Entry 21

Back and Forth

.

.

.

Dear Park Jimin

Apakah kau mengingat pertama kali kita bertemu? Bagaiamana kabar mu hari ini?

Ini adalah tahun pertama ku tidak bersama dengan mu, apakah kau mengingat awal pertemuan kita?

Tittle : Back and Forth

Cast : Park Jimin, Min Yoongi

London, 3 December 2009

"Excuse me c-can you s-speak-eu K-Korean?" tanya seorang pemuda manis, yang nampak kebingungan itu pada seorang pria berkulit pucat yang sedang asik bermain ponsel yang ada di genggaman nya, pria itu pun mendongakkan kepalanya untuk melihat seorang pemuda yang ada di hadapannya, melihatnya dengan pandangan yang tak dapat di tebak, serta tatapan tak bersahabat walaupun begitu pria itu menjawab pertanyaan pemuda yang ada di hadapannya "Yes"

"Oh syukurlah, aku hampir tersesat disini" pemuda itu menghembuskan nafas lega dan tersenyum pada pria yang ada di hadapannya "Hello, aku Park Jimin, sebelumnya terimakasih siapa nama mu?, jujur saja aku sangat bersyukur dapat menemukan orang Korea disini, ngomong-ngomong apakah kau tahu dimana letak apartemen ini?" tanya pemuda tersebut yang memperkenalkan diri sebagai Park Jimin seraya menunjukkan sebuah foto dan sebuah alamat yang tertera pada sebuah kertas putih kepada pria yang ada di hadapannya.

"Aku tahu dimana itu, karena aku juga tinggal disana" jawab pria itu seraya menganggukkan kepalanya "Aku Min Yoongi" jawabnya lagi, Jimin tersenyum kembali membuat netranya tak terlihat karena kedua netra Jimin yang sangat sipit "Kau bisa mengantarku kesana Min Yoongi-ssi?" tanya Jimin hati-hati.

Lalu mendapatkan sebuah anggukkan kecil yang menunjukkan sebuah persetujuan dari pria itu diiringi dengan bangkitnya si pria dari posisi duduknya.

.

Pria itu atau Min Yoongi namanya mengantarkan Jimin pada apartemen tempat tujuannya, tentu saja Yoongi sudah hapal betul dengan seluk-beluk jalan menuju apartemen mereka.

Saat itu salju pertama turun di bulan Desember, malam salju yang sangat dingin di kota London yang tak membuat kota itu menjadi hampa, London adalah kota terbesar di kawasan Uni Eropa, lampu jalanan yang gemerlap dihiasi dengan bangunan tua namun terlihat indah itu sangat kokoh.

Di sepanjang perjalanan menuju apartemen, Yoongi maupun Jimin tak ada yang berbicara keduanya nampak asik dengan dirinya sendiri, Yoongi yang asik dengan mendengarkan sebuah lagu dari ponselnya menggunakan sebuah headset yang menggantung di cuping telingannya, sedangkan Jimin sedang asik memperhatikan bangunan tinggi menjulang di sekitarnya, ia terlihat sangat takjub dengan keindahan kota London yang sangat jauh berbeda dengan Seoul, walaupun sama-sama memiliki gedung-gedung besar yang menjulang tinggi, namun di London sebagian bangunan terlihat lebih tua dan terlihat lebih elegan karena struktur bangunan nya yang begitu indah serta faktor pencahayaan yang begitu sempurna, berbeda sekali dengan Seoul disana bangunannta terlihat lebih modern dan terlihat lebih modis.

"Jimin-ssi kalau boleh tahu kenapa kau datang ke London?" tanya Yoongi, mengawali percakapan mereka seraya melepaskan headset dari cuping telingannya.

"Aku memiliki sedikit urusan disini Yoongi-ssi" jawab Jimin seraya melihat kearah Yoongi yang sedang mengangguk seolah mengatakan "Oh okay"

Sepertinya Yoongi bukanlah seseorang yang banyak bicara, ia terlihat begitu cuek dengan segala keadaan.

.

Pertemuan yang tak pernah kita rencanakan bukan?, aku tak pernah mengira bertemu dengan seorang malaikat kecil yang begitu manis sepertimu, perkenalan yang begitu singkat dan dingin, namun sangat berkesan untuk ku.

Dan, apa kau ingat untuk pertama kalinya kau mengajak ku pergi menonton film di bioskop? Kau dengan wajah mu yang merah padam.

.

London, 12 Januari 2010

"Yoongi-ssi" Panggil Jimin ketika ia melihat sosok Yoongi yang sedang bersantai di ruang santai umum apartemen, Yoongi pun menoleh kearah Jimin membetulkan letak kacamatanya yang sedikit merosot dari batang hidungnya, menutup sebuah novel tebal yang sedari tadi ia baca.

Jimin pun menghampiri Yoongi dengan berlari-lari kecil.

"Umm... Yoongi-ssi, a-a-apa kau ingin menonton film ini?" tanya Jimin seraya memperlihatkan sebuah poster film yang ada di genggamannya "Aku m-melihat mu ketika kau berdiri sambil melihat poster ini kemarin siang" Jimin terdiam "Maksud ku tak sengaja" ucap Jimin lagi, membetulkan konteks pembicaraannya.

"Aku mengerti Jimin, bagaimana kalau kita menontonnya nanti malam?" Yoongi tersenyum kepada Jimin.

"Aku mau" Yoongi pun beranjak dari duduknya.

"Aku akan menjemput mu jam enam nanti, sampai jumpa" kata Yoongi seraya mengusap puncak kepala Jimin lalu pergi meninggalkannya yang tersenyum malu.

.

Jimin, saat itu sebenarnya aku juga sangat malu, karena kau mengajakku menonton film di bioskop, kau tahu? Kau yang pertama kalinya menjadi seseorang yang sangat berani mengajak ku pergi ke bioskop bersama-sama.

.

Yoongi mengetuk pintu apartemen Jimin dan membunyikan bell nya.

Jimin membuka pintu apartemennya "Yoongi-ssi" panggil Jimin ketika melihat Yoongi dengan coat hitam dan sweater turtlneck nya berwarna coklat tua berdiri dihadapannya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil ponselku" pesan Jimin, lalu meninggalkan Yoongi dan masuk kedalam apartemennya kembali.

Beberapa menit kemudian Jimin kembali ke hadapan Yoongi "Ayo" ajak Jimin seraya mengunci pintu dengan password code di pintunya.

Kini Jimin dan Yoongi berjalan beriringan, menuju basement apartemen, karena Yoongi mengatakan malam ini lebih baik naik mobilnya Yoongi saja karena cuaca malam yang dingin, Jimin sebenarnya tak pernah mengetahui Yoongi memiliki sebuah mobil karena ia tak pernah melihat Yoongi menggunakannya, ia lebih sering melihat pria yang ada di sampingnya ini menggunakan kereta untuk pergi kemanapun.

"Silahkan masuk" kata Yoongi seraya membukakan pintu mobil untuk Jimin "Terimakasih Yoongi-ssi"

Yoongi pun mengitari mobilnya dan segera masuk kedalam mobilnya.

.

Aku tahu, suasana kita terlihat sedikit canggung waktu itu, tapi percayalah aku tidak bermaksud seperti yang kau kira.

.

"Aku yang mengantri untuk membeli ticket kau tunggu disana saja" Yoongi menunjuk sebuah deretan bangku pengunjung yang ada di hadapannya, Jimin pun mengangguk mengerti lalu pergi meninggalkan Yoongi.

Selesai mengantri ticket Yoongi membawa sekotak pop corn berukuran besar serta dua minuman soda untuk Jimin dan dirinya.

Setelah itu ia kembali ke arah Jimin yang sedang duduk di bangku pengunjung dengan tenang seraya memandang ke arah pengunjung lain.

.

Saat itu ku kira aku melihat seorang malaikat yang jatuh dari surga berwujud seorang pemuda manis dengan sweater abu-abu kebesaran yang hampir menenggelamkan tubuh mungil nya.

Kau benar-benar membuat ku jatuh hati Jimin-ah.

.

Untuk beberapa saat mereka menunggu lalu sebuah suara pengumuman di bioskop terdengar, menandakan gedung bioskop dua, tempat Yoongi dan Jimin menonton sudah dibuka untuk para pengunjung untuk sesi berikutnya.

"Ayo Jimin" ajak Yoongi seraya menggengam tangan Jimin dan mengajaknya mengantri masuk kedalam gedung bioskop.

"Um"

.

Jimin aku mengingat dirimu yang nampak malu-malu ketika aku menggenggam tangan mu untuk pertama kalinya, aku tak akan pernah melepaskan tangan mu sampai film itu berakhir, kau inggat? Dan apakah kau tahu telapak tangan kita nampak sangat pas untuk saling menggenggam satu sama lain.

.

Lampu jalanan menerangi jalan setapak yang mereka telusuri, kini mereka berada pada sebuah taman kota yang nampak sunyi, entah kenapa malam itu taman terasa begitu sepi.

"Jimin ada sesuatu yang ingin aku bicarakan"

Yoongi menatap Jimin secara lembut "A-Ada apa Yoongi-ssi?" Jimin nampak sangat gugup saat itu.

"Ada daun dirambutmu" Yoongi menggapai sehelai daun disurai Jimin, "Terimakasih" Jimin tersenyum malu seraya menyipitkan kedua netra nya, membuat kesan imut yang tertinggal diwajahnya.

Yoongi memandang Jimin lembut.

"Aku suka tempat ini, disini begitu indah" ucapnya.

"Apa Yoongi-ssi suka membaca disini?"

"Ya"

"Aku suka tempat ini" Jimin menatap Yoongi lalu beralih kepada sebuah bangku taman bercat putih yang ada di bawah dahan pohon rindang, yang memiliki pencahayaan lampu taman paling indah.

Ia pun berlari kecil meninggalkan Yoongi.

Yoongi tersenyum kecil ketika melihat tingkah Jimin yang begitu ke kanak-kanakkan.

.

Panggil aku hyung Jimin-ah, aku suka ketika kau memanggilku Yoongi-hyung seraya berlari kecil dan tersenyum lembut, lalu merengek manja pada ku.

.

London, 19 July 2010

"Hyungie" panggil Jimin seraya menerjang Yoongi dengan tubuhnya.

"Ouch, Jim berat astaga" keluh Yoongi seraya mendorong tubuh Jimin yang berada diatas tubuhnya.

"Ne, kau tahu aku baru saja mendapatkan kabar baik" ucap Jimin excited.

"Kabar apa?"

"Tadaaaaa-" Jimin menunjukkan sebuah voucher makan untuk dua orang "Astaga Jimin-ah, kau dapat darimana?"

"Aku mendapatkannya dari lottery, kemarin, apa kau mau pergi makan malam bersama ku hyung?"

"Daebak! tentu saja aku mau"

.

Jiminie sayang, aku sudah menyiapkan segalanya, maaf aku sengaja berbohong mengenai hadiah lottery, itu adalah kesengajaan yang aku buat, karena kau sangat menginginkan hadiah dari lottery dan kau berjanji akan mengajak ku apabila kau memenangkannya.

.

London, 24 Juni 2010

"Do you want to be mine?" tanya Yoongi tiba-tiba pada Jimin yang sedang asik memakan ice cream vanilla dan hampir tersedak karenanya.

"Jimin-ah" Yoongi memperhatikan wajah Jimin.

"Um, a-a-aku…" Jimin sedikit meragu dan nampak berpikir sejenak.

"Um.. Yoongi-hyung, aku mau" jawab Jimin seraya memeluk Yoongi, sehingga melupakan ice cream nya yang berakhir menempel di punggung Yoongi "Jiminie, astaga ice cream mu sayang"

"Hyung!, ya tuhan maafkan aku hyungie"

Jimin menjauhkan ice cream nya dan menunduk ragu "Tidak apa-apa Jiminie" Yoongi menenangkan Jimin seraya mengusap puncak kepalanya.

"Nanti akan aku cucikan hyung" ucap Jimin takut-takut.

Aku memberanikan diriku untuk meminta mu menjadi kekasihku, serangan yang tiba-tiba bukan? Maaf Jimin, aku bukanlah seorang yang romantis seperti pria lain, yang meminta seseorang menjadi kekasihnya dibawah menara Eiffel atau membawamu ke Venesia menaiki gondola di kanal-kanal kota.

Ini memang terlalu cepat hanya dalam waktu tujuh bulan kita saling mengenal, tapi kau telah menarik perhatian ku di awal pertemuan kita, dan kau selalu menarik ku kedalam sebuah dunia manis yang semuanya hanya berisi tentang dirimu.

Aku pikir, aku sudah gila, karena dari awal aku tak pernah mempercayai cinta pada pandangan pertama, namun saat melihat mu aku yakin kamu adalah cinta pertamaku dan aku berharap juga menjadi yang terakhir untukku.

Jimin, apa kau mengingat kencan pertama kita sebagai sepasang kekasih di London Eyes, sebuah ferris wheel terbesar di Eropa, kau bilang kau suka langit kan? Dari atas sana kau bisa melihat langit cerah dipenuhi bintang-bintang dimalam hari.

Itu adalah malam terindah yang pernah kuhabiskan dengan mu asal kau tahu.

...

.

Daegu, 4 Agustus 2012

Yoongi meletakkan pena nya, ia pun menundukkan wajahnya untuk menahan setitik air mata yang hampir jatuh, setelah menulis sebuah diary dengan memandang foto Jimin yang berada pada sebuah bingkai kayu berwarna coklat membuat Yoongi ingin menangis.

Lalu sebuah kenangan Yoongi terulang, ketika dalam waktu dua minggu Jimin tidak mengabarinya, serta pintu kamar apartemen Jimin yang tak kunjung terbuka ketika Yoongi mengunjunginya, kenapa? Apa yang terjadi dengan kekasihnya, Park Jimin ?

Terakhir kalinya Jimin mengatakan ia akan pulang ke Busan dalam waktu satu minggu dan akan kembali lagi ke London, tapi Jimin berbohong. Ia sama sekali tak kembali, pesan yang Yoongi kirimkan pun tak kunjung di balasnya.

"Jimin jangan membuat ku khawatir" batin Yoongi.

Sampai pada hari kedua puluh, tiba-tiba Yoongi mendapatkan sebuah surat yang dikirimkan dari Busan, Korea Selatan.

Surat itu tertuliskan sebuah nama Park Jimin dan di tunjukkan untuk Min Yoongi, tangan Yoongi tiba-tiba bergetar hebat ketika membuka surat dengan map berwarna kecoklatan itu. Rasa rindu terlampau menyelimuti dirinya.

To: Min Yoongi-hyung.

From : Park Jimin.

Hallo hyung, ini aku Jimin, pasti hyung sangat khawatir saat ini karena aku mengingkari janji ku dan berbohong padamu akan pulang dalam waktu satu minggu, aku tidak bisa pulang hyung karena saat ini aku sedang beristirahat di Busan, jangan khawatirkan aku ya? Bagaimana kabar mu hari ini hyung? Sudah makan? Jangan lupa makan okay, aku merindukan mu hyung sangat merindukan mu.

Hyung, aku jadi mengingat ketika pertama kali kita bertemu, aku yang bodoh dan tak tahu apa-apa dengan London, aku sangat bersyukur waktu itu ketika bisa bertemu dengan mu kalau tidak, mungkin aku sudah tersesat.

Dan begitu banyak kenangan manis yang kau berikan.

Waktu yang begitu singkat hanya beberapa bulan mengenal mu lalu menjadi kekasih mu, aku merasa itu adalah suatu ketidak mungkinan, tapi hal itu sangat nyata.

Aku begitu mencintai mu hyung.

Oh iya hyung, aku akan memberitahu mu sesuatu. Apabila kau mau datang menemuiku di Busan, katakan pada eomma, kau adalah Min Yoongi kekasih ku tercinta, ia akan memberitahukan sesuatu dan mempertemukan kita berdua.

Love, Park Jimin.

Yoongi melipat kembali surat yang Jimin berikan lalu memeriksa ada sebuah kertas lain di dalam map itu, sebuah alamat tempat tinggal Jimin di Busan.

Yoongi akan pergi kesana, lagi pula ia juga merindukan kampung halamannya di Daegu, ia harus membeli ticket pesawat ke Korea secepatnya.

.

Busan, 1 September 2011

Disini lah Yoongi berada, di dalam sebuah bus yang membawa dirinya kerumah kekasihnya, Park Jimin. Ia begitu tak sabar ingin bertemu dengan kekasihnya lagi, setelah sekian lama ia tak bertemu dengannya.

Ia begitu tak sabar, sampai-sampai jantungnya berdegup begitu cepat.

Perjalanan yang begitu melelahkan pun terbayarkan ketika ia melihat sebuah rumah besar yang ia yakini milik keluarga Jimin, ia pun bergegas melangkah dan membunyikan bell rumah tersebut.

"Siapa?" tanya sang pemilik rumah.

Yoongi melambaikan tangannya ke kamera "Aku Min Yoongi, kekasih Jimin" sapanya lalu tersenyum, sesuai keinginan Jimin, ia mengenalkan diri dengan embel-embel kekasih Jimin.

"Tunggu sebentar"

Yoongi mengusap-usap tangannya karena begitu gugup, dan kemudian seorang wanita paruh baya menyambutnya di depan pintu, memeluk dirinya erat dan mengucapkan selamat datang.

Yoongi nampak bingung, namun ia membalas pelukkan hangat dari wanita tersebut.

"Yoongi-ssi aku adalah ibunya Jimin" ucap wanita itu mengenalkan diri "Aku Min Yoongi"

"Aku sudah tahu Jimin menceritakan banyak hal tentang mu, panggil aku eomma, sebelum itu ayo masuk, pasti kau sangat lelah" ajak nyonya Park, seraya menuntun Yoongi masuk kedalam rumah.

.

"Kau mau minum apa Yoongi?" tanya nyonya Park seraya menyuruh pembantu rumah tangganya menghadap padanya "Apa saja ny- ah maaf eomma" jawab Yoongi, nyonya Park pun tersenyum karena Yoongi masih tak biasa memanggil dirinya eomma.

"Ahjumma, tolong bawakan Yoongi teh hangat"

"Baik nyonya" jawab sang pembantu rumah tangga lalu meninggalkan mereka berdua.

"Yoongi terimakasih sebelumnya sudah menemani anakku di London, sesuai pesan yang Jimin berikan kepada ku" jeda nyonya Park.

Suara jam di dinding berdetak cukup keras membuat suasana mereka begitu kaku nan kelam, Yoongi merasakan sesuatu tak enak di lubuk hatinya.

"Itu bukanlah hal yang seperti itu eomma, aku dan Jimin benar-benar saling mencintai" sela Yoongi tiba-tiba karena ketidak nyamanan nya saat ini.

"Aku tahu Yoongi-ah" nyonya Park tersenyum.

"Jadi dimana Jimin eomma?" tanya Yoongi, membuat nyonya Park terdiam.

"Eomma?" tanya Yoongi sekali lagi.

Tiba-tiba nyonya Park manangis "Yoongi... sebenarnya Jimin..." suara jeda yang dikeluarkan nyonya Park membuat jantung Yoongi seakan berhenti berdetak, menanti kepastian apa yang akan nyonya Park ucapkan selanjutnya "Jimin... J-Jimin sudah tiada Yoongi-ah..." suara tangis nyonya Park pecah saat itu, seakan tersambar petir Yoongi terdiam, ia tak percaya apa yang dikatakan nyonya Park padanya.

Lelucon macam apa yang keluarga Park berikan padanya, ini sangat tidak lucu Yoongi bersumpah.

"Kau bohong, kau bohong pada ku" ucap Yoongi seraya menatap nyonya Park yang ada di hapannya yang sedang menangis tersedu-sedu.

"Yoongi, kepergian Jimin ke London untuk mengobati penyakitnya"

"Kenapa aku tidak tahu itu?" suara Yoongi meninggi "Dia tak pernah memberitahukan ku tentang ini"

"Sebenarnya ia tak pernah menyangka menemukan seseorang yang ia sangat cintai disana, ia tak ingin menyakitimu"

"Kau bohong"

"Untuk apa aku berbohong dengan kematian anakku?" lirih nyonya Park seraya menatap Yoongi.

"Tapi kenapa?"

...

Yoongi menggelengkan kepalanya.

Sialan ingatan itu , Yoongi benci ingatan itu, semua hal tentang Jimin memang menyakitkan namun ia enggan untuk melupakannya, Jimin adalah belahan jiwanya, cinta pertamanya, satu-satunya orang yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, kenapa harus Jimin?

Yoongi berharap Tuhan mengembalikan Jimin padanya.

"Park Jiminie, kenapa kau meninggalkan aku?" lirih Yoongi frustasi.

Andaikan saja pertemuan itu tak ada seandainya saja ia tak terlalu memperhatikan wajah imut Jimin kala itu, mungkin semua hubungan dan kenangan tentang kisah cinta nya dengan Jimin tak akan terjadi, Yoongi tak perlu repot-repot merasakan rasa sakit nan sepi saat ditinggalkan.

...

omake.

To: Min Yoongi-hyung.

From : Park Jimin.

Hyung ini adalah tahun pertama aku pergi, terimakasih sudah sabar menunggu untuk membaca surat ku, aku mencintai mu hyung, cintaku selalu untuk mu, maaf mungkin aku membuat mu menangis saat ini.

Aku tahu eomma pasti sudah menceritakan segalanya, tentang penyakit ku, penyakit sialan ku.

Pada tahun kemarin aku meminta suster yang merawatku membantu menuliskan surat ini, karena aku tak mampu lagi untuk menggengam, sudah tiga hari terakhir rasanya tubuhku begitu berat.

Hyung aku ingin melihat mu sekali lagi, aku ingin kau memelukku. aku ingin kau mencium ku, tapi disaat bersamaan aku tak ingin kau melihat ku dalam keadaan terburuk saat itu, maaf aku sudah membohongi mu aku bilang aku ingin pulang ke Busan untuk bertemu orang tua ku dan aku berjanji akan kembali, aku melakukannya karena aku tak ingin menyakitimu hyung, para dokter di London mengatakan aku tak punya waktu lagi, akhirnya aku memaksa mereka untuk memulangkan ku saja ke Busan, karena aku ingin mati di tanah kelahiran ku.

Berat rasanya untuk meninggalkan mu, tapi itu harus ku lakukan agar kau tak merasa sedih.

Min Yoongi kekasihku dan cinta pertama ku, aku tak pernah mengira kau akan memintaku menjadi kekasih mu, aku kira cintaku hanya bertepuk sebelah tangan tapi ternyata tidak, itu membuatku sangat senang. Sungguh.

Aku ingat ketika pertama kali kita berkencan kau mengajak ku ke London Eyes, itu adalah hal teromantis yang kamu lakukan padaku, sebenarnya banyak hal romantis yang kamu lakukan tapi kau tak pernah sadar.

Apa kau ingat? Kau memelukku begitu erat ketika aku bilang aku sangat kedinginan? Atau kau yang menciumku dengan mengatakan kau hanya membersihkan susu cokelat di sudut bibir ku.

Kau pembohong yang payah hyung, tapi aku menyukainya.

Terima kasih hyungie kau sudah menemaniku di sepanjang hidupku, di saat terakhirku, aku harap tuhan mempertemukan kita lagi di kehidupan kedua, aku yang dalam keadaan sehat, bertemu dengan Min Yoongi yang sangat pendiam namun sangat perhatian.

Aku mencintai Min Yoongi ku, yang begitu baik menjadi hyung sekaligus kekasih yang begitu sempurna untuk ku, sekali lagi terimakasih hyung, aku mencintai mu.

With Love, Park Jimin.

The End