Irresponsible Shinobi

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto

Warning: OOC, alur non-canon, Master kontrol chakra, kata-kata kasar, flamer silahkan flame! Bikin aku tambah semangat, dont like dont read!

"Madness is a lot like gravity. All it takes is a little push."


Chapter 4


Naruto sedang membaca Jump sambil menikmati susu strawberry kesukaannya ketika pintu ruangannya terbuka. Naruto melirik sebentar dan melihat Tou-sannya berjalan masuk. Senyum terpasang di wajahnya seperti biasa.

"Bagaimana keadaanmu, Naruto?" tanya Minato sambil duduk di pinggir kasurnya.

Naruto mendengus pelan, "Aku baik-baik saja," katanya ketus, menyindir ayahnya yang menanyakan hal yang sudah jelas. "Terkena rasengan, kegencet pasir, dan dialiri petir. Alhasil aku diperban di seluruh badan. Bagaimana menurut Tou-san?"

Minato tertawa pelan mendengar jawaban Naruto. Itu sama sekali tidak menganggunya. "Maaf,"

"Hn," Naruto mengangguk pelan.

"Maksudku, Tou-san benar-benar minta maaf," kata Minato penuh penekanan.

"Untuk apa?" tanya Naruto, tanpa mengalihkan pandangannya dari manga di tangannya.

Minato terdiam sebentar. Raut wajahnya terlihat sedih, "Tou-san minta maaf kerena telah mengabaikanmu waktu kecil. Tou-san benar-benar minta maaf. Tou-san sungguh tidak bermaksud untuk mengabaikanmu, Naruto. Tou-san hanya ingin Menma bisa mengontrol Kyuubi agar kejadian yang menimpa Kushina tidak terjadi lagi."

Naruto menutup manganya. Naruto untuk pertama kalinya mendengarkan perkataan ayahnya dengan serius.

"Aku hanya,, Aku minta maaf," kata Minato lagi.

Naruto memegang tangan ayahnya dengan lembut. "Aku tidak pernah sekalipun menyalahkan Tou-san. Aku saja yang terlalu kekanakan. Itu semua bukan salah Tou-san," ucap Naruto sambil menatap wajah ayahnya.

"Justru akulah yang ingin minta maaf pada Tou-san. Pada saat ujian chuunin, aku terlalu emosi dan melampiaskannya pada peserta lain. Aku benar-benar bodoh," kata Naruto.

Minato mengangguk paham, "Aku tidak bisa bilang kau tidak salah, tapi tidak ada yang tewas dalam kejadian itu. Jangan terlalu menyalahkan dirimu, Naruto."

Naruto tersenyum. Untuk pertama kalinya sejak datang ke Konoha, Naruto tersenyum tulus. "Tou-san juga harus berhenti menyalahkan Tou-san atas kejadian yang sudah lama berlalu. Waktu itu aku pergi hanya karena bosan. Itu saja."

"Ya."


Desa Konoha sudah sangat ramai pagi itu. Jalanan sudah ramai dipenuhi orang-orang dan toko-toko sudah buka lebih awal dari biasanya. Tidak heran, hari ini adalah puncak Ujian Chuunin yang diikuti oleh genin dari tiga desa, yaitu Sunagakure, Konohagakure, dan Otogakure. Ditambah dua putra Hokage akan bertanding di ujian membuat orang-orang menjadi lebih antusias.

Desa Konoha juga sudah menambah pengamanan pada saat-saat seperti ini karena tidak hanya warga sipil saja yang datang. Para ninja dari musuh-musuh Konoha juga pasti datang untuk melihat kemampuan dan jika memungkinan 'menghabisi' putra Hokage.

"Bagaimana keamanan desa, Kakashi?" tanya Hokage yang sedang duduk di kantor Hokage.

"Kami sudah mengerahkan seluruh pasukan di setiap sudut desa, Hokage-sama. Tidak ada gerakan mencurigakan yang terlihat," jawab Jounin bermasker itu. "Kami mendengar kabar kalau beberapa shinobi dari Iwa dan Kumo datang ke Konoha, tapi dengan pengunjung desa yang sangat banyak, sangat sulit mengidentifikasi mereka."

Hokage mengangguk mengerti. Ia melihat ke luar jendela ke arah desa Konoha yang damai itu. "Aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi. Apalagi tingkah laku Kazekage sangat mencurigakan."

"Kami sudah siap terhadap kemungkinan terburuk. Semua shinobi Konoha akan melindungi desa dengan seluruh kemampuan, Hokage-sama. Anda sebaiknya fokus dengan Ujiannya," jelas Kakashi.

"Kuserahkan padamu, Kakashi." jawab Hokage.


Naruto duduk dengan tenang di pingir tempat tidur rumah sakit, membiarkan perawat membuka perbannya. Dua minggu sudah lewat dimana dia hanya berdiam diri di rumah sakit. Menma tidak datang berkunjung lagi, mungkin masih marah dengannya.

Sasuke dan lainnya yang terluka melawan Naruto sudah keluar rumah sakit beberapa hari yang lalu, jadi terpaksa ia harus menuju ke tempat ujian sendirian. Walaupun ia memiliki jumlah chakra yang besar dalam tubuhnya, Naruto memiliki daya tahan tubuh yang cukup lemah dibanding yang lainnya.

"Kau masih belum pulih sepenuhnya, jadi jangan terlalu memaksakan diri saat ujian nanti," Perawat itu berkata pada Naruto. "Gezz, aku tidak mengerti kenapa Hokage-sama membiarkan peserta yang terluka ikut ujiannya."

"Apa kau itu ibuku? Aku bisa mengurus diriku sendiri 'kok."

Melihat suster sudah selesai membuka perbannya, Naruto berganti pakaian yang sudah dibawakan ayahnya. Ia memakai celana abu-abu dan pakaian hitam dengan garis orange di tengahnya.

"Sebelum aku pergi, bisakah aku melihat celana dalammu, nona?" kata Naruto pada perawat yang masih ada di ruangan itu.

"Eh!?" wajah perawat itu memerah. "Pergi saja sana!"

Plak

Naruto keluar rumah sakit sambil mengusap pipinya yang merah akibat tamparan perawat itu. "Bodoh! Seharusnya aku tidak meniru tengkorak afro yang bisa bicara," gumamnya menyesal.

Ia berjalan santai menuju tempat ujian, atau lebih tepatnya arena pertarungan. Ujian kali ini dilaksanakan di depan publik, jadi orang-orang bisa melihat ujiannya. Tempat ujiannya cukup besar, yang dirancang seperti koloseum sehingga orang-orang bisa melihat pertarungannya.

Naruto memasuki tempat ujian itu dan melihat Sasuke, Menma, Tim Shikamaru, dan Neji.

"Hei, Apa kabar?" sapa Naruto sambil melambaikan tangan.

Mereka menoleh mamandang Naruto dengan intens. Pengalaman terakhir mereka dengannya membuat semuanya waspada terhadap Naruto.

"Hei, apa-apaan dengan tatapan itu. Apa aku berbuat salah pada kalian?," ucap Naruto santai.

Menma mendecih kesal. "Dasar brengsek. Apa kau sudah lupa yang sudah kau lakukan waktu ujian terakhir hah?"

Naruto mengangkat bahu, "Memangnya apa yang sudah kulakukan? Aku mengalami lupa ingatan sewaktu di rumah sakit," guraunya.

Mereka masih memandang Naruto dengan kesal.

"Baiklah, aku minta maaf soal itu. Aku benar-benar minta maaf," kata Naruto sambil membungkukan badan.

"Hei hei apa kau serius? Aku tidak menyangka kau akan minta maaf," kata Shikamaru heran.

Naruto memandangnya heran, "Memangnya apa yang kau pikirkan tentangku? Aku bukan psikopat yang suka menyakiti orang lain tau. Saat itu aku hanya sedikit pamer saja," ujarnya. "Dengan cara yang tidak benar tentunya."

"Tetap saja aku belum bisa memaafkanmu!" kata Menma marah. Ia pergi meninggalkan mereka, diikuti Neji dan Sasuke.

"Apa-apaan sikapnya itu, padahal aku sudah meminta maaf lho. Jahat banget," kata Naruto.

"Biarkan saja, lama-lama mereka juga akan lupa," sahut Shikamaru. "Lagipula waktu itu kau keterlaluan banget sih,"

"Benar. Kami juga kena imbasnya tahu," kata Choji. "Menma pikir kami tahu soal kau yang berencana menghajar peserta lain."

"Aku kan sudah bilang di awal aku akan menghajar mereka."

"Tidak separah itu, Idiot," sahut Ino. "Itu sih namanya percobaan pembunuhan, kau tahu."

"Iya-iya, aku tahu," ucap Naruto sebal.

Tak kemudian, Jounin bernama Genma mengumpulkan semua peserta yang lolos ke tengan arena yang dikelilingi penonton. Mereka sangat antusias melihat ujian chunin kali ini. Di tempat paling atas, Hokage dan Kazekage juga hadir dalam ujian ini.

Genma berdehem keras untuk mendapat perhatian dari para peserta, "Kalian akan bertanding satu lawan satu dengan lawan kalian masing-masing. Pemenangnya ditentukan ketika sudah ada yang tidak bisa melanjutkan pertandingan, menyerah, atau karena keputusanku. Karena ujian ini ditonton oleh warga sipil, aku tidak bisa membiarkan kalian saling membunuh. Jika kalian sudah kelewat batas, aku akan menginterupsi."

Naruto mengangkat tangan, bertanya, "Aku kehilangan surat undangan ujiannya, jadi aku tidak tahu harus menghabisi siapa kali ini."

"Aku sebenarnya juga tidak hafal siapa lawan siapa," jawab Genma sambil menggaruk kepalanya. "Jadi, siapa diantara kalian yang melawan Naruto?"

Shikamaru mendengus pelan, "Aku," katanya malas.

"Jadi kau ya Shika. Mau luka seberapa parah?" tanya Naruto. "Aku bisa mengirimmu ke rumah sakit selama satu bulan jika kau mau."

"Baiklah, pertandingan pertama adalah Yamanaka Ino melawan Akimichi Choji. Yang lain silahkan menonton di tempat yang sudah disediakan." perintah Genma.

Semuanya mengangguk patuh dan berjalan menuju lorong yang mengarah ke tangga ke atas. Di ujung tangga itu adalah tempat yang disiapkan khusus untuk mereka. Mereka juga bisa melihat pertandingan dari situ.

Gaara menjauh dari semuanya sementara Menma, Sasuke, dan Neji menjauh dari Naruto.

"Ah, ini membosankan," kata Naruto tanpa semangat. Ia mengeluarkan susu strawberry dari sakunya lalu membaca manganya.

Pertandingan antara Ino dan Choji sudah dimulai. Mereka sedang bertarung jarak dekat dan belum mengeluarkan jurus utama mereka.

Naruto membulatkan mata terkejut sambil menatap manga yang dibacanya. "Tokoh utamanya mati?! Aku harus lebih berhati-hati sekarang,"

Di sampingnya Shikamaru memandangnya sweatdrop. "Anak ini memang sinting."


"PEMENANGNYA ADALAH…. AKIMICHI CHOJI!" teriak sang pembawa acara, diikuti sorakan meriah dari penonton. "PERTANDINGAN SELANJUTNYA ADALAH NARA SHIKAMARU MELAWAN UZUMAKI NARUTO!"

Naruto menyimpan manganya dan berjalan lewat lorong sementara Shikamaru langsung melompat turun ke arena. Tak berapa lama ia mencapai lantai dasar dan memasuki arena. Penonton mulai berbincang-bincang tentangnya.

"Jadi itu putra Hokage-sama yang lima tahun lalu menghilang?"

"Kudengar dia berbuat sesuatu yang keji saat babak kedua ujian chunin kemarin."

"Yosha! Aku bertaruh untuk Uzumaki itu!"

"Bodoh! Kau akan kehilangan semua uangmu! Lima tahun lalu sebelum menghilang, dia sangat lemah."

"Masa 'sih?"

Dari tempat peserta, Choji menatap Shikamaru heran, "Kenapa Shikamaru tidak menyerah saja dari awal? Dia 'kan tidak mungkin menang."

"Dia memang pemalas. Tapi di antara kita, dia ini yang paling tidak mau kalah 'loh," sahut Ino di sebelahnya. "Kau memang tidak mengerti Shikamaru ya."

Naruto tak peduli dengan semua omongan penonton. Ia berdiri dengan santai sambil sesekali menguap malas. Disisi lain, Shikamaru tidak melakukan hal yang berbeda.

"Apa-apaan tensi ini?" ucap salah seorang penonton. "Melihat mereka saja sudah membuatku mengantuk."

"Ayolah! Beri kami pertunjukan yang menarik dong!"

Naruto menatap mereka malas. "Mereka tidak sabaran ya,"

Shikamaru mengangguk setuju. "Tapi aku ini sedang melawanmu, aku harusnya lebih serius 'nih," kata Shikamaru pada dirinya sendiri.

Genma memberi aba-aba untuk memulai pertandingan. "Pertandingan … dimulai!" serunya lalu menghilang keluar arena.

"Aku mulai duluan ya,"kata Shikamaru sambil mengeluarkan bayangannya.

Naruto melompat mundur menghindari jurus kagemane Shikamaru. Ia melompat ke kiri dan ke kanan karena kagemane terus mengejarnya.

"Sudah kuduga," kata Shikamaru. Ia menghentikan jurusnya. "Gerakanmu lebih lambat dari ujian sebelumnya. Tubuhmu pasti belum pulih sepenuhnya."

"Seperti yang diharapkan dari Genin paling jenius di Konoha," jawab Naruto santai. "Kemarin itu terlalu berat untukku."

Shikamaru mendengus pelan. Musuhnya terkena jutsu Gaara dan rasengan secara langsung, ditambah lagi jurus pil petir yang dia gunakan juga memiliki efek samping pada tubuhnya. Sudah pasti dia tidak baik-baik saja.

"Itu artinya kau tidak bisa mengeluarkan ninjutsu dengan tubuh yang tidak stabil itu 'kan?" tebak Shikamaru.

"Kau sepenuhnya benar. Tapi apa kau pikir aku hanya bisa mengeluarkan ninjutsu dengan tubuh?" Naruto menyeringai. "Bukannya sombong, tapi soal kontrol chakra dan ninjutsu…"

Naruto menciptakan lima bang di sekitarnya, satu di atas kepala dan dua di samping kanan kirinya. "… Aku adalah yang terbaik."

Shikamaru tiba-tiba berpindah dari posisinya berdiri. Sedetik kemudian, petir menyambar tempat dia berdiri sebelumnya.

"Eh, kau tahu aku akan menggunakan El Thor?" heran Naruto.

Shikamaru tersenyum. "Aku sudah tahu cara kerja jurusmu itu. Kau membuat bang berelemen petir jauh di atas musuhmu agar tak terlihat, setelah itu baru kau bisa mengeluarkan El Thor mu itu. Sehebat apapun, kau tidak bisa membuat sebuah fenomena alam secara instan," jelasnya. "Tapi El Thor memiliki satu kelemahan. Ia hanya bisa mengeluarkan petir tepat ke bawahnya. Jadi aku tidak boleh di bawah bang petirmu."

Naruto bertepuk tangan. "Sempurna! Kau bisa tahu semua itu setelah melihatnya sekali. Terima kasih Shikamaru. Aku jadi tak perlu menjelaskan bagaimana jutsuku bekerja pada mereka semua. Kau tau 'kan itu merepotkan."

"Tapi aku juga belum selesai," Lima bang yang dibuat Naruto sebelumnya menyerang Shikamaru bersamaan.

Shikamaru dengan lincah menghindari kelima bang itu. Ia menutupi wajahnya ketika bang itu menghantam tanah kosong yang membuat ledakan dan debu berterbangan.

'Sial. Sesuatu yang disebut bang itu memiliki kekuatan sebesar rasengan milik Menma. Aku juga tidak tahu berapa banyak bang yang bisa ia buat dalam satu waktu.' batin Shikamaru. Ia harus berpikir cara mengatasi bang itu. 'Aku tidak bisa diam di satu tempat untuk menggunakan kagemane karena ia pasti akan menyerangku dengan El Thor nya. Sial, ini benar-benar merepotkan.'

Dari dalam debu itu, Shikamaru menerjang Naruto dengan kunai di tangannya. Naruto menunduk menghindari sabetan kunai Shikamaru lalu memberinya tendangan balasan. Shikamaru melompat mundur sambil melemparkan kunai di tangannya yang mampu dihindari Naruto dengan mudah.

"Sekarang kau mencoba melawanku dengan taijutsu 'huh?" ejek Naruto.

"Itu satu-satunya kelemahanmu 'kan? Kau yang sangat percaya diri dengan Ninjutsumu juga tidak mau repot-repot membawa senjata ninja."

Shikamaru mengeluarkan dua shuriken dari tas ninjanya dan melemparkannya ke arah Naruto. Naruto mampu menghindarinya tapi itu hanya pengalihan. Shikamaru tiba-tiba muncul di depannya dan menusuk Naruto dengan kunainya. Naruto dengan cepat menangkis serangan itu, tapi kunai itu mampu menggores lengannya.

Naruto melompat mundur untuk menjaga jarak lalu membuat lima bang dan menembakannya ke Shikamaru. Ledakan keras tercipta akibat serangan Naruto. Naruto melirik luka di lengan atasnya. Darah mengalir pelan tapi luka itu tidak begitu dalam.

Dari dalam debu itu, melesat dua shuriken ke arahnya. Naruto bergerak ke samping untuk menghindar. Dalam sekejap mata, Shikamaru muncul di atas Naruto, siap menebas Naruto dengan kunainya. Naruto melompat mundur dan dia merasa punggungnya menyentuh dinding pembatas yang berarti dia tidak bisa lari lagi.

"Aku tidak mungkin bisa mengimbangi Lee dalam taijutsu, tapi melihat caramu bertarung kemarin, aku tahu kau lebih buruk dariku." Shikamaru tersenyum. "Ini adalah kemenanganku." Ia berlari menerjang Naruto untuk mengakhiri perandingan itu.

Naruto menyeringai. Ia mengangkat kedua tangannya ke arah Shikamaru. Sesaat sebelum kunai Shikamaru menggores lehernya, pergerakan Shikamaru terhenti.

"Fast Skip!"

"K-kenapa dengan tubuhku!?" Shikamaru terkejut ketika ia tidak bisa menggerakan tubuhnya sedikitpun. Ia menatap Naruto dengan kaget dan bingung.

"Apa yang membuat orang begitu frustasi? Terutama seorang Shinobi yang mengandalkan teknik khusus yang hanya bisa dilakukannya?" Naruto menyeringai. "Itu adalah mengalahkannya dalam keahlian yang sama. Spesialisasimu adalah menghentikan pergerakan lawan dengan jurus kagemane dan seperti yang kau lihat, aku mengunggulimu dalam hal ini. Tunduklah pada Uzumaki Naruto yang hebat ini. Hahaha!"

Dari sisi penonton, mereka melihat itu dengan kagum.

"Bagaimana dia melakukannya?" Menma menatap Naruto dengan penasaran.

"Chakra yang mengalir pada tubuh Shikamaru tidak bergerak," sahut Neji dengan byakugan aktif.

"Apa?" Sasuke tidak mengerti.

"Chakra bergerak dalam tubuh secara terus-menerus, dari pusat chakra ke seluruh tubuh. Hal itu terjadi secara alami dan ketika chakra yang ada di seluruh tubuh itu berhenti bergerak, maka pergerakan orang tersebut juga berhenti. Hal itu terjadi pada Shikamaru sekarang" jelas Neji. "Reverse-Flow Control. Itu adalah kemampuan untuk mengontol chakra melawan arus chakra itu sendiri. Teknik genjutsu dan ilusi juga menggunakan prinsip ini."

"Apa Naruto yang melakukan hal itu?" Menma bertanya tak percaya.

"Benar. Sepertinya perkataannya soal mengontrol chakra memang bukan bualan semata," kata Neji memandang Naruto dengan kagum.

Naruto menatap Shikamaru tajam. "Dan satu hal lagi. Aku bisa melihat semua pergerakanmu itu dan bisa mengakhiri ini dalam sekejap. Jadi jangan pikir aku terpojok olehmu." Ia membuat lima bang muncul di sekitar Shikamaru dan siap menyerang kapan saja.

Shikamaru menghela napas lelah. "Nyerah deh."

"PEMENANGNYA ADALAH… UZUMAKI NARUTO!"


To be Continued


Yooo! Wadya think? Udah lama ga nulis nih, ga janji juga mau nglanjutin kapan ni fanfic. Kemarin-kemarin sibuk di duta sih, soalnya kudu sekolah + belajar sbmptn. Semoga diterima di univ impian. Amiiin.

Aku masih canggung nulis adegan fighting tapi gw harap ga jelek-jelek banget lah. Kalo ada yang bingung soal kekuatan Naruto, baca aja Tower of God di webtoon buat lebih jelasnya. Gw jamin bagus deh. Ato mau tanya di review juga boleh. Nanti gw jawab di ceritanya. Buat para author fanficion, ayo ramaikan ffn fandom Naruto dong, biar ga sepi-sepi banget. Aku juga ucapin terima kasih buat yang udah follow, fav, dan review karena buat gw itu jadi penyemangat tersendiri.

Kalo kalian mau flame, flame aja. Gw gapapa kok, udah kuat dari lahir. Tapi kalo punya nyali flame itu pake akun asli kalian, biar keliatan kalian cupu ato enggak.

Mumpung sekarang lagu bulan suci, aku minta maaf kalau kata-kata gw ada nyinggung hati kalian. Selamat menunaikan ibadah puasa. byebye


29 Mei 2018


~megane out~