Warning : ( jika ada yang bingung, silahkan baca aja chap yang sebelumnya ya ) OOC, typo, eyd berantakan dan jauh dari kata sempurna.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : [ Naruto x Sakura ]
Rated : M
Aku hanya butuh kamu sayang
--
Apartemen Naruto
Tubuh besarnya duduk bersandar pada sebuah sofa empuk yang ada diruang tamu. Cukup terhitung sudah selama 1 setengah jam, Namikaze Naruto beserta putranya berdiam kalem disana.
Sebenarnya kalem yang dimaksud itu, hanya berlaku untuk bocah berambut pirang yang tertidur pulas di atas pangkuan Papanya.
Hawa tubuh Papanya yang sangat hangat malah semakin membuat bocah berkulit putih bersih itu kian meringkuk imut disana, karena sudah tidak kuat menahan kantuknya sendiri, Shinachiku pasrah bersandar lalu menempelkan sebelah pipinya pada dada bidang Papanya. Sedangkan pria pirang yang memiliki garis wajah lebih kokoh terlihat sedang sibuk berkutat dengan ponsel pintarnya.
Hari kian larut. Pantas saja bagi anak seusia Shinachiku, sudah tertidur pulas saat jarum pendek jam menunjuk tepat di angka sembilan dengan imbuhan beberapa menit.
Syukurnya hari ini nyonya besar dari keluarga Namikaze tidak datang berbondong ke apartemen Naruto, jadi putra tunggalnya itu bisa tidur lebih cepat dari biasanya.
Naruto yang awalnya sibuk berkutat dengan ponselnya, kini ia mulai mengkerutkan alisnya cukup dalam. Naruto menahan dirinya agar tidak bereaksi berlebihan dengan tubuh yang menjadi sandaran ranjang dari putranya. Naruto takut jika nanti Shina akan terbangun jika dirinya terlalu banyak bergerak.
Sedangkan hal yang membuat lelaki pirang itu cukup gerah untuk mengerang dan mengumpat adalah sebuah email dari Tou-sannya yang baru saja masuk ke ponselnya.
Minato baru saja mengirimkan sebuah email kepada dirinya. Dan isi keseluruhan email tersebut adalah nama-nama tamu undangan yang akan hadir di pesta pernikahannya bersama Sakura.
Entah dari mana Minato bisa mendapatkan alamat email-nya yang baru, Naruto tidak begitu peduli. Tapi yang sangat dipedulikannya adalah isi dari email tersebut. Dimana daftar panjang nama-nama orang yang sangat-sangat tidak dikenalnya malah mendominasi undangan yang akan datang di pesta pernikahannya. Naruto berani bertaruh, nama-nama orang itu pasti kebanyakan adalah rekan bisnis, dan teman politisi ayahnya.
Huh! Tidak ada satupun nama yang Naruto kenal.
Minato tidak mungkin tau siapa saja teman-teman Naruto, yang pantas hadir di pesta pernikahannya. Dengan perasaan sedikit jengkel dan pikiran enteng, Naruto kemudian menghapus semua file yang Minato kirimkan.
"Aku tidak butuh semua ini!" Sinis Naruto kemudian.
Dan dirinya berencana akan menulis ulang daftar nama tamu undangan bersama Sakura. Calon istrinya itu juga berhak mencantumkan sejumlah nama tamu yang ingin ia undang untuk menghadiri pernikahan mereka nanti.
Tangan Naruto lantas meletakan ponselnya diatas meja. Rasanya sudah cukup baginya untuk menggenggam benda canggih berbentuk persegi panjang itu lebih lama lagi.
Dengan gerakan lembut Naruto lantas menumpukan dagunya diatas pucuk kepala pirang Shinachiku. Dan kedua tangannya mendekap tubuh mungil replika identik dari darah dagingnya.
Tanpa Naruto sadari. Semakin hari dapat ia rasakan sendiri, kasih sayang yang ia miliki tumbuh semakin besar untuk Shinachiku. Dia bahkan tidak akan ragu lagi untuk melindunginya dengan segenap tenaga dan memastikan jika bocah lugu nan polos itu tumbuh menjadi anak yang baik dan sehat agar tidak kekurangan apapun didunia ini.
Sekilas garis lengkung terukir dari bibir tipis itu. Senyum Naruto kian mengembang ketika merasakan hatinya berdesir hangat setelah memeluk tubuh Shinachiku.
"Apa, kau tidak pegal seperti itu terus Naruto?"
Naruto sedikit tersentak dengan suara khas milik Sakura. Tadinya sapphire kepunyaannya sudah mulai ikut mengatup karena kelelahan dan juga tertulari virus ngantuk dari Shinachiku.
Wanita cantik yang sudah selesai dengan pekerjaannya mengurus beberapa hal di dapur, akhirnya beranjak menghampiri Naruto.
"Lihatlah dia lengket begini, padaku.." Balas Naruto setelah kesadarannya kembali.
"Iyah sekarang, Shina akan mulai manja padamu hihihi..." Sakura sudah siap-siap untuk menggendong Shinachiku, lalu dia akan menidurkan anak itu dikamarnya.
"Ayo kita tidurkan Shina dikamarnya.." Lembut Sakura.
Naruto malah sedikit terkekeh. Perlahan dirinya membuka kungkungannya terhadap tubuh Shinachiku.
Sakura yang menunduk dengan wajah yang sangat dekat dengan Naruto sekilas mendapat hadiah kecupan dari pria tampan dihadapannya. Wanita pinkis itu sontak terdiam beberapa detik.
Lantas manik hijau jernihnya menatap penuh mata sapphire lelaki kesayangannya itu.
"Hmm.. Jangan coba-coba" Ucap Sakura dengan pelan. Karena sekarang dirinya sudah berada dihadapan Shinachiku.
"Kau manis.." Balas Naruto lengkap dengan wajah menyeringai.
Melihat hal itu, Sakura jadi sedikit blushing. Dan ia menerror kekasihnya lagi untuk mengambil sang anak. "Kemarikan Shinachiku.. Dia harus tidur di kamar sayang"
"Baiklah.. Biar aku saja. Kasihan dia jika kita usik karena berpindah gendongan" Perlahan Naruto bangkit. Tanpa memperbolehkan Sakura untuk menggendong Shinachiku.
Sakura memandang langkah Naruto yang dengan sigap menggendong putranya menuju ke kamar tamu.
Sakura tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagianya ketika melihat Naruto makin akrab dan tak bisa lepas dari Shinachiku.
Suami idaman...
Dan akhirnya Sakura mendapatkannya!
BLAM!..
Sakura sedikit menoleh ke belakang kala pintu kamar di tutup oleh Naruto. Sepertinya pria itu sudah selesai menidurkan anaknya di kamar sebelah.
Sakura juga sudah mulai beranjak tidur, sejengkal lagi rasanya tubuh ringkih itu akan menyentuh ranjang. Namun sensasi empuk yang ia bayangkan ketika tubuhnya akan terlentang diatas kapuk, seketika buyar saat sebuah tangan kekar menariknya begitu cepat.
GREB!...
Sakura merasa sesak ketika Naruto tiba-tiba memeluknya. Entah apa yang merasuki pria itu. Tiba-tiba tingkahnya sedikit manja setelah pulang dari kediaman Namikaze.
Naruto tidak terlalu mengambil pusing moment pertemuannya dengan Menma yang terjadi hanya sekilas, saat mereka berpapasan di teras. Masa bodo dengan kakaknya itu. Naruto sudah sangat tidak peduli, dan dirinya juga tidak akan merasa diuntungkan jika pikirannya hanya terus tertuju untuk melihat gerak-gerik Menma.
"Naruto... Kau kenapa?" Tanya Sakura.
"Aku hanya ingin memelukmu saja-"
"...Ah?" Sakura mengernyit heran.
"-dan ingin menciummu" Lanjut Naruto sehabis dijeda oleh Sakura.
Naruto lalu menarik dagu wanitanya. Wajah oval yang sangat cantik ketika sapphire Naruto menelusuri setiap lekuk paras yang diciptakan oleh Kami-sama itu.
CUP!..
Kembali Naruto menyambar bibir ranum Sakura. Kali ini cumbuannya mampu membuat Sakura oleng ke belakang. Tapi untungnya kedua tangan Naruto masih ada untuk memeluk kuat pinggangnya.
Beberapa detik kemudian Naruto melepaskan cumbuannya. Ia menarik Sakura untuk berbaring bersama diatas ranjang.
"Besok kau sudah libur kan?" Tanya Naruto. Ia berbaring ke samping dan menatap langsung wajah Sakura yang tidur dengan menggunakan tangan Naruto sebagai bantalannya.
"Iya, besok aku tidak bekerja... Bosku memberikanku cuti yang panjang, dia sangat pengertian ketika aku berkata, jika aku akan menikah"
"Baguslah... Kalau begitu besok kita bisa menyusun daftar nama tamu undangan untuk acara pernikahan kita ya.."
"Aku mau kita hanya mengundang teman-teman dekat saja.. Tidak apa kan sayang?" Ringkas Sakura yang juga tangannya tidak bisa diam. Selalu saja gatal ingin membelai pipi tirus nan seksi dari lelaki kesayangannya.
"Tentu saja, tidak masalah.. Justru itu lebih baik"
"Aku pikir, kau akan marah.."
"Untuk apa aku marah Sakura.." Kekehan kecil dari Naruto, semakin mewarnai obrolan ringan yang tercipta malam ini.
"Siapa tau kan, kau tidak setuju dengan ideku" Dengus Sakura. Yang semakin merapatkan jarak diantara mereka dan mencari posisi ternyamannya untuk tidur.
"Aku juga tidak suka jika pernikahan kita disaksikan oleh orang-orang yang tidak kita kenal.. Kau tau Sakura, tadi Tou-sanku mengirimkan daftar tamu undangan dan semua nama-nama orang itu adalah kolega rekan bisnis Tou-sanku. Tentu saja aku tidak mau pernikahan kita dipenuhi oleh orang-orang tidak jelas seperti mereka" Naruto mengadu dengan imutnya pada Sakura. Tentu saja ekspresi Naruto dilihat sepenuhnya oleh Sakura.
"Apa tidak apa-apa. Kita tidak mengundang rekan-rekan Minato-sama? Maksudnya mereka'kan rekan bisnis penting"
"Persetan dengan semua itu Sakura.. Aku tidak peduli, mereka tidak penting!"
Sakura mencubit gemas hidung Naruto karena jawabannya terdengar acuh di indranya. "Kau ini, dasar!"
Tidak mau mendapat cubitan yang menyakitkan lagi dari Sakura. Naruto lantas membawa tubuh Sakura tenggelam pada pelukan hangatnya. "Hmmm... Sudah waktunya untuk kita tidur" Gumam lelaki itu.
Beda lagi dengan Sakura. Ketika Naruto sudah mulai mengatupkan matanya untuk tidur dan dengan antengnya memeluk lembut setiap inci tubuhnya.
Wanita beramput pink itu justru masih nampak sedikit berpikir. Setelah mereka pulang dari kediaman Namikaze untuk menjemput Shinachiku yang dititip sementara disana. Sakura masih sedikit penasaran dengan beberapa fakta tentang keluarga Namikaze yang ia lihat saat berkunjung ke sana.
Terlibih yang membuat Sakura sangat heran adalah interaksi antara calon suaminya dengan pria berambut merah yang ia temui di teras rumah besar itu.
Sakura tau, Menma adalah kakak kandung Naruto. Hanya saja dirinya tidak begitu dekat dengan sosok Menma. Dan sepertinya Naruto juga sama seperti itu. Tapi kenapa?
Sakura pikir saat mereka, berpapasan dengan Menma. Bungsu Namikaze itu akan menyambut hangat kedatangan kakaknya, atau juga bisa sebaliknya. Menma'lah yang menyapa hangat Naruto.
Ayolah siapa sih saudara yang tak saling merindukan setelah lama berpisah selama bertahun-tahun. Pasti ada rasa rindu yang tak tertahankan ketika mereka saling mengingat moment-moment kebersamaan yang sudah terlewati.
Tapi nyatanya yang Sakura lihat diantara Naruto dan Menma, justru kebalikan dari bayangan indah persaudaraan penuh kasih sayang. Dimana sikap acuh, kekakuan dan tatapan dingin seolah tak kenal satu-sama lain mendominasi disana. Rasanya Sakura ingin menelisik lebih dalam, kiranya apa yang terjadi diantara dua bersaudara itu.
Apa Sakura berlebihan jika memiliki rasa penasaran seperti ini?
Jawabannya jelas tidak!
Sakura harus tau, kenapa Naruto dan Menma bersikap seperti itu. Setidaknya jika dirinya sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga besar Namikaze yang adidaya tersebut.
--
--
--
22.20 PM, In Hospital
"Perbankan ini untukku!" Tatapan mata nyalang dari pria kekar penuh luka, membuat dokter muda tersebut makin gemetar saat ingin membersihkan lengan pasiennya yang berdarah. Sudah lebih dari 20 menit rasanya, dokter jaga UGD itu merawat pasiennya yang datang malam ini.
Tak hanya lengannya yang sedikit robek akibat plantingan keras Yahiko di jalanan. Melainkan sudut bibir, tulang pipi, pangkal hidung dan beberapa bagian bahunya mengalami memar-memar.
Harus Menma akui, perkelahiannya dengan Yahiko memang meninggalkan banyak luka. Dan sialnya jika Shion sampai melihat semua ini, maka Menma tidak akan tau raut wajah seperti apa yang akan istrinya itu berikan padanya.
Terlebih lagi, jika kita ingat bahwa sulung Namikaze ini sekarang tengah tinggal di rumah mertuanya. Wah! Apa yang akan dikatakan oleh Miroku lagi, setelah melihat menantunya bonyok begini? Pasti cacian yang lebih menyebalkan dari nasihat Shion yang akan Menma dengar sampai telinganya memerah.
"Ano... Bisakah anda menatap ke arah saya tuan? Luka di pipi kiri anda akan saya bersihkan..." Dokter itu meminta ijin dari Menma.
Melihat wajah dingin pasiennya, dokter itu langsung tau jika pria dihadapannya ini sangat ketus dan dingin. Tidak ada rasa ramah-ramahnya sama sekali. Biasanya jika ada pasien yang berobat dengannya, maka tanpa dimintapun. Pastilah pasien tersebut yang membuka perbincangan hangat, entah mereka menanyakan sesuatu atau malah mereka menceritakan kejadian bagaimana mereka bisa mendapatkan luka yang dideritanya.
Nah pria ini?
T'cih! Dia sama sekali tidak bicara, kecuali pria merah itu menunjuk bagian tubuhnya yang luka untuk segera diobati. Hanya itu saja yang keluar dari mulutnya!
Sekali kibasan, wajah Menma yang tampan meskipun sedikit memar, menoleh tajam. Dokter berparas cantik itu jadi makin gugup. Entah kenapa disetiap tindakan yang akan ia berikan untuk mengobati pasiennya ini, dirinya malah menjadi sedikit ragu dan berimbas menjadi keliru.
"Sht!" Desisan Menma ditambah violet yang menajam. Menatap lurus mata dokter muda yang mengobatinya.
"Cukup!!"
Menma mencekal tangan mungil dokter yang bernama Hotaru tersebut.
Hotaru membeku ditempat, akibat tangannya dicekal kuat oleh pria merah dihadapannya. Lalu tanpa minat apapun Menma berdiri, urat kemarahannya mulai timbul. Menma tidak suka jika dirinya diobati oleh dokter yang kelebihan menghayal saat bekerja itu. Membuat semuanya jadi lambat saja!
"Terima ini. Jika saja ada rumah sakit lain yang lebih besar didekat sini... Maka aku tidak akan pernah menginjakan kakiku disini, terlebih di obati olehmu! Selamat malam" Ketus Menma. Punggung lebarnya menjadi satu-satunya objek yang di pandang oleh kedua mata bulat Hotaru.
"Apa-apaan dia itu!!" Hotaru baru meradang ketika pintu geser otomatis di ruang UGD tertutup setelah dilewati oleh Menma.
Ditangannya kini tersemat beberapa lembar uang kertas bernominal besar pemberian Menma. Bahkan rasanya uang itu lebih dari sekedar cukup untuk membayar tenaga dan alat kesehatan karena telah mengobati lelaki itu.
"Dia pikir dia siapa!! Seenaknya saja mencaciku seperti itu!!!... Semakin hari.. ada saja orang-orang aneh seperti dia! ah menyebalkan!" Erangan melesat dari bibir tebal nan merekah wanita berambut coklat bergelombang itu. Hotaru benci sekali mendapat jatah jaga sift malam jika ia bekerja.
Menma terdiam kalem didepan pintu utama rumah sakit. Ia sedang menunggu seeorang. Lebih tepatnya Menma sedang menunggu teman lamanya. Melirik pergelangan tangannya, rupanya Menma sedikit menegang ketika melihat jarum jam yang menunjuk angka sepuluh.
Tak lama kemudian sebuah cahaya lampu dari kendaraan yang mendekat kearahnya, langsung menyenter tepat ke matanya. Menma sedikit mendecih, karena dia benci cahaya yang menusuk ke matanya yang indah.
"Yoo!.." Sapa pria asing dari dalam mobil.
"Kau lama sekali, Sasori!" Suara berat Menma mengalun begitu indah.
"Maaf-maaf... Kau tau kan peraturan baru di kota ini, banyak syarat yang harus dipenuhi untuk membeli sebuah mobil" Ujar pria yang juga berambut merah, hanya saja warnanya sedikit lebih pudar dari rambut Menma.
"Aku sudah bilang. Katakan saja, aku yang memintanya! Dasar baka..."
"Jangan marah begitu... Kau ini kenapa sih, sudah untung bosku itu berbaik hati selalu memberikanmu kendaraan terbaiknya secara cuma-cuma. Dasar tuan boros! Berteman dengan cecunguk kaya sepertimu membuatku semakin muak.. kenapa kita bisa kenal dan akrab?"
"..." Menma melongos dari sisi Sasori, menghiraukan ocehan tak bermutunya dan ia langsung masuk ke kursi kemudi. Sasori yang berdiam di luar mobil dengan gesit berlari menuju ke kursi penumpang yang ada di samping Menma. Ia takut jika teman lamanya itu akan tega meninggalkan dirinya didepan rumah sakit Konoha. Sangat jauh dari rumah, apalagi sudah larut malam, Sasori jadi semakin ngeri!
"Antar aku pulang dulu! Baru kau boleh pergi kemanapun yang kau mau kawan.."
"Dasar cerewat!" Umpat Menma dan dengan tampang tanpa dosa. Dirinya memacu penuh mobil baru yang Sasori berikan.
Lelaki disampingnya sampai harus panik saat memakai sabuk pengamannya karena Menma begitu arogan mengendarai mobilnya.
"Wow.. wow.. wow!!.. Kau ingin bunuh diri hah!!.. Setidaknya jika kau mau mati, jangan ajak-ajak aku sialan!"
"Kenapa mulutmu sekarang lebih cerewet dari Shion hah!" Balas Menma dengan sengit.
"Habisnya kau makhluk sialan! Pantas saja kau selalu meminta mobil baru... Tidak ada satupun mobil yang akan tetap utuh jika majikannya itu kau!" Tuding Sasori secara brutal. Harusnya Menma melihat wajah Sasori yang kacau.
"..." Menma hanya diam. Dia tetap memfokuskan manik violetnya pada jalanan yang agak lebih lenggang dari jam-jam sebelumnya.
Teman Menma yang bersedia memberikan kendaraan terbaru, tercanggih dan termahal secara cuma-cuma kepadanya adalah seorang Miliarder muda asal Sunnagakure City. Menma mengenal baik keluarga Kazekage yang memiliki perusahaan otomotif terbesar di Jepang. Jadi kapanpun dan dimanapun Menma memerlukan kendaraan baru. Keluarga Kazekage akan dengan senang hati memberikannya pada Menma. Sayangnya setelah Menma mengalami dua kali kecelakaan secara beruntun dalam kurun waktu yang singkat, pria merah jabrik itu baru ingat untuk menghubungi teman lamanya itu.
Setelah mengantar Sasori, agar lelaki itu tidak cerewet. Akhirnya Menma menyetir seorang diri pulang ke Negeri Iblis.
--
--
Malam hari di kediaman Namikaze.
"Harusnya kau pulang cepat hari ini"
Dua pasang suami istri dari keluarga Namikaze sedang bersiap untuk tidur. Tapi sebelum mereka benar-benar bergulat dibawah selimut, wanita berambut merah panjang ingin melaporkan kejadian yang mewarnai kediamannya siang tadi kepada sang suami.
Sedangkan respon dari suaminya seolah malas meladeni wanita merah itu. "Ada apa memangnya?" Ujarnya dengan nada lemas dan ngantuk.
"Tadi siang Shinachiku bermain kemari, lalu Menma juga pulang dan sempat berjumpa dengan Shina... Mereka berdua sangat akrab, aku sampai gemas melihat mereka.. Lalu Naruto dan Sakura juga ikut datang kemari, rumah ini jadi sangat ramai, aku tidak sabar untuk menunggu anak-anak mengajak para menantu berkumpul disini!"
Suara Kushina menggebu kuat. Lelaki rupawan disana hanya mendengus singkat. Ketika istrinya bercerita garis positif dari bayangan indah yang akan terjadi jika seandainya kedua anaknya akan tinggal bersama dirumah ini. 'rukun, saling menyayangi, saling melindungi dll..' bayangan polos milik Kushina!
Sayangnya di kepala Minato, pria itu justru berpikir keras untuk meredam segala kekacauan yang mungkin akan terjadi bila kedua putranya akan tinggal bersama mereka di rumah besar ini.
Mustahil sekali rasanya jika Naruto dan Menma bisa bersatu dan menjadi saudara baik seperti dulu. Mengingat ada dendam besar yang tersembunyi di antara mereka berdua. Dan dendam itu suatu saat akan membawa petaka untuk keluarga mereka sendiri.
Oh! Apakah hanya Minato disini yang berpikir sangat keras untuk mencari solusi itu?
Siapapun tolong bantu Minato!!
Pastinya tidak ada satupun orang, didunia ini yang mampu membantunya untuk meluruskan benang kusut kehidupan keluarga Namikaze sekarang.
Ditambah juga kegagalan rumah tangga Menma, masih menjadi pr besar bagi Minato. Raport kehidupannya masih ternodai oleh coretan tinta merah jika sampai Minato belum membereskan masalah rumah tangga putra pertamanya itu.
Bagaimana Minato bisa memberikan Menma kekuasaan yang melimpah jika anak sulungnya itu tidak memiliki pewaris layaknya Naruto?
Lelah memikirkan semuanya terlalu lama dan hanya dipikul seorang diri. Minato akan menyelesaikan satu-persatu masalah yang ada, dan hal pertama yang akan dilakukannya adalah mendesak Menma dengan ultimatum terakhirnya besok!
Mendesak putra pertamanya untuk bercerai dari Shion. Barulah setelah itu Minato menata ulang hidup Menma agar sepantaran dengan Naruto atau bisa juga berada diatas levelnya.
"Minato kau dengar aku tidak?"
Minato tersentak. Lalu lelaki itu berbalik menatap kesal istrinya yang tiba-tiba cerewet. "Aku dengar!"
Kushina terdiam. Perlahan-lahan wajahnya yang cerah jadi mengisut masam. Ada apa dengan trempramen suaminya hari in?
"Kenapa tiba-tiba, kau ketus padaku?" Sungut Kushina agak bingung.
Kenapa suaminya tidak bisa merasakan dan menangkap sebaran virus kegembiraan dan kebahagian dari dirinya?
Dasar pria kaku!
"Kau terlalu banyak bicara! Aku ingin istirahat Kushina. Ini sudah larut"
"Tapi... Apa kau tidak peduli pada perubahan anak-anak kita? Mereka bahkan menyempatkan diri datang kemari dan kenapa disaat itu terjadi, kau malah tidak ada?"
"Aku juga ingin menemui mereka. Hanya saja, saat itu aku masih ada urusan!" Atmosfir di dalam kamar tersebut berubah menjadi tidak mengenakan. Entah kenapa dua aura berlawanan saling berbenturan di kamar pasangan suami-istri itu.
"Urusan apa? Kau sudah menyerahkan semua urusan kantor pada Menma kan..." Ulas Kushina lagi.
Raut kriput halus timbut pada dahi Minato yang mengkilap kala mendengar ulasan istrinya. "Iya, tapi Menma tidak melakukan semuanya dengan benar akhir-akhir ini... Itu juga yang membuat aku ketar-ketir Kushina!"
"Kau terlalu menekan dia Minato, Menma sudah punya banyak beban, dan kau malah menambahnya lagi!! Kasihan anak kita..." Tuduh Kushina.
"Justru itu karena keinginanya, dan kau harusnya dulu tidak sering memanjakan anak-anak, lihatkan sekarang mereka semuanya jadi seperti ini!! Lemah, lembek, dan tidak bisa diandalkan!"
"Berhenti mencacati mereka Minato!"
"Kau yang memancingku Kushina!!-"
Dua pasang mata saling beradu, setelah adu mulut diantara keduanya. Violet yang mulai berlinang, karena begitu sensitif dan rapuh. Sedangkan dipihak lain ada sapphire yang menajam seolah siap menyayat setiap inci tubuh lawannya.
"Kau menyebalkan sekali hari ini! Diajak mengobrol baik-baik malah ngotot... Sebaiknya kau tidur saja diluar sana!!.." Amuk Kushina, lengkap dengan linangan liquid beningnya yang berharga. Tak seharusnya malam ini dirinya meneteskan air matanya yang berhaga untuk lelaki menyebalkan seperti Minato.
--
--
Jam 4 dini hari, apartemen Naruto.
"Uchiha Sasuke? Apa dia temanmu?" Selidik lelaki kekar bertato itu.
Naruto masih memiliki setengah tato tribal dipunggungnya. Hm! salahkan saja dirinya yang sok sibuk hingga tak sempat mampir ke tempat penghapusan tato lagi. Naruto masih memeluk erat tubuh mungil Sakura yang menulis nama dibawah kungkungannya.
Pagi ini.. hmm.. Bukan!! Maksudnya subuh ini, dua pasangan kekasih yang sebentar lagi akan menikah ini tengah mengadakan diskusi kecil untuk menentukan daftar tamu undangan yang baru.
Dibawah gelutan selimut tebal, tersembunyilah dua tubuh anak adam dan hawa yang polos tanpa sehelai benang.
Sepertinya akibat kalimat libur yang menghipnotis dari Sakura.
Mereka menghabiskan waktu semalaman hanya untuk melakukan (4B) legendaris yaitu : Bergelut, Bergerumul, Bercumbu, dan Bermandikan keringat hangat yang lengket hanya berdua saja!
Naruto tidak akan menyia-yiakan kesempatan. Dimana untuk saat ini apartemennya bisa dibilang dalam keadaan lenggang, tanpa adanya penyusup seperti Kushina yang menginap disini.
Dan efeknya, dirinya kebablasan. Sampai detik ini, tak satupun diantara Naruto atau Sakura yang tidur. Setidaknya belum ada kata ngantuk diantara mereka.
"Kau meletakan namanya paling depan sayang~" Erangan manja dari Naruto yang setia menenggerkan kepalanya di belahan leher Sakura. Membuat wanita itu mendengus geli.
Bagaimana tidak? Lihatlah deru nafas Naruto mengalun lembut di samping daun telinganya. Hal itu semakin membuat Sakura gagal fokus kan?
"Cemburu hm?" Usil Sakura. Dirinya agak tengkurap untuk menulis. Sedangkan Naruto memeluknya, dan sebelah kaki panjang lelaki itu berada tepat diatas bokong sintal wanitanya.
"Aku tau dia laki-laki. Entah kenapa namanya tidak asing di pikiranku.. Tapi tenang, aku belum cemburu melihatnya.."
"Dia bosku.. Sayang~ Dia bosku yang paling baik" Tutur Sakura.
"Hanya bos kan?" Tuntut Naruto lagi.
'Kalau tidak salah ingat, rasanya dia itu sahabatnya Menma! Aku sudah lama tidak mendengar nama keluarga Uchiha..' Batin Naruto.
"Dia itu bos yang menyelamatkan keluargaku dari keterpurukan.. Aku sangat menghargai dia, bahkan lebih dari teman.. Sasuke itu sudah seperti saudaraku"
'Dunia sangat sempit! Kenapa Sakura bisa berurusan dengan keluarga Uchiha? hah~..' Batin Naruto lagi.
Naruto lantas mengerucutkan bibirnya. Menatap manik emerald yang berbinar saat menceritakan sosok dermawan Uchiha Sasuke, yang membuat Naruto sedikit cemburu. Aku tegaskan lagi, Naruto hanya sedikit cemburu!
"Kau tidak keberatan kan dia ada di urutan pertama?" Tanya Sakura lagi. Padahal mereka sudah menulis nama sampai di urutan ke 50. Hanya saja mata Naruto baru terganggu setelah melihat nama salah-satu anggota keluarga Uchiha yanga ada di daftar deretan teratas.
Naruto menggeleng kecil. Dan Sakura menulis lagi nama teman-temannya semasa kuliah, yang masih ia ingat. Teman Sakura adalah teman Naruto juga. Jadi, hampir setengah nama disana merupakan teman akrab mereka waktu kuliah dulu.
Perlahan karena usil. Telapak tangan lebar Naruto kembali mengelus pipi mulus wanitanya. Entah sejak kapan, Sakura malah kelihatan bertambah imut dimata Naruto. Setiap saat rasanya Naruto selalu ingin memakannya. Argh! Tenang Naruto, kendalikan dirimu.
Mendapat perlakuan lembut yang membuat kulit pipinya seketika merinding. Haruno Sakura kemudian menyikut tubuh Naruto. Bukannya membantu untuk mengingat. Lelaki itu malah getol dan lengket menjahili Sakura terus.
"Sakit kau tau..." Sungut Naruto dengan nada memelas.
Karena geram. Sakura lantas meletakan pensil yang ia pakai untuk menulis. Dan menarik wajah Naruto semakin dekat. Lama-lama karena keseringan diganggu Sakura jadi ingin membungkam lelaki itu sekarang juga!
"Berhentilah usil, dan menggangguku! Aku sedang sibuk berpikir, untuk mengingat nama teman-teman kita Naru~" Keluh Sakura.
Dan...
CUP~
Sakura benar-benar menyumpal belahan ranum bibir Naruto. Lelaki itu sukses terbelalak, tapi ia sangat menikmati cumbuan mereka.
"Hmm.. gh!"
Naruto menahan kepala Sakura. Hingga kemiringan yang membuat mereka nyaman bertukar saliva sambil berbaring dan menindih satu sama lain.
"Nar~" Susut bibir Sakura sempat mengucap. Hanya saja Naruto kembali melumatnya, tidak membiarkan bibir mungil wanitanya bebas.
Salahkah Sakura sekarang. Sialan, si tuan mesum tidak akan melepaskannya lagi, seperti sebelumnya. Setidaknya Sakura beryukur karena sudah ada benih kehidupan baru di perutnya. Naruto tidak berani menjamah tubuhnya begitu dalam seperti sebelum-sebelumnya.
"Ngh! Plah..." Ciuman terlepas. Sakura meraup ganas oksigen disekitarnya. Dadanya bergejolak mengisi ruang diparu-parunya demi kelangsungan hidupnya.
"He'eh!.. Kau sudah semakin pandai bergelut sekarang... Aku semakin menyukainya.." Naruto mengelap dengan seksi sudut bibir Sakura yang ternodai saliva mereka.
Tak bisa disembunyikan lagi rona yang begitu merah, mulai kentara di kedua belah pipi Mama muda itu. Kenapa Naruto selalu bertindak begitu seksi dan erotis dimatanya. Oh Kami-sama makhluk apa yang sudah kau ciptakan ini?
Selama beberapa detik, sibuk berkelana didalam alam bawah sadarnya, Sakura lagi-lagi terbengong ketika satu kecupan mendarat di keningnya.
CUP~
"Kita singkirkan ini.. Lalu kita benar-benar tidur sekarang!" Titah Naruto setelah puas memonopoli semua hal yang wanitanya miliki semalaman penuh. Bahkan sampai subuh!
Atau jangan-jangan Naruto belum sadar jika dirinya mengajak Sakura bergadang sampai pagi? Ohh Tuhan! Itu tidak baik untuk kesehatan cabang bayi, yang dikandung oleh Sakura.
"Tap-tapi.. Daftar itu belum selesai sayang!" Sakura, melongo ketika Naruto berhasil melempar kertas dan pensil yang digunakan untuknya menulis tadi. Naruto Melempar benda itu cukup jauh, sama seperti nasib pahit setelan baju tidur yang dilempar jauh-jauh dari pemiliknya oleh Papanya Shinachiku itu!
"Ushttt!-"
"Argh... Naruto!!"
"Jika kau bicara lagi, akan aku hisap bibirmu sampai bengkak sayang~ Bersiaplah!"
"Dasar mesum!"
--
--
Kediaman Miroku, waktu sedikit bergulir ke belakang.
Shion menatap jendela kamarnya. Pemandangan lingkaran bulan sabit indah yang memancarkan sinarnya disana tak mampu menghibur hatinya, yang meraung khawatir dengan sosok sang suami yang tak kunjung pulang.
Harus berapa lama lagi ia menunggu?
Jam 12 malam sudah terlewat. Sosok lelaki yang dicintainya juga belum kunjung pulang. Kemana si merah jabrik itu pergi?
Sungguh hal yang paling Shion benci didunia ini adalah memikirkan keadaan Menma! Apakah laki-laki itu masih hidup?
Tentu saja laki-laki kuat dan bebal seperti Menma pasti akan berumur panjang kan? Hanya saja Shion harus sabar untuk menunggu kabarnya.
Berbekalkan kardigan hitam panjang, Shion mengamit lengannya. Seolah memeluk diri-sendiri. Karena keberadaan sang suami yang diharapkan akan memeluknya erat dimalam dingin ini belum juga kembali.
TOK! TOK! TOK!
Shion menegang. Ketokan pintu kamarnya yang serasa horror membuatnya kaget. Pastinya yang melakukan hal itu bukanlah Menma. Karena jika lelaki itu datang, tidak ada istilah ketok pintu, melainkan langsung dobrak saja!
"Ibu.. Kenapa belum tidur?"
Manik kelabu milik Shion menatap khawatir pada sang Ibu yang berdiri lesu di depan kamarnya.
"Kau juga, sudah ibu duga. Kau pasti belum tidur hanya untuk menunggu si pria sialan itu pulang kan?" Sinis Miroku.
"Ibu... Jangan bicara begitu! Menma bukan pria sialan.. "
"Shion! Apa kau tidak lelah?-"
"..." Shion menelan perlahan ludahnya ketika sang Ibu bertanya sembari menatap lurus manik indah sang anak. Tiba-tiba Shion jadi gugup.
"Jujur saja pada Ibu.. Apa kau tidak lelah?" Ulang Miroku. Mereka berdua masih berbincang sambil berdiri.
"Maksud Ibu, aku harus lelah untuk apa? Rasanya tidak ada hal bisa membuatku lelah" Kilah Shion.
Disisi lain hidung Miroku malah sudah mulai kembang-kempis mendengar jawaban bolot anaknya. Miroku tau jika Shion selalu menutup-nutupi segala hal. Tapi putri sematawayangnya itu selalu mudah ditebak.
"Jangan berpura-pura bodoh Shion! Maksud Ibu, apa mengurus Menma tidak membuatmu lelah hah!!??" Lantang Miroku. Hal itu semakin membuat Shion mulai kecewa pada sang Ibu.
Lagi-lagi Miroku ingin menjatuhkan dan menjelek-jelekan Menma, dihadapan Shion.
Memang sih Shion dulu banyak mengadu pada Ibunya, mengenai masalah rumah tangganya. Akan tetapi tidak mesti Miroku setiap saat harus gencar mencacati Menma, terlebih dia melakukannya dihadapan orang yang sangat mencintai lelaki arogan itu.
'Kenapa harus topik ini lagi?' Batin Shion mulai sedih.
"Cinta tidak mengenal lelah Ibu" Lembut Shion.
"Persetan!!.. Selalu saja jawabanmu itu terus.. Ibu pribadi, merasa kasihan melihatmu Shion! Kau seperti pengemis, bahkan pada suamimu sendiri kau terlalu sering mengemis padanya. Yang jelas-jelas sudah mulai tidak peduli lagi padamu!!" Hari yang larut sepertinya tidak mampu juga melarutkan kegeraman dari besan keluarga Namikaze ini.
Jujur saja. Akhir-akhir ini Miroku kepalang sangat kesal dan sangat geram kepada sikap menantunya. Yang seolah memperlakukan istrinya layaknya hewan peliharaan.
Hal itu semakin jelas ia lihat semenjak pasangan suami istri muda ini tinggal di kediamannya.
Miroku sangat ingin menghabisi Menma, dirinya ingin memusnahkan makhluk keji berambut merah itu karena telah membuat putrinya menangis diam-diam didalam kamar sepanjang malam, saat Menma mengacuhkan dan selalu membuat Shion khawatir setengah mati.
Belum lagi pertengkaran-demi pertengkaran yang tercipta diantara mereka. Selalu menyisakan Shion sebagai korbannya. Jadi sudah mutlak manusia yang bernama Namikaze Menma harus segera dimusnahkan!
"Ibu rasa hidupmu akan bahagia, jika kau berani untuk meninggalkan si kepala merah itu Shion!.. Ibu percaya kau akan bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari dia! Percayalah ucapan Ibu, Shion.."
Tanpa bisa dibendung. Setetes air mata sepertinya terguling deras menuruni lelukan pipi mulus wanita cantik berambut pirang pucat tersebut.
"Aku tidak bisa Ibu"
GREB!!..
"Shion lihat dan tatap Ibu!"
Miroku dengan kasar mencengkram bahu putrinya. Sang Ibu berusaha meyakinkan anak tunggalnya untuk berani bertindak lebih jauh demi masa depannya.
Tidak tega rasanya Miroku harus selalu melihat Shion muram dan sedih. Bahkan sekarang Shion terasa lebih kurus di mata Miroku. Pasti putri kecilnya ini, begitu stress memikirkan kelakuan lelaki yang sangat dicintainya itu.
Bedebah kurang ajar itu!! Akan mati di tangan Miroku!
"Cobalah lakukan kata-kata Ibu!... Tinggalkan saja Menma! Kau tidak akan merasakan rasa sakit hati lagi!!.." Yakin Miroku untuk yang kesekian kalinya.
"Hiks.. Ibu aku tidak bisa!!" Shion mulai terisak pelan.
"Kau pasti lelah dan stress mengurus cecunguk tak berguna itu. Lupakan Menma! Cari laki-laki lain yang sama dengan almarhum ayahmu.. Laki-laki yang baik dan setia itu ada banyak Shion!" Nasihat demi nasihat selalu mengalun untuk putri sematawayangnya. Miroku tidak pernah berhenti untuk merubah garis tangan Shion.
Mungkin saja Shion masih takut untuk memulai. Tapi jika wanita itu takut. Miroku ada dan bisa mewakili Shion untuk melakukannya. Memulai hidupnya tanpa Menma itu tidak berat. Setidaknya pasti hal itu hanya berlaku untuk Miroku saja.
"Aku memang sering merasa sakit hati ketika Menma bersikap kasar dan bahkan memicu pertengkaran hebat diantara kami.. Tapi aku terlampau mencintainya Ibu.. Aku tidak bisa meninggalkannya! Bahkan untuk menghakiminya saja aku benar-benar tidak mampu Ibu!!"
Miroku membawa wajah sembab Shion kedalam pelukan hangatnya. Bahu kecil itu sedikit bergetar.
Menangis dalam diam adalah kebiasaan Shion. Tentunya dulu ia melatih dirinya seperti ini agar Menma tidak tau jika Shion suka menangis karenanya.
"Yaampun..." Miroku mengusap sayang punggung Shion. Untuk meredam gejolak kesedihannya.
"Ushht!!.. Jangan menangis seperti ini Shion... Ibu mohon padamu" Melihat Shion menangis serasa ada ratusan jarum yang menghujan ke hati Miroku.
"Ibu, aku ak-aku mulai bingung dengan semuanya... Hiks! Tapi aku yakin, aku masih bisa bertahan dengan Menma" Didalam dekapan Ibunya, Shion masih menangis. Miroku semakin iba mendengar penuturan pilu anaknya.
"Shion... Kau tau jika Ibu sangat sayang padamu. Apalagi hanya kau yang masih Ibu miliki didunia ini, harusnya ibu bisa melihatmu bahagia... Tapi jika seperti ini terus, Ibu juga akan merasa terluka sama sepertimu... Ditambah juga Menma, pernikahan kalian tidak memiliki pengikat yang kuat-"
Miroku menuntun Shion untuk duduk di ranjang kamarnya. Tentu saja Miroku tidak mau anaknya menangis sesenggukan dengan pose berdiri terus. Sembari duduk, Miroku lalu kembali menasehati Shion.
"-Kehadiran anak bisa memperkuat hubungan suatu pernikahan.. Tapi kalian, 'kau dan Menma' tidak memilikinya. Pantas saja Menma seperti ini... Dia seolah kecewa dan melampiaskannya padamu. Ibu tidak tau apa masalahnya kalian masih belum memiliki anak sampai sekarang... Tapi filling Ibu mengatakan jika kau mau berpisah dari Menma maka kau bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang Ibu"
"-Empat tahun itu bukan waktu yang sebentar.. Kau pasti tertekan selama ini tinggal di rumah besar itu" Miroku masih mengelus bahu Shion. Perlahan Shion mengusap air matanya. Ia mendongkak menatap Ibunya.
"Iya Ibu benar.. Empat tahun bukan waktu yang sebentar. Dan selama itu, keluarga Namikaze. Khususnya Menma dan Kushina Kaa-san selalu mengharapkan anak dariku.. Itu membuatku hampir gila jika mengingat-ngingat semuanya" Terang Shion.
"Katakan apa yang terjadi.. Selama ini kau hanya curhat masalah Menma pada Ibu, sedangkan hal-hal lain seperti besan dan keluarga Namikaze itu, kau seolah menutupinya" Desak Miroku lagi. Ia tak mau Shion masih menyimpan beban jika tidak mau berbagi sedikit keluh kesahnya.
"Aku tidak mau membicarakan Tou-san atau Kaa-san.. Mereka berdua orang yang sangat rumit" Sahut Shion.
Seolah belum puas Miroku kembali menatap lurus mata Shion. Demi mendapat jawaban darinya. "Dan lagi, Ibu punya satu permintaan... Bisakah kau menjawab satu pertanyaan Ibu ini dengan jujur?"
Shion mengangguk, matanya sedikit merah, dan jejak air mata masih sesekali membasahi pipinya.
"Apa yang ingin Ibu tau?"
"Ini hanya tebakan Ibu.. Sebenarnya sudah lama ibu memikirkan ini, semoga saja tidak benar... Tapi jika benar, kau harus jawab ya dengan jujur"
Shion hanya mengangguk lagi untuk meyakinkan Miroku, yang akan mendapat jawaban jujur darinya.
"Siapa diantara kau dan Menma yang tidak bisa punya anak? Ibu yakin ada satu hal yang salah diantara kalian... Tidak mungkin rasanya sebagai pasangan suami istri kalian tidak pernah memeriksakan diri saat terlalu lama tidak mendapat tanda-tanda punya momongan kan? Jawab Shion!!.."
Shion menggeleng lemah. Raut wajah Miroku jadi berubah. "Shion!" Lirih Miroku. "Apa kau?"
Shion bersumpah, saat ini ia ingin lenyap saja dari hadapan Ibunya. Lihatlah sekarang bagaimana reaksi Miroku yang sampai mengguncang-guncangkan bahunya untuk menyadarkan Shion dari lamunanya.
Iya, Shion melamun. Karena teringat akan perkataan Menma. Dimana Shion harus menutupi kenyataan jika suaminya tidak bisa punya anak.
'Tolonglah siapapun.. Bunuh saja aku!' Batin Shion.
--
--
Bersambung...
--
Maafkan ega yang sekarang lebih pro ke Menma wkwkwk.. habisnya ini salah ega juga, yang sudah membuat karakter Menma jadi begitu kuat. Jujur saja ega suka karakter orang jahat wkwkwk.. khususnya karakter yang ega bayangkan kuat, jahat dan kejam. Yeahh...
Ok waktunya Q;#A Yuhu~
Maaf jika agak panjang... ini rurutannya ega ambil dari riview bawah, ke atas.
Zene99 : ini sudah dilanjut kak, semoga terobati kekangenannya ya :)
Guest (1) : ini sudah mulai dilanjut ya, kyu~ merapat lagi kak :)
Narusaku29 : kyaaaa... apa kabar temanku? Hm.. moga kamu selalu sehat seperti ega~ makasi ya sudah setia menanti ega nongol dengan fic ini.. makasi banyak, mungkin tanpa dorongan semangat dan kehadiranmu membantu ega untuk menumpas para heters. Ega yakin, ega bukanlah apa-apa dan bukanlah siapa-siapa T_T
Guest (2) : siap! Ini masih on going kak.. kyu merapat~
Uyab4869 : makasi loh kak udah mampir dan selalu nungguin fic ini.. ega harap kamu nggak sampek lumutan kak :)
Namikaze Yohan396 : aduh sayangku makasi udah mau ngenain rasengan buat buat para flamer~ unch deh.. makasi ya :)
Stable. Wind. Roll : makasi udah mampir ya :)
eight heroes : hmmm.. umur ega ya? Sebenarnya ini pertanyaan sulit. Dan ega akan bocorkan umur ega disini, tapi kamu jangan bilang sama siapapun ya.. ini hanya rahasia kita!!.. kamu bisa kira-kira deh kalo misalnya anak kelahiran th-99 itu sekarang udah berumur berapa T_T ya seperti itu pokoknya.. dan inget ya ega ini seorang Cewek~
Adammuhammad980 : siapp.. kak :)
Awy77 Adrian : tentu saja kak, makasi udah mampir...
Guest (3) : masak sih? tapi kamu jangan salahkan Sakura, salahkan saja Ega : Karena ega nggak sengaja mengubuat Sakura terlihat jijik dimatamu.. engak apa-apa.. salahkan saja ega.
Guest (4) : salam NS juga ya :) makasi semangatnya ini sudah seperti lagu Fire~ bts wkwkwk.. membara sampai ke tulang-tulangku..
Guest (5) : yng nulis type your riview here.. terimakasih sudah bersedia mampir T_T sungguh mengharukan bagi ega karena masih banyak yng mengharapkan fic ini dilanjut..
Sempak tempur : terimakasih masukannya kak :)
Libra of Viking : terimakasi ya semangatnya, salam juga dari ega yang sama-sama tersesat di jalan yang bernama *author abal...
Z : masih berlanjut kyu kak merapat...
Re65 : yosh!!.. secepatnya kak makasi udah mampir..
R-kun Dynamite : siappp.. sabar-sabar ya :)
Guest (6) : tentu saja tapi sabar ya
Guest (7) : makasi sudah mampir.. tapi tolong bersabar ya sama ega :)
Ranindri : karakter Kizashi memang sengaja ega buat agak tempramental. Rasanya ega udah jelaskan alasan kenapa Kizashi begitu menyayangi Sakura dan sangat membenci Shinachiku yang notabena adalah cucunya sendiri... tapi kakak jangan maki-maki Kizashi ya, karakternya memang begitu. Namanya juga orang tua udah usur, jadi jangan diambil hati ya :)
Dan karakter Kushina yang kurang stabil, itu murni karena kesalahan ega. Alasannya, karena ega kadang lupa interaksi dan ekspresi para tokoh di chapter sebelumnya T_T aduh tolong maafkan ega..
CAR123 : cieee adek kecil udah balik ke ffn lagi ya.. gimana sekolahnya? Moga lancar jaya ya.. dan masalah fn darling in the beast yang kamu maksud itu kita lanjutkan kapan-kapan aja :3 udah chap 2 ya, tapi sialnya ega ketinggalan beberapa episod loh dari anime darling in the franxx itu~
Guest (8) : yosh!!! Makasi kak semangatnya..
Aprilia NS : kyaaa.. makasi buat kak Aprilia NS yang udah setia menunggu fc ini dari dulu sampai sekarang.. :) ega sangat terharu..
Guest (9) : ega akan usahakan :3
Nah sekian ya salam-salam ega.. maaf jika ada kesalahan dalam penulisan akun kalian T_T yakinlah ega nggak sengaja ngelakuinnya.. karena ega anak yng baik..