POLAR

.

.

a story by minseokmyass

www asianfanfics com/story/view/1016240/polar-mingyu-seventeen-meanie-wonwoo-meaniecouple

Disclaimer : I do not own this story. I got the permissions to translate and post the fic here.

Rate : T

Kim Mingyu

Jeon Wonwoo

and the others SVT members

Happy reading!


#1 Detention


Jeon Wonwoo adalah seorang murid yang rajin. Ia berasal dari keluarga yang berkecukupan, dan seorang remaja 18 tahun yang sederhana, penuh hormat, yang sedang menjalani tahun ketiganya di sekolah menengah atas dengan tenang. Wonwoo tidak pernah benar-benar menjadi pusat perhatian. Satu-satunya saat ia menjadi pusat perhatian, adalah saat ujian, karena ia selalu menjadi yang nomor satu di kelasnya. Karena nilainya yang selalu hebat, dan ia juga selalu bekerja keras, guru-guru di sekolahnya menunjuknya menjadi Ketua Kelas. Selain itu, Wonwoo tidak pernah ingin terlihat terlalu menonjol, atau menyebabkan keributan, seperti yang selalu ia lakukan selama 3 tahun belakangan ini. Meskipun ia tidak terlalu terkenal, bukan berarti wajahnya tidak menarik. Ia memiliki fitur wajah yang unik, mata yang dingin, tapi setelah kau mengenalnya, kau akan menyadari kalau ia adalah remaja yang manis dan baik hati. Ia cukup tinggi, hampir jadi yang tertinggi di kelasnya, dan suara rendahnya enak untuk didengar. Faktanya, beberapa gadis selama masa sekolahnya sudah mencoba untuk menyatakan perasaannya pada Ketua Kelas itu, dan setiap dari mereka pasti mendapatkan penolakan. Ini bukan karena ia tidak menyukai gadis-gadis itu, ia hanya ingin tetap fokus pada pelajarannya. Wonwoo tidak memiliki waktu untuk berpacaran, ataupun olahraga. Selama jam makan siang, daripada makan seperti teman-temannya yang lain, Wonwoo berada di mejanya sendirian, belajar dan memecahkan soal matematika. Saat tiba-tiba, seseorang melingkarkan lengan di sekitar lehernya, yang membuatnya kaget.

"Yah~. Sudah kutebak. Ketua Kelas mengerjakan tugasnya saat jam makan siang." ucap sebuah suara yang tidak asing.

Wonwoo mengalihkan perhatiannya dari bukunya dan tersenyum pada sahabatnya selama 3 tahun ini. Wen Junhui. Ia memiliki banyak kesamaan dengan Wonwoo dalam setiap aspek. Ia juga seorang pekerja keras, tapi sedikit lebih santai dari Wonwoo. Tinggi badan mereka hampir sama, 180 cm, dan pada dasarnya sama-sama menyukai hal yang sama. Karena mereka memiliki banyak kesamaan, mereka akhirnya menjadi sahabat dekat. Wonwoo menaikkan bahunya sedikit untuk membuat lengan yang lebih tua turun dari lehernya, dan kembali mengerjakan tugasnya.

"Terserah, Jun~" ucapnya sambil kembali mengambil pensilnya dan mengerjakan pekerjaannya lagi.

Jun duduk di depan Ketua Kelas, dan mulai memakan makan siangnya. Ia melemparkan roti ke arah Wonwoo yang mendarat tepat di atas tugas matematikanya.

"Makan." Ucapnya dengan senyuman.

Wonwoo mengambil roti itu, membuka bungkusnya, dan mulai memakannya. Karena Jun duduk dengannya, Wonwoo memutuskan untuk menutup bukunya dan mengobrol dengan sahabatnya. Mereka berbicara tentang hal random dan aneh, tapi salah satu dari topik utama mereka adalah rencana setelah lulus SMA. Wonwoo selalu ingin melanjutkan ke bidang medis, sedangkan Jun bilang ia ingin memulai karirnya menjadi guru di China. Bel yang mengakhiri jam makan siang berbunyi, dan pelajaran ke-4 dimulai. Semua orang kembali ke bangkunya masing-masing, yang disusun berurutan berdasarkan nama keluarga mereka. Di sebelah kiri Wonwoo adalah sebuah bangku kosong. Bangku itu kosong hampir setiap waktu, dan tidak ada seorangpun yang bertanya alasannya. Guru mereka masuk ke kelas, menaruh bukunya dan menyapa seisi kelas. Pelajaran ke-4 adalah pelajaran Science, dan kebetulan, pelajaran yang tidak begitu Wonwoo sukai. Tapi, ia tahu kalau kapanpun mereka belajar Science, bangku di sebelah kirinya tidak akan kosong lagi. Dan, seperti yang sudah diperkirakannya di tengah kelas, saat gurunya sedang menuliskan catatan di papan tulis, pintu kelas mereka dibuka dengan kasar. Suara pintu yang dibuka dengan keras sudah cukup untuk mengejutkan seisi kelas, dan membuat guru mereka berhenti menulis di papan tulis. Seisi kelas mengalihkan pandangan ke arah pintu, dan dengan cepat kembali menatap ke papan tulis. Suasana jadi sedikit tegang saat sesosok tubuh tinggi masuk ke dalam kelas. Ia adalah murid tertinggi di kelas, lebih tinggi dari Wonwoo dan Jun. Wajah dan buku-buku jarinya ditutupi oleh memar dan luka-luka baru setiap kali teman-teman sekelasnya melihatnya. Ia memasuki kelas, seragamnya sedikit robek di beberapa tempat, dan membungkuk 90 derajat ke arah guru mereka.

"Mingyu-ssi.", suara feminimnya memenuhi kelas, "Kau terlambat 10 menit." Gurunya melanjutkan setelah melihat ke arah jam.

Pria tinggi itu membungkuk sekali lagi dan berkata, "Maaf.", suaranya berat dan dalam.

Ia lalu menuju ke bangkunya, dan selagi ia berjalan, bisikan-bisikan yang sudah biasa ia dengar mulai memenuhi kelas. Mingyu hanya mengabaikan mereka, ia tidak peduli tentang apa yang murid-murid lain katakan tentangnya. Ia menarik kursinya, duduk, dan mengeluarkan buku tulisnya. Wonwoo memandang pria di sebelahnya. Mingyu memiliki wajah yang tampan, minus semua memar dan luka-luka di wajahnya. Garis rahangnya tegas, dan ia memiliki mata bulat yang akan terlihat sangat menarik jika ia tidak terlihat marah dan dingin setiap saat. Wonwoo memandang sedikit lebih lama, dan pada akhirnya membuat kontak mata dengan Mingyu, yang membuatnya mengembalikan pandangannya ke papan tulis dengan cepat. Mingyu mengangkat bahunya, dan ia juga melanjutkan pekerjaannya menulis. Di akhir pelajaran, Wonwoo sebagai Ketua Kelas memimpin seisi kelas dan berkata,

"Berdiri," suaranya yang dalam menggema di dalam kelas, dan disusul dengan suara kursi yang bergesekan dengan lantai, lalu ia dan teman-teman sekelasnya berdiri.

"Beri salam" ucapnya, dan semua murid membungkukkan kepala mereka dan berkata, "Terima kasih." Lalu semua orang berpencar dan bergabung dengan teman-teman mereka masing-masing sambil menunggu pelajaran ke-5 dimulai. Seperti biasanya, Jun menyerang Wonwoo dari belakang yang membuat Wonwoo tertawa, dan menyuruhnya berhenti melakukan itu. Seberapapun tidak sukanya Wonwoo pada pelajaran ke-4, pelajaran ke-5 jauh lebih buruk. Bukan karena pelajarannya, faktanya Wonwoo menyukai pelajaran Sejarah, tapi gurunya tegas dan ketat terhadap peraturan. Segala tingkah laku yang menurut gurunya tidak baik tidak pernah ditoleransi. Di sebelah kirinya, Wonwoo melihat Mingyu membereskan barang-barangnya. Mingyu memasukkan buku tulisnya ke dalam tas hitamnya yang hampir bisa dibilang kosong, dan bangkit dari duduknya. Jun sedang berbicara dengan Wonwoo, yang tidak mendengarkan karena atensinya masih berada pada teman sekelasnya yang tinggi, yang sedang berjalan keluar dari pintu. Namun, begitu Mingyu keluar dari kelas, seseorang menabraknya. Bukan siapa-siapa sebenarnya, hanya seorang anak kelas satu baru, yang menyangka kalau dirinya berstatus di atas orang lain. Berada di tingkat satu, ia tidak pernah mendengar tentang Mingyu, dan tentu saja harus berkonfrontasi dengan seseorang yang baru ia tabrak. Mingyu jauh lebih tinggi dari anak kelas satu itu, tapi yang lebih muda tidak peduli.

"Uh-oh" Wonwoo mengatakannya keras-keras, dan dengan cepat bangkit dari duduknya dan berlari ke arah pintu kelas. Ketika ia sampai disana, sudah banyak murid-murid yang mengelilingi 'the troublemaker' dari kelas senior dan kelas junior itu. Anak kelas satu yang naif itu tidak tahu apa yang sedang menantinya, ketika ia menghentikan Mingyu yang akan berjalan lagi. Ia menarik tangan Mingyu, dan membuatnya berputar ke arahnya.

"Hei. Kau menabrakku..." ucapnya sambil menatap ke mata orang yang jauh lebih tinggi darinya. "Kau tidak akan meminta maaf?"

Mingyu mendecih dan memutar bola matanya, dan sekali lagi mencoba untuk pergi dari situ. Mingyu sedang tidak ingin berurusan dengan seseorang yang hanya akan membuang-buang waktunya. Tapi, sekali lagi anak yang lebih muda menghentikan Mingyu.

"Ya, aku sedang bicara denganmu." ucap yang lebih pendek, dengan nada suara yang terdengar lebih jengkel. Mingyu menyipitkan matanya ke arah yang lebih muda, yang sedang berdiri di hadapannya. Ia mulai berjalan mendekat, perlahan mempersempit jarak diantara mereka. Semua orang yang menonton mereka tetap diam, dan mata mereka tetap terarah kepada adegan menarik yang ada di depan mereka. Sekarang, Jun sudah berada di sebelah Wonwoo dan sedang menonton adegan itu bersamanya. Wonwoo merasa takut dan khawatir pada nasib anak kelas satu itu yang membuat kesalahan besar dengan berurusan dengan pembuat masalah paling terkenal di sekolah. Mingyu sekarang hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah yang lebih muda, tapi itu tidak membuat anak kelas satu itu mundur.

"Kau tidak bisa menakutiku." ucapnya dengan percaya diri. Ia lalu mendecih dan memicingkan matanya ke arah Mingyu, "Kau tidak tahu siapa aku?". Mingyu tidak menjawab pertanyaan bodoh itu. Mingyu memajukkan wajahnya semakin dekat ke wajah anak itu dan berkata,

"Tidak." Lalu memiringkan kepalanya sedikit, dan melanjutkan, "Apa kau tahu siapa aku?"

Anak kelas satu itu memalingkan wajahnya, dan tertawa untuk beberapa detik, lalu berbalik ke arah Mingyu dengan tatapan yang serius. Lalu, ia tiba-tiba melayangkan tinjunya. Semua orang yang ada disana tersentak sambil melebarkan mata masing-masing. Wonwoo membeku, tahu apa yang akan terjadi, dan ia tahu ia seharusnya menghentikannya, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Ketika anak kelas satu itu melayangkan tinjunya, Mingyu dengan terlatih menghindar dari pukulan itu, menarik tangan anak kelas satu itu dan memutarnya ke balik tubuhnya. Cara Mingyu yang menanganinya dengan tenang selagi melakukan itu menunjukkan kalau ia memang sudah terbiasa berkelahi. Anak kelas satu itu meringis kesakitan, dan menggeretakkan giginya.

"Aku Kim Mingyu." Ia mulai memperkenalkan dirinya dengan santai.

Mingyu mulai tertawa, dan membiarkan anak itu pergi, mendorongnya ke dinding. Anak itu berbalik untuk berhadapan dengan yang lebih tinggi, yang sedang memasang senyum miring dan membuat gestur menantang dengan jarinya, lalu anak baru itu berlari ke arahnya, melemparkan tinju-tinju, tanpa strategi khusus atau tujuan yang jelas, murni penuh kemarahan dan rasa malu. Mingyu berpura-pura menguap sambil melihat usaha sia-sia yang sedang dilakukan anak itu. Lalu, ia tersenyum dan mulai menyerang. Pukulan pertama Mingyu mendarat tepat di tengah muka anak itu, membuat hidungnya berdarah. Pukulan kedua Mingyu mendarat di perutnya, membuatnya jatuh berlutut. Saat itulah Wonwoo maju. Tepat diantara si bocah pemberontak yang sedang tersungkur di lantai dengan hidung berdarah, dan seorang pembuat masalah berbadan tinggi –luka di buku-buku jari Mingyu terlihat mengeluarkan darah lagi. Ketua Kelas yang nerd itu berdiri canggung di tengah-tengah mereka. Dan tepat saat itu juga, Pak Seo memergoki mereka bertiga. Kerumunan murid-murid membubarkan diri, termasuk Jun yang ingin menghindari masalah, tapi mereka bertiga hanya bisa membeku. Mata Pak Seo menatap marah ke arah senior tinggi yang masih berdiri, Ketua Kelas, dan anak kelas satu yang tergeletak malang di lantai.

"Kalian berdua murid senior. Hukuman! Sepulang sekolah, denganku. Di ruang 214." Pak Seo dengan cepat menuju anak kelas satu itu dan menawarkan bantuan lalu membawanya ke ruangannya. Mingyu dan Wonwoo masih berdiam di sana, membeku. Wonwoo tidak begitu ingin berinteraksi dengannya, tapi cara mereka berdua berdiri di sana dengan canggung membuat suasana terasa semakin berat. Tepat setelah Wonwoo mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu, sebelum ia sempat mengeluarkan sepatah katapun, Mingyu berbalik dan berjalan di koridor.

"K-kau mau kemana?" Wonwoo memanggil, suaranya terdengar pecah karena gugup. Mingyu berbalik, menatap mata teman sekelasnya.

"Suatu tempat." Jawabnya. "Kau tidak harus melakukan hukuman itu. Aku akan memberitahu Pak Seo apa yang terjadi." Mingyu melanjutkan sambil kembali berbalik dan berjalan. Wonwoo berdiri di sana, tidak yakin dengan apa yang harus ia katakan atau pikirkan. Tapi, ia menemukan dirinya sendiri tersenyum melihat sedikit kebaikan Mingyu. Melihat situasi ini, Wonwoo sadar kalau Mingyu tidak memulai perkelahian ini, dan mencoba untuk tidak memperpanjang masalah pada awalnya...

"Mungkin ia bukan orang yang seburuk itu?" sang ketua kelas berkata dalam hati. Pikirannya terinterupsi dengan pukulan keras di punggungnya,

"Wow! Ketua Kelas mendapat hukuman. Keajaiban memang benar-benar ada." Jun berkata dengan bercanda, dan Wonwoo menjauhkan tangan Jun dari dirinya dan kembali ke dalam kelas.

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, murid-murid bergegas berhamburan keluar kelas dan kebanyakan pulang ke rumahnya masing-masing. Wonwoo membereskan tasnya, sengaja berlama-lama. Jun menepuk punggungnya, dan berkata kalau ia akan pulang sekarang. Wonwoo hanya tersenyum, dan mengangguk. Dalam beberapa detik, Ketua Kelas itu sekarang sendirian di dalam kelas. Ia menyelesaikan pekerjaannya membereskan barang-barangnya, menyampirkan tasnya di bahunya, dan menghela napas berat. Lalu ia berjalan kearah ruang 214.

Ketika ia sampai disana, ia menyadari sesosok pria tinggi duduk di bagian belakang kelas, kaki menyilang di atas meja. Ia sedang tertidur, kepalanya terkulai ke belakang. Mingyu sedang duduk –lebih bisa dibilang berbaring– di sebelah jendela. Sinar matahari menyinari wajahnya yang sedang terpejam dengan tenang, dan Wonwoo sekali lagi menyadari bahwa pria itu cukup tampan. Pria tinggi itu terlihat lebih tampan dan manis ketika matanya tertutup dan tidak menatap tajam pada orang-orang. Wonwoo berjalan ke sebuah kursi kosong yang cukup jauh dari Mingyu dengan perlahan. Ia menurunkan tasnya, dan memastikan gerakannya tidak membangunkan Mingyu. Lalu, ia menarik kursi untuk duduk. Begitu ia duduk, sebuah suara berat berkata,

"Aku bilang kau tidak perlu datang." Suara Mingyu terdengar berat dan serak. Wonwoo bertanya-tanya sudah berapa lama ia tertidur, karena suaranya terdengar seperti sehabis bangun tidur di pagi hari.

"Aku tahu, tapi aku lebih baik datang dari pada mendapatkan masalah tambahan karena tidak datang." Wonwoo menjelaskan tanpa membalikkan badannya untuk melihat Mingyu. "Plus, aku ada disana saat itu dan tidak mencoba menghentikan apapun… Jadi, aku pikir aku pantas mendapatkan ini." ucapnya.

Mingyu mengedikkan bahunya dari belakang.

"Ketua Kelas memang sangat adil dan baik hati." Wonwoo memicingkan matanya karena merasa sedikit kesal. Ia berbalik, dan akhirnya membuat kontak mata dengan satu-satunya orang lain di ruangan ini selain dirinya.

"Aku tidak begitu. Dan, aku akan sangat berterima kasih jika kau tidak memberiku label, atau membuat asumsi tentangku." ucap Wonwoo, suaranya terdengar terganggu.

Mingyu mulai tertawa, dan menurunkan kakinya dari meja. Ia berdiri dan berjalan ke meja di sebelah Wonwoo, dan bersandar di meja itu, kedua tangannya berada di saku.

"Lalu, bagaimana denganku? Apakah aku tidak pernah diberi label seperti itu? Aku bahkan ragu orang-orang menyebutku dengan namaku di kelas." Mingyu memulai.

Pikiran Wonwoo lalu dipenuhi dengan ingatan tentang ratusan kali bahkan ribuan kali ia akan mendengar seseorang mengatakan "pembuat masalah" atau "biang onar" "tidak tahu aturan" dan seluruh kelas bahkan ia, ia sendiri tahu kepada siapa sebutan itu ditujukan. Wonwoo tiba-tiba merasa gugup dan merasa bersalah.

"Oh, dan asumsi. Aku terlalu tahu bagaimana rasanya ketika orang-orang berpikir kalau mereka mengerti atau tahu tentangmu, padahal kenyataannya tidak." Mingyu berkata dengan jujur.

"Aku yakin kalian semua berpikir ketika aku tidak ada di kelas, aku sedang berkelahi, atau mencuri, atau melakukan sesuatu yang melanggar hukum."

"Tapi at this point, aku sebenarnya tidak terlalu peduli." ucap yang lebih tinggi.

Mingyu masih bersandar di meja dimana Wonwoo duduk, dan Wonwoo dengan canggung melihat ke sekeliling ruangan. Matanya focus pada apa saja selain pria di sebelah kirinya. Setelah beberapa menit dipenuhi rasa canggung, Pak Seo akhirnya masuk. Wonwoo menghela napas lega, setidaknya sekarang ia tidak sendirian bersama dengan orang yang jarang berbicara dengannya. Dua orang senior itu membungkuk dengan hormat kepada guru mereka, selagi guru mereka berjalan ke mejanya dan duduk. Mingyu duduk di samping Wonwoo, yang membuat Wonwoo merasa gugup untuk alasan tertentu.

"Wonwoo. Aku tahu kau adalah murid yang normal dan luar biasa." mulainya. "Dan, Mingyu. Kau sudah pernah melalui ini lebih banyak dari siapapun. Kapan kau akan belajar untuk berhenti membuat masalah?"

Wonwoo memperkirakan Mingyu akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dan ini semua bukan hanya kesalahannya. Ia pikir Mingyu akan memberitahu gurunya kalau anak kelas satu itu yang pertama kali melayangkan tinjunya. Tapi, pria yang lebih tinggi itu tetap diam di kursinya, menatap lantai. Wonwoo menatap Mingyu dengan kebingungan, lalu ia mulai berbicara. Sebelum Wonwoo bisa menjelaskan, Mingyu lebih dulu mengatakan sesuatu.

"Pak, Wonwoo tidak terlibat dalam perkelahian kami. Ia hanya mencoba untuk menghentikan kami, hanya saja anda memergoki kami di saat yang tidak tepat." Ucap Mingyu.

Pernyataannya membuat gurunya dan Wonwoo tercengang. Wonwoo menatap pria yang lebih tinggi dengan mata yang membesar, dan bertanya-tanya kenapa dia tidak sepenuhnya menjelaskan situasinya. Pak Seo berdehem dan berkata,

"Wonwoo, sepertinya aku salah…. tetapi, anak kelas satu itu menceritakan semuanya padaku, dan Mingyu, kekerasan bukanlah solusi. Hanya karena ia tidak sengaja menabrakmu, bukan berarti kau harus membalasnya menggunakan tinjumu."

Wonwoo marah karena anak kelas satu itu memutar balikkan ceritanya, dan akhirnya berkata…

"Apa Anda tidak akan bertanya cerita dari sudut pandang Mingyu?" suara rendahnya bertanya sesopan yang ia bisa. "Atau bahkan ceritaku, karena aku juga melihat dan mendengar kejadiannya?"

Mingyu melihat ke arahnya, dan mulai menggelengkan kepalanya pelan. Pak Seo menatap Wonwoo, dan sebelum ia sempat bicara, Wonwoo sudah terlalu muak.

"Apakah ini karena ia terkenal suka membuat masalah, jadi Anda tidak aka-"

"Berhenti." Mingyu memotong perkataan sang Ketua Kelas.

Setelah itu suasana hening. Tiba-tiba, ponsel gurunya berbunyi. Ia menjawabnya, dan itu hanya telepon singkat yang hanya direspon dengan "Halo? Oke. Ya. Aku akan segera kesana." Ia lalu mengakhiri panggilan itu.

"Maaf, anak-anak. Tapi ada rapat staff penting yang tidak bisa saya lewatkan…" ia menatap jam di ruangan itu, masih satu jam sebelum hukuman berakhir.

"Oke, bagaimana dengan ini? Kalian berdua hanya perlu membersihkan jendera hari ini, setelah itu semuanya selesai. Oke?" Pak Seo berkata cepat dan segera keluar dari ruangan itu.

Mereka kini hanya berdua. Mingyulah yang pertama kali bangkit, dan Wonwoo segera menyusul setelahnya. Mereka berdua pergi menuju ruangan penjaga sekolah, dan mengambil alat-alat yang mereka butuhkan, lalu kembali keluar. Mereka tidak mengeluarkan sepatah katapun, dan hanya berjalan dalam diam. Mereka sampai di depan sekolah, dan mulai membersihkan jendela. Setelah beberapa menit yang dilalui hanya dengan saling curi pandang dengan canggung, Mingyu akhirnya bicara.

"Kenapa kau sangat keras kepala?" Mingyu bertanya, dan mengambil istirahat sebentar dan berhenti membersihkan jendela. Wonwoo, sebaliknya, untuk menghindari tatapan Mingyu, melanjutkan pekerjaannya sambil menjawab,

"Aku- tidak- suka- caranya-" Wonwoo berkata terpatah-patah karena ia sedang kesulitan mencapai bagian atas jendela. Mingyu melangkah maju, mengambil spon cucinya, dan membersihkannya untuknya. Wonwoo terkejut dengan apa yang dilakukan Mingyu dan ketika ia sadar seberapa dekatnya tubuh Mingyu dengan dirinya, Wonwoo memekik pelan, tidak cukup keras untuk didengar Mingyu. Setelah selesai membersihkannya, Mingyu kembali ke bagiannya dan mulai membersihkan lagi, dan menatap Wonwoo yang belum menyelesaikan penjelasannya. Mingyu menyimpan seember air di lekukan jendela yang lebih tinggi agar lebih mudah, dan mendengarkan Wonwoo.

"Aku tidak suka caranya menilai kalau apa yang dikatakan anak kelas satu itu benar. Dan ia bahkan tidak repot-repot bertanya padamu tentang apa yang terjadi." Wonwoo membersihkan dengan tidak sabar, spons cucinya membersihkan lebih cepat dari yang ia bisa.

"Hati-hati pada embernya." Mingyu memperingati, tapi Wonwoo terus membersihkannya sekuat tenaga dan akhirnya menyenggol ember itu.

Mingyu berlari, dan melindungi pria yang lebih pendek darinya saat seember penuh air sabun tumpah. Karena rasa paniknya, Mingyu berlari sedikit lebih cepat dan akhirnya membuat mereka berdua jatuh ke lantai, lengannya berada di sisi kanan dan kiri Wonwoo untuk mencegahnya jatuh menimpa Wonwoo. Untungnya, ember itu tidak menimpa kepala Mingyu, tapi semua isinya tumpah mengenai tubuhnya. Seragam Mingyu basah, begitu juga dengan rambutnya. Rambutnya jadi basah dan jatuh menutupi wajahnya sekarang. Tidak seperti gaya rambutnya yang selalu ditata ke atas seperti biasanya. Sekarang, kedua wajah itu hanya terpaut jarak beberapa sentimeter, dan kalau boleh jujur, Mingyu benar-benar terlihat menarik sekarang, dan Wonwoo setuju. Keheningan yang terasa canggung itu terpotong oleh suara pria yang lebih tinggi. Mingyu memasang senyum miring di wajahnya, dan tanpa mengubah jarak diantara mereka, ia berkata,

"Kenapa wajahmu memerah?"

.

.

.

To Be Continued...


Hi, jadi aku decided buat translate ff ini karena ini bagus bgt! #meanieforlyfe lol

dan ini like super panjang nyampe 40 chapteran gitu so please bear with me hehe

diusahain seminggu dua kali postnya supaya cepet...

So,

Read n Review?

seulgibear