Kuroko no Basuke belongs to Tadatoshi Fujimaki
14/02
By Lean Aviliansa
Warning : boyxboy, OOC, typos
Summary : Furihata yang terkenal seorang jomblo yang berparas imut, di hari kasih sayang tahun ini dia membuat suatu sumpah dan berharap semoga nasib jomblo nya akan segera berakhir.
Selamat membaca (~ '-')~
Sudah dua hari semenjak kejadian dia berkeluh kesah tentang status kejombloannya dan juga kegalauannya tentang hari ini, hari kasih sayang, yang akan terasa indah jika dia, Furihata Kouki, mempunyai seseorang spesial yang bisa dia limpahi kasih sayang. Tapi kenyataannya, hatinya masih kosong, belum ada yang bisa memberikan warna-warni pada hatinya.
Sebenarnya kalau diperhatikan, dia cukup tampan dan imut, pribadinya yang baik hati dan selalu mengedepankan orang yang dia sayang dibandingkan dirinya sendiri, semua itu sudah cukup untuk masuk di kriteria pacar idaman. Dia bisa saja menembak cewek yang selalu mencari perhatiannya, ya, dia menjadi cukup terkenal setelah dia turun ke lapangan saat semi final dan final winter cup.
Namun, akibat gadis yang dia suka, yang membuatnya beralasan untuk harus menjadi nomor satu di jepang, malah mengingkari janji yang diucapkannya sendiri pada Furihata dan memilih untuk menerima ketua klub fotografi sebagai kekasihnya, membuat Furihata merasa sudah dihianati dan tentu saja dia sangat kecewa. Semenjak itu, Furihata menjadi lebih menutup diri dari hal-hal yang berbau romansa dan dia enggan untuk membuka hati pada orang baru. Namun, kali ini berbeda, di hari kasih sayang tahun ini, ingin sekali dia berbagi kasih dengan orang yang spesial.
Kini dia terduduk lemas di bangkunya, sedikit berharap akan ada seseorang yang menghampirinya, tentu saja membawa coklat, tapi hingga sekolah sudah hampir sepenuhnya kosong tak ada satupun orang yang terlihat ingin mendekatinya.
"Hey, Furi. Kau tidak mau pulang?" Fukuda dengan tas sudah di bahunya menghampiri Furihata.
"Ah, Fukuda. Iya sebentar, aku akan membereskan barang-barangku dulu," Pemuda brunette tersebut segera memasukkan buku teks lumayan tebal yang tadi sempat hampir dia jadikan pelampiasan rasa galaunya, tapi untung saja tidak jadi, terlalu sayang untuk dirusak. Hey, buku adalah jendela dunia, apalagi kalau harganya kebetulan sangat menohok bagi kantong pelajar, "Dimana Kawahara?"
"Dia sudah pulang lebih awal, jangan tanya kenapa, karena sangat sulit untuk dijelaskan."
"Humm, oke." Kini mereka berjalan di koridor tanpa bersuara, sebelum akhirnya Fukuda memutuskan untuk membuka percakapan.
"Oh iya, Furi, kau mau coklat? Kebetulan aku mendapatkan satu dari si botak." Ya, sebenarnya diantara Fukuda dan Kawahara ada sesuatu hal yang spesial, tapi mereka tidak ingin memberi status tertentu pada hubungan mereka, seperti pacaran.
"Eh, tidak usah, Fukuda. Lagipula itu diberikan oleh Kawahara untukmu." Tolak Furihata, 'sebenarnya aku menginginkan coklat, sangat, tapi tidak mungkin aku memakan coklat Fukuda, argh.. kenapa si botak itu tidak memberiku coklat juga, walaupun dengan embel-embel coklat persahabatan.' dan begitulah yang sebenarnya dirasakan oleh Furihata saat ini.
"Eh, benarkah? Ya sudah kalau begitu." Fukuda kembali memasukkan coklat itu ke dalam tasnya. Baru saja mereka melangkah menuju loker sepatu, mereka melihat pemuda dengan alis bercabang berdiri di depan loker -miliknya sendiri- sedang mengganti uwabaki dengan sepatu pribadi,
"Loh? Kagami, tumben kamu sendirian? Dimana Kuroko?" Tanya Fukuda setelah mereka bertemu Kagami di loker sepatu.
"Oh, Fukuda, Furi." Sapa Kagami yang dijawab 'osu!' oleh Furihata."Entahlah, Kuroko bilang katanya dia ada urusan mendadak, mungkin ada cewek yang ingin memberikan coklat padanya."
"Eh?! Benarkah?!" Fukuda dan Furi berteriak bersamaan.
"Mungkin. Aku bilang mungkin saja."
"Oh, mungkin." Fukuda dan Furihata menghela nafas lega secara bersamaan (lagi).
"Aku lapar, nih, Fukuda, Kagami, bagaimana kalau kita ke MajiBa?" Ajak Furihata setelah merasakan perutnya sudah minta diisi.
"Wah, ide bagus. Bagaimana, Kagami?"
"Ah, maaf. Aku tidak bisa." Jawaban Kagami seketika membuat shock Fukuda dan Furihata. Tidak biasanya seorang Kagami menolak saat diajak ke MajiBa, sekali lagi, Menolak - Ke - MajiBa! "Aku harus mempersiapkan dapur untuk membuat coklat bersama Kise nanti malam, lagipula kalian dengar kan saat aku membicarakan ini saat kita di warung ramen."
"Oh, begitu ya. Baiklah, semoga sukses." Fukuda melambaikan tangan pada Kagami yang beranjak pergi meninggalkan Fukuda dan Furihata, tak lupa dia juga mengucapkan terima kasih. Sedangkan Furihata, moodnya kini makin buruk saja. Bukannya dia benci melihat teman-temannya berbahagia di hari spesial ini, bukan, tapi dia benci dengan dirinya sendiri, yang menginginkan seorang kekasih namun malah tak berbuat apa-apa, dan dia bertindak seolah-olah ini adalah salah takdirnya.
Furihata sudah menyerah, dia sudah lelah, tak ingin lagi berharap banyak, hanya ingin melupakan tentang hari ini dan berteriak. Mungkin bukan sekarang, mungkin juga karena tekatnya yang kurang, mengharap tanpa bertindak, hingga tak bisa mendapatkan apapun-
"Eh?!"
-atau tidak.
Furihata kaget bukan kepalang, saat ingin mengambil sepatu dari dalam lokernya, ternyata disana ada sesuatu yang selama ini diharapkan oleh Furihata, coklat, tak hanya satu, tapi dua sekaligus.
"Wah, Furi, kau bercanda kan? Kau...mendapatkan coklat, tidak, dua coklat lebih tepatnya. Astaga...kau memang sudah terbukti seorang ikemen. Wah..."
"Eh...Furkuda, jangan terlalu membesar-besarkan hal dengan mengatakan bahwa aku seorang ikemen, tapi, aku memang pantas sih disebut sebagai ikemen. Hahaha"
"Dasar... aku menyesal sudah memujimu" Fukuda menghela nafas, namun dia tiba-tiba teringat akan sesuatu, "Ah, benar juga. Omong-omong coklat itu dari siapa Furi?"
"Eh... sebentar aku lihat," Furihata segera membuka surat yang memang sudah tertempel di coklat tersebut,"Apa?! I-ini, coklat ini dari Akashi-san."
"Hah?! Kau serius? Uwah, tiba-tiba aku merinding. Lalu yang satunya?"
"Yang satunya... eh, tidak ada nama pengirimnya. Kira-kira dari siapa ya?"
"Coklat itu dariku, Furihata-kun."
"Gyaaaa!" Fukuda dan Furihata teriak bersamaan, Furihata segera mengelus dadanya sembari menenangkan diri, sedangkan Fukuda menghujam Kuroko dengan berbagai sumpah serapah.
"Kuroko, etto.. ini benar darimu?"
"Itu benar, Furihata-kun. Jadi, Furihata-kun, maukah kau berpacaran denganku?" Fukuda melotot, Furihata kaget, Kuroko masih menatap Furihata, menunggu jawaban.
"Tidak." Bukan, itu bukan suara Furihata, bukan juga Fukuda, apalagi Kuroko. "Kouki tidak akan menerimamu, Tetsuya."
"Eh?" Ini baru suara Furihata, juga Fukuda, dan tentu saja Kuroko.
"Kouki tidak akan menerimamu, karena dia akan menjadi kekasihku. Benar begitu kan, Kouki?" Tiba-tiba saja Akashi datang, mengatakan bahwa Furihata tidak akan menerima Kuroko dan akan menjadi kekasih Akashi. Ternyata sedari tadi akashi sudah menunggu Furihata di depan pintu masuk Seirin, yang artinya dia juga menyaksikan semua peristiwa penembakan Kuroko terhadap Furihata.
"Kau tidak boleh memutuskan secara sepihak seperti itu, Akashi-kun. Semua keputusan ada di tangan Furihata-kun." Kuroko melangkah maju mendekati Furihata, dengan lembut dia mengambil tangan pemuda bersurai coklat itu,"Furihata-kun, kalau kau mau berpacaran denganku, aku akan berusaha menjadi uke yang terbaik untukmu." Mendengar perkataan Kuroko, Fukuda dan Furihata ber-'Eh?!' bersama.
"Kouki, jika kau menjadi kekasihku, akan kujadikan kau uke yang paling bahagia di dunia. Aku tidak akan mengecewakanmu, karena aku absolut."
Melihat dirinya diperebutkan, bahkan tidak hanya sekedar diperebutkan, dia dihadapkan dengan dua pilihan, salah satunya dia akan menjadi seorang yang berada diatas, sedangkan satunya dia akan menjadi pihak penerima, dia hanya bisa melongo tidak percaya. Ah, bukan itu masalahnya. Memang benar Furihata pernah berkata bahwa dia akan menerima siapa saja yang mengajaknya berkencan di hari Valentine, tak terkecuali seorang pria sekalipun. Tapi dia tidak benar-benar berharap akan terjadi sungguhan, bagaimanapun yang dia inginkan adalah seorang gadis cantik yang akan dia limpahi kasih sayang, yang tentu saja tak dimiliki oleh teman-temannya. Oke jangan bocorkan bahwa Furihata pernah mengatakan itu.
Tak ingin terlalu lama terjebak dalam situasi ini, Furihata ingin sekali kabur dan mengurung diri ditempat yang tak banyak orang tahu. Benar, Furihata benar-benar tak tahu harus bagaimana, dia tidak bisa menerima salah satu dari mereka berdua, bahkan keduanya sekaligus. Dia harus segera pergi,
'Ah, benar. Fukuda!' Tangannya segera mencari eksistensi Fukuda yang dia ingat berada di sampingnya, "Lho? Fukuda?" Tak disadari olehnya, Fukuda sudah lebih dulu melarika diri meninggalkan Furihata bersama dua hewan buas berwarna biru langit dan magenta, sungguh teman yang baik. "Fukuda sialan!" Teriak Furihata selagi dirinya dibawa paksa dan dimasukkan ke dalam mobil Akashi yang sudah terparkir sejak tadi di depan Seirin, bersama dengan Kuroko(?)
'Tidaaaakkkk!' Teriakan dari hati kecil si Chihuahua malang.
Silahkan hina aku sepuasnya. Kalian semua suci aku Ushijima.
Udah, gak bisa ngomong apa-apa lagi. Cuma mau minta maaf yang sebesar-besarnya, karena endingnya gitu banget. Maafkan saya.
Tapi, luangkan waktu kalian sedikit lagi untuk membaca omake dibawah.
Omake
"Yo! Furi." Fukuda dengan muka tanpa rasa bersalah menghampiri Furihata yang sudah menjadi gumpalan jeli di mejanya.
"Fukuda... Fukuda! Kenapa kau tega meninggalkanku?!" Furihata segera bangkit berdiri dan menarik kerah baju Fukuda.
"Ma-maaf, Furi. Aku tidak bermaksud menghianatimu, aku hanya takut berada terlalu lama disana."
"Tetap saja!"
"Ta-tapi yang paling penting kau masih selamat kan, kau masih berada disini." Furihata melepas cengkramannya dan menghela nafas panjang. "Oh, iya. Bagaimana caranya kau masih bisa selamat, Furi? Dan siapa yang kau pilih untuk menjadi kekasihmu?"
"Aku membuat persyaratan. Bukan, sebenarnya bukan aku yang membuat, tapi mereka. Aku harus berkencan dengan Kuroko di hari Senin sampai Rabu, sedangkan hari jumat sampai minggu aku harus bersama dengan Akashi. Selama dua bulan penuh."
"Wah...waw."
Dan tidak, tidak ada yang aku pilih diantara mereka berdua."
"Dasar ikemen."
"Fukuda, tolong aku. Aku ingin semua ini segera berakhir. Aku tidak ingin seperti ini." Furihata mulai menangis dipelukan Fukuda
"Eh, Furi. Tidak apa-apa kan? Setidaknya kau mempunyai teman untuk berkencan. Bukankah itu bagus, iya, kan? Hahaha."
"Fukuda. Kau memang teman yang sangat menyebalkan." Furihata segera menghadiahi Fukuda sebuah tinjuan. Tak terlalu keras namun tetap terasa sakit. Mulai hari ini Kehidupan Furihata akan berubah, namun apakah hanya untuk sesaat atau mungkin akan dilanjutkan untuk selamanya, semua keputusan ada ditangan Furihata Kouki.
End.
Terima kasih sudah mau membaca sampai akhir. Review, please. :)
Sampai bertemu lagi ~('o'~)