"Do you know how many alphabets are actually in alphabetical order?" tanya Lucas –guru Bahasa Inggris Baekhyun selama di Canada.

Baekhyun mengkerutkan keningnya, "Twenty six sir."

Lucas tersenyum dan memberikan sebuah novel lama.

"Wrong, read Adam Bede to find out."

Kali ini adalah sesi terakhirnya dengan Lucas karena besok lusa ia akan pulang ke Negara asalnya, Korea Selatan.

Sekolahnya sudah selesai sekitar sebulan yang lalu.

Dia juga sudah diterima di Universitas Seoul jurusan akuntansi.

Sebagaimana yang diinginkan oleh ayahnya.

"Seriously Lucas! Ini hari terakhir kita bertemu dan kau menyuruhku membaca novel usang seperti ini?"

Lucas tertawa, "Sebenarnya itu tugas dari dosenku untuk merangkum isi novel ini. Jadi sebagai penutup sesi belajar kita, aku ingin kau membaca buku ini untuk menjawab pertanyaan dariku serta menceritakan kembali isi novel itu padaku, " Lucas menaikan kedua alisnya, "sekali – kali membantu tugasku." Ujar Lucas dengan Bahasa Korea yang fasih.

"Sungguh sialan aku memiliki guru sepertimu!"

Lucas kembali tertawa dan meninggalkan Baekhyun sendirian di apartemen.

"Selamat menikmati bukunya Baek! Aku akan kembali empat jam lagi!"

"Enyahlah!" Baekhyun berteriak seiring dengan pintu apartemen yang ditutup.

Baekhyun mendesah kasar dan mulai membuka novel tua itu walaupun ogah – ogahan.

Baru membuka halaman pertama, ia sudah mual dengan bau buku yang sudah lama tidak dibuka.

Tidak berapa lama kemudian, Baekhyun menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

"He thought it [Z] had only been put to finish off th' alphabet like; though ampusand would ha' done as well, for what he could see."

Ia mengernyit bingung tentang ampusand ini.

Melihat ponselnya yang tergeletak di sampingnya membuat Baekhyun memukul jidatnya.

Di tahun dua ribu sembilan belas ini sudah ada teknologi bernama google.

Dan Baekhyun merasa bodoh karena mencari alphabet yang di tanya melalui novel berbau ini.

Setelah mengetik ampusand, hasil pencarian langsung muncul keluar.

Membuat Baekhyun tersenyum cerah.

Dari apa yang didapat Baekhyun,

Alphabet ke dua puluh tujuh adalah ampersand.


Ampersand


"Hai Eomma!" Baekhyun melambaikan tangannya di udara, menyapa ibunya yang sudah menunggu di parkiran bandara.

Ibu Baekhyun langsung berlari memeluk anak bungsunya. Melepas rindu, mereka berdua segera masuk ke dalam mobil menuju rumahnya. "Aku sangat rindu kimchi segar." Ujar Baekhyun.

"Eomma sudah siapkan banyak sekali di rumah! Kau tinggal memilih, ada yang diberi bumbu teh hijau, daun pepaya, dan Ah! Ini yang paling enak! Dicampur dengan tahu China! Itu resep dari Ibunya Chanyeol."

Masa bodoh dengan kimchi percobaan ibunya.

Demi apapun, Baekhyun sangat tidak ingin telinganya mendengar nama itu di hari pertama dirinya menginjakan kaki di Korea Selatan.

"Oh iya," ibunya terhenti bercerita. "Ini ada undangan perpisahan dari sekolahmu dulu. Ibu Chanyeol juga yang menitipkannya lewatku. Acaranya besok, pakaianmu sudah Eomma siapkan, ja–"

Baekhyun mengehela napas panjang, memotong perkataan ibunya, "Untuk apa mengundangku?"

"Keluarga kita lebih tepatnya. Appamu kan seorang rektor Universitas Seoul, jadi diundang sebagai tamu kehormatan."

"Dan sejak kapan Eomma kenal dengan ibunya Chanyeol?"

Ibu Baekhyun gelagapan, "I-itu.."

Baekhyun merasakan udara di sekitarnya menipis. Dadanya sangat sesak.

"..Chanyeol pernah datang ke rumah bersama ibunya. Ia menanyakan kabarmu, katanya ia rindu padamu."

Oh.

Seperti ada bus besar yang menabrak dirinya.

Membuat ia terbang melayang, lalu jatuh tepat ke aspal yang kasar dan keras.

Rindu apanya kalau lelaki sialan itu masih menjalin hubungan dengan Tzuyu.

Baekhyun tahu kabar ini dari Luhan yang masih setia menjadi sahabatnya.

Aura Baekhyun semakin sendu.

"Eomma, boleh antarkan aku ke café dekat sekolah? Aku sudah janjian dengan Luhan di sana."

Ibu Baekhyun mengangguk dan menepuk puncak kepala anaknya pelan. "Kisah percintaan anak jaman sekarang memang sulit ya."

Dan kini Baekhyun mengetuk – ngetukan jarinya di meja. Sudah lebih dari satu jam sejak Luhan mengabarinya dia akan datang sepuluh menit lagi.

Bahkan gelas kopinya saja sudah kosong.

Baekhyun yang baru saja ingin menelpon Luhan merasakan tepukan di pundaknya.

"Yak! Apa kau tak– Chanyeol?" mata Baekhyun membola.

Sontak ia berdiri dan membalikan badannya sepenuhnya.

Dan mendapati Chanyeol bersama Tzuyu mengenakan pakaian seragam khas sekolahnya dulu.

Tidak lupa mereka berpegangan tangan.

Duh, Baekhyun merasa hatinya kebakaran.

"Hai Baek." Ujar Chanyeol santai sedangkan Tzuyu membungkuk sekilas.

Baekhyun yang masih terkejut berdiri mematung hingga Luhan menarik tangannya.

"Kau ini selalu saja! Aku bilang kan café baru yang ada di sebelah Kkamong café! Bukan di Kkamongnya! Astaga!" Luhan heboh sendiri dan menarik Baekhyun pergi dari sana. Mengacuhkan Chanyeol dan Tzuyu.

Di café sebelahnya, Luhan mengarahkan mereka ke tempat duduk yang sudah ada Kai, Xiumin, dan Sehun.

"Calon kakak ipar! Sudah lama sekali tidak bertemu!" Kai memeluk Baekhyun.

Sedangkan Baekhyun masih terdiam.

Selama di Kanada, ia berusaha susah payah mencari banyak kegiatan agar lupa akan rindunya dengan Chanyeol.

Namun Chanyeol seperti masa bodoh dengannya.

Menyapa tanpa beban apapun.

Perasaan Baekhyun benar – benar terluka.

Hatinya resah mendorong dirinya mengeluarkan air mata.

"Baek?" tanya Sehun yang melihat Baekhyun berkaca - kaca.

Baekhyun menggeleng pelan dan tersenyum. Ini saatnya ia bersama teman – temannya.

"Aku rindu kalian semua!" Baekhyun berteriak.

"Ey! Jangan berteriak begitu! Malu tahu." Sehun menutup wajahnya.

Baekhyun mendengus, "Kalian ini adik kelasku. Baru saja latihan pelepasan ya? Maaf – maaf saja ya adik – adik, aku sudah lulus dari tahun lalu. Hahahaha!"

Xiumin mencebikan bibirnya, "Ampun kepada lulusan luar negri."

Lalu mereka tertawa bersama.

Menghabiskan waktu membicarakan apa saja yang Baekhyun lewati selama ia berada di Kanada.


Acara pelepasan sangatlah membosankan.

Baekhyun duduk di barisan depan bersama keluarganya sudah beberapa kali melihat jam di tangannya.

Pidato dari kepala sekolah dan para guru sudah berjalan satu jam dan masih belum berhenti.

"Appa, aku ingin mengelilingi sekolah. Boleh kan?"

Ayahnya melirik sebentar, "Bosan ya? Appa juga."

Duh.

Baekhyun meminta persetujuan bukan curahan hati ayahnya.

"Boleh tidak?" tanya Baekhyun sekali lagi.

Ayah Baekhyun mengangguk kecil.

Segera Baekhyun berdiri dan pergi dari aula menuju ke toilet.

Mencuci tangannya sudah sama seperti mencuci mukanya.

Terasa segar.

Setelah itu Baekhyun berjalan menuju lapangan outdoor.

Senja memberi ucapan selamat datang untuk Baekhyun. Perpaduan warna biru dan merah muda yang selalu menjadi favorit Baekhyun.

"Baek."

Suara yang sangat ia rindukan.

Baekhyun menoleh dan menemukan Chanyeol.

Kali ini ia sendirian dan terlihat tampan mengenakan jas hitamnya.

"Hai." Cicit Baekhyun.

Chanyeol maju selangkah ke arah Baekhyun.

Dan turut Baekhyun mundur, menghindari Chanyeol.

"A-ada apa?" tanya Baekhyun.

Chanyeol menghela napas panjang, "Kau kenapa?"

Baekhyun diam. Ia berjalan pelan ke tempat duduk penonton yang kosong.

"Aku bingung."

Chanyeol menghampiri Baekhyun lalu duduk di sampingnya.

"Kenapa? Apa karena kau diundang kemari?"

"Bukan karena itu."

Chanyeol mengernyit, "Lalu?"

"Aku bingung karena... bagaimana menjelaskannya ya." Baekhyun berpikir sebentar, "Seperti seorang penulis membuat sebuah kisah yang memiliki akhir tragis. Tetapi penulis itu bingung, apakah ia harus mengakhirinya dengan titik atau koma."

Baekhyun mengambil napas kemudian melanjutkannya, "Kalau ia memilih titik, artinya cerita itu berhenti di situ. Sedangkan koma berarti ia harus melanjutkan kisah itu kembali tanpa tahu kapan kesedihan pemeran utama itu selesai."

Suasana sangatlah hening.

"Bingung apakah aku harus terus melanjutkan perasaan ini atau berhenti dengan akhir yang sedih." Baekhyun berbicara dan langsung menatap mata Chanyeol.

Membiarkan air matanya yang mulai berdesakan keluar terlihat oleh lelaki tinggi itu.

"Aku–" ucapan Chanyeol terpotong oleh seorang murid yang memberitahukan bahwa ia dipanggil untuk memberikan pidato karena mendapat nilai tertinggi.

Baekhyun melihat Chanyeol tidak rela meninggalkannya.

Sengaja, Baekhyun memalingkan wajahnya dari Chanyeol.

"Temui aku di sini nanti." Ujar Chanyeol lalu pergi.

Yang kemudian Baekhyun melihat punggung Chanyeol menjauh.

Lagi, Baekhyun menghela napas kasar.

Ia menatap ke arah langit yang mulai menggelap.

Rona merah muda di langit menjadi samar.

Baekhyun memejamkan matanya yang lelah.

Bersamaan dengan turunnya kristal bening di pipinya.

Setelah menenangkan hatinya, ia memutuskan untuk kembali ke aula dan menemukan dirinya menjadi pusat perhatian.

Masa bodoh.

Yang ia perdulikan hanyalah Luhan dan Xiumin yang sangat sulit dicari.

Hingga ia menemukan kedua sahabatnya yang juga turut melihat ke arah Baekhyun dengan tatapan horror.

"Selamat atas kelulusan kalian, Rusa dan Kucingku!" Baekhyun berlari serta memeluk Luhan dan Xiumin erat.

Luhan tersenyum canggung.

"Kenapa?" tanya Baekhyun.

"Ketika tadi Chanyeol berpidato, ia hanya bercerita tentang titik koma." Ujar Xiumin.

"Lalu ia memutuskan Tzuyu." Kai datang bersama Sehun.

"Di depan semua orang." Lanjut Sehun.

"Kemudian turun dari podium dan BOOM! Menghilang entah ke mana." Jongdae mengakhiri cerita.

Luhan berbisik, "Bahkan ibunya sudah heboh seperti kesetanan sedari tadi mencari Chanyeol untuk berfoto bersama. Ibumu juga turut membantu menenangkan ibu Chanyeol."

Mata Baekhyun membola, "Demi Tuhan! AH PARK CHANYEOL!"

Segera ia berlari ke lapangan outdoor.

Mengabaikan pandangan aneh kepadanya.

Serta udara yang terasa sangat dingin menusuk.

"Baek!" Chanyeol berlari menghampirinya.

Memeluknya.

Membawa tubuh kecil Baekhyun masuk ke dalam coat besar milik lelaki tinggi itu.

Baekhyun memberontak kecil dan Chanyeol menahannya.

"Tolong! Kali ini saja dengarkan aku dulu."

Chanyeol menarik napasnya cepat, "Selama ini aku sudah memberi tahu Tzuyu kalau aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padanya. Dan kami sepakat, begitu kau kembali, aku dan dia selesai. Keluarga kita sudah sama – sama tahu kalau kita saling mencintai."

Baekhyun mematung.

Harga dirinya tidak mengijinkan Chanyeol dengan mudah masuk kembali ke dalam seluk beluk hatinya.

"Kenapa kau tidak putus dari dulu sialan?!"

Chanyeol mengeratkan pelukannya, "Tzuyu yang meminta. Dengan begini, aku dan dia tidak akan di jodohkan demi perusahaan karena kedua perusahaan kami sama kuatnya. Dan sekarang Tzuyu berhasil merayu keluarganya untuk mengenalkan kekasih aslinya yang berada di China. Keluargaku sudah setuju dari awal bila denganmu."

"Mungkin aku bukan tipe orang romantis yang tidak bisa merayu. Tapi aku berharap penulis tadi menulis ampersand yang kemudian kisah itu dilanjutkan lalu pemeran utama memiliki ending bahagia."

"Aku mencintaimu." Chanyeol mengakhiri dengan mengecup pelan puncak kepala Baekhyun.

Keadaan hening.

Baekhyun menaikan kedua tangannya perlahan, menyusup ke dalam coat besar Chanyeol, memeluk balik lelaki itu erat.

"Aku juga mencintaimu bodoh!"


EEEAAAKK

Apaan coba ini endingnya maksa sekaleeehhh~

Ini diketiknya ngebut, jam sebelas malam 1 September dan selesai pukul satu dini hari 2 september. Maaf banget kalo ada kalimat inggris yang salah, karena Kimji sangatlah lemah di bahasa inggris (ulangan pertama aja udah remed wkwkwkw)

Semoga kalian suka yaa:)

BIG THANKS BUAT YANG UDAH BACA, REVIEW, FAV AND FOLLOW !

LOVE LOVE LOVE~!

SAMPE KETEMU LAGI YAAA !