A Guy With Headband
.
.
Jungkook – Taehyung
Mentioned! BTS Member. Mingyu. Myungho. Seokmin. Yugyeom. Bambam.
Romance. Friendship. College life.
Jungkook's Point of View
.
.
.
Cerita ini bermula ketika bunga sakura mulai bermekaran dimusim semi bulan april. Saat itu aku adalah seorang mahasiswa semester ganjil yang biasa saja. Memiliki keseharian yang itu-itu saja; berangkat kuliah, pulang, belajar di perpustakaan, dan malamnya bekerja paruh waktu di toko. Aku datang dari Busan sekitar satu setengah tahun yang lalu. Ketika diriku dinyatakan lulus ujian masuk universitas di Seoul ini. Aku tidak sendiri di Seoul, adik ayahku, pamanku, tinggal dan bekerja di kota ini bersama istri dan anaknya. Tapi aku tinggal sendiri di sebuah rumah kontrak yang kecil; tapi cukup nyaman untuk aku tinggali.
Ah, itu sedikit cerita tentang diriku. Tidak ada yang istimewa, kan? Oh, aku memiliki beberapa teman di sini. Sebut saja mereka Kim Minggyu yang sangat tinggi sehingga aku harus sedikit mendongak ke atas jika sedang berbicara padanya. Ada lagi Yugyeom, Seokmin, Bambam—dia berasal dari Thailand, omong-omong—dan Myungho. Mereka semua ajaib; maksudku tidak normal. Apalagi Seokmin dan Bambam, mereka berisik sekali. Tapi aku suka berteman dengan mereka. Saat kami sedang bersama aku tidak merasa seolah aku sendirian di Seoul. Aku dan Yugyeom sama-sama tertarik dengan musik, sebenarnya mereka teman-temanku juga menyukai musik, tapi lebih spesifiknya aku menyukai olah vocal.
Seokmin bilang suaraku bagus, meski tidak sebagus dirinya. Huh! Aku tahu dia sombong. Hahaha. Tapi aku mengakui suara Seokmin memang bagus. Dia bisa mencapai nada tinggi dengan stabil. Ah, aku harus banyak berlatih lagi dengannya.
Oh, maaf, aku jadi menceritakan teman-temanku. Hahaha. Karena mereka juga sebagian dari kehidupanku di Seoul. Kembali lagi ke cerita di musim semi bulan april. Saat itu aku dan Mingyu ingin membeli beberapa buku untuk tugas matakuliah yang diberikan Dosen Park. Sedikit informasi lagi; aku, Mingyu dan Yugyeom berada di satu fakultas yang sama sedangkan Seokmin, Bambam dan Myungho berada di fakultas yang lain.
Saat ingin melewati gerbang kampus, aku melihat sekumpulan senior yang sedang bermain basket. Lapangan basket outdoor di kampus kami kecil dan hanya memiliki satu ring, berbeda dengan lepangan indoor. Ada sekitar enam orang yang sedang bermain dan salah satunya kukenal. Park Jimin, senior yang asalnya sama denganku, Busan. Aku sidikit memelankan langkahku dan untungnya Mingyu juga nampak santai berjalan. Aku belum pernah—atau mungkin jarang melihat senior-senior yang ada di sana. Ah, aku kenal satu senior lagi! Kalau tidak salah namanya Jung Hoseok, yang sedang melakukan tree point shoot dari tempatnya. Dan dia berhasil! Daebak!
"Ih, kau sedang memperhatikan siapa?" tanya Mingyu sambil menyenggol lenganku. Aku sedikit tersentak. "Senior yang lagi main basket." Jawabku. Mingyu melihat kearah yang sama denganku. "Kudengar mereka senior yang berkuasa di fakultas ini. Mereka juga sombong. Jarang terlihat bergaul dengan senior yang lain." Mingyu meneruskan bicaranya. Aku hanya menganggukan kepala, karena aku memang tidak tahu sama sekali tentang mereka.
Dan saat itulah aku melihatnya. Dia, senior yang sedang bermain basket, yang memakai ikat kepala dan berwajah jahil. Aku terpana melihat caranya melirik ring di atas, seolah dia sedang berbicara kepada si gawang: hei, lihat. Aku akan mengalahkanmu dengan memasukan bola ini. Gerak tubuhnya yang sedang mendribble bola terlihat sangat alami; terlihat seperti pemain basket professional. Begitu dia menembakkan bolanya aku menahan napas. Ikut tegang dengan hasil akhirnya. Dan ternyata bolanya mengenai pinggiran gawang sehingga memantul jauh keluar. Aku tanpa sadar menghela napas kecewa.
"Argh!" dia berteriak sambil meremas rambutnya. Teman-temannya yang lain menyoraki dia dan aku mendengar Mingyu tertawa. "Kenapa tertawa?" tanyaku heran. Jelas sekali tidak ada yang lucu di sini, bagiku.
"Itu, senior itu!" kata Mingyu sambil menahan tawanya. "Dia selalu begitu. Gayanya selangit tapi nol besar! Hahaha!"
"Memangnya dia siapa, sih?" tanyaku. Mingyu menghapus sedikit airmata di ujung matanya. Sebegitu lucunya kah peristiwa tadi? "Namanya Kim Taehyung."
Kim Taehyung.
Aku mengeja namanya dalam hatiku. Dalam pikiranku.
.
.
.
Itulah awal aku berjumpa dengannya. Tidak bisa disebut berjumpa, sih. Karena hanya aku yang melihat dirinya saja. Setelah itu aku mencari tahu banyak tentang dia. Senior yang senang memakai ikat kepala. Beberapa kali aku melihatnya di kantin, lapangan basket, dia selalu memakai ikat kepala. Aku juga tidak tahu maksudnya atau itu memang style khasnya dia. Meskipun begitu, aku tidak terlalu peduli dengan gayanya. Karena aku akui, dia tampak keren dengan ikat kepalanya itu. Entah kenapa jantungku selalu berdetak kencang ketika melihatnya. Apalagi jika dia sudah tertawa; senyumannya mampu membuat aku berdesir kegelian. Dia senior tertampan yang pernah aku temui.
Dan aku bukan mahasiswa yang senang mencari perhatian senior seperti yang dilakukan seorang gadis bernama Anna. Satu angkatanku tahu gadis itu menyukai Taehyung sunbae, dan dia selalu mempunyai banyak cara untuk menarik perhatian sunbae tersebut. Seokmin dan Bambam selalu membicarakan Anna setelah gadis itu memulai aksinya yang baru.
"Aku lelaki. Tapi aku tidak menyukai cara yang digunakan Anna. Aku malah risih." Kata Seokmin. Dia yang paling sebal dengan Anna. "Aku juga!" Bambam menimpali, "Aku rasa Taehyung sunbae sudah sangat muak dengan dia."
"Tapi kalian tahu?" tiba-tiba Yugyeom berbicara, "Apa?" tanya Mingho penasaran. Kukira anak itu tidak tertarik dengan pembicaraan ini karena dia diam saja sejak tadi. Aku tahu, sih, Myungho memang pendiam. "Kudengar Taehyung sunbae mencium Anna!"
"Apa?!" aku dan yang lainnya berseru.
"Tidak mungkin!" kata Bambam.
"Kau pasti salah informasi, Gyeom-ah." Seokmin menimpali.
"Ish, dengarkan sampai habis dulu." Setelah itu kami diam lagi. "Setelah dicium Taehyung sunbae, kudengar lagi Anna langsung ditolak saat itu juga. Di depan semua temannya Taeyung sunbae bilang kalau Anna bukan tipenya. Ciumannya itu hanya penghibur saja."
Wah! Aku benar-benar tidak menyangka Taehyung sunbae seperti itu sifatnya. Dan aku yakin kalau Anna bukanlah korban yang pertama. Entahlah, aku hanya yakin seperti itu.
"Karena yang kudengar, Taehyung sunbae sudah menyukai seseorang."
Dan saat itu, aku berharap kalau yang disukai Taehyung sunbae adalah aku.
.
.
.
Di akhir bulan april kampusku mengadakan pekan raya musim semi. Aku selalu tertarik dengan kegiatan kampus tahunan ini. Karena akan ada banyak stand makanan gratis dan festival bunga sakura. Dan selama perayaan itu kampusku meniadakan jam kuliah; itulah yang paling ditunggu mahasiswa kebanyakan. Aku bersama kelima temanku menyusuri pekan raya bersama. Mingyu kemudian mengenalkan pacarnya yang bernama Wonwoo, dia berbeda kampus dengan kami.
Saat aku ingin ke stand makanan khas Cina, kulihat di depan sana ada Taehyung sunbae dan kedua temannya; Jimin dan Hoseok sunbae, sedang bersepeda. Mereka bersepeda berlawanan arah denganku, dan jantungku seperti biasa jika melihat Taehyung sunbae selalu berdetak kencang. Aku berusaha terlihat normal disaat yang sama aku ingin sekali tersenyum lebar kearah sunbae tampan itu. tapi, jika aku melakukannya itu sama saja dengan mempermalukan diriku sendiri.
Ketika kami—aku dan Taehyung sunbae sudah sejajar, bisa kucium aroma parfumnya yang laki banget. Dan kemudian kudengar suara berat memanggil namaku. "Jeon Jungkook, ya?" Aku berhenti dan menoleh ke belakang—karena suara itu terdengar dari belakangku—untuk menemukan Taehyung sunbae turun dari sepedanya dan menatapku. Aku melihat ke sekelilingku dan menemukan tidak ada satupun yang bersuara, termasuk teman-temanku. Aku dengan tangan sedikit bergetar menunjuk diriku sendiri. "Sa, saya, sunbae?" tanyaku. Taehyung sedikit mengangkat dagunya dan tersenyum. Ugh, aku butuh udara di sini kawan!
"Kau mengenalku, kan?"
Hah? Maksudnya sunbae? Siapa sih yang tidak kenal dengan sunbae? Aku hanya menjawab dalam hati. Setelah itu dia memberiku satu kedipan mata sebelum kembali melajukan sepedanya. Dan kalian harus tau, aku tidak bisa bergerak sama sekali setelah diberi kedipan nakal itu! Sumpah Demi Bunda! Aku bahagia dan aku tidak percaya dengan kejadian hari ini.
Karena, seperti yang kalian tahu. Aku tidak pernah dengan secara resmi memperkenalkan diriku pada Taehyung sunbae tapi apa yang dia lakukan tadi membuatku sedikit berharap. Berharap kalau Taehyung sunbae diam-diam mencari informasi tentangku, seperti yang aku lakukan padanya. Boleh kan jika aku berharap?
Ah, malam ini aku akan bermimpi indah! Aku akan memimpikan pertemuan pertamaku dengan Taehyung sunbae di bawah pohon sakura di musim semi, akhir bulan april.
.
.
.
Sejak hari itu, hari di mana Taehyung sunbae menyapaku, entah di manapun aku berada pasti ada yang diam-diam memperhatikanku. Kabar itu menyebar dengan cepat sehingga aku sama terkenalnya dengan Taehyung sunbae sekarang. Sudah menjadi rahasia umum jika Taehyung sunbae tidak akan menyapa orang lain lebih dulu. Banyak yang bilang kalau Taehyung sunbae itu benar-benar sombong, dan kalau dia sudah menyapa orang lain lebih dulu itu artinya ada dua; ditandai atau menandai.
Aku tidak mengerti dengan sejarah senior di kampusku yang katanya sudah turun-temurun. Sebelum Taehyung sunbae yang menjadi senior terkenal, aku tahu dari Seokmin kalau kakanya Taehyung sunbae yang bernama Kim Namjoon juga merupakan senior terkenal. Seperti sistem monarki? Ah, tidak peduli!
Aku segera menemui Yugyeom untuk meminta bantuannya, karena aku percaya Yugyeom banyak tahu tentang persenioran di kampus ini. Aku sudah sangat risih melihat orang-orang yang berbisik ketika bertemu denganku. Oh, ya, dan sejak hari itu aku tidak melihat Taehyung sunbae lagi di manapun.
"Kau sudah terkenal sekarang, Kook. Harusnya bangga dong?!"
"Kepalamu bangga!" aku menepuk belakang kepalanya dan dia mengaduh. "Aku malah risih diliatin terus. Memang aku ini buronan apa?!"
"Memang buronan."
"Kok? Kenapa aku jadi buronan?"
Yugyeom memerhatikan sekitar, kami sedang berada di kantin, dan sedikit berbisik kepadaku. "Kau tahu? Kalau Taehyung sudah menyapamu duluan itu artinya aku ditandai Taehyung sunbae. Atau, Taehyung sunbae menandaimu."
Aku menyerngit tidak suka, "Maksudmu dengan ditandai dan menandai itu apa?"
Yugyeom menghela napas sebentar, "Maksudnya kalau kau ditandai berarti kau melakukan kesalahan dengan Taehyung sunbae."
"Lalu?"
"Taehyung sunbae akan terus memburu sampai mendapatkanmu." Aku bergidik membayangkan hal apa saja yang bisa Taehyung sunbae lakukan untuk mendapatkan mangsanya. Kata Bambam, Taehyung sunbae itu kejam.
"Terus, kalau dia menandaimu berarti dia akan menjadikanmu miliknya."
"Hah? Miliknya?"
"Iya. Bisa jadi kekasih Taehyung sunbae."
Aku lebih tidak mengerti dengan yang ini. Bagaimana bisa menjadikan seseorang sebagai kekasih dengan menandainya? Aku rasa untuk Taehyung sunbae bisa-bisa saja. "Jadi maksudmu aku harus berhati-hati dengan Taehyung sunbae? Karena dia bisa jadi menandaiku atau aku yang ditandai olehnya?"
Yugyeom mengusak rambutku, "Jungkookie yang pintar." Biasanya kalau Yugyeom mengacak rambutku aku akan marah tapi kali ini aku tidak bisa merespon apa saja yang terjadi di sekitarku. Pikiranku dipenuhi dengan Taehyung sunbae dan segala cara anehnya.
.
.
.
Aku lupa bagimana kronologinya hingga aku terjebak di lorong kampus dengan Taehyung sunbae. Seingatku, aku sudah berusaha menghindari Taehyung sunbae agar tidak ketahuan olehnya. Sudah empat hari ini aku bersembunyi, bisa mati aku kalau ketahuan Taehyung sunbae. Dan gosip itu masuh terus menyebar, seakan tertiup angin dan makin membesar. Tapi anehnya, Taehyung sunbae tidak pernah mencariku di kelasku. Kalau memungkinkan bisa saja senior itu menemuiku, tapi dia tidak melakukannya. Dia sedang berdiri di ujung lorong, memakai jaket besar dan ikat kepala yang membuat wajahnya semakin tampan.
Aku sanksi kalau kami kebetulan bertemu di sini, karena Taehyung sunbae terlihat seperti sengaja menungguku. Seperti biasa, jika sudah ada Taehyung sunbae suasana menjadi senyap; seperti tidak ada orang sama sekali. Aku memberanikan diri untuk menatapnya dan mencoba menyapa dengan ramah. "Halo, sunbae." Suaraku bergetar karena takut, tapi Yugyeom bilang jangan sampai terlihat takut di depan Taehyung sunbae karena itu akan memudahkannya untuk menindas lawannya.
Taehyung sunbae tersenyum kepadaku, "Halo, Jungkook. Lama tidak jumpa, ya. Kamu masih ganteng seperti biasa." Tersengar suara napas ditahan, aku yakin itu suara napasku. "Makasih, sunbae." Lalu Taehyung sunbae berjalan mendekatiku kemudian berhenti tepat di depanku. Kali ini aku tidak berani menatapnya. Ini terlalu dekat, aku tidak kuat mengagumi ketampanannya dengan jarak sedekat ini.
"Mulai sekarang aku minta kau tidak bersembunyi lagi jika bertemu denganku." Aku langsung mendongak dan sialnya wajah kami jadi berjarak dekat. Aku sedikit mundur, kepalaku pening mencium parfum lakinya yang sangat kuat. Taehyung sunbae melanjutkan bicaranya dengan masih menatap mataku. "Aku ingin kau menyapaku ketika kita bertemu. Aku ingin makan siang denganmu di kantin. Aku ingin kau pulang denganku. Mulai sekarang, jadi jangan takut lagi denganku, Jungkook."
"Jeon Jungkook yang berasal dari Busan, tinggal sendirian di rumah kontrak. Mempunyai teman sebanyak lima orang. Suka belajar di perpustakaan dan bekerja paruh waktu di malam hari. Jeon Jungkook yang tidak suka bawang karena membuat mulutnya bau. Jeon Jungkook lebih suka makan sup tulang ayam dihari yang dingin daripada ramen. Jeon Jungkook yang rajin belajar dan tidak pernah absen di kelas. Dan sekarang aku menambahkan satu lagi fakta tentangmu; Jeon Jungkook, mahasiswa manis yang disukai Kim Taehyung."
Semua orang terkesiap termasuk aku. Bagaimana ya bentuk wajahku saat ini? Aku pasti sangat jelek dengan mulut yang setengah terbuka dan menatap pada Taehyung sunbae dengan takjub. Wow! Dia benar-benar mencari informasi tentangku. Persis seperti apa yang aku harapkan. Tapi, ketika aku mengetahui itu semua; aku justru tidak mempercayainya. Maksudku, dia itu Kim Taehyung yang terkenal! Tidak mungkin dia mau repot-repot mencari info tentang diriku. Benar-benar membuatku takjub.
Setelah membuat seluruh penghuni lorong terkejut dengan pernyataannya, dia pergi. Sebelumnya dia sempat mengelus wajahku dan berbisik, "Aku tunggu di parkiran jam pulang." Aku merasa dihipnotis karena menganggukan kepalaku tanpa sadar.
Tuhan! Setelah ini aku sangat yakin kehidupan kampusku tidak akan sama lagi seperti biasanya.
Aku hanya berharap, aku bisa menanganinya sampai akhir.
to be continued
.
.
.
Dan semua setuju kalau Kim Taehyung semakin tampan dengan ikat kepala!
Iya, ikat saja kepalanya!
See you
©naranari