WARRIOR FROM THE HEAVEN
Chapter#41
MEDAN TEMPUR PARA JENIUS
Rate: T
Disclaimer : Naruto hanya milik Masashi Kishimoto
Genre: Fantasy, Adventure, Action, Romance, Drama, Martial Art
Warning: Typo, gaje mungkin, masih jauh dari kata sempurna, OOC
Jangan lupa review, favorite follow!
Summary:
Kehilangan kedua orang tuanya menyebabkan dampak besar bagi kemampuan Naruto. Dia kini dirawat oleh salah 1 dan 4 klan sihir terbesar di Kerajaan Konoha, klan Hyuuga dan demi membalas kebaikan klan, mampukah ia membawa klan Hyuuga menjadi klan terkuat.
.
.
.
.
.
.
Chapter sebelumnya:
"Blaze Commandement: Burning Mode!"
"Wind Style: Rasengan!"
Bersamaan dengan aktifnya Burning Mode milik Naruto, dia juga mengaktifkan Rasengan dengan satu tangan kanannya. Kurotsuchi tidak lantas panik, dia tersenyum melihat bentuk Naruto yang kini diselimuti oleh armor api membara di sekujur tubuhnya. Dengan kedua tangan yang ia tepukkan, Kurotsuchi menarik tubuhnya ke dalam tanah dan memunculkan tubuhnya lagi ke permukaan di balik dinding tanah yang kini menjadi target Rasengan milik Naruto.
BLAAAAAARRRRR
Dinding tanah itu hancur bahkan Kurotsuchi sendiri terkejut karena pecahan dinding tanah itu menghantam tubuhnya. Ia langsung tersadar bahwa serangan Naruto yang barusan itu bukanlah serangan yang main main.
"Ukhhh.. benar benar lawan yang sesuai denganku…"
"Menyerahlah, dalam mode ini aku sudah memasuki tahap Master level 1 sedangkan kau… hmm.. hanya seorang Spirit level 6,"
"Cih… Aku bahkan sanggup mengalahkan orang yang 7 level di atasku!"
"Benarkah? Kalau begitu kenapa tak kau buktikan?" tantang Naruto yang langsung berlari melesat ke arah Kurotsuchi begitu juga dengan Kurotsuchi yang langsung menyelimuti kedua tangannya dengan bebatuan.
BRAAAAKKKKKKK
Namun saat mereka hampir kembali beradu pukulan…, seseorang jatuh di antara mereka, menghentikan tindakan mereka masing masing. Asap yang keluar di sekitarnya mampu membuat orang itu dapat menyerang Naruto dan Kurotsuchi yang lengah karena asap tersebut. Dia memberikan sebuah tendangan kaki kanan kepada Naruto lalu sebuah pukulan tangan kanan kepada Kurotsuchi.
"Uaakkkhhhh!"
Hasilnya Naruto dan Kurotsuchi terlempar ke sudut masing masing. Tak lama setelah asap itu menghilang, Naruto dan Kurotsuchi bangkit untuk mengetahui sosok yang baru saja datang menganggu pertandingan mereka disana.
"Toneri…" kata Kurotsuchi dengan nada yang geram.
"Orang ini…" tambah Naruto.
"Bolehkah aku bergabung dengan kalian di pertarungan ini…?" tanyanya dengan wajah yang ramah.
.
.
.
.
.
.
NARUTO POV
Pria ini mendadak muncul di tengah pertarungan antara diriku dengan Kurotsuchi. Benar benar sangat tidak sopan untuk ukuran seseorang berpenampilan seperti dirinya. Siapa yang kumaksud kan disini adalah Toneri. Dalam sekejap dia muncul sambil menyerang kami berdua. Melihat kemunculannya, aku langsung menoleh ke arah Hinata dan Shikamaru yang masih berhadapan dengan Akatsuchi namun pandangan mereka berdua melihat ke arah kami.
"Kau… Toneri.."
"Selamat siang, Naruto…"
Aku memeriksa kembali sekitar dan menemukan Samui yang baru saja datang dengan sikap yang begitu dingin dan terkesan arogan. Ini adalah situasi yang sebenarnya tidak kuinginkan untuk terjadi sekarang.
"Kau mengganggu pertarungan kami, Toneri…" kata Kurotsuchi bangkit dengan mudahnya.
"Maafkan aku, hanya saja aku melihat pertarungan kalian dari jauh dan aku tertarik untuk bergabung ke dalamnya. Apa tidak masalah?" tanya Toneri menoleh ke arahku.
Pria ini benar benar tak bisa ditebak kurasa. Terkadang sifatnya tenang dan begitu pandai memahami situasi namun sekarang dia terlihat seenaknya sendiri. Namun jika melihat keberadaannya disini, apakah itu artinya?
"Kau ada disini… Bagaimana bisa?" tanyaku sambil mengelap setetes aliran darah yang ada di bibirku.
"Tentu saja bisa, kenapa tidak..?"
Aku mengernyitkan alisku ketika mendengar jawabannya.
"Jalur menuju kesini dari tempatmu atau arah asal kedatanganmu terdapat medan pertempuran lagi,"
"Ah, jika yang kau maksud adalah Sai dan teman teman mu yang lain. Mereka sudah kukalahkan…"
Dia mengalahkan semuanya sendirian? Bahkan dengan Sai, Temujin, Rock Lee dan Kimimaro? Mereka berempat dikalahkan seorang diri olehnya. Bagaimana bisa secepat itu dia mengalahkan mereka semua dalam waktu sesingkat itu? Tidak bisa percaya… Aku penasaran dengan tingkat kekuatan sihir orang ini. Apakah dia lebih tinggi dariku?
"Tidak usah terkejut begitu, bukankah hal itu adalah hal yang wajar bagi kita pemuda yang disebut sebagai bakat surga untuk mengalahkan para penyihir sekelas mereka dengan mudah?"
"Kau pikir kau menghadapi siapa? Sai juga merupakan salah satu bakat surga," jawabku membalas ucapannya yang terdengar begitu menyebalkan di telingaku.
Toneri nampak berpikir ketika aku menyebutkan Sai sebagai salah satu dari bakat surga. Lalu tak lama kemudian dia menghela nafas kecewa. "Kurasa seharusnya dia dikeluarkan saja dari orang orang pemegang nama Talent's From Heaven. Dia hanya akan mengotori nama itu…"
"Hmm…? Jadi begitu menurutmu?"
"Sai merupakan salah satu penyandang gelar bakat surga namun bahkan dia tak bisa mengimbangiku setelah dibantu sekuat tenaga oleh ketiga orang rekannya. Bukankah hal itu memalukan?"
"Begitukah?"
Jawabannya benar benar memuakkan. Yang kudapatkan setelahnya adalah situasi yang begitu hening dimana tak satu pun dari kami berdua yang membuat sebuah percakapan. Orang ini benar benar sangat aneh. Aku tidak bisa menebak jalan pemikirannya itu. Aku bahkan tak bisa menebak serangan macam apa yang akan dilakukannya setelah ini. Namun mengapa kelihatannya dia begitu santai dalam medan pertempuran ini. Bahkan bisa kukatakan dia terlalu santai menghadapi event semacam ini yang dilaksanakan dalam setahun sekali untuk menentukan Akademi terkuat di antara 5 Kerajaan Sihir.
"Jangan abaikan aku, kalian berdua!"
Tiba tiba suara itu memecahkan keheningan yang terjadi di antara diriku dan Toneri. Aku lupa jika Kurotsuchi masih ada. Kini dia bersiap siap kembali mengeluarkan sihirnya dengan menancapkan kedua tangannya di permukaan tanah. Dengan gerakan secepat mungkin, aku dan Toneri langsung melompat ke belakang menghindari serangan yang diberikan oleh Kurotsuchi.
Sepintas aku melihat keadaan Hinata dan Shikamaru yang nampaknya kini sedang terpaku pada Samui yang bersandar di pohon yang ada di tepian medan pertempuran kami. Sial, wanitu itu juga terlihat begitu santai meski berada dalam sebuah medan pertempuran.
"Jangan alihkan perhatianmu ke pertarungan lain!" teriak Kurotsuchi melemparkan bebatuan bebatuan sihir ke arahku yang berada dalam posisi tak bisa bergerak bebas di udara.
Dengan sedikit panik, aku mengeluarkan sebuah pukulan elemen api yang langsung menghancurkan bebatuan bebatuan itu. Aku mendecih ketika ku sadar bahwa aku tidak bisa bertarung sambil mengawasi dan menjaga Hinata yang ada di pertarungan sebelah. Aku hanya bisa menyerahkan situasinya sekarang kepada Shikamaru. Meski aku sendiri tidak yakin apakah mereka berdua mampu menahan Samui atau tidak.
"Mari kita mulai, Naruto…"
"Cih…"
Yang jadi masalahnya memang pria ini. Sejak kemunculannya di medan pertempuran, aku jadi tidak bisa merasa tenang setiap detiknya. Seperti yang kukatakan bahwa aku tidak bisa menebak jalan pikiran pria ini. Dia memberiku sebuah tendangan yang langsung kutahan dengan kedua tangan meski dampaknya masih begitu terasa akibat kekuatan fisiknya yang cukup kuat. Aku sendiri terkejut merasakan tendangan barusan. Tak kusangka dia juga memiliki kekuatan fisik… tak hanya sebuah kekuatan sihir saja.
"Masih belum selesai…"
"Aku juga belum selesai!"
Dia melompat ke arahku dengan tangan terkepal. Dia jelas akan memukul mundur lagi diriku setelah aku dibuat terdorong beberapa meter akibat tendangannya.
BUGGHHH
Pukulannya juga terasa cukup menyakitkan namun aku berhasil membalas pukulan tersebut dengan sebuah pukulan yang sama kerasnya meski pukulan itu juga ditahan dengan baik olehnya.
"Sudah kuduga kau memang cocok untu melawanku…" kata Toneri dengan sebuah senyuman menantang.
"Entah kenapa aku tidak begitu senang mendengarnya darimu…" jawabku dengan sedikit mengeluh.
"Apa aku kurang kuat bagimu?" tanya Toneri sambil menaikkan alisnya.
"Tidak… justru karena aku tau seberapa kuat dirimu, aku jadi malas untuk meladenimu,"
Sedangkan aku dan Toneri sibuk melakukan pertarungan fisik berdua tanpa kusadari Kurotsuchi lepas dari pengawasan kami. Aku menoleh cepat ke arahnya dan menemukan dirinya sedang menahan amarah karena diabaikan dalam pertempuran. Dengan sebuah lingkaran sihir elemen tanah yang cukup besar, dia bersiap menyerang kami sekaliguas.
"Akan kutunjukkan apa yang akan kalian terima setelah berani beraninya kalian berdua mengabaikanku dalam pertarungan!"
Dari dalam lingkaran sihir raksasa itu muncul sebuah batu raksasa yang lebih mirip sebuah misil ketimbang sebuah batu. Aku takut jika sihir yang digunakannya itu memang diarahkan untuk kami. Aku yakin dampak dari serangannya itu akan luar biasa besar untuk lingkungan sekitar sini. Dia mungkin saja berniat membunuh kami.
"Wahahaha… Ternyata dia memang wanita yang benar benar sama gilanya dengan Samui dan Shion," kata Toneri dengan tenang dan begitu santai.
"Ini bukan saatnya bercanda seperti itu, bodoh!"
Dia benar benar terlihat tenang meski nyawanya mungkin saja akan terancam karena sihir yang akan dilepaskan oleh Kurotsuchi. Dengan segala persiapan, yang kupikirkan hanyalah menyelamatkan diriku. Aku membentuk sihir lagi dan berniat mengaktifkan lagi Burning Mode. Jika aku tidak salah, sihir ini akan memakan sebagian besar perhatian dan konsentrasi Kurotsuchi sehingga dia juga sulit bergerak bebas. Dia seperti senjata yang sangat kuat namun tak memiliki kemampuan bertahan yang baik hingga mudah dihancurkan kapan saja.
Yang jadi masalahnya adalah timing dimana aku bisa menyerangnya dan mengakhirinya dalam satu serangan. Aku yakin jika sedikit salah langkah saja bisa menyebabkan luka fatal padaku.
"Terima ini!"
Tekanan yang ditimbulkannya begitu besar sampai membuatku sendiri terkejut. Hempasan yang begitu besasr dan sebenarnya pelan namun terasa begitu menakutkan.
"Blaze Commandement: Burning Mode!"
Tubuhku langsung diselimuti oleh armor elemen api yang meningkatkan semua statistik kemampuanku mulai dari fisik hingga kekuatan sihir. Seharusnya dengan kecepatan dalam mode ini aku bisa menghindari serangan itu dengan cukup mudah lalu memberikan sebuah serangan fatal kepada Kurotsuchi. Kuperhatikan Toneri masih santai meski serangan besar itu datang kepadanya. Dia menaruh tangan kirinya di saku celana sedangkan tangan kanannya dia angkat ke depan dengan posisi telapak tangannya menghadap ke arah batu raksasa yang akan menabraknya.
"A-Apa?"
Sejujurnya aku berpikir, apa yang akan dilakukannya dengan pose seperti itu? Apa dia berniat menahan serangan besar semacam itu. Jika iya, kurasa dia memang benar sudah tidak waras.
"Tenseigan Mode, Special Magic: Grip of a Half God!"
Sihir macam apa itu? Dia merubah bentuk fisiknya menjadi aneh. Seperti diselimuti sebuah cahaya biru yang benar benar indah. Perlahan energy di tangannya membentuk sebuah genggaman tangan raksasa yang dalam sekejap mampu menghancurkan bebatuan raksasa itu dengan mudah. Bohong jika aku berkata kalau aku sama sekali tidak terkesima dan terkejut melihatnya. Jujur saja pandanganku tak bisa lepas dari energy yang meluap luap hebat di sekitar tubuh Toneri.
"A-Apa yang kau perbuat?"
"B-Bagaimana bisa..?"
Kuperhatikan sekitar, mereka yang berada di sekitar pun juga ikut terkejut sekaligus terkesima melihat perubahan wujud Toneri yang sekarang. Seakan akan mereka melihat seorang Dewa telah turun ke dunia ini.
"S-Sihir macam apa yang kau gunakan!?" tanyaku kepada Toneri dengan sebuah langkah ke belakang menjaga jarak.
Apa ini!? Aku…? Gemetar? Hanya dengan melihat bentuknya yang ada di hadapanku? Gemetar karena lirikan matanya yang tajam dan diselimuti sebuah aura hebat? Dia mengalihkan pandangannya ke kedua telapak tangannya sambil merenungi sesuatu.
"Ini adalah bentuk yang kudapatkan setelah menerima kekuatan Dewa…"
Dia bilang barusan Dewa?
"Dewa katamu?"
"Bisa dikatakan bahwa aku adalah orang yang dipilih Dewa untuk mewarisi kekuatan suci ini,"
Jawab Toneri yang kemudian melihat ke arah Hinata. Tentu saja aku menyadari arah pandangannya yang berubah itu. Aku langsung sadar bahwa dirinya kini sedang menatap Hinata dengan sebuah tatapan yang sedikit… aneh jika bisa kukatakan.
"Dipilih oleh Dewa katamu…!?"
END OF NARUTO POV
.
.
.
.
.
.
Sedangkan itu di barisan para penonton yang melihat pertandingan ini…
"Sara… Kekuatan yang dipancarkan olehnya?" tanya Nagato yang nampaknya cukup terkejut melihat wujud yang kini tengah digunakan oleh Toneri dalam pertarungan.
Sara dan Koyuki yang ikut menyaksikan perubahan wujud Toneri barusan, juga nampak terkejut sama hal nya dengan Nagato. Bahkan mereka tak bisa berkata sedikit pun melihat wujud itu dikeluarkan oleh Toneri. "Dia memiliki kekuatan mata yang mampu menandingi Rinnegan! Bentuk evolusi natural keturunan Otsutsuki bersama Hyuuga setelah tahap yang panjang… Tenseigan,"
"Mereka dalam bahaya!" kata Sara dengan wajah yang sedikit panik.
.
.
.
.
.
.
Kembali ke dalam pertarungan…
Toneri sekarang bergerak perlahan ke arah Naruto sedangkan Naruto mulai bersiap siap dengan mengambil sebuah kuda kuda. Lalu bagaimana dengan Kurotsuchi yang juga terlibat dalam pertarungan ini? Dia masih terdiam tak percaya melihat sihirnya dipatahkan semudah itu oleh Toneri. "Bagaimana bisa… sihirku…?"
"Aku tidak tahu sihir macam apa yang kau gunakan sekarang… tapi aku tidak akan kalah darimu," kata Naruto menatap tajam Toneri meski dia tadi sudah dibuat gemetar oleh wujud Toneri sekarang.
Langkah yang diambil Toneri begitu tenang namun benar benar memberi sebuah tekanan besar. Tatapannya begitu dingin dan juga santai seolah dia benar benar tidak menganggap Naruto sebagai lawan yang pantas berdiri di hadapannya secara seimbang.
"Persiapkan dirimu untuk menerima seranganku…"
"Aku selalu siap kapan saja… Jangan kau pikir bisa mengalahkan seorang Spirit level 9 semudah itu," kata Naruto kembali meningkatkan kekuatannya dalam Burning Mode hingga menyentuh tahapan Spirit level 10.
Toneri dengan wujudnya bisa merasakan seberapa jauh meningkatnya kekuatan Naruto. Bahkan mungkin tahapan Naruto sudah berada di ambang batas antara Spirit level 10 dengan Excellent level 1. Merasakan tingkatan setinggi itu dari Naruto tak membuat Toneri gentar ataupun memperlambat langkahnya. Langkahnya tetap begitu stabil dengan hawa tekanan yang sangat besar.
"Aku tidak pernah takut dengan seorang Spirit level 9-10 sepertimu. Bisa kukatakan bahwa kau lah yang meremehkan ku, Naruto…"
"Apa maksudmu…?"
"Mungkin kau tidak merasakan atau pun menyadarinya tapi aku sendiri…"
Sambil mengepalkan tangan kanannya Toneri menatap tajam Naruto dalam mode yang terasa begitu kuat itu. "…Dalam mode ini, aku berada dalam tingkatan Excellent level 4…"
Tingkatan yang disebutkan oleh Toneri barusan, cukup untuk membuat Naruto terkejut. Jarak dirinya dengan Toneri sekarang berbeda hingga 4 level. Dan level tersebut bukanlah level yang bisa digapai oleh orang orang seusia mereka saat ini. Bahkan tingkatannya sudah diatas rata rata anak tahun kedua dan ketiga.
'Dia berbahaya… Dalam mode itu, levelnya mampu mengimbangi level Yahiko-senpai, Nagato-senpai atau Konan-senpai tiga bulan yang lalu,' gumam Naruto dalam hati.
"Aku memang hanya seorang Spirit level 8… Dari yang kuperhatikan kekuatan dasarku masih kalah darimu. Namun dalam mode ini aku mampu mencapai tahap Excellent yang bahkan sebenarnya membutuhkan waktu berbulan bulan dari tingkatan Spirit level 10 untuk bisa menembus Excellent level 1…"
Memang benar bahwa untuk menembus masuk ke tingkatan Excellent dari Spirit akan memakan waktu yang jauh lebih lama. Terlebih begitu masuk tahapan Excellent hingga Half-Saint… kesulitan untuk naik level akan meningkat hingga 10 kali lipat. Hal itulah yang mengakibatkan banyak murid tahun kedua dan tahun ketiga masih terjebak di Spirit level 10 ataupun Excellent awal.
Katakan lah bahwa seorang penyihir Practioner level 1 bisa mencapai Practioner level 10 dalam waktu setengah tahun. Dengan kecepatan peningkatan itu, bila dia masuk tahap Excellent level 1, dia akan membutuhkan waktu yang sama… yaitu setengah tahun untuk mencapai Excellent level 3 jika dipertimbangkan juga dari faktor bahwa sirkulasi sihir seseorang akan terbuka 100% saat usia 15 tahun. Itulah alasan mengapa tingkat kesulitannya dikatakan mencapai sepuluh kali lipat.
"Aku benar benar terkejut dengan kekuatanmu itu… Mode macam apa yang bahkan bisa menambahkan kekuatan sihir sejauh itu? Itu cukup mengerikan…" kata Naruto.
'Yah walaupun kurasa jika ku pernah meningkatkan secara drastis kekuatanku hingga kelas Master dengan kekuatan Kurama sih…' gumamnya dalam hati.
Naruto kehabisan akal sebenarnya untuk mengatasi orang yang ada di hadapannya. Terlebih ini masih hari pertama dan langit sudah hampir gelap. Dia masih harus melindungi Shikamaru dan Hinata. Sudah cukup banyak kejutan yang dia dapat di hari pertama battle royale ini, dia rasa mungkin saatnya mereka istirahat dan mundur dari pertarungan. Namun satu hal yang menjadi hambatannya adalah mungkin mereka tidak akan bisa kabur dari laki laki yang kini berhadapan dengannya.
"Kuharap kau tidak berniat mundur atau semacamnya. Aku berniat menyelesaikan semua ini dalam satu hari ini,"
'Sialan… dia bisa membaca pikiranku,'
Toneri dan Naruto yang berdiri dengan jarak sekitar 3 meter, kini sudah mengepalkan tangan mereka. Saling menukar tatapan tajam dan tak berniat mengalah pada pertarungan ini. Meski Naruto sendiri tak yakin bisa menang melawan Toneri hanya dengan mengandalkan Blaze Commendement: Burning Mode miliknya.
'Apa aku harus menggunakan kekuatan itu disini…? Tidak tidak, kita ditonton orang banyak. Hal itu akan menarik banyak perhatian yang tidak diperlukan dan cukup mengancam,' kata Naruto dalam hati mempertimbangkan banyak kemungkinan.
"Blaze Commandement: Fire Fist!"
Dia memberikan sebuah pukulan api dengan skala ukuran yang cukup besar dalam jarak itu. Tentu saja Toneri kesulitan untuk menepis serangan tiba tiba itu meski akhirnya dia dapat mengatasinya. Naruto mengambil langkah mundur beberapa meter lalu mengaktifkan lagi sebuah lingkaran sihir tepat di hadapannya. Dia mengambil nafas panjang dari mulut…
"Blaze Commandement: Flame Breath!"
Toneri mengangkat kedua tangannya ke depan dengan posisi telapak tangan menghadap ke arah datangnya serangan. Terlihat gerakan halus serta kobaran energy dari armor Tenseigan nya itu benar benar memberikan banyak pengaruh baik dari gerakan dan kekuatannya. Lingkaran sihir perlahan terbentuk dalam waktu sepersekian detik. Cukup cepat untuk dilihat dalam sekilas pandangan manusia. Motif dari lingkaran sihir yang ditunjukkan olehnya pun juga sangat berbeda dengan lingkaran sihir biasanya bahkan jauh lebih rumit daripada Blaze Commandement milik Naruto.
Dia memberikan sebuah gerakan merobek dengan kedua tangannya ketika nafas api itu datang kepadanya. Dan hasilnya nafas api Naruto terbelah menjadi dua melewati sisi kanan dan sisi kiri Toneri. Yang ia tunjukkan benar benar tidak sia sia dan diperagakan dengan begitu baik. Semuanya juga efisien baik dari gerakan dan kekuatan sihir yang dilepaskan. Seolah semuanya sudah bersatu dengannya sejak lahir.
"Apa hanya itu Naruto!? Jika hanya itu, biar kutunjukkan serangan yang lebih menarik!"
"Jangan terlalu percaya diri pada kemampuanmu, Toneri!"
"Kalau begitu biar kutunjukkan kenapa aku bisa begitu percaya diri menghadapimu!"
"Kemari dan perlihatkan padaku!" kata Naruto sedikit berteriak.
Dia mengambil sebuah kuda kuda kuat ketika Toneri melakukan sebuah gerakan seperti akan menerjangnya dengan sebuah hantaman dahsyat. Toneri melompat kecil lalu menapakkan kaki kanannya ke kanan sebagai tumpuan. Lalu dengan sedikit tenaga, dia melesat secepat kilat menuju ke arah Naruto sedangkan Naruto nampak begitu terkejut melihat kecepatan abnormal itu. Secepat mungkin, Naruto membentuk sebuah lingkaran sihir di kedua tangannya sambil masih memperhatikan apa yang akan menerjangnya.
"Blaze Commandement: Fire Gloves!"
Naruto juga tidak kalah cerdas dan kuat, dia membentuk sebuah sarung tangan tinju api di kedua tangannya. Lalu saat Toneri memberikan pukulannya dengan dorongan kecepatan lesatannya itu, Naruto mampu menahannya dengan kedua tangannya. Terlihat sekali bahwa Naruto benar benar kesulitan menahan pukulan yang menghantam dirinya itu. Hingga saat tangan dan kakinya benar benar tidak kuat menahan tekanan dahsyat itu, dia terdorong hingga belasan meter tanpa menyentuh tanah.
"Arrrgghhh…" rintih Naruto.
Namun semua belum selesai sampai disana, Toneri kembali dengan kecepatan kilatnya menyerang Naruto dari samping hingga Naruto kembali terlempar ke arah yang berbeda.
"Ukkhh.."
Yang ditunjukkan Toneri sampai sekarang hanyalah sebatas serangan fisik biasa. Dia sama sekali belum menunjukkan kekuatan sihirnya yang sebenarnya. Membayangkannya saja sudah membuat Naruto pusing… bagaimana jika dia berniat mengeluarkannya disaat Naruto terdesak seperti ini. Mungkin saja Naruto sudah tak berdaya di hadapannya sekarang.
"Benar benar kekuatan yang gila untuk seumuran kita…"
"Hmm… Akhirnya kau paham kenapa aku bisa begitu percaya diri dalam pertarungan ini,"
"Ya… Kurasa aku cukup mengerti hal itu,"
Naruto dengan nafas terengah engah kini menoleh perlahan ke arah medan pertarungan Hinata, Shikamaru dan Akatsuchi. Nampaknya Shion tak tertarik dengan pertandingan itu dan lebih fokus melihat pertarungan Naruto dan Toneri. Lalu bagaimana dengan Kurotsuchi? Dia masih terdiam kesal saat Toneri tadi mampu menahan serangannya. Mungkin juga saat ini gadis itu sedang mengumpulkan rasa kesalnya dan emosinya untuk dilampiaskan kepada Naruto dan Toneri.
Disisi lain kelihatannya Samui mulai tertarik melihat Kurotsuchi yang membangkitkan kembali semangat bertarungnya setelah serangannya dihentikan dengan mudah oleh Toneri.
"Mungkin sudah saatnya aku juga ikut bertarung…" kata Samui berjalan pelan ke arah Kurotsuchi.
Kurotsuchi yang menyadari kehadiran seseorang yang menuju ke arahnya langsung menengok…
"Aku masih belum selesai dengan Naruto… lalu Toneri datang dan mengganggu. Sekarang kau juga ingin menghalangiku, Samui?"
"Aku tidak berniat menghalangimu sebenarnya. Lebih tepatnya aku tidak ingin kau menghalangi pertarungan mereka berdua sekarang,"
"Kurasa itu artinya sama saja…" jawab Kurotsuchi sambil mengernyitkan alisnya marah.
"Kurasa begitu…" balas Samui.
"Lalu bagaimana caramu untuk menghentikanku agar tidak mengganggu jalannya pertarungan mereka?"
Samui tersenyum sambil mengeluarkan sebuah lingkaran sihir di telapak tangan kanannya. Sedangkan Kurotsuchi yang menyadari hal itu, juga turut mengeluarkan sebuah lingkaran sihir dengan santainya.
"Hmm… Bagaimana ya… entahlah. Mungkin bisa kau tebak bagaimana aku menghentikanmu…?"
Kurotsuchi kini tersenyum.
"Menghentikanku? Memang bisa kau lakukan?"
"Kita lihat saja…"
Samui berlari cepat ke arah Kurotsuchi namun gerakannya berhenti tepat dua meter di hadapan Kurotsuchi karena sebuah dinding batu muncul dari permukaan tanah. Jelas hal itu merupakan perbuatan Kurotsuchi. Kurotsuchi muncul di hadapan Samui setelah melompat melewati dinding tersebut. Samui tak membiarkan dirinya terkejut terlalu lama. Dengan sisa waktu sebelum Kurotsuchi memberikan pukulan kepalan tangan yang sudah terlapisi elemen tanah, Samui menciptakan kembali sebuah lingkaran sihir pertahanan sederhana yang dipikir nya mampu setidaknya memblokir pukulan tersebut.
"Apa kau pikir ini sudah cukup?"
BUUUUGGGHHH
"Ukkhh…"
Bahkan dengan dinding sihir itu, Kurotsuchi masih mampu memukul mundur Samui saat ini. Dengan ekspresi yang mengatakan bahwa dirinya tengah menganalisa, Samui kembali mengaluarkan sebuah lingkaran sihir yang kali ini muncul di belakang nya.
"Jangan kau pikir petir akan kalah dari tanah…" kata Samui sambil menatap tajam Kurotsuchi.
"Kenapa tidak kita adu saja!"
Samui secepat mungkin mengangkat tangan kanannya ke depan mengarahkan sihirnya ke arah Kurotsuchi. Lingkaran sihir di belakang tubuhnya mengeluarkan semacam petir dahsyat yang menyambar melewati tubuhnya dan menerjang Kurotsuchi yang berniat datang kepadanya. Kurotsuchi dengan sebuah gerakan dasar, melapisi kedua tangannya dengan bebatuan.
"Guaaahhh!"
Hasilnya Kurotsuchi masih saja terlempar akibat serangan Samui barusan. Dalam hitungan detik itu, Samui tidak membuang kesempatannya dan melompat cepat ke arah Kurotsuchi.
"Bagaimana!?"
Kurotsuchi hanya menyeringai mendengarnya. Bisa bisanya dia mengaktifkan sihir dalam keadaan tubuh nya di udara. Samui yang melihat gerakan itu langsung bersiap memberikan sebuah pukulan dialiri listrik kepada Kurotsuchi. Namun sayangnya Kurotsuchi lebih cepat satu detik. Dia menekan bagian perut Samui dengan memanipulasi bebatuan yang ada di sekitarnya.
"Ukhhhh!"
"Jangan sombong hanya karena berhasil pada serangan pertama!" teriak Kurotsuchi masih di udara.
Dengan sebuah gerakan lagi, dia menciptakan lingkaran sihir tepat di hadapannya. Yang tercipta dari lingkaran sihir itu adalah sebuah dinding batu yang mengelilingi Samui seperti menangkap dan membatasi gerakannya. Samui tak lantas panik begitu saja, dia mengaktifkan lingkaran sihir di bawah kakinya. Aliran listrik kembali muncul dari lingkaran sihir di bawah kakinya. Kedua mata Samui menajam menunjukkan kilatan amarah apalagi ketika melihat Kurotsuchi datang dari atas dan bersiap memberikan sebuah serangan.
Aliran listrik di lingkaran sihir Samui menerjang Samui seolah mengaliri tubuhnya dengan listrik tersebut dan memberikannya semacam perlindungan khusus. Sedangkan Kurotsuchi mengangkat satu tangannya ke atas dan menciptakan sebuah palu dari elemen tanah.
"Terima ini!"
"Cih!"
Kurotsuchi mengarahkan palunya kepada Samui. Tekanan besar pada serangan Kurotsuchi bahkan mempengaruhi keadaan sekitar. Hanya bermodalkan lapisan petir dari sihirnya, Samui nampak begitu tenang.
BUAAAAAKKKKKHHH
BZZT BZZZT
Hantaman palu Samui bisa ditahan dengan baik oleh Samui. Dia menyeringai melihat ekspresi terkejut dari Kurotsuchi. Lalu tak lama kemudian, dengan satu tangan Samui mengaktifkan kembali lingkaran sihir.
"Thunder Style: Spear of Lightning!"
Dilemparnya sebuah tombak yang tercipta dari sebuah kilatan petir dari sihirnya. Tombak petir itu langsung menghujam Kurotsuchi yang berada dalam keadaan panik. Dia terlempar cukup jauh hingga menghancurkan dinding batu yang ia ciptakan sendiri untuk membatasi pergerakan Samui.
"Uaaakkkhhh!"
Mulutnya mengerluarkan darah. Dia hanya tersetrum oleh aliran listrik itu karena nampaknya tombak petir milik Samui barusan tak ditujukan untuk membunuh Kurotsuchi. Kini gadis itu tengah memegang bagian perutnya yang menerima dampak serangan dari tombak petir barusan.
"Cih… gadis licik!"
Samui hanya berekspresi dingin melihat Kurotsuchi jatuh dalam keadaan terluka dan bahkan sulit untuk berdiri.
"Aku tidak menyangka kau akan menggunakan trik semacam itu," kata Kurotsuchi berdiri dengan susah payah.
"Hmm? Kau masih mau bertarung denganku setelah kubuat tak berdaya dalam waktu kurang dari 5 menit?"
"Jangan sombongkan dirimu hanya karena ini, Samui… Kita tahu bahwa kau tidaklah sepadan dengan Toneri, Neji ataupun Shion sejak dulu,"
Ucapan Kurotsuchi tersebut mungkin bisa mendapatkan banyak pertentangan dari berbagai orang. Karena yang mereka bicarakan itu dulu, mungkin yang diucapkannya memang benar. Yang tak disadari oleh Kurotsuchi adalah Samui yang mendengarkan ucapannya langsung terbakar oleh amarah. Dia menatap tajam ke arah Kurotsuchi sambil mengaktifkan sebuah lingkaran sihir dimana dari dalam lingkaran sihir itu muncul semacam cambuk dari elemen petir.
"Biar kubuktikan sekarang… dan akan kutunjukkan padamu… apa yang terjadi saat kau memancing amarahku…"
"Kebetulan aku juga ingin tahu sekali…" balas Kurotsuchi sambil meregangkan tubuhnya.
Mereka berdua kembali seperti posisi sebelumnya berniat melancarkan serangan namun tak satupun dari mereka yang ingin memulai pertama hingga tiba tiba saja…
"Kelamaan…"
"Illusion of Destiny, Memory Bringer Activated"
"Memory Bringer: Fireball Breath!"
Tiba tiba saja sebuah nafas api mengganggu jalan nya pertarungan Kurotsuchi dan Samui. Mereka berdua yang terkejut dengan serangan dadakan itu beruntung dapat menghindarinya dengan baik. Pandangan keduanya langsung teralihkan kepada sosok perempuan seumuran mereka yang datang entah darimana.
"Pertarungan kalian membosankan…"
Sedangkan itu di pertarungan antara Naruto dengan Toneri, keduanya masih sibuk bertukar tinju meski seperti yang sudah diduga bahwa Toneri lebih unggul dari Naruto yang sekarang. Toneri terus terusan mendesak Naruto hingga dia terpojok di sudut medan pertempuran. Hingga pada suatu benturan, Naruto tak dapat lagi menahan kombinasi serangan fisik Toneri. Toneri memberikan tendangan searah jarum jam yang langsung menghantam sisi samping Naruto.
"Uakkkkhhhh!"
Naruto terlempar cepat hingga akhirnya tubuhnya berhenti setelah menabrak pohon dan menumbangkan pohon tersebut.
"Maaf tapi aku akan mengakhirinya disini Naruto…" kata Toneri bersiap melesat ke arah Naruto lagi.
"Kuhh.." Naruto hanya bisa menatapnya sambil mencoba berdiri dengan ekspresi yang benar benar menyedihkan untuk dilihat.
Namun saat Toneri baru akan menyelesaikannya dengan sebuah serangan terakhir, dirinya dikejutkan dengan dua sosok yang tiba tiba muncul dari udara turun ke hadapannya dan memberikan kombinasi serangan duo yang sulit untuk diimbangi oleh dirinya. Orang pertama memberikan sebuah pukulan telapak tangan cepat yang mampu ditepis oleh Toneri sedangkan orang kedua memberikan sebuah pukulan kepalan tangan yang masih juga bisa ditahan oleh Toneri. Momen itu begitu cepat, mungkin hanya berlangsung beberapa detik.
"K-Kalian!"
"Kau benar benar menyedihkan, Naruto…"
"Maaf, Naruto… tapi kali ini aku sepakat dengannya…"
Dengan berbagai serangan kombinasi pukulan dan tendangan, mereka berdua memukul mundur Toneri hingga dia dibuat tak berdaya. Lalu pada saat momen terakhir, mereka berdua sama sama memberikan sebuah tendangan keras yang tepat mengenai bagian perut Toneri.
BUAAAAGGGHHHH
Toneri terlempar meski dia akhirnya mampu mendapatkan keseimbangannya lagi. Namun hal tetap membuat Toneri menunjukkan wajah yang cukup kesal karenanya.
"Neji… Sasuke…"
Naruto menyebutkan kedua nama orang yang baru saja menyelamatkannya.
"Hn… Aku tak menyangka kau akan dikalahkan semudah itu,"
"Hah… Kau bisa katakan itu setelah kau mencoba sendiri rasanya bertarung sendirian dengannya dalam mode nya yang mengerikan itu…"
Ucapan Naruto tersebut langsung didengarkan Sasuke. Ya memang sejak datang tadi, Sasuke dan Neji sudah heran denga bentuk jubah sihir yang menyelimuti Toneri sekarang. Tak hanya menyelimuti bagian tubuh tengah dan bawah namun juga memberikan tekanan hingga bagian atas.
'Jadi memang benar dia adalah pewaris kekuatan Tenseigan?' batin Neji yang nampaknya sudah tahu kekuatan yang digunakan oleh Toneri saat ini.
"Kalian berdua ada disini… Itu artinya…" kata Naruto terputus.
"Kami sudah mengurus Suna… Mereka sudah terelimnasi dari turnamen ini," jawab Neji tanpa mengalihkan perhatiannya dari Toneri.
"Bagaimana dengan tim Sai?"
"Mereka sudah dikalahkan…" jawab Naruto lemas.
Nampaknya Neji dan Sasuke juga sudah menyadari hal itu saat mereka tahu Toneri ada disini bersama Samui, itu artinya kemungkinan besar baris pertahanan yang mencegah Kumo untuk masuk ke daerah tim Konoha sudah dikalahkan.
"Aku benci mengatakan ini… tapi kurasa kita harus mundur. Pertarungan ini tidak bisa kita menangkan dalam keadaan kehabisan energy seperti ini," tambah Sasuke yang memahami keadaan saat ini.
Mereka bertiga, Shion, Neji dan Sasuke sudah benar benar kelelahan karena harus menghadapi tim inti Suna. Sedangkan Naruto sudah cukup dihajar Toneri dalam mode Tenseigan miliknya. Sai dan yang lainnya sudah tereliminasi. Terlebih lawan mereka kali ini benar benar kuat jadi mereka tidak bisa sembarangan. Lagipula masih ada waktu besok untuk menyelesaikan pertarungan di battle royale kali ini.
"Aku sepemikiran denganmu… Kita harus mundur dan mencari tempat yang aman untuk istirahat dan melanjutkan pertarungan besok,"
Naruto memang serius mengatakan itu namun dia tak begitu yakin bagaimana caranya mereka bisa lolos dari Toneri, Samui, Kurotsuchi dan Akatsuchi semudah itu.
"Apa kalian punya rencana untuk kabur?"
"Kita memiliki rencana… tapi.." kata Neji terputus.
"Tapi kenapa?"
"Kita akan mengorbankan satu orang untuk dieliminasi dalam rencana ini…"
Sekarang medan pertempuran dipersempit oleh Shion, Neji dan Sasuke. Mereka sengaja menggiring semuanya agar bersatu dalam satu medan pertempuran untuk melaksanakan rencana mereka. Setiap anggota yang tersisa juga sudah dikirimkan sebuah pesan transmisi sihir agar mereka tahu detail rencananya. Awalnya mungkin mereka tidak setuju dengan rencana ini namun orang yang terpilih sebagai tumbal dari tim nampaknya sangat setuju dengan rencana ini karena mungkin hanya ini satu satunya cara yang berpeluang paling besar untuk berhasil.
"Destroyer Wind Palm!"
"Fire Style: Flame Breath!"
"Memory Bringer: Flame Dragon!"
Berbagai serangan yang dikeluarkan mereka bertiga benar benar sangat terlihat berontak dan ganas. Kombinasi ketiganya memberikan tekanan sendiri bahkan untuk Toneri yang berpasangan dengan Samui dalam pertarungan ini. Mereka dibuat seolah tak bisa menghentikan serangan demi serangan yang dilancarkan ketiga orang tersebut.
"Sungguh daya serang yang mengerikan…" komentar Toneri merasakan panas di bagian tangannya.
"Terima kasih atas pujiannya," jawab Neji.
"Jadi kalian menggiring kami semua ke satu medan pertempuran seperti ini?" tanya Samui menatap tajam Shion.
"Apa kalian berniat memulai pertarungan besar besaran dengan anggota yang tersisa?" tambah Kurotsuchi.
"Bagaimana kalau kujawab iya?" tanya Shion membalas.
Mereka semua tak ada yang bisa menebak rencana macam apa yang sedang dijalankan oleh Shion, Sasuke dan Neji. Kini keenam sosok yaitu, Shion, Sasuke, Neji, Toneri, Samui dan Kurotsuchi sedang berada di dalam panggung yang sama, tengah bertukar tatapan dan menunjukkan hawa persaingan besar di antara mereka. Shikamaru dan Naruto yang membawa serta Hinata nampaknya kini berada di barisan belakang tengah memulihkan diri.
"Kau terluka, niisan…"
"Aku tidak apa apa, Hinata… Pulihkan dirimu saja… Aku tau kau juga kelelahan…"
"Apa kau siap untuk rencana ini, Shikamaru?"
"Akan kupastikan rencana ini berjalan dengan lancar…" jawab Shikamaru tersenyum.
Dia berjalan meninggalkan Naruto dan Hinata menuju panggung para bakat surga yang kini tengah bertukar tatapan berisikan api persaingan. Shion, Neji dan Sasuke yang merasakan keberadaan Shikamaru nampaknya sudah memberikan sinyal untuk memulai rencana pelarian mereka kali ini.
"Apa kau siap, Shikamaru?" tanya Neji.
"Tentu saja…"
Toneri tentunya merasakan ada sesuatu yang ganjil dari formasi ini. Terlebih melihat respon dari Shion, Sasuke dan Neji ketika Shikamaru datang bergabung untuk ikut bertarung di sisi mereka.
"Ada yang tidak beres…" kata Toneri pelan.
Neji dan Sasuke melesat ke arah Samui dan Kurotsuchi sedangkan Toneri hanya didiamkan begitu saja. Shion yang belum bergerak dari tempatnya nampak mengibaskan tangannya dan membentuk sebuah lingkaran sihir di hadapannya. Shikamaru juga sudah mengaktifkan lingkaran sihir milik klan Nara untuk mengendalikan bayangan.
Semua terlalu terpaku pada Sasuke dan Neji yang tiba tiba datang melesat ke arah Kurotsuchi dan Samui. Dengan posisi bergantian, mereka melawan Kurotsuchi dan Samui sedangkan Akatsuchi baru saja akan datang untuk membantu Kurotsuchi. Dia menjatuhkan tubuhnya tepat di antara Sasuke dan Neji. Secara refleks, Sasuke dan Neji langsung memberikan jarak mereka dengan pria bertubuh besar itu.
"Bagus, Akatsuchi…"
"Si gendut Akatsuchi… Dia partner dari Kurotsuchi. Kita harus waspada serangan dadakan darinya,"
Toneri nampaknya sudah bosan diacuhkan begitu saja, nampaknya dia juga menyadari rencana yang akan dilakukan oleh Shion, Sasuke, Neji dan Shikamaru. Dia berlari secepat mungkin ke arah Naruto dan Hinata yang ada di belakang dan tengah memulihkan diri. Namun Shion dan yang lain tidak begitu terkejut akan pergerakan Toneri yang mengincar Naruto dan Hinata. Mereka semua justru tersenyum melihat Toneri menyerang Naruto dan Hinata.
Toneri sendiri cukup terkejut melihat bahwa tidak ada yang akan meng cover Naruto dan Hinata. Dengan cepat dan yakin, Naruto berdiri melindungi Hinata sambil mengaktifkan sebuah sihir.
'Sampai sekarang aku masih belum bisa berkomunikasi dengan Kurama.. tapi… dengan usahaku akhirnya aku berhasil mencapai tahap ini dengan kehendakku sendiri,' batin Naruto.
"Blaze Commandement, Tailed Beast Warrior Level 1…"
Ya, sebenarnya Naruto sudah melatih sejak awal tahapan yang digunakannya saat final pertarungan melawan Shion dulu. Dengan kekuatannya itu dia membentuk lagi bagian armornya dan merombaknya setengah mati hingga sesuai dengan bentuk zirah yang dia inginkan meski masih tahap level 1 dari 5 level yang akan dilewatinya saat menggunakan mode ini.
Tubuhnya tertupi zirah sihir berwarna oranye dan dibelakang tubuhnya muncul satu ekor yang perlahan membentuk ekor keduanya dari energy sihir yang ia pancarkan. Kekuatan sihir nya sendiri naik drastis hingga menembus tingkat Excellent level 3. Setidaknya dirinya hanya satu tingkat di bawah Toneri.
'Sudah kuduga, aku hanya bisa sampai level 1 Tailed Beast Warrior… aku jadi penasaran bagaimana jika kupadukan dengan salah satu Seven Deadly Sins yang sudah kukuasai,' batin Naruto.
Tak hanya menguasai tahap pertama dari Tailed Beast Warrior namun dia juga telah mengendalikan salah satu kekuatan dosa yang membuatnya waktu itu bahkan bisa setara dengan cloning Orochimaru selama beberapa menit.
"A-Apa…!?"
BUUUUMMM
Naruto menahan serangan Toneri dengan mudah. Tidak seperti tadi ketika dia hanya menggunakan Burning Mode ketika melawan Toneri. Naruto tersenyum melihat ekspresi wajah Toneri ketika dirinya berhasil menahan serangan Toneri.
"Maaf, tapi mode ini akan kugunakan di pertarungan kita berikutnya…"
Kata Naruto dengan sebuah senyuman.
Naruto memberikan semacam kombinasi serangan fisik yang mampu diimbangi oleh Toneri. Toneri kembali terkejut ketika merasakan daya serang pukulan dan kecepatannya yang meningkat tajam disbanding tadi. Meski mampu mengimbangi nya dan tak mengalami begitu banyak kesulitan namun tetap saja… dia bisa saja dikalahkan oleh Naruto dalam mode itu karena perbedaan mereka sekarang hanya satu level. Setelah cukup lama bertukar tinju, Naruto memberikan semacam serangan perpisahan berupa tendangan yang begitu keras di bagian perut Toneri.
"Uaaakkkhhh!"
'Cih… Aku masih tidak bisa menahan mode ini dalam jangka waktu yang lama,' batin Naruto.
"Kalau begitu sekarang!" teriak Shion.
Shion menciptakan sebuah sihir sederhana berupa kabut tebal yang akan menghalangi pemandangan sekitar sekaligus membatasi jarak pandang setiap lawan mereka yang ada di medan tersebut. Dan dalam waktu yang benar benar cepat itu, mereka segera melakukan apa yang harus mereka lakukan. Samui dan Kurotsuchi yang tadinya sedang bertarung dengan Neji dan Sasuke juga nampak terkejut melihat sihir Shion yang tiba tiba menutupi jarak pandang mereka.
"Sialan! Mereka berniat lari dari pertarungan!" kata Samui sambil melihat lihat sekitarnya.
"Tidak akan kubiarkan!" kata Kurotsuchi berniat mengaktifkan sihirnya untuk menghalangi Naruto dan yang lainnya kabur.
"A-Apa ini…"
Namun mendadak tubuhnya tak bisa digerakkan begitu pula dengan Samui, Toneri dan Akatsuchi yang juga bingung karena tiba tiba saja mereka semua tidak bisa menggerakkan tubuh mereka.
"Sihir ini!" kata Toneri panik.
"Kalian akhirnya masuk dalam perangkap kami… Aku akan menahan kalian selama beberapa saat disini!" kata Shikamaru dengan nafas terengah engah.
Namun kekuatan Toneri yang begitu besar nampaknya mampu mematahkan sihir bayangan Shikamaru dalam belasan detik. "Guaaahhh!"
Toneri langsung berniat mengejar Naruto dan yang lainnya, namun dalam hitungan belasan detik itu saja, mereka sudah bisa kabur dan lolos dari pertarungan pada hari ini.
"Sialan…"
"Ukhh… Sudah kuduga aku tidak bisa menahan mu untuk waktu yang lama, Toneri…" kata Shikamaru.
Toneri menoleh pelan ke arah Shikamaru yang kini sudah terduduk lemas tak bertenaga ketika menatap dirinya.
"Aku menyerah…" ucap Shikamaru.
"Cih, sialan!" kata Samui.
Tak hanya Naruto dan yang lainnya saja yang lepas dari genggaman Toneri dan Samui namun juga Kurotsuchi dan Akatsuchi yang seketika menghilang dari sana. Nampaknya Akatsuchi berhasil mengelabuhi Toneri dan Samui lalu pergi membawa serta Kurotsuchi dengan paksaan.
"Kita kehilangan Konoha dan Iwa bersamaan…" kata Samui.
Toneri menonaktifkan sihirnya lalu menatap ke langit yang sebentar lagi akan gelap. Dia mengepalkan tangannya kuat sambil menajamkan matanya ketika menyadari bahwa dirinya benar benar sudah dikalahkan dalam pertarungan hari ini. Baik dari kekuatan, strategi, kepemimpinan. Dari segala aspek yang ada bisa dikatakan kalau Naruto lebih mengunggulinya.
"Tenang saja… Hal ini…"
"Tidak akan kubiarkan berlangsung lama…"
TBC
.
.
.
Yo… Kembali lagi dengan saya di chapter 41 yang berjumlah 6000 word ini. Setelah sekian lama tidak mengupdate fic ini. Sudah sekitar 4 bulan lebih saya tidak menyentuh fic ini dan jujur saja saya sendiri hampir lupa dengan alurnya. Hampir…
Saya bingung harus mengatakan apalagi di fic ini tapi yang jelas saya mau minta maaf karena lamanya update. Semoga masih ada yang membaca fic ini saya harap. Jujur, saya ingin sekali menamatkan fic ini. Tapi ya namanya anak kuliah lah. Yang jelas saya tidak akan pensiun sampai saya lulus kuliah. Masih 4 tahun… hmm.. fic ini pasti akan tamat. Ralat… fic ini harus tamat.
Nah oke, selanjutnya saya akan mengupdate fic saya yang crossover Naruto x Fate, Fate of My Adolescence karena nampaknya reader saya sekarang lebih suka membaca fic itu. Untuk yang menunggu Symbol of Revenge. Mohon bersabar… tapi yang jelas semua fic saya masih akan saya teruskan sampai 4 tahun lagi kira kira.
Btw tanpa sadar saya telah menciptakan sebuah perang heroine antara pendukung Hinata, Shion dan Sara. Kelihatannya banyak pendukung Sara… hmm… entahlah itu yang saya lihat dari review reader dan beberapa reader juga memohon kepada saya untuk dibuat harem saja. Tapi saya ingin single pair. Yang menikah dengan Naruto hanya satu… sepertinya.
See you in next chapter