Dragons of Magic Knights Academy
Rheinhart
©Masashi Kishimoto & Ichie Ishibumi
Warning : Absolute! Naru, OC, OOC, AU, Medieval! Theme, Typo (s), Small! Harem, Etc

Pair : Naruto x Titania x ?

Lahir dari ayah seorang Pahlawan Pembunuh Naga, [Peter san Siro], dan ibu seekor Dewa Naga, [Ophis], dia adalah entitas terkuat yang hidup di dunia ini, bahkan [Astrid] segan terhadapnya. Dan nama agung-nya adalah [Melchior], yang berarti [Raja]. Namun bukan itu nama kecil yang diberikan oleh sang ayah, nama yang selalu ia banggakan hanya ada satu, [Namikaze Naruto].

Naruto PoV

Dengan kedua mata yang masih mengerjap karena sinar mentari pagi yang lolos dari halangan korden, sedikit aku regangkan tubuh tanpa terbalut busana ini dengan sepenuh hati, terdengar suara krakk ketika aku melakukannya, dan itu memberikan sebuah kepuasan tersendiri.

Kepalaku masih terasa sakit akibat efek dari Hangover karena terlalu banyak minum, usia minimum untuk meminum alkohol di negara ini adalah limabelas tahun, jadi tidak ada masalah bagiku yang notabne berumur delapan belas. Sekumpulan kecil memori tentang kejadian kemarin malam datang dan menghujam otak, memperburuk rasa pusing yang saat ini sedang melanda.

Ketika hendak bangun dari kasur dan bergegas mengenakan pakaian, terdapat sesuatu yang menghalangi- lebih tepatnya memeluk perutku, dan sesuatu itu adalah tangan putih porselen milik seorang Dewi. Itu adalah tangan dengan jari-jari lentik milik seorang gadis dengan surai-nya yang merah mencolok serta orang yang saat ini aku panggil Kekasih, Titania.

Walau samar-samar, sekarang aku ingat tentang kejadian setelah pulang dari bar. Saat itu aku terlalu mabuk untuk mengendalikan diriku, dan ketika menjumpai Titania sedang berada di dalam rumah dan sedang terlelap di ranjangku, aku menyerangnya. Ugh, maaf karena membuatmu basah oleh cairanku, Dewi Pelindung.

Tanpa kesulitan berarti, tangan itu berhasil aku singkirkan. Titania bukanlah seorang wanita berambut panjang, jadi aku tak perlu khawatir bila secara tak sengaja rambutnya melilitku atau semacamnya, lagipula panjang rambutnya hanya sedikit lebih panjang dari laki-laki pada umumnya, namun tidak sampai sebahu, hanya sedikit lebih panjang dari lelaki.

Cantik? Bodoh jika bertanya demikian kepadaku, dia adalah seorang Dewi. Satu-satunya hal yang patut kalian pertanyakan adalah 'Mengapa ia jatuh cinta dengan seorang pria gendut'.

Setelah mengenakan selembar celana dalam untuk menutupi bagian bawahku, kamar mandi adalah tujuan selanjutnya untuk menghilangkan efek Hangover yang sangat mengganggu ini.


xXx Dragons of Magic Knights Academy xXx

Setelah mandi, mengenakan seragam serta menyiapkan sarapan, kusantap hidangan berupa selembar roti dan selai kacang dengan susu sebagai pelepas dahaga yang sudah tersaji rapi diatas meja. Bunyi dentingan terdengar cukup keras ketika dengan tanpa perasaan, aku meletakkan gelas kosong yang tadinya terdapat susu didalamnya diatas meja makan yang terbuat dari kaca.

Dengan indera pendengaran yang lebih tajam dari manusia, dapat terdengar dengan jelas suara langkah kaki yang asalnya dari kamar menuju kemari, pasti dia sudah bangun.

"Ohayou, Naruto-kun ,"

"Ohayou, Titania,"

Kemudian ia duduk di sisi lain meja, tepat menghadap kearahku. Selanjutnya ia juga mengambil sehelai roti dan mengolesinya dengan selai sejenis denganku. Hanya ada empat kursi di meja makan, dan karena posisi kami berhadapan, setiap tindakan yang ia lakukan dapat dilihat jelas oleh sepasang bola mata berwarna safir ini.

Elegan dan Berkelas, seperti yang diduga dari seorang Dewi. Berhenti memandanginya, tanpa terasa roti berselai yang aku pegang sudah mencapai gigitan terakhir, habis. Entah karena apa, aku enggan meninggalkan meja walaupun perut buncitku sudah terisi, walau tak terlalu kenyang sih, bagiku menonton cara makan elegan yang ditunjukkan oleh didepanku lebih menarik daripada beranjak dan menuntut ilmu di Magic Knights Academy.

"Apa ada yang salah, Naruto-kun?"

Sadar akan tatapanku, ia bertanya tanpa pikir panjang, berbicara di tengah proses menyantap hidangan bukanlah hal yang dapat dibilang sopan, namun sepertinya ia tak dapat menahan rasa ingin tahunya terhadap tatapanku.

"Tidak ada," jawabku singkat, kali ini aku topang kepalaku dengan tangan kanan yang bersandar di meja. Ia menatapku risih sejenak, sebelum akhirnya melanjutkan kegiatannya. Sebisa mungkin mengabaikanku. Dan kemudian setelahnya, ia meminum susu sebagai acara penutup atas acara sarapan pagi ini.

"Titania, bolehkah aku bertanya suatu hal?"

"Tentu,"

Ia bahkan menjawabnya tanpa pikir panjang, tipikal gadis yang aku sukai. Dengan begini, aku tak perlu sungkan.

"Apa kau memiliki fetish terhadap orang gendut atau semacamnya?" tanyaku, ia terdiam untuk sejenak dengan sepasang kelereng sebiru milikku menatapku dalam bingung.

"Apa maksudmu?" Ia menyuarakan ketidakpahamannya, dan segera aku beri penjelasan.

"Apa kau punya selera atau semacamnya terhadap orang gendut, sehingga menjadikanku sebagai pasanganmu? Kau tahu kan, orang gendut bukanlah tipe yang disukai wanita," Setelah penjelasan singkatku, ia memberi Ohh singkat dan segera menjawab.

"Aku tidak memiliki semacam ketertarikan akan hal itu, aku murni mencintaimu apa adanya,"

Ia mengucapkannya dengan malu-malu, jari-jarinya ia mainkan demi menutupi rasa gugup dan malu yang bercampur, itu imut, kau tahu?

Dan juga, siapa yang sebenarnya kau cintai?

Apakah entitas agung bernama [Melchior], anak dari Pahlawan Pembunuh Naga dan Dewi Naga, [Peter San Siro] dan [Ophis].

Ataukah makhluk lemah yang terlahir dari seorang pekerja kantoran dari dunia lain yang dikirim oleh [Astrid] ke dunia ini dan seorang loli bernama Namikaze Minato dan Ophis. Pemuda yang memiliki kelebihan berat di tubuhnya, yang memiliki timbunan lemak baik di perut, maupun pipi dan anggota tubuh lainnya.

Hanya sebagai informasi belaka, wujudku yang sekarang jauh berbeda dengan wujud [Melchior]. Tubuh ini lamban dan lemah, sementara wujud [Melchior] benar-benar sesuatu yang melebihi [Dewi] itu sendiri. Dua tubuh berbeda dengan satu pemilik yang sama, dibandingkan menjadi Overpower atau semacamnya, aku lebih memilih menjadi normal. Itu sebabnya aku lebih memilih tubuh ini, dan berubah menjadi wujud satunya apabila benar-benar terdesak dalam keadaan hidup dan mati.

Tanpa memberikan sepatah katapun kepada Dewi dihadapanku, aku tersenyum hangat dan mengelus-elus puncak kepalanya. Halus, rambut pendeknya benar-benar mengagumkan, seperti yang diduga dari seorang Dewi Pelindung. Ia tak memberi perlawanan, dan hanya menikmati belaian lembutku dengan mata terpejam. Kami melakukan aktivitas statis semacam ini dalam waktu cukup lama, dan setelah kusadari bahwa aku harus bergegas pergi ke akademi, aktivitas ini aku hentikan.

"Baiklah kalau begitu, aku berangkat," ucapku dengan kaki melangkah ke ambang pintu, tak lupa mengenakan sepatu berwarna hitam seperti siswa pada umumnya.

"Selamat jalan."


xXx Dragons of Magic Knights Academy xXx

Magic Knights Academy, tempat yang menjadi tujuanku adalah salah satu dari lima sekolah Ksatria dan Penyihir terbaik di Empire. Akademi ini bertujuan untuk mendidik siswa-nya untuk menjadi seorang Ksatria ataupun Penyihir profesional, yang kemudian disalurkan kepada pihak militer sebagai prajurit.

Dahulu, ketika Namikaze Minato belum dipanggil oleh [Astrid] ke dunia ini untuk mengalahkan Seven Dragons, tujuan dari akademi semacam ini adalah mendidik dan melatih muridnya untuk bertarung dan memerangi ketujuh Naga yang menguasai dunia ini dalam bentuk tirani.

Masing-masing dari tujuh Naga itu mewakili setiap [Dosa Besar] yang dimiliki oleh ciptaan [Dewi].

Amarah, [Wrath].

Nafsu, [Lust].

Keserakahan, [Greed].

Kemalasan, [Sloth].

Kerakusan, [Gluttony].

Keangkuhan, [Pride].

Kecemburuan, [Envy].

Dan setelah ayah datang, lima dari mereka mati dalam Perang Dunia Naga, dimana perang agung terjadi antara seluruh eksistensi berakal di dunia melawan Tujuh Naga yang tirani dengan dipimpin oleh seorang yang dapat menggunakan sihir sekaligus teknik berpedang, seorang [Magic Knight] terkuat, sang Pahlawan Pembunuh Naga, [Peter San Siro] alias Namikaze Minato.

Alasan mutlak atas kemenangan ini adalah keterpihakan salah satu dari dua Dewa Naga dalam ras Naga kepada umat manusia, [Envy Dragon Goddess], [Ouroboros Dragons], [Ophis].

[Ketidakterbatasan] milik ibu dan [Crosce de Pietro] atau biasa disebut [Cross of Peter] milik ayah adalah kombinasi terbaik yang pernah ada dalam masa revolusi makhluk hidup itu. Namun itu tak mengubah fakta bahwa korban di pihak manusia dapat dibilang puluhan hingga ratusan ribu. Setidaknya itu lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi dimana ibu berbalik melawan ayah.

Pada waktu sebelum mereka terlibat dalam percintaan, ada sebuah alasan mengapa ibu lebih memilih untuk memihak [Peter] daripada ras-nya sendiri ; [Gluttony Dragon God], [Dragon of Dragons], [Great Red]. Ia ingin membunuh Dewa Naga selain dirinya, [Great Red], beliau memiliki masalah pribadi dengan sang Shin Sekiryuutei. Menurutnya, perang ini adalah kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan untuk membunuh [Great Red].

Namun setelah mengalami kekalahan dalam pertarungan melawan [Great Red], terjadi peristiwa yang kelak akan menghubungkan takdir diantara mereka. Ibu kecewa saat ayah menyatakan bahwa mereka masih belum sanggup menghadapi [Great Red], dan kemudian terjadi pertarungan satu lawan satu diantara mereka.

Dalam duel itu, ayah benar-benar dihajar seperti seorang pecundang, dia benar-benar babak belur dan nyaris mati waktu itu. Kemampuan untuk menciptakan sebuah salib untuk menghentikan seluruh gerakan lawan dan mengikat serta menyalib mereka, [Crosce de Pietro] miliknya tak lebih dari sampah saat berhadapan dengan Naga berukuran kolosal.

Namun takdir berkehendak lain, kekuatan [Cross of Peter] akan semakin kuat jika semakin banyak tulang dari penggunanya yang patah, dan ayah mematahkan hampir semua tulang miliknya. Dan satu salib setinggi dua meter terbentuk dari cahaya yang lebih terang sinar matahari, membuat langit terlihat mendung walau sebenarnya cerah, yang lebih mengejutkan, salib itu berhasil mengikat ibu dengan tubuhnya yang telah berubah menjadi manusia karena kuatnya salib yang mengekangnya. Dan kejadian selanjutnya begitu menyentuh, saat dimana ayah berjalan berjalan terseok-seok dengan hanya kaki kanan yang kondisinya tak begitu buruk jika dibandingkan dengan yang satunya, lalu ia mencium ibu tepat di bibir, dan mengatakan "Aku mencintaimu, wahai Naga loli imutku,". Namikaze Minato-pun pingsan setelahnya.

Kejadian selanjutnya aku tidak tahu, karena setiap ayah akan menceritakannya waktu aku kecil dulu, ia selalu berakhir dengan terbang ke langit dan ibu biasanya akan mengatakan "Jangan kotori kepolosan Naruto dengan kemesumanmu!".

Dan masa-masa indah itupun berakhir ketika aku berumur delapan tahun, ayah harus pergi meninggalkan kami. Ia sebenarnya telah menikah dan memiliki anak dari seorang wanita bangsawan dari klan Phenex, sebelum ia menyatakan perasaannya kepada ibu. Kami berakhir dengan membencinya, namun tak dapat melakukan apa-apa. Ibu tak pernah lagi menunjukkan emosinya semenjak saat itu, seolah-olah emosinya telah mati bersamaan dengan berakhirnya kebahagiaan keluarga kecil itu.

Ayah telah pergi, dan segera setelah itu tersebar berita bahwa Dewi Naga –Ibu- telah memiliki seorang keturunan, dengan nama [Melchior], itu adalah nama agung yang publik berikan padaku. Selama delapan tahun ayah dan ibu berusaha mati-matian menyembunyikan fakta tentang rumah tangga mereka dari publik, itu karena ibu tak mau mencoreng tinta hitam di nama Pahlawan Pembunuh Naga. Setelah aku sadar akan semua itu, aku berakhir membenci kedua orangtuaku dan juga pergi meninggalkan rumah.

"Aku benar-benar anak yang menyedihkan." Itulah aku, tak berani menghadap ibu, benci menemui ayah karena apa yang telah ia lakukan dulu, tetapi masih pula menyayanginya, ego dari Naga benar-benar susah untuk dihilangkan. Dan malah terjebak di dalam kehidupan seorang siswa di salah satu akademi terbaik di Empire, satu dari beberapa negara dengan mayoritas-nya adalah manusia.


X Dragons of Magic Knights Academy X

Saat tiba di depan sebuah gerbang kokoh yang seluruh strukturnya terbuat dari batu marmer yang dulu pernah membuatku terpana karena tingginya gerbang dan keindahannya, aku berhasil masuk kedalam akademi setelah melalui pengecekan yang dilakukan oleh beberapa penjaga berzirah besi di seluruh bagian tubuhnya.

Ini adalah akademi dimana orang-orang kaya dan terbaik dari yang terbaik berada, jubah berwarna putih dengan pola zig-zag berwarna emas di bagian bawah, serta sebuah lambang pedang yang mirip dengan salib dengan blade menghadap keatas, serta nama dari akademi yang disulam menggunakan benang emas, benar-benar elegan.

Kesampingkan bagian jubahnya, pakaian yang ada didalamnya juga tak kalah mewah. Sebuah rompi biru langit yang telah diperkuat dengan sihir dengan beberapa bagian seperti dada – cukup seksi untuk gadis - dan punggung terbuat dari logam mithrill yang dikenal ringan, di lengan bagian kanan terdapat dua buah bintang perak bertengger disana, dan jangan lupakan celana panjang putih yang senada atasan yang ia kenakan. Itulah penampilan umum murid Putih Biru, publik biasa menjuluki murid dari akademi ini dengan sebutan demikian karena pakaian mereka.

Ada satu hal yang sangat penting dan tak boleh terlewatkan oleh kelas Ksatria, yaitu keberadaan sebuah pedang di pinggang, apabila ia seorang Ksatria.

Di akademi ini sendiri, terdapat dua jurusan utama dan satu jurusan khusus, masing-masing jurusan memiliki ratusan murid, kecuali yang terakhir.

Pertama yaitu Magics, sama seperti namanya, jurusan ini dikhususkan kepada para Penyihir muda yang ingin memperdalam kepandaiannya.

Kedua adalah Knights, sudah menjadi hal umum bila orang yang berbakat atau memiliki keahlian dalam pedang dan senjata tajam akan mengambil jurusan yang diperuntukkan untuk orang-orang yang di masa depan ingin menjadi seorang Ksatria Empire.

Perbandingan dari dua jurusan tersebut hampir 50 : 50, dilihat dari manapun mereka akan seimbang dalam aspek tertentu. Dan yang lebih mengagumkan, hampir semua murid disini adalah sekumpulan orang-orang berbakat dan sangat kuat. Namun, sekuat apapun murid dari kedua jurusan tersebut, mereka tetap akan tersingkir ketika disuruh berduel melawan seorang murid dari jurusan terakhir, jurusan yang disebut-sebut hanya diperuntukkan kepada terbaik dari yang terbaik, jurusan Magic Knights, atau Ksatria berpedang yang menggunakan sihir tingkat tinggi.

Jurusan terakhir, Magic Knights. Ini adalah jurusan yang diperuntukkan kepada orang yang berada di tingkatan yang berbeda dari semua murid dari jurusan lain, mereka membantai lawan dengan senjata ketika lawan mendekat, dan menggunakan sihir yang akan menghancurkan lawannya apabila mereka menjaga jarak. Hanya ada tiga orang yang berada di jurusan ini ; Hyodou Issei, Raiser Phenex, dan Vali.

Dua diantaranya mewarisi kekuatan dari dua anggota Seven Dragons, dan yang terakhir... [Crosce de Pietro]. Eksistensi mereka adalah sesuatu yang bahkan seorang [Melchior] harus hindari, tak peduli sekuat apapun Naruto sekarang, ia memiliki kemungkinan untuk mati jika melawan mereka, walau eksistensinya sendiri dianggap melebihi [Astrid], namun bukan berarti ia [Immortal].

Hanya ada tiga hal di dunia ini yang dapat mengancam nyawa Naruto.

Salib yang mampu membelenggu apapun dan menyerap kekuatan mereka hingga ke titik nol untuk dikirimkan kepada pengguna kekuatan salib tersebut, [Cross of Peter]. Rasanya sakit jika kau dapat dibunuh oleh kekuatan ayahmu sendiri.

Naga yang pernah merenggut kedamaian dunia dengan cakar dan taring yang bahkan dapat merenggut nyawa [Astrid], mereka adalah anggota Seven Dragons. Naruto akan menghindari segala macam konflik dengan sesamanya, terlebih mereka masih memiliki peluang untuk membuat dirinya terbunuh.

Dan yang terakhir, senjata yang digunakan oleh sang Pencipta dunia ini untuk menghilangkan eksistensi apapun, [Astrid's Paragon of Luxuria]. Tiga buah bola cahaya sepanas inti planet yang terdiri dari kekuatan [Dewa], [Iblis], dan [Void], satu serangan dan nasib satu benua akan ditentukan pada saat itu juga. Tak ada yang lebih mengerikan dibandingkan serangan semacam itu mengincar pantatmu.

Selebihnya, itu tak akan lebih menyakitkan daripada digigit oleh nyamuk. Ia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemungkinan kematian terkecil dibandingkan dengan yang lainnya. Melawan ketiga hal diatas secara bersamaan sama saja dengan kematian, namun bukan berarti aku akan kalah jika melawan mereka secara satu lawan satu.

Untuk [Crosce de Pietro], penanganannya cukup mudah ; Bunuh penggunanya tanpa mematahkan satupun tulang mereka, itulah bocoran yang aku dapatkan dari cerita ayah. Lagipula aku juga pemilik kekuatan ini, terimakasih kepada garis keturunan yang aku miliki. Namun jika yang aku lawan adalah ayah, ini akan sulit mengingat dia dapat berteleportasi dan memiliki pedang pembunuh naga.

Kedua, jika mereka berasal dari Seven Dragon, aku akan membuat mereka bernostalgia dengan [Crosce de Pietro], lalu menghajar mereka sampai mati dengan serangan jarak jauh maupun dekat. Semakin besar kekuatan yang kau miliki, semakin besar pula daya magnetik dan sedot salib ini. Karena aku adalah anak dari [Ophis], aku juga mewarisi kekuatan [Tanpa Batas] miliknya. Salib ini memang serbaguna. Jangan remehkan [Melchior], wahai Naga-naga tua.

Dan yang terakhir, jika aku harus melawan [Pencipta] dari dunia ini, [Astrid]. Aku akan menyalibnya terlebih dahulu sebelum sempat mengaktifkan bola-bola terkutuk itu, dan akan menghajarnya sampai mati dalam kondisi masih tertempel di salib. Yah, walaupun kemungkinan ketiga tidak mungkin, karena aku adalah kekasih dari adiknya. [Astrid], jadilah kakak yang baik dengan tidak membunuh calon adik iparmu, okay? Atau haruskan aku menikahimu agar kemungkinan ketiga dapat terhapus? Entahlah.

Dan intinya, selama ketiga hal tersebut tidak melawanku dalam waktu yang sama, masih ada kemungkinan untuk menang jika hanya dua dari mereka, dan kemungkinan delapan puluh persen menang jika hanya satu dari ketiga hal diatas yang melawanku.


Dragons of Magic Knights Academy

Bel masuk telah berbunyi, dan sudah waktunya bagi para Ksatria untuk menghunus pedangnya kearah lawan dengan teknik-teknik yang mereka pelajari dari akademi, serta memperkuat kecerdasan para Penyihir dengan cara yang tidak aku ketahui karena aku bukan salah satu dari mereka. Juga, apa yang dapat dilakukan oleh [Regular Knight] ini? Aku hanya memiliki dua buah bintang perak di lengan kananku.

Mengenai masalah tingkatan pangkat di akademi ini, mereka menggunakan bintang sebagai simbol pangkat.

Satu bintang perunggu berarti ia adalah seorang [Newbie].

Dua bintang perak untuk [Regular].

Tiga bintang emas untuk [Senior].

Empat bintang platina untuk [Elite].

Dan terakhir, lima bintang dari berlian untuk [Ace].

Dengan tubuh berlemak ini, perlu sebuah keajaiban bagiku untuk mencapai tingkatan [Ace], bahkan yang dibawahnya saja sudah mustahil tanpa campur tangan [Pencipta].

Kegiatan pada hari ini adalah duel dengan murid dari kelas lain, dan entah mengapa sensei dari kelas tandinganku kali ini memancarkan hawa persaingan yang tinggi. Hei, apa-apaan dengan semangat membara itu?! Kakashi-sensei, tolong lakukan sesuatu dengan sensei hijau beralis tebal itu! Ia membakar semangat masa mudaku. Ruangan pertandingan sudah cukup panas bagiku tanpa semangatmu, kau tahu?

"Pertandingan selanjutnya, Naruto vs Yuuto Kiba. Kalian dipersilahkan maju menuju arena," Itu adalah pengumuman yang dibuat oleh sensei rambut silver dengan wajah bermasker dan selalu membawa buku porno, Kakashi-sensei. Dan juga, kenapa lawanku seorang [Elite]? Ini tidak adil, kalian tahu?

Berjalan menuju kedalam arena, setidaknya butuh waktu sekitar beberapa menit jika harus melalui jalan umum karena tribun penonton terletak beberapa meter diatas ruangan berbentuk balok yang sangat luas ini. Namun beda cerita jika kau langsung melompat dari tribun, kau akan langsung sampai di arena pada saat itu juga.

Berjalan dengan santai menuju ke tengah arena, dimana berdiri sensei hijau dan si pirang dengan baju tanpa sedikitpun unsur besi dan menggunakan long sword yang lebih tipis daripada umumnya , jadi ia tipe kecepatan, kah. Setelah sampai di tengah arena, berpasang-pasang mata terkunci pada sosok kami yang saat ini sedang membungkuk memberi hormat sebelum duel ini dimulai, hal formal yang membuatku muak. Kami langsung memasang posisi kuda masing-masing, ia berkuda-kuda dengan mengacungkan pedang kearahku, dan aku berkuda-kuda dengan posisi masih menyarungkan katana yang aku miliki.

"Pertandingan..."

Nafasku kali ini aku atur baik-baik, dalam pertandingan ini, tak peduli separah apapun kau terluka, kau akan sembuh ketika pertarungan telah berhenti, terimakasih kepada fasilitas sihir Auto Healing yang sengaja digunakan untuk saat-saat seperti ini.

"DIMULAI!"

Dan aku mengawali serangan dengan Battoujutsu, yakni teknik menarik pedang dari sarungnya dengan sangat cepat dan tebasan itu aku arahkan menuju ke lehernya, hanya kurang dari sepersekian detik sejak pertandingan dimulai, jarak yang terbentang sepanjang sepuluh meter aku lewati dalam sekejap dengan Battoujutsu, dan saat jarak antara katana dengan leher si ikemen itu kurang dari beberapa puluh centi, ia menendang tanah untuk menghasilkan daya untuk meloncat dan berhasil mundur sejauh satu meter, ia mendarat tepat didepan ujung katana yang hanya membelah angin. Seperti yang diharapkan dari reflek seorang [Elite].

Yuuto Kiba, mungkin tubuh ini kelebihan berat, tapi masih tergolong cepat untuk ukuran manusia. Jadi, mari berpesta hingga aku tersungkur di saat-saat terakhir.

.

.

.

.

TBC

Kaku, kaku, kaku (") Gk terasa bakal segini kakunya author menulis fic (") Akibat dari pensi begitu lama, dan ketika mau coba nulis lagi, langsung bingung mau nulis apa (") bila ada hal yang ingin ditanyakan, dapat melalui PM atau kotak ripiu (") Fav & Foll diutamakan.

Byeeee~

Rheinhart : OFF!