HEUKSANDO STORY

Pairing: Park Jimin , Min Yoongi

And the other cast...

Genre: Romance, Family,Hurt, M-preg(Male Pregnant)

Warning: BOY x BOY, TYPO BERTEBARAN, BTS SEVENTEEN CAST

Sebelum membaca, tolong perhatikan tahunnya ya...

Jeonukim's present

Chapter 1

Min Yoongi 26th

Park Jimin 30th

Jeon Jungkook 5th

Kim Mingyu 21th

.

.

[2014]

Malam semakin larut disambut dengan badai yang semakin meradang. Kilat nampak silih berganti menghiasi langit malam sehitam jelaga, bersahutan dengan suara gemuruh yang mengacaukan detak jantung manusia. Titik air hujan yang turun kian deras, dengan brutalnya sang angin membawa butiran air itu membentur kaca kaca.

Masih dengan keberanian yang kian naik ke ubun ubun, Min Yoongi memacu mobil tua peninggalan sang kakek yang sudah lama tersimpan di garasi sebuah rumah tua yang sudah lama di tinggalkan. Beruntung Yoongi mengetahui sebuah rahasia sang kakek, dimana laki laki tua itu selalu menyimpan cadangan bensin di garasi tuanya.

Berbekalkan satu buah backpack yang berukuran lumayan besar dan berisi beberapa potong pakaian, dompet, ponsel, peralatan mandi, obat, dan beberapa makanan juga minuman yang sudah tertata rapi. Yoongi membimbing mobil tua itu melaju melewati jalan sepi yang mengarah keluar dari kota Mokpo. Beberapa meter di depan terlihat sebuah plang yang bertuliskan daerah kawasan pelabuhan, ya, Yoongi melajukan mobil itu menuju pelabuhan.

Setelah berhasil masuk ke wilayah pelabuhan, Yoongi memarkirkan mobil tua itu di sebuah tempat. Terlihat dua orang laki laki sudah menunggu disana, berdiri berdampingan memakai coat senada dan berteduh dengan mata yang tak lepas dari mobil tua yang di kendarai Yoongi. Setelah membereskan semua barang barangnya yang ada di dalam mobil, Yoongi mengeratkan jaketnya mengingat di pelabuhan ini sedang terjadi badai. Keluar dengan perilaku yang dibuat senormal mungkin agar tidak mengundang perhatian orang, Yoongi menghampiri kedua laki laki yang sejak tadi mengawasinya.

"Ini kunci mobilnya, dan ku minta uangku sekarang. Setelah itu urusan kita selesai!" ucap Yoongi acuh.

Kedua laki laki itu tak bergeming, lalu salah satu dari mereka menyerahkan sebuah tas hitam berukuran sedang yang berisi uang yang Yoongi bicarakan.

Sejenak Yoongi membuka tas tersebut setelah menerimanya, dengan seringai singkat ia menutup kembali tas tersebut. Sebelum beranjak, Yoongi sempat membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada kedua orang itu. Setelah itu Yoongi melenggang pergi menuju tempat tujuannya. Namun baru beberapa meter berjalan, lengannya di tahan oleh salah seorang dari dua laki laki itu.

"Hiduplah dengan baik, uang itu cukup kau gunakan untuk memenuhi semua kebutuhanmu, setidaknya untuk lima tahun kedepan." Ucap namja itu datar namun tersimpan nada perhatian disana .

"Ya..."

"..."

"Bisakah kau lepaskan lengan ku sekarang?

Hyung?"

"..."

"Aku harus pergi..."

"Yoongi~ah...

Kembalilah jika kau ingin kembali, kami masih berharap kau akan berubah pikiran!"

Sekilas Yoongi tersenyum, bukan seringai, bukan senyum kekecewaan. Yang ada hanya senyuman hangat seorang adik.

"Hyung...

Aku akan selalu ingat jalan pulang..."

Dengan itu Yoongi menyudahi semuanya, sejenak menoleh kebelakang dimana satu lagi laki laki menatap mereka sendu. Yoongi pun turut memberikan senyuman yang tadi tersemat dibibir merahnya, dan kini benar benar pergi meninggalkan kedua laki laki itu dalam diam.

Tanpa menoleh sedikitpun, tanpa merasa ada penyesalan.

Yoongi akan memulai hidupnya yang baru, disana, di pulau itu.

.

.

[2017]

Terik sinar matahari dipadukan dengan semilir angin di hari yang cerah ini mengiringi kegiatan berkebun Min Yoongi. Di sebuah pekarangan kecil yang terletak di depan rumah miliknya, terlihat berbagai macam tumbuhan menghiasi tempat itu. Pagar kayu berwarna putih yang tingginya hanya sebatas perut orang dewasa pun berdiri anggun mengitari rumah Yoongi yang memiliki warna senada.

Putih,

Tangan pucat Yoongi dengan terampil memotong beberapa daun kering dan rumput pengganggu tanaman, kegiatan seperti ini sudah sering ia lakukan tanpa bosan. Sesekali senyuman manis mampir di bibir merah miliknya, senyum itu di tujukan kepada seorang bocah laki laki yang sedang asik menggali dan menanam kaktus di sebuah pot, tumbuhan kesukaannya.

"Kookie, istirahat sebentar! Aku memiliki jus jeruk dan kue beras! Kajja!"

Seru Yoongi pada bocah laki laki itu dan di respon dengan sangat cepat, anak itu terlihat patuh.

"Ne!" jawabnya sembari berlari menghampiri Yoongi yang kini berada di depan teras.

"Tapi sebelum itu, mari kita bunuh kuman dan bakteri yang hinggap di tangan mu, harus berapa kali aku bilang untuk mengenakan sarung tangan saat berkebun, heum!"

Anak itu malah terkikik senang saat Yoongi mensejajarkan tinggi mereka dan meraih anak itu dalam gendongannya, tak lupa tangan jahil Yoongi yang kini sibuk menggelitik pelan perut anak itu.

"Hahahaha... aduh Moomy sudah, perut Kookie geli, aduh, hahahaha sudah, hhe, Kookie janji untuk memakai sarung tangan nanti!"

"Baiklah, tapi jika kau tidak memakainya lagi aku akan menjual semua kaktus milikmu!"

Ancaman Yoongi dengan kesungguhan yang dibuat buat, tentu saja ia tak akan setega itu pada Kookie nya.

"Ayyay Mommy yang paling cantik!" Yoongi pun mendengus.

"Kookie sudah berapa kali aku bilang jangan panggil aku Mommy, kau bisa memanggilku hyung atau Yoongi, terserah tapi jangan panggil aku Mommy. Aku bukan wanita!"

"Tidak mau, Kookie hanya ingin memanggil Mommy! Karena Mommy itu cantik dan manis seperti Umma nya Seungkwan, juga merawat Kookie ketika sakit seperti umma nya Bam bam. Memasak untuk Kookie, memandikan Kookie, Mommy juga menemani Kookie saat berperang dengan bajak laut jahat. Jadi Mommy itu seperti umma nya Kookie, tapi lebih hebat dan lebih menyayangi Kookie. Kookie sayang sekali dengan Mommy-"

Selagi bocah kecil itu mengoceh tiada henti, Yoongi dengan sigap menggendong Kookie ke kamar mandi untuk membersihkan kotoran yang menempel. Sesekali ia menjawab ucapan Kookie, atau dengan gemas mencium pipi bulat 'anak nya' itu.

.

Namanya Jungkook, Jeon Jungkook. Usianya lima tahun, anak yang cerdas, dan ia menyebut dirinya Kookie. Anak itu sangat berharga bagi Yoongi. Ia yang dulunya hidup tanpa memiliki tujuan, bahkan cenderung putus asa untuk hidup. Kini semuanya menjadi lebih berarti sejak kedatangan Jungkook dalam hidupnya, nyawa pun akan ia pertaruhkan demi bocah kecil yang sudah mencairkan hati nya yang dingin itu.

Pertemuan nya dengan Jungkook bukan lah hal yang indah untuk di ingat, Yoongi sendiri sukar mengingatnya. Mengesampingkan egonya dan kini ia hidup dengan bahagia bersama Jungkook, melupakan banyak fakta buruk yang menjadi alasan mengapa ia pergi ke pulau itu.

.

.

[2015]

Malam mulai larut di tempat itu, dan Yoongi masih menunggu kasir untuk menghitung jumlah belanjaannya. Ia baru saja belanja bahan makanan di sebuah mini market tak jauh dari rumahnya, tentu saja akan langsung pulang setelah selesai.

Tak sengaja kedua manik tajamnya menangkap adegan yang membuat jantungnya berdenyut nyeri, seorang ibu yang sedang menggendong bayinya sembari melindungi bayi itu dari hujan dengan payung yang ia bawa. Sejak sore hujan tak kunjung berhenti hingga saat ini.

Yoongi tersenyum getir, merasa jika bayi itu sangatlah beruntung memiliki ibu yang melindunginya.

Tepat satu tahun Yoongi tinggal disana, di sebuah pulau kecil bernama pulau Heuksan, yang kini menjadi harapan terakhirnya untuk hidup. Dan jauh di dalam hati Yoongi menangis karena rasanya ia ingin cepat mati saja, hidup sebagai seseorang yang tidak di inginkan terlebih oleh ibu nya sendiri bukan lah hal yang mudah.

Yoongi mengasingkan diri bukan tanpa alasan, ia sedang di kejar oleh beberapa orang suruhan yang di perintahkan untuk membunuhnya. Dan sialnya lagi, mereka itu adalah suruhan ibu kandungnya sendiri. Dimana seharusnya Yoongi merasa aman, namun berbeda dengan ibunya yang justru ingin melenyapkannya.

Yoongi meringis getir mengingat betapa ia tidak diinginkan untuk hidup, bahkan oleh ibunya sendiri.

Ayahnya?

Ah, lupakan saja. Ibunya membenci dirinya karena sang ayah. Jadi tak ada alasan bagi Yoongi untuk tidak membenci kedua orangtuanya, yah meskipun terdengar seperi anak durhaka. Tapi rasa benci itu akan menjadi sesuatu yang wajar mengingat perlakuan mereka kepada dirinya.

Setelah membayar, Yoongi bergegas untuk pulang. Tangan kanannya ia gunakan untuk memegang payung, dan tangan kirinya sibuk membawa kantong plastik yang cukup besar.

Hujan semakin deras dengan angin yang siap menerbangkan apapun, termasuk payung yang Yoongi pegang. Membuat dirinya merapalkan kata kata kasar dan gerutuan tentang jaketnya yang basah dan bagaimana ia harus segera masuk kedalam rumah.

Saat sampai di pekarangan rumah miliknya, Yoongi dengan buru buru menutup pagar kayu itu. Merutuk kembali yang kini ia tujukan pada dirinya sendiri, betapa bodohnya ia lupa menutup pintu pagar saat tadi berangkat ke mini market.

Setelahnya, namja bersurai hitam itu bergegas untuk masuk kedalam rumahnya. Namun, setelah ia meletakkan payung miliknya di teras, Yoongi di buat terkejut dengan keberadaan seorang anak kecil, sangat kecil, meringkuk kedinginan di sisi teras rumahnya.

Anak itu duduk memeluk kedua lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana. Perlahan, Yoongi mendekati anak itu dan berjongkok di depannya.

"Hey, kau siapa?" tanya Yoongi pelan dan halus, tak mungkin ia berteriak.

Yoongi ini masih punya hati nurani, dan seketika anak itu mengangkat kepalanya.

Dari wajahnya, Yoongi bisa melihat gurat takut, sedih, dan lelah.

"A-aku Kookie." Jawab anak itu dengan sangat polos dan aksen khas anak anak yang baru saja bisa berbicara dengan lancar.

"Kenapa kau bisa ada disini? Mana orang tua mu Kookie?"

Bukannya menjawab, anak itu malah terisak dan membuat Yoongi panik.

"Y-ya jangan menangis, aduh, merepotkan sekali!

Kookie jangan menangis ya, namaku Yoongi, kau bisa panggil aku hyung, emm itu kalau kau mau!

Cup cup sudah jangan menangis lagi ya!"

Dengan kikuk Yoongi meraih tubuh kecil Jungkook dan memeluknya, menyalurkan rasa hangat dan nyaman disana. Yoongi sendiri bukan tipe orang yang memiliki sikap sebaik malaikat, selama ini sikapnya cenderung acuh, cuek, dan dingin.

"Aku sendilian, hiks,a-aku takut, hiks, aku mau ikut hyung!"

Namun melihat keadaan Jungkook seperti itu membuat hatinya hancur, seketika muncul dalam dirinya rasa ingin melindungi.

Mengingatkan Yoongi akan kenangan saat ia berada dalam situasi yang sama dengan Jungkook, sendirian dan ketakutan.

"Ssst, sudah ya jangan menangis! Ayo kita masuk, hujannya sangat deras nanti kau bisa sakit!"

Jungkook pun mengangguk pelan dan dengan tangan mungil nya yang masih menggenggam jari Yoongi, ia ikut dengan Yoongi masuk kedalam rumah. Setelah memastikan tidak ada yang tertinggal di luar, Yoongi menutup pintu rumahnya sembari memperhatikan keadaan sekitar. Setelah merasa yakin tidak menemukan sesuatu yang aneh, Yoongi menutup dan mengunci pintu rumahnya.

Yoongi menyadari jika badan Jungkook basah saat memeluk anak itu tadi, dan dengan sigap ia menyiapkan air hangat di kamar mandinya. Menata handuk dan mencarikan pakaian miliknya yang sekiranya cukup kecil dan tidak terlalu kebesaran untuk Jungkook.

Jungkook sendiri membawa sebuah tas ransel, saat Yoongi buka didalamnya terdapat beberapa pakaian yang basah karena ransel itu tidak tahan air dan barang barang lain entah apa itu. Yoongi berencana memeriksanya nanti, sekarang yang harus ia lakukan adalah memandikan Jungkook dan mengganti pakaiannya.

Dengan sangat cekatan Yoongi memandikan Jungkook yang bisa saja jatuh pingsan karena kedinginan, terlihat dari bibir anak itu yang sedikit membiru.

Yoongi pun terkesiap saat melihat banyak luka di sekujur tubuh Jungkook, demi Tuhan, anak ini masih terlalu kecil untuk menerima penyiksaan. Dalam hatinya Yoongi menyumpah serapahi siapa pun yang sudah melakukan kekerasan pada anak ini.

Selama di mandikan Jungkook hanya diam, sesekali mengucek mata dan menguap. Ah, ini sudah sangat malam, pasti anak ini mengantuk. Setelah memakaikan Jungkook baju miliknya yang tentu saja masih kebesaran, Yoongi membungkus tubuh anak itu dengan selimut hangat miliknya dan menggendongnya.

"Kookie?"

"Ne?" jawab anak itu setengah mengantuk.

"Tidur ya, kau pasti lelah! Jangan takut, hyung akan menjagamu!" Jungkook pun mengangguk dan meletakan kepala mungilnya di pundak Yoongi.

"Mommy hangat..." gumam Jungkook tak lama setelah ia tertidur dalam gendongan Yoongi.

Yoongi tersenyum, ah anak ini pasti mengigau, lalu Yoongi merebahkan anak itu di kasur miliknya, memeluknya, dan tak lama kemudian Jungkook benar benar terlelap.

Setelah memastikan anak itu tertidur, Yoongi pun turun perlahan dari ranjangnya dan mulai membuka ransel yang tadi sempat menjadi perhatiannya saat mencarikan baju untuk Jungkook.

Yoongi menemukan satu setel pakaian yang tadi sempat ia pegang dalam keadaan basah, lalu sebungkus roti, dan sebuah buku notebook kecil yang kelihatannya juga sedikit basah.

Dengan penasaran Yoongi membuka notebook itu dan menemukan sebuah surat yang terlipat, untung saja tidak basah. Ia pun membuka perlahan surat itu dan mulai membaca.

Nama : Jeon Jungkook

Usia : 3 tahun

Busan, 1 September 2012

Tolong jaga Jungkook dengan baik.

Suatu saat nanti saat keadaan sudah aman, aku akan datang untuk menjenguknya.

Ku mohon selamatkan adik ku, terimakasih.

-Jeon Wonwoo

Seketika Yoongi meletakan surat itu dan berlari keluar rumahnya meskipun hujan masih mengguyur deras. Melihat kesana kemari memastikan sesuatu, namun sayangnya Yoongi sama sekali tidak menemukan apapun.

Setelah memastikan nya sekali lagi, Yoongi pun memutuskan untuk kembali masuk kedalam rumah. Tanpa ia sadari seseorang yang sejak tadi mengawasi dirinya di sudut jalan tersenyum dan meninggalkan tempat itu dengan long coat nya yang basah.

.

Keesokan harinya ketika Jungkook bangun, Yoongi sudah menyiapkan sarapan untuk anak itu. Dan itu lah pertama kalinya Yoongi bangun pagi untuk membuat sarapan, karena biasanya ia akan sarapan pada siang hari. Yoongi merasa ia harus merubah kebiasaan buruknya itu, karena saat ini ia tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri, namun untuk Jungkook juga.

Yoongi sendiri heran mengapa ia menerima semuanya begitu saja, padahal jika ia tidak mau repot, ia bisa melaporkan kepada polisi. Atau pun menitipkan Jungkook di panti asuhan.

Namun hati kecilnya menolak, ia yakin jika Tuhan memang menitipkan Jungkook untuknya. Karena selama ini Yoongi selalu berdoa kepada Tuhan, ia ingin memiliki teman untuk hidup. Meskipun suatu saat nanti orang suruhan ibunya datang dan menemukannya, setidaknya ia memiliki waktu berharga yang bisa ia habiskan dengan orang yang ia sayangi.

"Kookie sudah bangun ya, ayo sarapan!"

Jungkook kecil hanya tersenyum sembari mengucek kedua matanya dan sesekali menguap. Setelah sampai di samping meja makan, Yoongi membantu Jungkook untuk naik keatas kursi yang sudah ia siapkan.

"Telimakacih Mommy!"

"Eh, kenapa Mommy, Jungkook harus memanggilku hyung!"

"Tapi hyung cantik cepelti Mommy~"

"Ah, terserah kau saja lah!"

"Telimakacih..."

Yoongi tersenyum gemas mendengarnya.

"Sama sama Kookie!"

Yoongi pun menata sarapan Jungkook.

"Kookie bisa makan sendiri atau mau di suapi?"

Jungkook memiringkan kepalanya dan tersenyum.

"Mau mau!"

"Ah kau ini menggemaskan sekali sih!"

Setelah suapan terakhir, Yoongi membersihkan sisa makanan di bibir Jungkook dengan tisyu. Tak lupa memberinya jus jeruk yang sudah ia siapkan.

"Kookie, hyung boleh bertanya sesuatu?" dan dijawab sebuah anggukan semangat dari Jungkook.

"Kenapa Kookie bisa ada di teras rumah hyung? Siapa yang mengantar Kookie?"

Sejenak Jungkook terlihat berpikir, sepertinya anak itu sedang mengingat ingat sesuatu.

"Kemalin Kookie cedang main cama Onu hyung, teluc Onu hyung lali lali takut. Onu hyung di pukul pukul cama ajuci, teluc appa talik Kookie. Cakit cekali hyung! Appa jahat cama Onu hyung cama Kookie juga! Teluc Kookie tidul kalena menangic! Caat banun Kookie cudah duduk di depan lumah Unggi hyung!"

(Kemarin Kookie sedang main sama Onu hyung, terus Onu hyung lari lari takut. Onu hyung di pukul pukul sama ahjusi, terus appa tarik Kookie. Sakit sekali hyung! Appa jahat sama Onu hyung cama Kookie juga! Terus Kookie tidur karena menangis! Saat bangun Kookie sudah duduk di depan rumah Unggi hyung)

Lalu anak itu pun tertunduk dan mulai terisak pelan membuat Yoongi terkesiap di buatnya.

"Kookie kenapa menangis?"

"Hiks... Kookie melepotkan ya? Maap ya hyung, hiks, Kookie janji jadi anak baik, hiks, Kookie tidak mau pulang, hiks Kookie mau cama hyung caja! Hiks, Kookie janji akan menulut!" Yoongi pun meraih Jungkook kedalam pelukannya.

"Kookie tidak merepotkan hyung! Jadi Kookie tidak usah minta maaf, hyung senang ada Kookie sekarang. Jadi hyung punya teman! Kookie boleh tinggal disini, hyung janji akan menjaga Kookie! Sudah ya jangan menangis!"

Hatinya menghangat seiring dengan tangisan Jungkook yang mulai berhenti dalam pelukannya, Yoongi berjanji pada dirinya sendiri, hingga kakak Jungkook datang, ia akan menjaganya.

.

.

[2017]

Yoongi sedang berada di ruang kerja yang terletak di bagian rumah paling belakang, ruangan itu menghadap langsung ke arah pantai. Rumah Yoongi memang terlihat sederhana jika di lihat dari depan, terlihat sama seperti rumah lain yang berada di perumahan pinggir pantai. Namun siapa sangka jika rumah itu memiliki tempat yang cukup luas, bahkan Yoongi sendiri mendesain ulang tempat yang dulu ia beli dengan harga yang cukup mahal itu.

Yoongi berprofesi sebagai seorang penulis, dan ia membutuhkan tempat yang tenang. Kebetulan sekali tempat pelariannya ini memiliki pemandangan yang cukup indah dan jauh dari kata ramai, dengan sedikit usaha dan biaya yang cukup mahal akhirnya ia mendapatkan rumah yang nyaman.

Pertama kali membeli rumah, Yoongi sama sekali tidak memikirkan jika ia akan merasa sangat kesepian dengan rumah seluas itu untuk di tinggali sendirian. Namun tanpa pikir panjang ia membeli rumah itu, dan sekarang ada Jungkook yang menemaninya. Yoongi percaya jika Tuhan sudah merencanakan hidupnya dengan baik. Disamping semua penderitaan yang telah ia alami selama ini.

Saat sedang fokus dengan tulisannya, Jungkook menarik narik ujung kaus yang ia kenakan.

"Ada apa Kookie? Apa kau lapar?" anak itu pun menggeleng.

"Bel nya berbunyi, saat Kookie lihat dari lubang pintu, ada Mingyu hyung!"

Yoongi mengerutkan dahinya heran, untuk apa Mingyu datang kerumahnya. Biasanya anak itu akan datang kerumah jika Yoongi meminta untuk di kirimkan ikan segar dari pelabuhan, tapi Yoongi sudah memintanya dua hari yang lalu dan belum memesan lagi.

"Baiklah, ayo kita buka pintunya, ku rasa Mingyu sudah menunggu lama!"

Jungkook hanya mengangguk dan mengekori Yoongi menuju pintu depan.

Mingyu adalah salah seorang teman yang sudah Yoongi anggap sebagai adiknya sendiri, mereka berkenalan saat pertama kali Yoongi datang ke pulau itu. Usia Mingyu lima tahun lebih muda dari Yoongi, meskipun dingin dan datar, Mingyu adalah orang yang sangat baik meskipun dingin. Mingyu bekerja sebagai pegawai di sebuah pabrik pelelangan ikan di pelabuhan, sudah sejak lama ia bekerja disana.

Yoongi meminta bantuan dirinya dan Mingyu merasa kasihan melihat Yoongi yang kebingungan saat baru pertama kali tiba di pulau itu. Awalnya Mingyu acuh dan menghiraukan Yoongi yang meminta bantuannya, namun saat melihat Yoongi yang keras kepala itu duduk sendirian selama satu hari di pelabuhan ia pun menyerah dan memutuskan untuk membantu Yoongi.

.

"Ada apa Gyu?" tanya Yoongi setelah membuka pintu.

Lagi lagi Yoongi mengerutkan dahinya heran melihat Mingyu tidak datang sendirian.

"Mmm, hyung, kenalkan ini temanku!"

"Annyeonghaseo, Park Jimin imnida!"

Pemuda yang memperkenalkan dirinya sebagai Park Jimin itu pun mengulurkan tangannya pada Yoongi sembari tersenyum.

Sejenak Yoongi tertegun melihat dengan jelas wajah Jimin.

Rasanya akrab sekaligus asing,

"Hyung!" suara Mingyu pun membuat Yoongi tersentak.

"Ah, ya, a-aku Min Yoongi!" jawabnya sembari menyambut uluran tangan Jimin.

"Jadi ada apa?" tanya Yoongi pada Mingyu, dan yang di tanya pun hanya memutar matanya malas.

"Tidak kah seharusnya kau menyuruh kami masuk? Kau tau hyung, cuaca saat ini sangatlah panas!" cibir Mingyu yang membuat Yoongi mendengus melihat tingkah nya.

"Maaf ya Kim Mingyu, aku lupa, baiklah silahkan masuk!" dan Yoongi pun mempersilahkan keduanya untuk masuk.

"Hay Mingyu hyung!" Mingyu tersenyum melihat bocah kecil yang kini menyembunyikan dirinya di belakang Yoongi.

"Hay Kookie!"

Saat mereka menuju tempat duduk, Jungkook terus saja memandangi Jimin. Membuat Jimin tersenyum, mungkin Jungkook heran dengan rambut pirang kecoklatan miliknya.

Yoongi merasa tau diri dan tak ingin di sindir lagi oleh Mingyu, hingga ia pun pergi ke dapur dan membawakan dua kaleng soda juga menyuruh Jungkook untuk membawa toples kue buatannya kemarin.

"Jadi?" tanya Yoongi lagi setelah ia duduk.

"Jimin hyung baru pindah dari Seoul, dan dia membutuhkan tempat tinggal. Aku sudah membantunya untuk mencari, tapi perumahan yang ia inginkan penuh!"

"Kau butuh tempat tinggal sementara atau permanen?" tanya Yoongi dan Mingyu pun melihat ke arah Jimin meminta pemuda itu untuk menjawabnya.

"Aku butuh rumah untuk ku tinggali secara permanen, karena aku sudah memutuskan untuk pindah ke pulau ini!"

"Pindah? Dari Seoul ke tempat ini?" tanya Yoongi heran dan di jawab anggukan bersahabat oleh Jimin.

"Maaf bukannya aku bermaksud untuk tidak sopan, tapi, orang bodoh mana yang mau jauh jauh pindah dari Seoul ke pulau kecil ini dan sama sekali belum memiliki persiapan!"

"Katakan itu pada dirimu sendiri hyung, kau bahkan lebih bodoh dan menyedihkan saat pertama kali datang ke pulau ini." Kali ini Mingyu yang menjawab dan Jimin hanya bisa tersenyum kikuk.

"Diam kau Kim Mingyu!" kali ini Yoongi dengan pandangan sinisnya pada Mingyu.

Jimin sendiri sedikit bingung dengan situasi yang ada, dan ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sebenarnya orangtuaku sudah mempersiapkan tempat tinggal, tapi aku sama sekali tidak cocok dengan tempatnya yang berada di bukit. Aku ingin memiliki tempat tinggal di pinggir pantai karena aku menyukai suasana nya dan... mungkin juga dengan itu aku akan bekerja dengan tenang karena aku suka dengan tempatnya. Jadi sementara barang barang ku ada di rumah lamaku yang sudah aku jual dan aku kesini untuk mencari rumah baru!"

"Memangnya apa pekerjaanmu Jimin~shi?"

"Aku pelukis..."

Yoongi terlihat berpikir, sejujurnya banyak hal yang mengganggu pikirannya setelah melihat Jimin. Seperti pernah melihat di suatu tempat, tapi dimana?

"Bagaimana hyung? Apa masih ada rumah yang kosong di sekitar sini?"

"Seingat ku semua nya sudah penuh, dan rumah terakhir yang kosong sudah di beli setahun lalu. Ku rasa kau harus membatalkan untuk menjual rumah lama mu itu Jimin~shi!"

"Hmm, ku rasa agak sulit...

Aku sudah terlanjur menerima uangnya kemarin, dan hanya memiliki waktu dua hari sebelum orang yang membeli rumahku pindah kesana."

"Hyung apa tidak ada rumah lain yang bisa di sewa? Sebenarnya aku dan Jimin hyung sudah berputar putar sejak tadi pagi, karena sudah lelah makanya kau mengajak dia kesini. Berharap kau bisa membantu nya!"

Yoongi mengerutkan dahi nya samar, kenapa dia jadi ikut ikutan pusing. Padahal itu semua masalah Jimin kan, orang yang bahkan baru ia temui beberapa menit ini. Namun Yoongi juga merasa iba melihat nya, entahlah, sejak mengurus Jungkook, sikap acuh Yoongi mulai terkikis sedikit demi sedikit.

"Ahjussi kan bisa tinggal di sini Mommy! Kita punya kamar yang banyak sekali, tapi selalu kosong karena kita hanya berdua kan?"

Oh, kita melupakan eksistensi si kecil Jungkook yang sedari tadi diacuhkan ketiga orang dewasa disana.

Dan dalam hati Yoongi mengumpati 'anak' kesayangannya itu.

"Wah, ide yang bagus Kookie. Hyung kau bisa menyewakan kamar untuk Jimin hyung, lagi pula rumah ini sangat luas kan, tak masalah jika Jimin hyung tinggal disini! Lagi pula hanya menyewakan saja, sampai Jimin hyung mendapatkan rumah!"

Mingyu mulai cerewet sekarang, dan Yoongi tidak pernah suka itu.

"Andwe! Aku tidak suka ada orang asing tinggal dengan ku, lagi pula aku tidak mengenal dia!"

Yoongi tidak pernah suka orang asing, Jungkook dan Mingyu adalah pengecualian.

"Ah, jika Yoongi~shi keberatan aku tidak apa apa. Mungkin aku akan menyewa tempat lain saja Mingyu!"

"Ya Tuhan Jimin hyung, aku sudah lelah berputar putar. Kau tau sendiri tidak ada yang menyewakan rumahnya kan! Yoongi hyung ku mohon kali ini saja bantu aku, ah ani, bantu kami! Ku jamin Jimin hyung ini orang baik! Jika dia macam macam aku yang akan bertanggung jawab!"

Mingyu dengan mode merengek seperti saat ini sangatlah menyebalkan menurut Yoongi, tiga tahun mengenal anak itu Yoongi sudah hafal dengan sikapnya. Meskipun terlihat dingin dan acuh seperti dirinya, tapi Mingyu memiliki sisi menggelikan dan bisa sangat cerewet sekaligus menyebalkan seperti saat ini.

"Ayolah hyung~~~

Kalau kau menerimanya aku akan bawakan ikan tuna segar gratis minggu depan!"

"Yeay tuna, Mommy ikan tuna!" seru Jungkook senang.

Mingyu tak bersungguh sungguh, Yoongi tau itu. Jika benar anak itu membawakannya ikan tuna, besar kemungkinan Jimin yang membelinya. Mingyu itu terlalu pelit.

"Mingyu sudahlah, maaf Yoongi~shi sudah merepotkan."

Jujur saja Jimin jadi tidak enak melihat Mingyu memaksa Yoongi.

"Yoongi hyung kau tega sekali!"-Mingyu

"Ayolah Mommy, ahjussi rambut es krim kan baik! Ajussi bisa jadi teman Kookie nanti!"-Jungkook.

Mingyu terkikik geli mendengar panggilan Jungkook untuk Jimin, ahjussi 'rambut es krim'.

Sejenak Yoongi berpikir, ya, mungkin tidak ada salahnya jika ia menerima orang lain di rumah ini. Lagi pula Jimin akan membayar uang sewa nya kan, lumayan menguntungkan di saat kebutuhan dirinya dan Jungkook mulai bertambah.

"Huft...

Baiklah, Jimin~shi bisa tinggal disini. Tapi dengan syarat aku yang menentukan harga uang sewa dan peraturan di rumah ini!"

"Kau serius hyung?"

Sungguh Yoongi ingin sekali memukul kepala Mingyu.

"Aku serius Mingyu!"

Jimin pun tersenyum lega, setidaknya ia tidak harus berputar putar lagi mencari tempat tinggal.

"Terimakasih Yoongi~shi, aku janji tidak akan lama. Setelah menemukan rumah aku akan segera pindah dari sini! Sekali lagi terimakasih!"

"YEAY AHJUSSI RAMBUT ES KRIM TINGGAL DISINI!" seru Jungkook sambil berputar putar senang.

Entah mengapa Yoongi melihat Jungkook begitu bahagia, dan saat ia melihat ke arah Jimin, namja itu masih tersenyum padanya.

Akan kah semuanya baik baik saja? Apakah tidak apa apa menerima orang asing di rumah ini?

Tenang Min Yoongi, hanya untuk sementara saja, ya hanya untuk sementara...

.

.

Hari kepindahan Jimin ke rumah Yoongi pun tiba, dan Jungkook dengan sangat bersemangat menunggu 'teman barunya' itu di teras. Di temani oleh Yoongi dan Mingyu yang sejak tadi pagi sudah menyambangi kediamannya.

"Kapan kau mengenal Jimin?"

Pertanyaan Yoongi pun menghentikan acara minum teh Mingyu.

"Dua minggu lalu saat dia membeli ikan, dan dia menjadi langganan tetap, orangnya sangat ramah. Kami berteman karena dia selalu mengajak ku mengobrol, yeah, setidaknya dia lebih menyenangkan daripada dirimu huyng."

Dan satu pukulan kecil mendarat di kepala Mingyu.

"Auuu, yak hyung sakit! Aku hanya mencoba jujur!"

"Huh, terserah."

"Saat dia meminta tolong padaku, aku langsung mau menolongnya. Dia orang baik, dan kau harus memanggilnya hyung karena dia lebih tua dari mu Yoongi hyung!"

Obrolan mereka terhenti saat sebuah truk berhenti di depan, tak lama sebuah mobil sedan terparkir tak jauh dari truk itu. Yoongi mengernyit heran, namun rasa penasarannya hilang saat melihat Jimin turun dari mobil itu seorang diri.

Dengan hanya mengenakan kaus dan celana selutut, Jimin terlihat sangat tampan. Yoongi akui itu, tubuhnya bahkan Pria sekali. Jimin sangat tau cara untuk menyesuaikan diri di lingkungan barunya ini, dan membuat seorang Min Yoongi memberi nilai plus disana.

Yoongi seorang gay, tentu saja ia tertarik dengan pemandangan yang ada.

"Kaus nya bisa berlubang jika kau menatapnya setajam itu hyung!"

Katakan saja Kim Mingyu itu gemar menyiksa diri, sudah tau jika Yoongi sangat sensitif dan galak, masih saja ia berani menggodanya.

"Kepala mu yang akan aku lubangi Gyu!" dan hanya di balas kekehan oleh Mingyu.

Jimin terlihat mengarahkan beberapa orang yang memakai seragam jasa pindahan itu, dan Mingyu dengan Jungkook dalam gendongannya menghampiri dirinya.

"Hay Gyu, Hay Kookie!" sapa Jimin yang tak pernah bosan tersenyum, tak lupa mengusak pelan kepala Jungkook yang kini tengah tertawa dalam gendongan Mingyu.

"Sudah semua hyung?"

"Ya, barang barang ku hanya ini. Dan, Yoongi sudah setuju jika aku memakai garasinya. Tapi aku tidak bilang jika aku akan membawa mobil, apa itu oke?" Mingyu menyeringai tipis.

"Tak apa, lagi pula Yoongi hyung tak pernah menyimpan apa pun dalam garasinya! Dia terlalu pelit untuk sekedar membeli kendaraan, sekali pun itu hanya sepeda! Mommy sangat pelit ya Kookie?"

"Ya ya ya, sangat pelit, hahaha, tapi tidak sama Kookie kok hyung. Mommy baik!"

Jimin dan Mingyu hanya terkekeh melihat tingkah Jungkook.

"Membicarakanku? Ku harap kau tidak meracuni otak Jungkook, jika iya kau hanya tinggal nama besok!"

"Uh, galak sekali! Jimin hyung, kau harus terbiasa dengan sikap diktatornya!"

Sebuah cubitan pun mampir di lengan Mingyu.

"Aku tak akan galak jika kau tidak menyebalkan! Sudah ayo masuk, udaranya semakin panas!"

Yoongi pun mengambil alih Jungkook dari Mingyu dan membawa 'anaknya' yang semakin berat itu masuk, meninggalkan kedua pemuda itu yang masih setia di tempatnya.

"Dia banyak berubah Gyu!"

"Berubah menjadi semakin baik...

Ku harap kau berhasil hyung, dan menyelesaikan semuanya!"

Jimin menautkan alisnya lalu tertawa pelan.

"Bertahanlah sebentar lagi Gyu,

aku janji,

sebentar lagi!"

Mingyu tau itu, Jimin akan menyelesaikan semuanya. Sedikit lagi, maka penantian mereka semua akan terbayar, dan roda yang semula berhenti di bawah akan merangkak naik keatas.

"Aku selalu percaya padamu hyung!

Tapi kau juga harus bertahan, jangan sampai Yoongi hyung mengandung anakmu!"

Mingyu tertawa sangat keras melihat wajah kesal Jimin.

"Ku rasa Yoongi benar, kau ini sangat menyebalkan!"

.

.

.

.

.

.

.

TBC/DELETE?

.

.

.

.

Adakah yang beminat dengan kelanjutan ff ini?

Silahkan di jawab di kotak review ya ^^

.

.

.

withloveJeonukim