ON"
Gangsta ©Indiah Rahmawati
Perlahan matanya mulai terbuka, Jungkook merasakan sakit diseluruh tubuhnya. Ia bangun diatas sebuah kasur tua, menimbulkan suara decit yang kucup keras. Jungkook memegangi tengkuknya, ia melihat sekitar dan yang ia temukan hanya kumpulan pohon-pohon tinggi, ia bahkan tak tau sekarang sudah malam atau siang, karena hutan sangat lebat, dan langit-langit tertutup oleh dedaunan. Satu hal yang aneh adalah semua tetap terang karena bantuan lampu.
Jungkook berfikir aneh, karena menemukan lampu didalam hutan selebat ini. Jungkook turun dan menginjak dedaunan kering dan tanah. Ia masih mengusap tengkuknya, lalu melihat sebuah meja. Jungkook terkejut dan langsung berjalan menjauh dari kasur dan meja yang ia temukan. Sebuah meja belajar dengan banyak tulisan diatasnya
"pembunuh!" "mati saja sana!" "pergi keneraka kau dasar pembunuh" "dasar pembunuh!" "pembunuh! Pembunuh!" "aku harap kau mati!" "PEMBUNUH!" "mati saja sana, Jeon Jungkook!"
Tulisan-tulisan itu memenuhi meja tersebut. Jantung Jungkook berdetak tak karuan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya kali ini. Dengan cepat Jungkook menutup matanya dan memikirkan hal lain, ia terus berusaha menenangkan dirinya.
"Jungkook-ah!" Jungkook dengan cepat mengambil pisau yang ada disepatunya dan mengarahkannya ke leher pria yang memegang pundaknya. Pria yang ia kenal sebagai Yoongi langsung menaikkan kedua tangannya "i-ini aku..."
"Y-Yoongi Hyung..." Jungkook menjatuhkan pisaunya dan mengusap wajahnya. "Maafkan aku. Hanya saja..."
Yoongi melihat sebuah meja yang ada didepan kasur, dengan perlahan ia membawa Jungkook kedalam pelukannya. "tak apa... mereka semua sudah tak ada..." Yoongi menenangkan Jungkook. Dan Jungkook hanya terdiam disana, Jungkook perlahan mendorong Yoongi
"aku sudah merasa baikkan, terima kasih hyung" Yoongi tersenyum "ngomong-ngomong dimana ini, dan bagaimana kau bisa ada disini?"
"ah... itu..."
Jimin perlahan sadar, karena posisinya yang kurang menyenangkan. Dan ia baru rasakan dingin diseluruh tubuhnya, ia menyadarinya tubuhnya basah. Jimin segera bangkit dan sadar tertidur diatas Bathtube yang terisi air meski hanya sedikit. Jimin langsung bangkit, tapi ia malah terjatuh menghantap tanah penuh dedaunan kering, ia tak peduli dengan tubuhnya yang basah, yang Jimin pikirkan hanyalah 'Bagaimana'. Bagaimana ia bisa tertidur diatas Bathtube yang sama dengan 3 tahun lalu. Ia masih terdiam, sampai pikirannya kembali normal. Jimin meraih alat komunikasi ditelinganya "Namjoon? Namjoon hyung?!" Jimin dengan kesal melepasnya dan membantingnya ke tanah.
Jimin bangkit dan mengambil pistol dan mengecek isinya, Magazinenya hilang, dan Jimin tak menemukannya dimana pun. "apa yang sebenarnya terjadi" Jimin kembali melihat Bathtube seperti kilat, Jimin melihat dirinya sendiri ada disana, tertidur dengan air yang penuh. Ia melihat dirinya mulai membenamkan dirinya didalam Bathtube yang penuh air. Selanjutnya Jimin langsung tersadar, jantungnya berdetak kencang, nafasnya terhembus panjang. Jimin dengan cepat berbalik dan berlari mencari jalan
Taehyung hanya menghembus nafasnya, ia terus membuka pintol kosongnya. Ia duduk disebuah kursi dan didepannya sebuah meja dengan pisau tertancap ada sebuah note dibawahnya bertuliskan "game". Taehyung sudah bangun sejak tadi, tapi ia sama sekali tak tau apa yang harus ia lakukan, jadi hanya menunggu dan terus, melihat pistolnya yang kosong
Yang dia ingat, semua sangat putih, asap putih. Sampai peluru bius menancap tengkuknya, dan semua menjadi gelap. Ia terbangun disiini tanpa siapa pun. "game, huh?" Taehyung masih disana, ia melihat sosok kakaknya disebrang meja makan, Kakak Taehyung melihat kearahnya setelah memakan makanan didepannya dan tersenyum. "well, kau sudah lama mati kak. Jadi jangan muncul lagi dipikiranku" kata Taehyung
"tapi adikku, aku tetap kakakmu... aku tau, kau ingin makan malam denganku" balas kakaknya
"tapi aku tak lapar" jawab Taehyung
"itu bagus" jawab kakaknya kembali dengan senyuman "ayah butuh minuman lagi, dan kakak harus bekerja, kau bisa mencarinya kan?"
"dia sudah mati"
"oh, my dear... jangan katakan itu. Ayah hanya tertidur, dia akan bangun dan membutuhkan minuman" kakaknya kembali memasukkan makanan kedalam mulutnya
Taehyung menarik nafas panjang lalu meletakkan kepalanya dimeja makan "bisakah kau benar-benar pergi. Kau membuat situasi makin berantakan"
"baik-baik. Kau ini memang aneh Taehyung. Ingatlah kakak akan selalu ada disampingmu" Kakaknya tersenyum
"just go to hell" Taehyung menaikkan kepalanya dan kakaknya sudah menghilang. Akhirnya ia bisa sendirian lagi, ia harus ingat membuang sebuah kenangan kakaknya ditong sampah, mereka sangat mengganggu.
Hoseok mati matian berlari dihutan itu, ia hampir jatuh ke jurang, tergelincir dikubangan air, dan terjatuh dari batu besar saat mencoba melewatinya. Hoseok tak menemukan siapa pun, dan ia bersumpah akan memukul Jimin jika menemukannya. Karena semua alat Jimin rusak dan membuat mereka hilang kontak. Hoseok tak menemukan siapa pun kecuali dedaunan.
"sebenarnya apa yang terjadi?" Hoseok meraih kantong jaketnya, dan menyadari ada sesuatu disana. Hoseok mengambilnya dan dengan cepat membuangnya. Yang ia temukan adalah botol berisi pil-pil. Tubuh Hoseok gemeter, "tidak. Ini hanya permainan mereka" Hoseok menarik nafas panjang
"Hey!"
Hoseok menengok dan menemukan seorang pria dengan pakaian lusuh. Ia memegang sebuah pistol membuat Hoseok harus mengangkat tangannya "a-aku tak tau apa-apa. Aku bersumpah..." Pria itu melihat Hoseok lalu melihat botol obat yang Hoseok buang.
Dengan cepat ia mengambilnya "apa ini?! apa ini pil obat?!"
"a-aku tidak tau. Lebih baik jangan digunakan, bisa jadi racun" Hoseok menyarankan
Pria itu kembali mengarahkan pistolnya "heh, pintar. Kau yang meminumnya" Dia tersenyum, sambil menyerahkan obatnya
Hoseok terkejut, "a-aku..." Pria itu mendekat dan meletakkan pistolnya tepat dikepala Hoseok, membuat Hoseok harus menahan nafasnya.
"tak mau heh? Baik, aku bisa meledakkan kepalamu untuk makan malam..." Hoseok terkejut. Pria itu siap menarik pelatuk pistolnya
DOOR!
Hoseok merunduk, dan melihat pria didepannya terjatuh. Pelipisnya tertembus oleh peluru, Hoseok melihat kearah kanan dan menemukan seorang pria tinggi yang baru saja menembak. "Namjoon-ah!"
Namjoon tersenyum "Miss me?"
Jin perlahan membuka matanya, pandangannya sedikit buram sampai semua menjadi jelas dimatanya. Ia terduduk disatu kursi, dan berada dalam sebuah gubuk tua. Jin bangkit dan berjalan menuju pintu. Cahaya matahari masuk kedalam matanya, dan menemukan dia berada ditengah hutan. Jin menengok keatas dan menemukan langit sedangkan sekelilingnya pohon-pohon tinggi. "d-dimana ini?"
Jin masuk kembali dan mencari sesuatu disana, tapi yang ia temukan hanya pisau. Jin mengambilnya dan membongkar barang-barang lain. Gubuk itu hanya punya kursi, satu tempat tidur dan satu lemari berisi pakaian. "apa Namjoon dan semuanya ada disini?" Jin bertanya pada dirinya sendiri, ia dengan cepat kembali fokus, ia menemukan satu tas kecil dan mengambilnya. Dengan cepat Jin berjalan keluar dan mengambil arah timur. Jin mulai berjalan memasuki Hutan.
Hutan ini lebih lebat dari dugaannya, bahkan sampai menutupi langit. Jin berjalan hati-hati memasuki hutan, agak sedikit aneh karena hutan diterangi dengan lampu. Jin melihat sesuatu dan mendekatinya, sebuah perapian dan tupukan daun-dun besar ditanah, ada sebuah tenda sederhana terbuat dari dedaunan dan ranting pohon, seperti ada orang lain selain Jin dihutan ini. Jin mendekati perapian yang sudah padam itu, ia melihat tanahnya dan merasakan abu dengan kedua jarinya. Jin menyipitkan matanya, dengan cepat Jin berbalik dan langsung mengarahkan pisaunya, seseorang menangkis tangannya dan menguncinya ketanah, lalu menempatkan ujung pistol tepat dibawah dagu Jin. Dia seorang wanita "k-kau... Bloody Marry..." dia tampak terkejut
"dan kau?" Jin bertanya. Wanita itu menjauh dan meletakkan pistolnya ditempatnya yang ada dipinggangnya. Ia terduduk didepan Jin
"n-namaku Tiffany... Tiffany Hwang..." katanya tersenyum. Jin mengangguk sambil memperhatikannya, ia mengenakan kemeja lengan pendek yang lusuh dan rok ketat yang cukup pendek "bagaimana kau... bisa ada disini?"
"aku juga tak tau. Tempat apa ini sebenarnya?"
"sama denganku, aku juga tak tau. Tapi ini sudah 5 tahun sejak aku disini, dan tak menemukan jalan keluar. Kelihatannya seseorang mempermainkan kita" Tiffany menjelaskan. "aku sudah menghitung cukup banyak..." Tiffany mengambil sebuah daun tua yang berisi garis-garis hitam seperti penanda hari.
Jin mengangguk "apa kau tau daerah disekitar sini?"
Tiffany mengangguk "tapi aku belum banyak menemukan hal lain, ada didalam tenda. Ada beberapa gambar lokasi disana" Jin mengangguk dan mengikuti Tiffany. Jin menunggu tepat dibelakang Tiffany yang sedang meraba didalam tenda sederhanya, Jin bisa lihat jelas bokong milik Tiffany karena ia benar-benar menunjukkannya, Jin hanya diam berpura-pura melihat arah lain.
Tiffany tersenyum, ia berapa beberapa dedauan sampai ia menemukan sebuah jarum suntik kecil. Ia tersenyum. "kelihatanya hilang..." Tiffany keluar dan melihat Jin. Ia mendekati Jin yang terdiam ditempat "mungkin kau bisa membantuku mengingatnya"
"how?" Jin bertanya.
"kau tau, ketika wanita sangat bergairah... ia akan mengatakan apa pun" Tiffany semakin mendekat dan menempatkan jarum suntik tepat dibelakangnya, ia membuat perhatian Jin tetap pada matanya. Tangan kanan Tiffany sudah ada dibelakang leher Jin dan bersiap disana "dan itu satu caraku untuk mengingat..." Tiffany mendekatkan wajahnya.
Jin dengan cepat menahan tangan kanan Tiffany. Ia menghantam kepalanya dengan Tiffany membuat Tiffany kesakitan dan menjauh dari Jin. Jarum suntiknya terjatuh dan dengan cepat Jin mengambilnya. Tiffany membuka matanya dan tak menemukan Jin dimana pun, sampai ia hendak berdiri dan terhenti menahan tubuhnya dengan kedua lutunya saat seseorang merangkulnya dari belakang dan sebuah pisau tepat dilehernya. Tubuh Tiffany membeku ditempat "kau tau... pria sangat suka tantangan" Jin mengatakannya tepat ditelinga Tiffany "sayangnya kau menantang pria yang salah..."
"b-bagaimana?" Tiffany terkejut Jin tau rencananya
"kau membuat banyak kesalahan, tapi menutupinya dengan tubuh sexy mu itu" Jin tersenyum "pertanya tenda dan perapian itu, semua itu baru saja kau buat untuk memancing seseorang, kelihatannya berhasil dari pistol yang kau bawa, ada sedikit darah disana." Jin mulai menjelaskan semuanya "hal yang paling membuat semua berantakan adalah make-up mu" Tiffany sangat terkejut "make-up yang kau gunakan itu baru, meski sedikit hilang karena mangsa pertamamu tapi make-up yang kau gunakan masih bisa kulihat. Dan kau mengatakan lima tahun? Heh, benar-benar sebuah kebohongan..." Jin mencium aroma tubuh Tiffany membuat pemiliknya gemetar "hmm... Ralph Lauren, pilihan bagus. Bagaimana orang yang hidup 5 tahun didalam hutan, masih memiliki bau parfum yang kuat?" Tiffany gemetaran, semuanya terbongkar oleh Jin
"kumohon..." Tiffany menangis "aku akan melakukan apa saja! Aku akan jadi budakmu! Kumohon jangan bunuh aku!" Tiffany memohon dengan kencang
"heh... aku sangat suka" Jin menusukkan pisaunya dileher Tiffany "ketika mereka semua memohon ampun..." Jin mendorong pisaunya kedepan leher Tiffany membuat irisan yang panjang disana. Darah langsung mengalir dari sana, bahkan terciprat dimana-mana. Baju lusuh Tiffany berubah merah, mengalir sampai tangan Jin yang masih merangkul tubuh Tiffany, matanya terputar keatas dan menghembuskan nafas terakhirnya. Lalu Jin melepas tangannya dan memiarkan tubuh Tiffany terbaring ditanah. Darah segar masih mengalir deras dari lehernya, membuat genangan darah ditanah. Jin melihatnya dan mengambil Pintol milik Tiffany.
Jin melanjutkan perjalannnya, Tiffany tak punya banyak barang bagus jadi ia meninggalkannya disana. Jin tau ada orang lain dihutan ini, jadi ada 89% ia bisa menemukan yang lain. "Namjoon... tunggu aku"
Sebuang ruangan terlihat seseoang tengah duduk dikursi dan melihat kumpulan layar LCD besar didepannya. Dia menikmati minumannya sambil melihat tujuh orang yang ia suka. Seorang pria masuk kedalam ruangan dan melihat apa yang orang yang duduk dikursi sedang kerjakan "menikmatinya?"
Orang itu melihat pria yang baru datang "iyup. Mereka menyenangkan" katany tersenyum
"nikamti makan malam mu kalau begitu, tapi ingat kita ada pertemuan sebentar lagi" pria itu tersenyum, ia bernjak pergi
"hey, Kyu..." Pria tadi menengok, dan melihat orang tadi memutar kursinya "buat lebih menarik, bisa kah kau melakukannya?" tanya orang tersebut, ia tersenyum sambil mengencangkan dasinya
Pria tadi tersenyum "tentu saja, Joker"
TBC OR END?
Gangsta ©Indiah Rahmawati
Just Review. Its now on Wattpad too : Indiah612