TRESPASS

[Chapter 5 : Cheating 2]

.

.

.

Kim Taehyung (Bottom)

X

Jeon Jungkook (Top)

.

.

.

.

This is KookV fanfiction!

If you don't like, don't read!

Sider? I warn you~

(Italic = Flashback/Peristiwa Sebelumnya/Inner Mind)

.

.

Ellden-K storyline present

TRESPASS

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

.

Sebenarnya Jungkook jarang sekali memasuki tempat seperti ini, kadang kala hanya beberapa kali ia berkunjung untuk membeli parfume barunya yang sudah habis. Kini, ia merelakan waktu untuk sekedar berkunjung dan memilih-milih jenis parfume baru. Tidak untuk membeli, ia mampir kemari dengan tujuan lain.

Maka dari itu Jungkook tidak pergi ke toko parfume yang biasa ia datangi.

Meski terkesan tidak perdulian Jungkook ternyata orang yang memperhatikan setiap detil terkecil dari kebiasaan hidupnya. Jika itu yang selalu ia lakukan maka ia akan tetap melakukannya, seperti semua itu sudah tersetting dengan baik didalam kepalanya dan asalkan hal tersebut tidak berpengaruh buruk untuk alasan apapun.

Tepat dihadapan Jungkook tampak seorang pegawai wanita tengah menunjukkan beberapa koleksi parfume yang ada pada etalase, mencoba sekuat tenaga untuk mendapatkan perhatian penuh dari pria tampan didepannya. Jungkook hanya mengangguk dan mendengarkan dengan acuh tak acuh, terkadang bertanya siapa peraciknya. Meski ia tidak begitu perduli dengan hal itu.

Beberapa menit berlalu tiba-tiba seorang memeluknya dari belakang, membuat Jungkook terlonjak kecil sambil menaikkan alisnya.

Ia segera melepas pelukan tersebut lalu berbalik.

"Oh? Sudah menemukan yang kau cari?"

Seorang pria yang beberapa inci lebih pendek darinya mengangguk ceria, kemudian Jungkook sedikit membungkuk untuk meraih tangan pria didepannya dan menghirup pergelangan tangannya.

Ia mengernyit karena tidak mencium aroma apapun dari sana, kemudian pria didepannya merangkul leher Jungkook lalu memeluknya.

"Sudah tercium?"

Posisi mereka sebelumnya menjadi lebih memudahkan Jungkook untuk nampak menghirup leher pria yang barusan memeluknya, kemudian aroma hangat nan manis menyerbu penciumannya. Dapat dilihat si pegawai wanita mengernyit penuh dengki kepada pria yang baru datang.

Jungkook mengangguk canggung kemudian segera melepaskan rangkulan itu, melirik sang pegawai wanita, ia meraih sebuah botol parfume ditangan pria disampingnya lalu menyerahkan benda tersebut untuk dibungkus.

"Tolong bungkuskan yang ini.."

Pegawai wanita tadi mengangguk lalu berlalu sambil membawa botol parfume ditangannya dengan ekspresi patah hati.

"Terima kasih, Jungkook. Aku jadi ingat toko parfume di London waktu itu." Kata pria tersebut, dan dibalasi senyum kecil dari Jungkook.

"Terima kasih kembali, Hoseok hyung."

Pegawai wanita itu kembali lagi dengan bungkusan milik Hoseok. Kemudian Jungkook segera mengeluarkan dompet dan kartu kreditnya.

"Oya, aku masih ingin mencari parfume yang lain, kau bisa ke mobil duluan. Biar sekalian aku yang bayar."

"Kamu baik sekali, tapi aku tunggu kamu disini saja." Ucap Hoseok sambil tersenyum.

"Aku tidak akan lama.." Jungkook memberikan senyum tipis, kemudian beberapa detik berlalu akhirnya Hoseok mengangguk lalu membelai pipi dan belakang telinga Jungkook dengan lembut. Ia pun berbalik dan berjalan keluar dari toko.

Setelah Jungkook melihat punggung sempit itu mulai menjauh, ia segera mencium kerahnya sendiri. Wajahnya nampak berpikir keras, dengan alis menaut, Jungkook menatap pegawai wanita yang sejak tadi memperhatikannya dengan pipi merona.

"Parfume itu, berikan aku satu lagi yang sama persis."

.

.

.

[Cheating 2]

Seokjin menghela ketika Yoongi sudah meninggalkan lantai 2 dan kembali untuk menemui dia. Namun penampakan Taehyung yang baru menduduki kursi dekat jendela dibelakang Seokjin mengalihkan niat awalnya.

"Taehyung! Senang bertemu denganmu lagi, mau pesan apa?" Yoongi segera menyambutnya. Begitu saja menghempaskan Seokjin dari ingatan. Ck, dasar.. kalau sudah bertemu teman lama saja ia langsung dilupakan. Padahal ia juga baru berkunjung kesini lagi kan?

Tapi tunggu..

Astaga! Yoongi mengenalnya?! Dia menyapa lelaki itu dengan sangat akrab!

Ketika Seokjin kembali mengamati percakapan singkat kedua lelaki manis disana, ia kemudian mendapati Yoongi yang membawa Taehyung untuk duduk berdua- maksudnya bersama mereka. Bersama dengan dia.

Bersama denganku?

"Hyung, apa yang kau lihat?" Tampaklah Yoongi yang melotot galak kepada Seokjin ketika mereka berdua hendak melewatinya untuk memutar pada sisi meja yang lain.

Bodoh, dia jadi ketahuan sedang memandang orang asing. Kini Yoongi menampilkan wajah curiga. Ia membawa Taehyung untuk terduduk didepan Seokjin, bersebrangan dengan lelaki yang baru saja ketahuan memandangi tamunya.

"Tidak, aku hanya melamun."

"Melamun sampai memutar kepalamu kebelakang ya?"

Taehyung Nampak tersenyum kecil ketika mendengar percakapan mereka. Sial.

"Jangan menyudutkanku." Seokjin balas melotot.

"Kau yang merasa tersudutkan," sengit, garang dan tidak mau kalah. Seokjin hampir mengubur kepalanya dibawah marmer-marmer cerah dibawah kakinya jika saja Jimin tidak datang menengahi dengan membawa Americano milik Seokjin.

"Sudahlah, bukankah seharusnya kau menerima pesanannya? Siapa dia? Temanmu?" Jimin menaruh Americano diatas meja sambil matanya menatap Taehyung.

"Oh, Hai.." Senyum yang manis. "Aku Kim Taehyung."

"Iya, dia temanku." Balas Yoongi menatap Jimin. "Dan Hyung jangan dekati dia." Kini tatapannya bergulir kepada Seokjin.

Oh, tentu. Kau bahkan tidak memberikanku celah untuk berkenalan dengannya.

Taehyung hanya tersenyum geli menanggapi guyonan dua saudara itu, dan sekali lagi Seokjin terpana. Tentu saja Taehyung adalah orang yang baik, baru sekali melihat saja Seokjin sudah dapat menilainya.

Kemudian setelah Yoongi berada dibelakang mesin pembuat kopi, mulut berlidah tajam itu kembali mengintrupsi lamunan Seokjin.

"Berhenti menatapnya Hyung." Sial

.

.

.

Jungkook mengangkat dagunya sambil sebelah tangan bersender pada kabin mobil. Ia mengetuk-ngetukkan dua jari ditangan yang lain pada jam tangan rolex kesayangannya.

Mengisyaratkan agar Taehyung segera mempercepat acara berpamitannya itu. Sekarang adalah hari jumat dan Jungkook pulang lebih cepat diakhir pekan.

Jungkook : Hari ini aku pulang cepat, kau ada dirumah kan?

Taehyung : Oh, maaf Jungkook. Aku sedang diluar, baiklah aku akan pulang sekarang. Jika kamu sampai duluan tolong tunggulah sebentar.

Jungkook : Tidak. Aku yang akan menjemputmu, kau dimana?

Taehyung : Tapi... Aku membawa mobil.

Jungkook : Tinggalkan. Sekretarisku Wonhoo yang akan mengambilnya.

Jungkook tahu Taehyung tidak akan pernah membantahnya, satu fakta yang sejak dulu masih berlaku tentang Kim -atau Park- Taehyung adalah bahwa ia mencintai Park -atau Jeon- Jungkook, dan sekarang Jungkook sedang memanfaatkan kenyataan tersebut.

Saat sore hari mulai menampakkan warna jingga yang indah, Jungkook menjadi teringat kepada Taehyung. Apakah ia bosan dirumah? Atau apakah ia pergi ke suatu tempat untuk mengisi waktunya, mereka hanya bagaikan dua orang asing yang tinggal bersama namun lebih memilih tidak mencampuri urusan masing-masing, meski Jungkook tahu jika Taehyung menginginkan komunikasi yang lebih baik.

"Cepat masuk." Jungkook segera menyergah ketika Taehyung sudah sampai ditepi pintu mobil. Dagunya masih terangkat, memperlihatkan garis rahang yang benar-benar menggoda.

Taehyung mengernyit akibat nada perintah yang menuntut itu, ia baru mendengarnya dari Jungkook dan lelakinya nampak menunjukan mimik tidak suka.

"Baiklah."

Jungkook mengikuti jejak Taehyung memasuki mobil, sekilas melirik pria mungil yang berdiri didepan kedai kopi nya. Kemudian melajukan mobil membelah jalanan kota.

.

.

.

.

"Apa yang tadi itu pacarnya?"

Itu adalah Kim Seokjin yang bertanya, setelah Yoongi memasuki kedai ia segera menyergahnya.

"Maka dari itu aku sudah bilang jangan pernah berniat mendekatinya."

"Huh, baru pacar..." Seokjin mendengus sambil menyesap americano.

"Bukan sekedar pacaran, mereka sudah menikah!"

Segera americano segar pun berhamburan diatas meja, pelakunya adalah Kim Seokjin sendiri. Entah itu gelas keberapa yang sudah ia minum. Beruntung Yoongi sudah meninggalkannya, dan saat menoleh ia hampir terbahak begitu keras.

Seokjin mengusap bibir dan dagunya yang tiba-tiba basah.

"Apa yang masih kalian ributkan ini? Huh? Dimana Kim Taehyung?" Jimin datang dengan menggendong sang anak yang nampak mulai terlelap dibahunya, ia menepuk Yoongi agar menggantikannya menggendong Yangtan.

Yoongi pun menurut dan beralih menimang anaknya, "dia sudah pulang, tadi suaminya menjemput. Pantas saja Taehyung selalu sedih, perilakunya bahkan tidak baik."

"Sudahlah, mengapa kau malah membicarakan orang lain? Cepat bawa Yangtan keatas untuk tidur."

Yoongi pun segera berlalu, meninggalkan Jimin yang mulai membersihkan meja dan Seokjin yang nampak terdiam semenjak Yoongi mengatakan bahwa Taehyung sudah memiliki suami.

Suami huh?

.

.

.

"Malam ini, bisakah.." Taehyung memiringkan kepalanya kebelakang, ia menatap Jungkook penuh binar kelembutan yang tak terduga. Sedangkan sang suami hanya balas menatapnya sambil mengerutkan alis.

"Kau ingin apa Taehyung?" Jungkook mencoba mendesaknya, meski ia tetap akan menghendaki permintaan yang berlebihan. Ia nampak menebak-nebak apa keinginan Taehyung itu.

"Aku ingin berdansa.." Ucapnya pelan. Takut Jungkook akan menolak.

Tapi sebaliknya pria itu malah mengernyit geli "Dansa? Sekarang?"

"Iya, itu adalah impianku saat masa SMA dulu." Ia mengedip. Sungguh amat cantik diantara semua keremangan ini. "Meski waktu itu kamu berperan sebagai salah satu prajurit kerajaan. Kamu tetap pangeran semua orang."

"Itu, saat praktek teater?" Tanya Jungkook, dan dihadiahi anggukan dari Taehyung.

"Iya, terlihat dari semua orang yang ingin mengajakmu berdansa, tapi kau sangat cuek luar biasa."

"Aku tidak terlalu ingat kenangan itu."

"Tapi semua orang mengingatnya, mereka membicarakanmu." Kemudian Taehyung berbisik. "Prajurit tampan yang menghebohkan sekolah."

"Aku tidak ingat itu." Bohongnya.

"Baiklah kalau tidak ingat, tapi jangan sampai kita melupakan hadiahku. Bagaimana dengan dansa nya?"

.

.

.

Didalam mobil Taehyung nampak tersenyum ketika menangkap mimik tegang Jungkook. Mereka tidak pernah satu mobil sebelumnya, -tidak sebelum pernikahan mereka- atau pun berduaan dimobil seperti ini, dan Jungkook yang terlihat gelisah serta tidak terbiasa merupakan bonusnya.

BMW hitam itu terus melindas aspal tanpa Taehyung tahu kemana tujuannya, hingga setelah seperempat jam tanpa percakapan akhirnya Taehyung membuka suara.

"Kita akan pergi kemana Jungkook?"

Pria yang disebut namanya menoleh sekilas, lalu kedua netra nya kembali menatap jalanan.

"Tidak perlu bertanya, setelah sampai kau akan tahu tujuan kita."

Taehyung tidak menjawab, sebenarnya ia tidak ingin menyangkal. Maka dari itu ia hanya dapat memereteli penampilan Jungkook dari atas sampai bawah.

Setelan berwarna abu-abu itu sungguh pas ditubuh atletisnya, Jungkook nampak berwibawa dan penuh karisma. Ia menguarkan aura pria tampan yang berbahaya dengan begitu sempurna. Bahkan Taehyung tidak pernah melihat yang lebih mengancam dari tatapannya.

Jungkook terlihat lezat, dan dia adalah kepunyaan Taehyung.

Sepuluh menit selanjutnya mereka sudah ada didepan sebuah restoran western yang belum pernah Taehyung datangi, ketika mereka masuk ternyata Jungkook sudah melakukan reservasi untuk dua orang. Nampak seorang pelayan pria mengantar ke meja yang sudah dipesan. Tetapi, ada yang sedikit aneh.

"Apa yang kau lakukan pada restoran ini? Mereka tidak melayani tamu dua puluh empat jam kah? Kemana semua orang?"

Mendengar itu Jungkook hanya menyunggingkan senyuman kebinasaan yang amat manis. Taehyung bertaruh ia tidak akan pernah melupakan sudut bibir yang menukik dengan perhitungan nan sempurna itu.

"Duduklah.." Kata Jungkook sambil menarikkan satu kursi untuk Taehyung sebelum si pelayan yang melakukannya.

"Apa-apaan sikap manis ini?" Ia bergumam namun tetap duduk dan tersenyum.

"Jangan mengoceh." Ada nada geli disana, tapi Taehyung tidak dapat melihat wajah suaminya.

Setelah Jungkook terduduk tepat diseberang, seorang pelayan yang berbeda pun datang dan menawarkan menu. Mereka memesan beberapa menu utama berbahan daging sapi premium dan sebotol anggur berkualitas tinggi.

Oh, sejak kapan manusia setengah dewa ini memperhitungkan apa yang ingin ia makan? Pikir Taehyung.

Ia sama sekali bukan Jungkook kecil yang tidak perduli dengan makanan apapun.

"Kenapa kau tidak bilang kita akan pergi ke restoran?" Taehyung bersandar sambil melipat tangannya diatas meja, ia menatap Jungkook yang tengah sibuk mengecek ponsel pintar miliknya.

"Itu buang-buang waktu."

Mendengar itu, Taehyung menganga tak percaya. Ia menarik nafas, namun tidak mengeluarkan suara apapun. Apa sih yang ada didalam kepala Jungkook itu? Ia sangat irit bicara hingga mengatakan "Kita akan ke restoran." Saja dianggap memboros waktu.

Hitung berapa detik barusan kalimat itu digumamkan?

Mereka diam sampai pesanan datang dan tersaji rapi diatas meja. Ketika seorang pelayan hendak menuangkan anggur untuk mereka ia tersenyum kearah Jungkook saat mengisi gelas pria itu, menggoda dengan tatapan malu-malu namun nakal.

Taehyung melihat itu, tapi ia hanya diam memperhatikan. Dasar pelayan centil, desisnya didalam hati.

Sebelum pergi, pelayan tersebut mengedip kearah Jungkook, dan yang mendapat kedipan hanya melengos, beralih menatap Taehyung. Ia tersenyum kecil penuh kemenangan saat si pelayan menampakan ekspresi kecewa. Rasakan itu jalang, bagaimana? Pahit bukan?

"Ada apa denganmu?" Jungkook menghentikan kegiatannya memotong steak diatas piring setelah melihat Taehyung tersenyum-senyum geli sambil menutup mulutnya. "Apa yang lucu?"

"Kau pria yang tidak peka ya?" Kata Taehyung sambil menyesap air putihnya, ia menatap Jungkook yang kini tengah mengernyit tidak mengerti. "Jelas-jelas pelayan itu menaruh perhatian kepadamu, tapi kau mengabaikannya begitu saja."

Jungkook berdehem. "Itu bukan salahku, seharusnya dia mengerjakan pekerjaannya dengan benar, bukan menggoda suami orang."

Tiba-tiba bias kemerahan merambat dipipi Taehyung, sekarang giliran dia yang berdehem.

"Selamat makan."

Taehyung mengusap bibirnya setelah menghabiskan setengah hidangan penutup yang sangat lezat, namun ia tidak mampu untuk menandaskan semuanya karena kapasitas lambungnya tidak sebesar milik Jungkook.

Kemudian sebuah tubuh jangkung membayang disampingnya ketika Taehyung sedang asyik menyesap anggur miliknya, ia melirik Jungkook yang kini sudah menadahkan tangan kearah Taehyung. Ia Nampak gagah dengan jas yang sudah terlepas. Hanya mengenakan kemeja putih polos tanpa dasi dengan tiga kancing teratas terbuka.

Taehyung mengernyit, tentu saja, sambil menatap Jungkook yang masih setia ditempatnya.

"Kenapa?" Tanya Taehyung.

"Dansa.."

"Huh?"

"Kemarin malam kau bilang ingin berdansa, aku akan membayarnya sekarang." Kata Jungkook.

Taehyung mengangkat alisnya tertegun.

"Baiklah kalau tidak ingat, tapi jangan sampai kita melupakan hadiahku. Bagaimana dengan dansa nya?"

"Aku tidak bisa berdansa."

"Bohong.." Kata Taehyung.

"Sudah malam, sebaiknya kau tidur."

"Tapi Jungkook, aku ingin berdansa denganmu.. Sangat ingin." Ia mulai merengek.

"Tidur.."

Akhirnya Taehyung pun mendengus sebal, dan mengikuti jejak Jungkook yang sudah terlebih dahulu memejamkan matanya.

Jadi, Jungkook ingin membayarnya sekarang, dengan membawa Taehyung ke sebuah restoran besar dan berdansa hanya berdua.

Taehyung tersenyum lalu menyambut uluran tangan Jungkook, ia begitu bahagia dengan perkembangan hubungan pernikahan mereka yang semakin membaik. Jungkook nampak tidak terlalu menghindarinya, bahkan mereka sudah sering berkomunikasi.

"Kau harus bertanggung jawab." Kata Taehyung saat Jungkook membawanya ke lantai dansa, iringan musik romantis terus mengalun sejak mereka memasuki restoran.

"Untuk apa?" Tanya Jungkook sambil mengapit pinggul Taehyung dengan tangan kirinya, dan tangan kanan Taehyung berada dibahunya. Sedangkan yang lain terangkat dan saling berpegangan.

"Karena membawaku ke tempat romantis tanpa membiarkan aku berganti pakaian." Taehyung menunduk untuk memperlihatkan dandanannya, ia hanya mengenakan celana katun berwarna cream dan atasan turtle neck berwarna baby blue.

"Siapa yang perduli?" Jungkook mulai membawa langkah bersama Taehyung untuk berdansa. "Tidak akan ada yang menilai penampilanmu, tak ada siapapun disini."

"Ya, kecuali para pelayan centil itu dan dirimu."

"Aku tidak keberatan dengan itu."

"Dengan para pelayan centil tadi?" Taehyung merengut.

"Dengan penampilanmu." Jawab Jungkook cepat.

Taehyung mendongkak, menatap obsidian kelam itu dengan seksama. Rasanya seperti mimpi yang menjadi nyata, beberapa tahun lalu ia harus mengantri hanya untuk mendapatkan perhatian Jungkook, sekedar mengajaknya berdansa bersama lalu penolakanlah yang ia dapat. Tetapi, kali ini -dengan sangat mengejutkan, Jungkook membawanya ke sebuah restoran bernuansa romantis dan berdansa bersama. Rasanya seperti mendapatkan jackpot.

Dengan dikelilingi puluhan lilin hias diatas lantai, Taehyung tersenyum bahagia saat Jungkook memutar tubuhnya lalu memeluk Taehyung sambil melengkungkan punggungnya kebelakang. Jungkook menahannya tentu saja, dan Taehyung berdegup kencang saat mendapatkan tatapan penuh binar dari obsidian mengkilap Jungkook, bias cahaya dari lilin-lilin tersebut membuat kilauan mempesona pada kelereng hitam itu.

Taehyung menarik nafas ketika Jungkook menariknya kembali pada posisi semula, saling berpegangan dan saling merangkul.

Tuhan, apakah dia adalah malaikatmu yang dikirim untukku?

Jungkook bagaikan sosok malaikat tampan yang baik hati, tapi ia juga bisa menjadi iblis yang dibalut paras sempurna.

Jadi, yang manakah dirimu sebenarnya Jeon Jungkook?

"Terima kasih Jungkook, aku sangat bahagia.." Ungkap Taehyung sambil mengelus pipi Jungkook.

Pria yang lebih besar melengkungkan senyuman tipisnya. Mereka masih melangkah kekanan dan kekiri, mengikuti alunan lembut dari kotak musik disisi lain meja.

Terima kasih Tuhan, akhirnya Jungkook mulai membuka dirinya untukku. Meski perlahan-lahan, aku akan terus bertahan untuknya. Ungkap Taehyung didalam hati.

Sebuah ponsel diatas meja bergetar dan menampilkan sebuah pesan masuk.

Sedangkan sang pemilik masih asyik berdansa, layar pada ponsel tersebut menampakan sebuah kalimat singkat entah dari siapa.

Hope

Merindukanmu.

Sedang menyiapkan makan malam.

Apa yang sedang kau lakukan?

Telpon lah jika tidak sibuk.

Ps. Ini adalah kencan.

.

.

.

TBC

Akhirnya update juga xD

Oh, hallo~ ini drama banget kan? Haha maafken *sungkem

Nah, sekarang sudah ketahuan siapa si cinta pertama itu :'v perlahan-lahan ell akan mengungkap semua masa lalu dan riwayat kehidupan para pemeran di ff ini..

Alasan kenapa Jungkook kayak antara cinta dan benci kepada Taehyung dan alasan kenapa Jungkook sangat membenci keluarga Kim..

Ell juga mau minta maaf karena dichapter sebelumnya ada kekeliruan, makanya kan kenapa ell bilang nama Jung Hoseok dan Shin Hoseok itu ketuker, karena Jhope adalah orang ketiga dihubungan KookV xD nah, disitu Ell langsung buru-buru revisi, maaf banget ya xD itu benar-benar ketidaksengajaan..

Spoiler dikit nih..

Jung Jhope sama sekali tidak tahu jika Jungkook sudah menikah, dan masih ingat gak pas Taehyung bilang dia juga belum ngabarin sahabatnya yang dari london itu?

Mehehe *ketawa setan

Jangan bosen ya bacanya xD

RNR JSY~