MAPS

Sebuah fanfiction oleh Sugasugababy untuk sahabat-sahabat yang dicintainya, IRMAGINATION, KASPERR, DAN GANTOSCI

CAST

PARK JIMIN

MIN YOONGI

KIM NAMJOON

JEON JUNGKOOK

KIM TAEHYUNG

JUNG HOSEOK

KIM SEOKJIN

Note :

Ini adalah cerita GS!uke. Sudah diberi warning loh, jangan bilang tante nggak peringatin kalian

.

.

.

.

.

I was there for you

In your darkest times

I was there for you

In your darkest night

[Maroon 5 – Maps]

Seoul, kota yang tidak pernah tidur. Jimin menyukai segala sesuatu yang ada di sini, pekerjaan, lingkungan, dan bahkan hey, Jimin punya sepasang beagle dalam bentuk manusia yang dijadikan sahabat. Semua terasa menyenangkan. Tapi ini bukanlah negara kelahirannya. Jimin bukanlah warga pribumi. Merantau demi pendidikan yang lebih baik dan punya kemandirian adalah tujuannya. Jimin lebih suka menganggap dirinya seorang yatim piatu. Orang tuanya bercerai dan meninggalkannya bersama nenek ketika Jimin berumur 6 tahun. Mamanya menikah lagi dan tinggal di Amerika tanpa sekalipun menelepon Jimin untuk sekedar bertanya kabar. Sedangkan papanya, Jimin yakin sekarang pun sedang bersenang – senang dengan penelitian tentang laba – laba beracunnya di Australia. Tapi sepertinya nenek pun tidak bisa menemaninya lebih lama. Beliau meninggal ketika usia Jimin yang baru ke sembilan belas. Tepat seminggu sebelum pengumuman kelulusan dan pemberitahuan tentang beasiswa yang Jimin dapatkan di Korea.

Kau tau rasanya ditinggalkan oleh satu – satunya orang yang mencintai dan peduli kepadamu ? Seperti mati. Jimin bahkan sudah tidak ingin hidup lagi. Mama dan Papa pun tidak datang di hari Jimin memakamkan nenek. Jimin sudah mengirimkan surat elektronik kepada mereka berdua karena Jimin berfikir mereka mau membawa Jimin untuk tinggal bersama salah satu dari mereka. Jimin tidak keberatan dengan Amerika maupun Australia, dia pikir itu sama saja. Tapi nyatanya, mereka bahkan tidak membalas pesan yang Jimin kirimkan. Katakan bahwa Jimin naïf, karena masih mengharapkan orang tuanya.

Semenjak kematian nenek, Jimin sadar, orang yang menikah karena saling mencintai satu sama lain dan bercerai karena cinta itu sudah hilang dan membuang buah hati mereka adalah iblis. Orang tua Jimin salah satunya. Menikah adalah kosakata yang sudah Jimin hapus dalam kamus hidupnya.

Semua berkat Kim Namjoon, sehingga Jimin bisa hidup nyaman dan dapat menamatkan pendidikannya di Korea, terima kasih untukmu manusia yang sok sekali berbicara dengan bahasa inggris.

Kim Namjoon adalah kenalan nenek Jimin di Jepang. Dulunya dia tinggal di kampung yang sama dengan Jimin dan neneknya. Orang tua Namjoon adalah tuan tanah dan punya perkebunan yang sangat luas. Dia pun menuntut ilmu di tempat yang sama dengan Jimin. Hanya berbeda 3 tahun dengan Namjoon yang lebih senior. Dia banyak membantu Jimin selama Jimin hidup di Korea. Jimin tidak akan pernah melupakan jasa – jasanya kelak.

Namanya Jimin, Park Jimin. Jimin berasal dari Jepang. Jangan tanyakan alasan kenapa Jimin rela terbang melintasi jarak yang jauh karena Jimin sudah memberitahukan semuanya kepada kalian sebelumnya.

Jeon Jungkook dan Kim Taehyung adalah pasangan kekasih yang merangkap part time sebagai teman hidupnya selama Jimin berada di Korea. Jimin menyayangi kedua makhluk ababil tersebut. Mereka berteman semenjak semester pertama di perkuliahan, Jimin dan Jungkook sama – sama mengambil ilmu manajemen karena cita cita Jimin yang ingin bekerja di kantor yang mempunyai pendingin ruangan, bukan bekerja memilah – milah ikan kering seperti yang Jimin dan nenek dulu lakukan di Jepang. Taehyung selalu tertawa dengan alasan yang Jimin kemukakan kepadanya. Sedangkan Taehyung, sama seperti Namjoon tentu saja mengambil ilmu bisnis. Semenjak kelulusan 2 tahun lalu dan hubungan yang berjalan 5 tahun, Taehyung dan Jungkook masih menunjukan kemesraan yang kadang – kadang membuat Jimin mual. Mereka sangat serasi dan sempurna, Jimin sering iri karenanya.

Apa kau menganggap kalau Jimin ini sangat jelek sehingga tidak mempunyai pasangan? Hey, jangan bercanda, walaupun Jimin tidak secantik Jeon Jihyun tapi Jimin yakin Jimin bisa membuat namja tertarik. Oh ya, baginya namja hanyalah segumpal daging berotak dangkal, vagina, paha dan payudara adalah hal yang sangat disukai mereka. Taehyung juga, untuk Namjoon, karena Jimin sudah menganggapnya sebagai saudara, tentu saja Jimin tidak akan menggunakan istilah ini kepadanya. Jimin sering membahas itu dengan Jungkook. Tapi kumohon, jangan beritahu namja yang suka merusakkan barang itu okay ? Atau Jimin akan ngambek pada kalian.

Jimin memang lebih suka sendiri. Hidup sebagai wanita karier, mempunyai penghasilan yang cukup untuk angsuran rumah dan kendaraan. Setelah dikurangi untuk kebutuhan bulanan dan bersenang – senang dengan Jungkook, memang hanya sedikti yang bisa ia tabung, tapi tak apalah sedikit sedikit lama lama jadi banyak kan ?

Mereka bertiga, Jimin, Taehyung dan Jungkook bekerja di tempat yang sama. Terima kasih kepada Taehyung karena dia sudah lebih dulu bekerja di sana dan mampu mempengaruhi manager personalia untuk mempertimbangkan Jimin dan Jungkook. Dengan sedikit dibumbui tentu saja, Jimin dan Jungkook mampu masuk dengan mudah.

Sedangkan Namjoon memilih jalan yang lain. Dia bekerja untuk sebuah perusahaan investasi terkemuka di negara ini. Bosan melihat tingkah absurd Taehyung kilahnya. Tapi, dalam hati Jimin paham apa yang Namjoon pikirkan, dia ingin memulai sesuatu yang baru, dan lagipun Namjoon sangat terampil dan cocok untuk belajar menangani investor yang datang ke perusahannya dan punya ide ide cemerlang untuk segera melipat gandakan uang mereka dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

Lihat, baru beberapa tahun saja Namjoon sudah dipercaya untuk bertemu klien alih alih duduk di kantor menghitung angka-angka sialan yang seolah tidak pernah ada habisnya.

Awalnya, Namjoon setengah memaksa agar Jimin tinggal di apartemen yang sudah dibeli Namjoon dan siap mengantar jemput Jimin dari apartemen ke kantor ketika Jimin mulai bekerja, tapi karena Jimin merasa sudah banyak merepotkan Namjoon, Jimin menolak dengan dalih Jimin ingin menyewa apartmen kecil yang dekat dengan kantor sebelum memikirkan untuk mulai mengangsur rumah dan mencari kawasan yang tidak terlalu bising dan nyaman ditinggali. Lagipula Jimin lebih suka tinggal sendiri, selain karena privasi Jimin tidak terlalu nyaman untuk tinggal dengan lelaki tampan yang "panas".

Ya kalian tidak salah baca kok, Namjoon itu tampan kalau saja dia memberikan sedikit senyum pada wajah stoic nya. Dia bukannya judes, hanya kurang pandai tersenyum seperti Taehyung saja.


Jimin terbangun karena jam beker sialan itu. Hell, Jimin bahkan baru tidur 4 jam, Jimin harus pulang terlambat karena managernya yang seorang penjilat itu memaksa Jimin harus segera menyelesaikan laporan perencanaan pembukaan departemen store baru di wilayah Incheon. Bahkan dia tidak membantu apapun dan mengancamnya akan dipindah tugaskan ke lapangan sekiranya Jimin tidak dapat menyelesaikan apa yang dia minta.

Semua karena hari ini ada direktur baru yang akan menggantikan Mr. Min yang sudah sepuh. Gosip yang beredar bahwa penggantinya adalah anak lelaki satu-satunya yang sudah lama belajar bisnis dan tinggal di Amerika. Jimin tidak pernah habis pikir, kenapa dia susah-susah kembali ke sini kalau dia sudah di Amerika, tidak usah kembali saja sekalian. Oh, maaf, Jimin agak tidak nyaman kalau ada tema Amerika yang dibicarakan. Kau tau, bahkan dia tidak berniat kembali dari sana setelah menikah, sehebat itu kah Amerika ?

Dan tentu saja, atasannya yang bermuka dua ini sangat ingin dipuji di depan direktur baru oleh Mr. Min. Syukur – syukur naik gaji, atau promosi jabatan yang lebih tinggi.

Jimin hanya sempat minum air putih dan memakan roti tawar tanpa selai, TANPA SELAI, karena Jimin sangat terburu – buru. Jimin tidak ingin terlambat, dan Jimin tidak ingin dipindah tugaskan ke Incheon nantinya sebagai mandor untuk para pekerja bangunan yang membangun departemen store.

Jimin segera mengunci pintu dan lari ke halaman menuju mobilnya, segera men-starter dan tancap gas kearah kantor, menembus jalanan pagi kota Seoul yang sangat dingin dan bersalju. Jimin tentu harus berhati – hati. Jimin tidak terlalu ngebut karena jalanan lumayan lancar. Jimin menyalakan radio dan kebetulan sedang memutar lagu favorit Jimin, dia menyetir sambil bersenandung untuk menghilangkan kantuk, pikirnya.

Tapi kenapa jalan di depan berkerumun orang. Ada apa ini, Jimin sempat deg – degan karena takut terlambat, tiba – tiba seseorang berlari mencegat kearah kaca depan mobilnya sambil, berteriak meminta pertolongan untuk membawa korban yang terlihat memakai seragam sekolah untuk segera ke rumah sakit. Jimin menduga ini adalah tragedi tabrak lari. Jimin sempat menimbang, jika Jimin terlambat, maka Jimin mulai bulan depan akan menjadi pekerja lapangan, tapi melihat anak itu penuh darah, ahh… Persetan dengan dipindah tugaskan. Jimin tidak bisa membiarkan anak ini mati sia – sia di tengah kerumunan orang yang bahkan hanya menonton. Kenapa orang – orang ini, berfikir ini tontonan menarik ? Hanya berdiam dan menonton saja. Dasar manusia tidak berperasaan.

Jimin segera turun dari mobil dan membuka pintu belakang. Dan para patung-patung tadi tanpa ada satupun yang berniat mengangkat bocah ini ke dalam mobilnya.

"Jebal, tolong kami untuk mengangkat anak ini!" Jimin berteriak.

Masih termenung di tempat, akhirnya Jimin dan kelihatannya teman si bocah karena sama-sama memakai seragam itu yang mengangkat korban.

Tanpa bantuan.

Kemeja kesukaannya yang berwarna kuning gading pun terkena darah, tapi Jimin tidak sempat memikirkan hal selain membawa anak ini ke rumah sakit.


Seusai si korban mendapat perawatan, Jimin dan teman bocah yang sekarang ada di ruang emergency menunggu di ruang tunggu, untunglah mereka tidak terlambat membawa korban, walaupun kehilangan banyak darah tapi dia selamat.

"Noona, terimakasih sudah mau membantu menyelamatkan temanku, aku sangat kebingunan tadi karena tidak ada satu orang pun yang mau membantu walaupun aku sudah sangat memohon, maafkan aku juga karena tadi mengagetkan noona, dan membuat noona hampir menabrak ku"

Jimin mengelus puncak kepalanya dengan lembut, "tidak apa apa, noona senang dapat membantumu, jangan bersedih seperti itu, siapa namamu ?"

"Namaku Boo Seungkwan noona. Oh ya, boleh kah aku meminjam ponsel noona untuk menelepon orang tua ku dan orang tua Jihoon ?"

"Siapa Jihoon ?" Tanya Jimin heran

"Dia" sambil menunjuk ruang perawatan. Dan Jimin ber oh ria.

Jimin menyerahkan ponselnya kepada Seungkwan, sembari mendengarkan dia menelepon Jimin teringat orang tuanya sendiri. Akan kah bila Jimin kecelakaan mereka akan datang ? Akan kah bila Jimin sakit mereka mau menengok nya ? Sebelum mengharapkan terlalu jauh Jimin cepat cepat membuang pikiran itu. Karena Jimin tau, Jimin mati pun mereka tidak akan peduli.

Seungkwan menyerahkan ponselnya ketika selesai menghubungi orang tuanya dan orang tua Jihoon.

"Noona ada beberapa pesan dan panggilan tak terjawab."

Oh My God, Jimin lupa akan betapa pentingnya hari ini datang tepat waktu, setelah berpamitan dengan Seungkwan Jimin segera berlari menuju pelataran rumah sakit. Jimin bahkan tidak memperdulikan penampilannya lagi.

Tanpa sekalipun melirik ponsel, Jimin segera melajukan mobil dalam kecepatan tinggi, untungnya rumah sakit ini tidak begitu jauh dari kawasan perkantoran tempat Jimin bekerja. Sekarang Jimin mulai takut bila dia benar-benar dipindahkan, yang benar saja. Jimin harus meninggalkan pekerjaan yang begitu dia impikan hanya untuk mengawasi para pekerja mengaduk pasir bercampur semen ? BIG NO.

Sesampai di basemen Jimin segera berlari menuju lift. Untunglah ada lift yang akan naik, dia tekan angka 7, lantai dimana mejanya ada disana. Setelah keluar lift Jimin terburu – buru menuju mejanya, tanpa tau apa yang orang – orang lihat tentang penampilan Jimin yang berantakan.

"Ya mochi gendut! kenapa kau terlambat? Tumben sekali? Dan ya! kenapa bajumu berlumuran darah? Apa yang terjadi? Katakan padaku Jimin. Katakan kenapa di bajumu ada darah begitu? Katakan!"

Oh Jimin lupa memberitahukan kalian kalau Jeon-cerewet-Jungkook duduk di depannya. Diberondong pertanyaan yang panjang Jimin tidak menghiraukannya.

"Apa rapat sudah mulai? Apa direktur baru sudah datang?" Tanya Jimin cepat setelah menyiapkan bahan rapat perencanaan pembukaan departemen store baru.

"Yup, rapat dimulai tiga puluh menit yang lalu, dan kau terlambat sekitar" Jungkook melirik jam tangannya " satu jam."

Bahkan Jimin tidak peduli berapa lama Jimin terlambat. Jimin segera berlari menuju ruang rapat tanpa mempedulikan penampilan. Yang penting tidak dipindahkan, batin Jimin.

"Mochi gendut, bersihkan dulu pakaianmu"

Jimin hanya mendengar sayup-sayup suara Jungkook, sama sekali tidak berniat untuk mendengarkan, apalagi menjawab.


Jimin mengetuk pintu dengan tangan gemetar, dia membuka pintu dan Jimin berpikir tampaknya dia benar – benar akan tamat kali ini. Di ruang rapat sudah ada Mr. Min dan dan para eksekutif dan manager yang berkumpul, termasuk manager tukang jilat di ujung sana.

Jimin tidak tau jika akan terlalu banyak orang penting disini. Sekarang Jimin benar – benar mengkhawatirkan penampilannya. Apa yang dikatakan Mr. Min bila melihat penampilan Jimin awut – awutan dan tidak tertata seperti ini. Sepertinya Jimin sudah harus membereskan meja dan menjadi tukang aduk semen.

"Oh, Park Jimin, silakan masuk, kami tengah menunggu laporan yang kau bawa, dan ada apa dengan baju mu ? Kenapa ada banyak darah ? Apakah kau mengalami kecelakaan sehingga kau terlambat ?" Cecar Mr. Min yang sepertinya kaget melihat penampilan Jimin sementara managernya hanya melotot tidak suka karena sepertinya Jimin mengacaukan mimpi di siang bolongnya.

"Se..Sebenarnya tadi ada insiden tabrak lari, dan saya menolong membawa korban ke rumah sakit, maafkan saya karena terlambat dalam rapat dan lalai dengan penampilan saya. Maafkan saya sajangnim, maafkan saya." Sambil membungkukan badan Jimin terus meminta maaf.

"Tidak apa apa Park Jimin, silakan duduk." Titah Mr. Min

Jimin duduk di sebelah managernya, meletakan bahan rapat diatas meja. Dan Jimin baru sadar ada orang asing yang duduk di seberang meja. Apakah dia direktur baru itu.

"Park Jimin, karena kau terlambat datang dan belum mengenal direktur penggantiku yang baru, maka aku akan memperkenalkan sekali lagi kepadamu, ini adalah Min Yoongi direktur baru Min Corporation yang akan menggantikan posisiku karena usiaku yang tidak muda lagi, maka dari itu sekarang dia adalah atasan mu yang baru, mohon bantulah dia dalam mengenal perusahaan ini."

Apa Jimin tidak salah dengar. Orang di sana itu anaknya ? Anak tunggal Min Kyung Hoon yang bahkan di usia senja nya masih tampan. Bahkan dia terlihat lebih dingin dan datar dari Namjoon. Dibandingkan Namjoon, dia itu tidak lebih dari muka datar pucat.

"Nde sajangnim, saya akan membantu dan menolong Min Yoongi sajangnim dengan sekuat tenaga saya."

Dan Jimin tidak akan menceritakan tentang rapat ini karena Jimin pun tidak tertarik. Seperti biasa manager penjilat pun menjalankan aksinya dan memuji kalau pekerjaan yang sangat tepat waktu ini adalah hasil kerja keras dan usahanya.

Kerja keras pantatku. Gumam Jimin dalam hati.

Akhirnya rapat selesai juga. Jimin berjalan lunglai menuju mejanya setelah Jimin mengganti pakaian, terima kasih kepada Jungkook yang membawa baju ganti. Jimin sungguh lelah dengan apa yang terjadi hari ini, Jimin berniat langsung pulang dan tidur. Pokoknya malam ini Jimin akan beristirahat.

"Direktur baru itu tampan ya ?" Jungkook membuka suara. Jimin memutar bola matanya malas.

"Tampan ? Kau sebut jenis seperti itu tampan. Kau sudah punya Taehyung kalau kau lupa." Jimin akhirnya membuka suara

"Aku sama sekali tidak lupa Jimin sayang, aku hanya sedang memberitahumu ada pria single panas yang berada di lingkungan kerja kita. aku terlalu kasian kepadamu. Hanya Taehyung dan Namjoon, laki – laki yang kau kenal selama ini. Aku sungguh prihatin." Kata Jungkook sok drama

"Tau dari mana kalau dia single?" Tanpa mengalihkan pandangan dari working paper yang bejibun di mejanya, Jimin bertanya.

"Banyak yang sudah menggosipkannya. Aku dengar dari para wanita yang tadi membicarakannya ketika aku di toilet, jangan buang kesempatan ini Jimin-ah. Kau harus mendapatkannya. Aku sedih melihat status jomblo mu."

"TER-SE-RAH"

"Nanti malam kau ada acara Mochi ?"

"Tidak, tapi aku berniat tidur lebih awal, kau tau si gendut itu membuat ku bekerja hingga pukul 2 pagi tadi malam, dan aku hanya dapat tidur 4 jam."

"Jadi kau kemarin pulang lambat ?"

"Yup, dan maaf untuk tawaranmu malam ini aku tidak bisa."

"Tidak apa – apa Mochi, beristirahatlah."

"Next time okay, we can hang out together with Taehyung and Namjoon."

"Call."


Jimin mematikan komputernya, akhirnya pekerjaan hari ini dapat dia selesaikan. Untuk laporan minggu depan masih Jimin tunda sementara supervisor lapangan menyerahkan laporannya kepada Jimin. Jungkook sudah pulang dari tadi. Jimin membereskan meja dan mengambil tasnya. Ah senangnya akhirnya Jimin akan segera mencium bantal dan memeluknya semalaman.

Sampai lagu Maroon 5 mengalun mesra menandakan ada panggilan telepon untuknya. Jimin melihat nama pemanggil di layar, ternyata Namjoon yang menelepon. Sudah sekitar 2 minggu ini mereka tidak bertemu ataupun bertegur sapa lewat telepon, hanya mengirim pesan singkat.

Dia sibuk.

Menyebalkan.

"Yoboseo"

"Yoboseo, Jiminie kau sudah pulang ?"

"Belum oppa, Aku baru akan pulang, ada apa ?"

"Aku sedang dalam perjalanan menuju rumahmu dan berbelanja banyak bahan masakan, Aku ingin sekali makan masakanmu malam ini. Boleh kah ?"

Oh come on, Jimin tidak dapat menolak permintaan Namjoon. Dia itu seperti oppa dan orang tua pengganti bagi Jimin.

"Tentu saja oppa, Jimin akan segera pulang. Kita bertemu di rumah okay."

"Okay, aku akan tutup telepon. Bye "

"Bye"

Pip

Jimin bergegas pulang. Bernyanyi kecil menuju basemen. Rasa kantuk dan penat seketika hilang setelah mendapat telepon dari Namjoon. Dia selalu berubah menjadi bayi besar kalau sudah meminta untuk membuatkannya makan. Dan selain itu, pasti ada masalah di kantornya. Selalu seperti ini. Setiap ada masalah yang datang, seolah – olah masakan Jimin adalah obat yang mujarab bagi Namjoon.

Jimin memasuki pelataran rumah mungilnya dan menemukan mobil hitam Namjoon terparkir dengan apik, walaupun rumahnya kecil tapi halamannya cukup luas. Karena sebenarnya Jimin sangat menyukai rumah berhalaman luas. Untunglah Jimin dapat memiliki rumah ini walaupun angsurannya masih lama sekali untuk lunas.

Menyedihkan sekali.

Pintu depan tidak terkunci dan Jimin langsung masuk mencari keberadaan Namjoon.

"Oppa, dimana ?" Jimin berteriak. Tapi Namjoon tidak menjawab. Terdengar suara gemericik air dari kamar mandi. Jimin tersenyum. Namjoon pasti lelah sekali sehingga dia langsung memutuskan untuk mandi.

Jimin berjalan menuju meja dapur, melihat bungkusan plastik besar bertuliskan salah satu swalayan dekat kantor Namjoon yang Jimin yakini ini adalah milik Namjoon. Ternyata dia membeli daging, jamur, jagung, bawang, dan beberapa bumbu lain. Jimin berpikir sejenak akan memasak apa untuk Namjoon. Namjoon sangat suka sup Jagung. Jimin berpikir untuk memasakan sup jagung untuk Namjoon saja kalau begitu. Tumis jamur dan kornet daging. Membayangkan Namjoon makan dengan lahap sungguh sangat menyenangkan bagi Jimin.

Sembari menunggu Namjoon selesai mandi, Jimin mulai mengolah bahan satu persatu. Menyisir jagung, merebus air, menumbuk bumbu. Ini sangat menyenangkan. Jimin terkikik ketika membayangkan Jimin adalah seorang istri yang sedang menyiapkan makan malam. Tapi tiba – tiba Jimin teringat orang tuanya yang bercerai, Jimin cepat – cepat menghapus khayalan tentang pernikahan.

Jimin bersenandung menyanyikan lagu – lagu yang ia sukai, tanpa sadar ada sepasang tangan kekar yang memeluk Jimin dari belakang. Jimin kaget sampai berjingkat kecil karena tangan itu masih terasa dingin.

Rupanya Namjoon mandi air dingin di hari yang sedingin ini. Manusia aneh.

"Kau sedang masak apa Jiminie ?" Dia bertanya tanpa sedikitpun melepas lingkaran tangannya dari perut datar Jimin.

"Oppa, bisa kau lepaskan dulu tanganmu, aku sedang memasak, akan susah nanti."

"Tidak mau, sebelum kau menjawab pertanyaan ku." Namjoon meletakan ujung dagunya di atas pucuk kepala Jimin. Kalian sudah ku beritahu belum kalau Jimin itu pendek ?

"Aku masak sup jagung karena oppa membeli jagung, dan aku tau oppa menyukainya. Tumis jamur. Dan kornet daging. Sementara Jimin masak bisakah oppa duduk manis dulu ?"

"Tapi oppa masih merindukan mocha manis ini. Akhir – akhir ini aku sibuk sehingga tidak dapat menemui mu. Maafkan oppa, Jiminie."

"Tidak apa oppa. Aku paham dan mengerti kalau oppa sibuk. Dan aku tidak masalah dengan itu. Sekarang cepat duduk atau oppa akan aku akan memukul dengan sendok sup ini."

Namjoon tertawa mendengar ancaman Jimin.

"Oke. Oke. Mochi manisku ternyata sudah berubah menjadi mochi yang galak. " Jimin menggembungkan pipinya sebal. Namjoon terkekeh lalu melepaskan pelukannya. Jantung Jimin seakan akan meledak saat ini. Walaupun sudah lama mengenal Namjoon, tetap saja Jimin merasa nervous kalau berdekatan dengannya.

Maafkan Jimin sebelumnya karena tidak memberitahukan kepada kalian tentang ini. Karena Jimin berfikir ini hal yang biasa saja. Namjoon mengunjungi orang yang sudah dianggap sebagai adiknya, menginap di rumah adiknya meskipun Namjoon tidur di kamar sebelah, minta dibuatkan makan malam seperti saat ini adalah hal yang sangat wajar Jimin pikir, jadi ini tidak perlu dia beritahu pada kalian kan ?

Oke. Jimin tau kalian akan bertanya tentang pelukan dan debaran jantung kan, sebenarnya sudah beberapa bulan ini Jimin merasakannya. Jimin pun tidak tau kapan pertama kali. Hanya saja, Jimin mulai merindui aroma tajam parfum yang Namjoon kenakan di setiap pelukan yang dia berikan. Jimin mulai menyukai hal hal kecil yang Namjoon lakukan kepadanya. Membantu memotong rumput, membetulkan pipa air kalau bocor, ataupun membantu Jimin untuk merasa seperti seorang istri seperti sekarang. Segala hal yang Namjoon lakukan itu mengagumkan di mata Jimin.

Jimin mulai menyukai Namjoon. Tapi hanya menyukainya dalam diam. Jimin tidak mau mengganggu hubungan oppa-dongsaeng mereka yang sudah berjalan sangat lancar. Namjoon adalah satu – satunya keluarga yang Jimin miliki sekarang.

Namjoon adalah seorang brilian, tampan, dan cerdas. Tapi Jimin tidak mengerti mengapa dia masih betah sendiri. Ketika Jimin atau Jungkook bertanya mengapa ia tidak mencari kekasih, ketika mereka berempat nongkrong bersama, dia hanya tertawa tanpa berniat memberi jawaban.

Dasar manusia sok ganteng. Itu kata Taehyung.

Jimin pernah merasakan manis bibir Namjoon sekali ketika Jimin datang ke apartemen nya sambil menangis tersedu malam-malam karena Jimin memimpikan nenek. Jimin tidak tau mengapa di tengah malam dia nekat menuju tempat Namjoon sendirian. Yang Jimin pikirkan hanyalah Namjoon saat itu. Jimin juga tidak tau mengapa dia tidak menelepon Namjoon saja. Atau menghubungi Jungkook yang tinggal lebih dekat dengan Jimin. Yang dia pikirkan hanyalah bertemu Namjoon. Menggedor pintu apartemen Namjoon seperti orang gila walaupun Jimin tau kode pintu rumahnya. Dan Namjoon menemukan Jimin menangis sesenggukan layaknya orang gila karena terlihat sangat berantakan. Dia kaget kenapa malam-malam begini Jimin kesana bukannya menghubungi Namjoon untuk datang ke tempat Jimin saja. Namjoon merengkuh Jimin dengan sayang. Jimin masih sangat ingat bagaimana rasa hangatnya. Bertanya ada apa, dan Jimin pun menceritakan mimpi buruk keparat yang telah mengganggu tidur nyenyak Jimin.

Karena teramat sedih ketika merindui neneknya, Jimin pun tidak bisa berhenti menangis. Namjoon untuk pertama kalinya membelai bibir Jimin dengan miliknya untuk menghentikan sesenggukan yang keluar dari bibir manis Jimin. Memberi ciuman panjang yang manis tanpa berniat untuk berhenti. Mengusap punggung Jimin untuk sekedar menghentikan kesedihannya. Dengan masih tetap memeluk Jimin dan memindahkannya ke pangkuannya. Menyudahi ciuman singkat itu, Namjoon kembali memeluk dan membawa Jimin ke ranjangnya. Malam itu untuk pertama kalinya Jimin tidur di singgasana Namjoon. Dan Namjoon memeluk Jimin sampai pagi.

Suara penanak nasi membuyarkan lamunan Jimin, semua sudah siap dan tinggal menyajikannya diatas meja. Dan Namjoon masih duduk disana. Mengenakan piyama berwarna biru, dan sejak kapan dia membawa laptopnya ke meja makan ? Jimin sangat membenci hal itu.

"Sudah siap Jiminie ?"

"Sudah oppa, dan oppa tolong pindahkan laptopnya kita makan dulu ya"

Tapi Namjoon masih saja menekan tuts tuts keyboard miliknya.

"Sebentar saja Jim, aku akan mengirimkan email ini ke klien. Jja.. Sudah siap. Mari kutolong menyiapkan." Dia berdiri untuk membantu, tapi Jimin cepat-cepat melarangnya.

"Oppa duduk saja, oke. Jangan bangkit dari kursi kalau tidak ku suruh."

"Baiklah Princess."

Dia tersenyum.

Jimin merona.


Setelah selesai makan dan Namjoon bersikeras untuk membereskan meja dan menyuruh Jimin mandi, sekarang mereka duduk di sofa depan TV. Tidak ada acara yang menarik, keluh Jimin. Menggembungkan pipi adalah hal sangat disukai Namjoon bila Jimin melakukannya. Dan Namjoon menepuk pahanya menyuruh Jimin untuk merebahkan diri di sana.

"Kita baru saja makan, dan Oppa menyuruhku untuk tidur ? Oppa bahkan lebih jahat dari Jungkook." Jimin merengut.

"Apa salahnya, kau pasti sangat lelah kan. Bagaimana pekerjaan mu Jiminie ? Apakah lancar ?" Namjoon bertanya sambil mengelus pelan rambut Jimin. Jimin akhirnya merebahkan diri dan menjadikan paha Namjoon sebagai bantalan.

"Sangat lancar, hingga aku harus terlambat tadi pagi." Dan Jimin menceritakan secara rinci tentang kejadian panjang yang terjadi hari ini.

Namjoon tertawa. Menurutnya, Jimin suka sekali mengeluh tentang manager penjilat itu. Dan dia menanyakan apa di kantor Jimin ada lelaki tampan yang mencuri hatinya.

"Tentu saja tidak." Jawab Jimin ketus.

"Mengapa tidak ada ? Apa mochi manis ini sangat galak di kantor ?" Namjoon terkekeh

"Karena memang tidak ada yang tampan…..." Kecuali oppa. Lanjutk Jimin dalam hati. "Oppa juga, apakah pekerjaanmu baik-baik saja ? Walaupun sibuk jangan sampai terlambat makan, oke. Awas saja kalau asam lambungmu kambuh maka Jimin akan menyeret oppa ke kafetaria."

"Oke mochi manis. Oppa tidak akan lupa dengan makan. Sudah malam, pergilah tidur, oppa akan pulang dulu."

Jimin terduduk dan langsung memeluk Namjoon erat. "Tidurlah di sini oppa. Jangan pulang."

"Tidak bisa sayang, oppa harus pulang. Besok oppa harus berangkat pagi-pagi sekali."

"Tidurlah disini oppa please, aku juga besok akan berangkat sangat pagi."

"Apa tidak mengganggumu kalau oppa bangun dulu?"

"Tentu saja tidak." Jimin bersorak sangat girang dalam hati.

"Baiklah. Baiklah. Mochi yang satu ini selalu tau caranya untuk menang. Kajja tidur. Ini sudah larut."

"Yeay.. Terimakasih oppa."

Jangan berfikiran macam macam dulu. Jimin hanya ingin tidur dalam arti harfiah dengan Namjoon. Dulu ketika Jimin masih seorang gadis kecil, nenek yang selalu memeluknya. Jujur, terkadang Jimin sangat merindukan pelukan hangat yang memberikan rasa nyaman.

Seperti Namjoon.

Dan dipastikan malam ini Jimin akan mimpi indah di pelukann Namjoon. Menikmati hangatnya rengkuhan lengan Namjoon yang dijadikan sebagai bantalan pengantar tidur. Wangi tubuh dan deru nafas teratur Namjoon, Jimin sangat menyukai ini.


Mendengar sesuatu yang Jimin fikir mengganggu tidurnya, Jimin membuka mata. Oh, Namjoon sedang memakai kemejanya yang Jimin tidak tau mengapa itu terlihat sangat pas. Di rumah Jimin memang tersimpan beberapa lembar baju Namjoon. In case dia menginap. Tentu saja ini bukan lah ide Jimin.

"Morning Princess." Dia mengetahui Jimin yang sudah terbangun mendekat ke ranjang dan mengecup puncak kepala Jimin.

"Morning oppa, bangun pukul berapa ? Kenapa Jimin tidak mendengar suara oppa mandi ? Apa mungkin oppa tidak mandi ?" Cecar Jimin setelah menguap dengan tidak elegannya.

Dia menaikan alis kemudian terkekeh mengusak rambut Jimin yang memang sudah berantakan.

"Kau tidur sangat pulas sayang, makanya tidak mendengar. Lagipula Jiminie tampak lelah. Tidak apa, tidurlah lagi. Oppa akan siapkan sarapan untukmu nanti."

"Biar aku saja oppa, aku sudah tidak mengantuk." Jimin tersenyum dan bangkit dari ranjang tanpa berniat membereskan selimut terlebih dahulu. Jimin melangkahkan kakinya menuju dapur untuk membuat nasi goreng kimchi untuk sarapan mereka berdua. Mumpung masih ada banyak waktu. Tidak seperti biasanya yang hanya dapat memakan roti untuk mengganjal perut.

Belum selesai Jimin menyiapkan sarapan, dilihatnya Namjoon sudah keluar dari kamar. Sungguh melihat Namjoon dalam balutan kemeja pas badannya sedikit membuat getaran dalam hati Jimin. Namjoon memang tampan.

"Apakah sudah siap Jiminie ?" Namjoon bertanya

"Sebentar lagi, duduklah dulu. Kopi ?"

"Yes please."

Jimin menyiapkan 2 piring yang sudah terisi nasi goreng kimchi dan meletakannya diatas meja. Jimin mengisi 2 gelas air putih dan juga secangkir kopi instant kesukaan Namjoon.

"Ku dengar kau mempunyai direktur baru, Jiminie ?" Namjoon membuka percakapan.

"Uh-oh, oppa tau darimana ?" Jimin mengernyit heran. Sehebat itukah direktur baru tersebut sehingga sampai terdengar ke telinga Namjoon.

"Oppa membaca di majalah bisnis kemarin, tertulis Min Kyung Hoon mundur dari jabatannya dan digantikan oleh anaknya yang baru kembali dari Amerika, dari foto yang tertera dia cukup tampan Jiminie. Kau tidak tergoda ?"

"Kenapa harus ? Aku bukan jenis perempuan yang akan bercinta di meja kerja, maksudku, oppa paham kan artinya ?"

"Ya, oppa paham sayang. Oppa hargai pendapatmu."

Jimin gelisah memikirkan ini. Tidak kah semua orang terlalu ikut campur dalam masalah percintaannya ? Kemarin Jungkook, dan hari ini Namjoon. Apa salahnya hidup sendiri seperti ini. Hanya mempunyai Namjoon pun sudah cukup sebenarnya. Jimin tidak menginginkan hal lain lagi. Tapi apakah Namjoon juga melihatnya sebagai wanita ? Bukan sebagai adiknya ? Dia sanggup memeluk, mencium, dan tidur di ranjang yang sama dengan Jimin tapi Namjoon bahkan tidak pernah membahas tentang ini. Jimin membuang cepat pemikiran tidak penting ini. Jimin tidak boleh mengharapkan hal yang lebih dari ini. Namjoon sudah memberikan terlalu banyak. Jimin seharusnya bersyukur Namjoon masih meluangkan waktunya yang semakin sibuk.

"Oppa sudah selesai,oppa akan berangkat dulu ya. Jiminie oke kutinggal dulu ?"

"Tentu saja, bergegas lah. Aku akan berangkat tiga puluh menit lagi."

Namjoon bangun dan mengecup kepala Jimin. Sungguh, Jimin sangat gembira ketika menatap piring Namjoon yang sudah kosong, Jimin senang Namjoon menikmati sarapannya.

Setelah mencuci piring, Jimin segera mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor. Jimin tidak mau terlambat seperti kemarin lagi. Jimin akan berangkat lebih pagi.


Mempunyai sahabat seperti Taehyung dan Jungkook adalah hal yang menyenangkan. Hubungan mereka selalu baik dan dipenuhi oleh tingkah konyol keduanya. Taehyung suka mengeluarkan joke yang Jimin pikir terkesan bodoh, tapi akhirnya Jimin pun tertawa juga. Walaupun mereka tidak bekerja di ruangan yang sama tapi mereka bertiga selalu menyempatkan untuk makan siang bersama.

Mereka duduk di meja dekat jendela. Kafetaria kantor ini terletak di lantai 10. Itu sebabnya duduk di tepi jendela melihat langit yang bermuram dan jalan yang tertutup salju itu menyenangkan.

"Dari mana saja kalian semalam ? Wajah kalian terlihat ceria sekali." Jimin yang tidak sempat bertanya karena dari Jungkook masuk, dia terlihat disibukan oleh pekerjaan yang diberikan oleh atasannya sehingga Jimin takut kalau dia mengganggu Jungkook bekerja.

"Kami mengunjungi klub yang baru dibuka di Myeong-dong. Klub nya mewah dan terlihat menyenangkan. Kau dan Namjoon akan ku ajak bersama kapan-kapan. Tapi kali ini kau tidak boleh menolak oke."

"Mianhe, kemarin aku sangat lelah, aku janji akhir pekan minggu ini kita bisa berkumpul bersama."

"Apa kau yakin Namjoon bisa keluar ? Dia sekarang menjadi tuan sok sibuk. " Taehyung menimpali. "Kapan terakhir kita berkumpul bersama. Bulan lalu ? Tahun lalu ?" Taehyung sok dramatis.

"Tidak usah berlebihan Taehyung, Namjoon memang tengah sibuk sekarang. Tapi aku berjanji, aku akan membuatnya meluangkan waktu luang di akhir pekan sehingga kita bisa berkumpul bersama dan bersenang – senang."

"Ku pegang janjimu Mochi gendut." Taehyung melanjutkan suapan nya. Makanan itu adalah hal yang penting untuk manusia turunan alien ini.

"Oh ya, kau dengar gossip direktur baru kita ?" Jungkook yang dasarnya tukang gossip itu memulai acaranya.

" Gossip apa Jungkookie ? Tentang dia yang bermuka datar atau tentang dia yang bersikap sedatar mukanya ?" Kata Taehyung dengan mulut penuh makanan. Mau tidak mau Jimin tertawa melihat tingkah mereka.

"Kudengar sekertarisnya mengundurkan diri pada hari pertamanya bekerja. Dengar – dengar direktur itu sungguh kejam. Apa benar seperti itu ?" Jungkook bertanya.

Taehyung yang memang seorang manager departemen PR menggeleng. Dia tidak terlalu menyukai gossip yang model seperti ini. Sudah jelas Taehyung tidak tau apa-apa mengenai hal ini.

"Mana ku tau, lagi pula kalaupun benar seperti itu, dia memang cocok. Wajahnya saja terlihat mengerikan. Aku melihatnya sekali ketika rapat kemarin." Jimin menjawab acuh

"Kalau begitu, semoga saja kau dan Jimin tetap di posisi kalian. Dan kau mochi, ku pikir manager penjilatmu itu lebih baik daripada direktur baru."

"Lebih baik pantatku." Jimin mendengus sebal

"Ku rasa memang seperti itu." Taehyung sok bijak membelai pipi Jungkook.

Jungkook tersipu.

Jimin ingin muntah.


Di meja kerja Jimin dan Jungkook

"Jimin-ssi, kau dipanggil ke ruang rapat, diminta cepat kesana ya." Minah menyampaikan pesan.

"Ada apa ? Aku tidak ada jadwal rapat dengan siapapun hari ini ?" Jimin mengerutkan dahi bingung. Dia tidak suka rapat tanpa persiapan.

"Molla, aku hanya menyampaikan pesan dari Sooyeon Sunbae. Ppalli.." Minah meninggalkan meja Jimin.

"Oke, gomawoyo minah-ssi."

"Rapat dadakan ? Ada apa ? Bukannya proyek di Incheon itu sudah gol ?" Jungkook kepo.

"Entah lah Kook, mungkin tentang kenaikan gaji ku ?" Jimin bangkit dan menjulurkan lidah kearah Jungkook.

"Hahaha.. Ya, semoga saja. Jadi aku bisa minta traktir kepadamu. Tidak terus- terusan ditraktir Namjoon." Jungkook setengah berteriak.

Jimin pun sebenarnya tidak yakin kenapa ada rapat mendadak yang melibatkan dirinya. Bahkan dirinya hanyalah seorang sekertaris dari si penjilat.

Jimin mengetuk pintu dan masuk. Disana ada Mr. Min, Sooyeon sunbae, si penjilat,dan direktur baru.. Khusus yang terakhir, Jimin bahkan kurang menyukainya.

"Silakan duduk, nona Park Jimin." Mr. Min membuka suara. Jimin membungkukan badan setelah mengucapkan terimakasih.

"Mungkin kalian bertanya tanya kenapa ada rapat dadakan seperti ini. Oke karena semua sudah berkumpul, saya akan memulainya." Mr. Min terdiam sejenak. "Nona Park Jimin, saya akan memindah tugaskan anda, menarik posisi yang sebelumnya dari sekertaris dari manager Seo Kang Joon dan akan ditransfer menjadi sekertaris dari puteraku, direktur Min Yoongi. Apa kau keberatan ?"

Otak Jimin baru saja akan mencerna apa yang dikatakan oleh Mr. Min yang terlihat senyum tampannya walaupun di usia tidak lagi muda.

Dipindahkan ?

Sekertaris direktur kejam ?

"Mwo ?"

.

.

.

.

.

To Be Continue :)

Hello, jadi ini adalah debut ff pertama ku untuk menyambut comebacknya BTS. Selama ini aku pengen banget jadi author kayak yellow-ssi yang Crazy Glue nya baru apdet setelah melalui perjuangan yang panjang. Atau seperti Kasperr yang dengan bangsatnya membuatku menangis dengan ff LOST nya. Gantosci juga. Khusus yang terakhir itu pacarku. Takutnya kalau nggak ditulis ntar dianya ngambek. Udah lah aku nulis GS yang jelas-jelas dia nggak suka. Hehehe... Jangan lupa thumbs up, share, dan subscribe ya, ehh.. Ini bukan YouTube deng. Jangan lupa komen udah. Jangan bash dedek kak.. Dedek masih lugu. Hihi..

JANGAN LUPA MALAM INI SPRING DAY RILIS ! SIAP SIAP KEHABISAN NAPAS KALIAN SEMUA.