Nami : halo..minna-san, i'm back..gomen di fanfic pertama bikin kecewa, semoga di fanfic ini ngak kecewa ya!

Happy reading! ^_^

Disclaimer by Masashi

Kishimoto

Chara utama :

Namikaze Naruto

Haruno Sakura

Hyuga Hinata

Yamanaka Ino

Lee Tenten (ngk tau marganya)

Inspired by Drakor Boys Before Flower

Pairing : Naruto × ...?

Rated : T

Genre : Drama & Friendship (sewaktu-waktu berubah)

Warning : Newbie, OOC, AU, Typo, Mainstream, Bored etc.

Jangan di baca kalau tidak suka!^^

Story by NamiKura10

...^…...

"4Q{Four Queens}"

...^...

Senin, 6 februari 20xx

Pukul 16.45

Naruto pov

Tok..tok..tok..

Cklek..

"Eh..." gadis itu tampak tersentak melihatku.

"Halo..selamat sore, maaf mengganggu, ini sudah selesai" barang yang ku pegang berpindah setelah aku menyerahkannya,

"emm..t-terima kasih banyak ya"

aku terheran melihat gadis itu tersipu, memangnya ada yang salah denganku?,

Aku tersenyum kikuk, "iya..sama-sama, aku permisi" kakiku terangkat hendak berbalik, namun...

"Eh..t-tunggu dulu, i-ini untukmu"

Aku memiringkan kepala, "apa ini?" Gadis itu menyodorkan sebuah amplop.

"A-ambil s-saja" gadis itu memaksaku untuk menerimanya, aku tak dapat menolak karena gadis bersurai merah itu langsung menutup pintunya dengan cepat,

Jbrett...

Sampai terdengar suara yang dapat membuatku berjengit.

Aku mengendihkan bahu tak peduli, 'sudah biasa'. Aku berbalik menjauhi rumah mewah berlantai dua tanpa pagar ini.

"Sudah selesai?" Orang yang sejak tadi menungguku tampak kesal.

Aku menyengir, "maaf,.mungkin jika tou-chan yang melakukannya tidak akan lama bukan?" aku menaiki motor matik di jok belakang.

"Hahh~…bukankah akan sama saja" ayah memberikan tas besar yang sejak tadi di pegangnya kepadaku.

"Hmm...sudahlah tou-chan jalani saja, lagi pula berkat ketampanan kita..usaha kita jadi terkenal bukan?" Aku menerimanya dan meletakkannya di jok tengah antara aku dan tou-chan.

"Haha..kau narsis sekali, sudah terbukti kalau tou-chan lebih tampan dari pada kau"

Aku mendengus jengah, selalu saja tak mau mengakui kalau akulah yang lebih tampan, "oke..nanti aku akan memberi tahu kaa-chan bahwa tou-chan suka di goda sama tante-tante kaya saat mengantarkan baju loundry, bagaimana?" Aku menyeringai, aku tahu tou-chan sekarang tengah berkeringat dingin mendengar ancamanku. Haha..

"Oh..kau berani mengancam tou-chan, oke uang jajanmu satu bulan tidak dapat"

Heh..ternyata tou-chan mencoba mengancamku juga "oke aku akui tou-chan memang yang paling tampan, bisa kita pulang sekarang?!" Jika tak di hentikan sekarang juga sudah pasti aku yang akan kalah. Itulah tou-chanku tak mau mengalah sama putranya sendiri.

"Haha..sudah pasti kau akan mengakuinya".

Tou-chan menarik gasnya, motor matik ini melesat membawaku dan tou-chan meninggalkan area perumahan elit ini.

Selama perjalanan, aku tak henti-hentinya berdecak kagum mengawasi rumah-rumah elit yang berjejer rapi sepanjang jalan yang kami lewati. Aku selalu bertanya 'bagaimana rasanya tinggal di rumah mewah?',

Aku sadar, aku ini hanyalah kalangan bawah. Tak mungkin bisa menjadi kalangan atas.

Beginilah kegiatanku setiap hari, biasanya sepulang sekolah aku akan berkerja sambilan di kafe. Namun hari ini aku tengah libur berkerja, jadi kugunakan untuk membantu tou-chan mengantar seragam sekolah yang selesai di loundry. Ya..keluargaku memiliki usaha loundry yang sudah berjalan sekitar sepuluh tahun. Berkat keberuntungan memiliki ketampaan, usaha loundry kami berkembang pesat. 'Aku rasa berkat diriku, usaha loundry kami berkembang pesat'

...

Langit tampak berubah warna, menunjukkan bahwa waktu sudah senja.

Kami tiba di sebuah rumah kecil di pinggir jalan besar, dengan bagian depan rumah terdapat toko kecil ber banner dengan tulisan besar Namizuki Loundry.

...

Pukul 17.55

"Tadaima..."

Cklek...

"Okaeri..., tou-chan dan nii-chan sudah pulang"

Tou-chan berjalan mendahuluiku melewati seorang gadis berambut merah dengan mengusap pucuk kepalanya sebelum berlalu. Gadis itu tampak cemberut mendapat perlakuan itu dari tou-chan.

"Haha..kau terlihat sangat jelek kalau cemberut" aku mengacak rambutnya dan berjalan melaluinya.

"Nii-chaann..."

Aku lupa kalau gadis itu sangat mirip dengan kaa-chan.

"Naruto..kau jangan menjahili adikmu!" Aku sampai menutup telingaku mendengar teriakkan kaa-chan dari dapur. Begitulah kaa-chanku, meskipun sedikit galak, namun dia sangat menyayangi kami.

Aku berjalan menuju kamarku,

Sreekk...

Aku mengeser pintu kamarku dan memasukinya.

Beginilah keadaan kamarku, kamar berukuran dua kali dua meter persegi mampu menampung almari berukuran kecil yang mampu memuat pakaianku saja, rak buku dan kasur lantai. kamarku tampak bersih, karena setiap hari sebelum berangkat sekolah aku selalu membersihkannya.

Meskipun aku seorang pemuda, namun aku sangat mementingkan kebersihan dan kedisiplinan.

Aku mengingat sesuatu, aku merogoh saku jaketku dan mengeluarkan beberapa amplop dari sana.

'Hahh~…untuk apa semua ini?, membosankan' aku melangkah menuju rak buku, lalu menarik lacinya. Tampak bertumpuk-tumpuk amplop yang masih utuh belum pernah aku buka, aku meletakkan amplop yang baru saja aku dapat ke dalam laci dan menutupnya. Aku sudah sangat bosan untuk membukanya satu persatu, toh aku sudah tau pasti isinya sama saja.

Aku melepas jaketku dan meletakkannya di gantungan samping almari, lalu mengambil satu kaus biru polos dengan celana pendek dari dalam alamari. Aku menyambar handuk orange yang tergantung di dekat jaketku, lalu berjalan keluar kamar dan menutup pintunya.

Beginilah kegiatanku sehari-hari, mulai dari bangun tidur lalu mandi, sarapan, berangkat sekolah dan sepulang sekolah berkerja sambilan.

Aku merasa hidupku normal-normal saja. Tapi yang membuatku jengkel, tak di sekolah , di kafe maupun saat mengantar loundry selalu saja para gadis tak mau membiarkanku hidup tenang. 'Memang nasib menjadi pemuda tampan'

Naruto pov end

Pukul 20.25

"Naruto...besok sebelum berangkat sekolah, tolong kau antar seragam sekolah yang kaa-chan gantung itu ya!"

Naruto mengawasi sang ibu yang tengah memberesi bekas makan malam mereka, "baik..kaa-chan" ujarnya di sela menulis jawaban PRnya.

"Naruto-nii, aku tidak bisa mengerjakan soal yang ini" gadis kecil yang sejak tadi berada di samping Naruto merengek minta bantuan.

Naruto tersenyum, adik kecilnya yang berjarak tujuh tahun darinya terlihat menggemaskan jika merengek. "Ok..sini biar nii-chan bantu" ia mengacak surai merah sang adik saking gemasnya.

"Naruto-nii...rambutku kan jadi rusak" bentak sang adik sambil bercacak pinggang melotot menghadap sang kakak.

"Ok..ok..maafkan nii-chan" Naruto menangkupkan kedua tangannya di depan wajah, berpura-pura memelas menatap sang adik.

Minato tersenyum melihat keakraban putra dan putri mereka. Saat ini ia tengah duduk bersila di lantai kayu tak jauh dari ke dua anaknya yang tengah belajar sambil membaca koran.

Ia begitu beruntung, hidup sederhana dan di anugerahi seorang putra cerdas nan tampan, dan seorang putri cantik dan tak kalah cerdasnya dari sang kakak. Namun yang membuat dirinya menjadi pria paling beruntung karena memiliki istri secantik Kushina.

"Wah...bukankah ini adalah Haruno Mebuki, pemilik dari Konoha Gakuen?" Kushina terpekik ketika melihat foto seorang wanita bersurai pirang, mengenakan pakaian formal tengah berdiri di depan gedung besar. Setelah selesai beres-beres ia duduk di samping sang suami lalu tak sengaja melihat foto itu di koran yang tengah di baca sang suami.

mendengar Kushina, membuat ketiga orang yang berada di ruang tengah beralih memandangnya.

"Naruto..kemarilah, coba baca ini!" Kushina melambai memanggil Naruto untuk mendekat.

Naruto mendengus, Ia bangkit dan berjalan mendekati Kushina.

"Apa?" Serunya bosan.

"Cepat kau baca ini!" Kushina menyerahkan korannya kepada Naruto.

Naruto memperhatikan tulisan kecil yang berjejer di bawah gambar foto, "Konoha Gakuen membuka pendaftaran siswa siswi baru untuk sepuluh anak kurang mampu yang memiliki kecerdasan tinggi melalui beasiswa" Naruto mengakhiri dengan menatap heran sang ibu.

"Nah...kau kan sangat cerdas, jadi ibu ingin kau mendaftar di sana, bagaimana?" Kushina tersenyum sumringah memandang Naruto.

Naruto menghela nafas, "kaa-chan, aku sudah cukup bahagia bisa sekolah di Tokyo Academy. Tokyo Academy memang jauh di bawah Konoha Gakuen, tapi aku bersyukur bisa sekolah di sana. Jika kaa-chan tau untuk bersekolah di Tokyo Academy itu tidak mudah, dan aku beruntung bisa sekolah di sana" Naruto menatap mata sang ibu dengan lembut.

Kushina luluh, ia hanya ingin yang terbaik untuk putranya. "Maafkan..kaa-chan!, kaa-chan hanya ingin yang terbaik untukmu"

Naruto tersenyum, "aku mengerti kaa-chan menginginkan yang terbaik untukku, tapi aku sudah mendapatkan yang terbaik dari kaa-chan, yaitu kasih sayang kaa-chan" memang benar, ia merasa lebih dari cukup mendapatkan kasih sayang sang ibu.

Duakk...

"Aww..kaa-chan sakitt..." Naruto memegangi kepalanya yang berdenyut akibat jitakkan sang ibu.

"Ahaha...kau ini, sejak kapan kau jadi sebijak ini?" Kushina terbahak mendengar tuturan sang anak.

"Kushina..kau tidak tau, putramu ini juga pandai menasehati orang tua, kurasa anak kita ini memang cocok menjadi orang tua, ahaha" Minato ikut terbahak.

"Hahaha...onii-chan memang sudah tua.." Sara sang adik ikut menimpali.

Begitulah, kalau di rumah dirinya selalu di bully oleh keluarganya, namun di luar ia selalu di puja.

"Grrhhh..." Naruto menggeram, ia tak dapat menahannya lagi "sudahh cukuupp..." ia bangkit lalu berjalan tergesa menuju kamarnya. Bagaimana bisa Pangeran Tokyo Academy di bully di rumahnya sendiri, 'memalukann'.

"Sudah..sudah..kasihan Naruto" Kushina menyeka sisa air mata akibat tawanya, "sekarang sudah malam, ayo cepat tidur".

Selasa, 7 februari 20xx

Pukul 05.26

"Aku berangkat.." Naruto mengayuh sepeda sportnya menjauhi rumah. Tak lupa ia juga mengenakan helm sebelum berangkat.

"Hati-hati" teriak sang ibu. "Dan jangan lupa alamatnya"

"Baik..kaa-chan"

Sekarang masih pukul 05.30, dan Naruto harus sudah berangkat meninggalkan rumah. Biasanya ia akan berangkat ke sekolah pukul 06.00 pagi, namun karena ia harus mengantarkan seragam loundry jadinya ia harus berangkat pagi sekali agar tak terlambat menuju sekolah.

Jarak sekolah dan rumahnya tidak terlalu jauh, biasanya dengan sepeda ia akan sampai dalam waktu tiga puluh menit.

...

"Tolongg..."

Naruto menghentikan sepedanya ketika mendengar sebuah teriakkan, ia celingukan mencari suara itu. Jalanan masih tampak sepi, namun ada beberapa mobil atau sepeda motor yang melintas.

"Tolongg..."

Ia kembali mendengar suara itu. Sebenarnya ia sedikit merinding saat ini, takut-takut kalau itu suara hantu. Ia sangat takut dengan yang namanya hantu.

"Nak...tolongg..kami"

'Waduh...sepertinya suara itu memanggilku, tapi di mana?' Ia semakin merinding.

"Hei..diamlah, atau kalian akan kami bunuh"

Ia juga mendengar suara bentakkan seorang pria. Seperti tengah mengancam, ia merasakan sebuah firasat buruk akan terjadi.

Ia kembali memperhatikan sekitar, ia tengah berhenti tepat di persimpangan pertigaan. Jalan lurus adalah jalan besar, sedangkan jalan belok kiri adalah jalan kecil. Ia memandang lurus jalan besar, tidak ada apa-apa, semuanya tampak normal. Ia memutuskan berjalan maju sedikit untuk melihat jalan kecil, di sana terlihat sebuah mobil mewah berwarna hitam bermerk mercedes benz tengah di kepung oleh tiga orang pria. Pria yang berdiri di depan mobil itu bersurai pirang panjang dengan di kuncir ponytile ia menghadap ke arah depan mobil, yang sebelah kiri mobil berdiri pria bersurai putih dengan menodongkan pistol ke arah dalam mobil, dan yang sebelah kanan pria bersurai hitam panjang juga tengah menodongkan pistol ke dalam mobil. Terlihat di dalam mobil terdapat dua orang wanita duduk di jok depan saling berpelukkan.

'Oh...jadi ulah mereka, heh..dasar preman kurang gizi' Naruto meletakkan seragam loundrynya di setir sepeda, melepas helm lalu meninggalkan sepedanya. Ia berjalan santai mendekati mereka. 'Kalau ini sih, aku tidak takut', "Heh..jadi kalian beraninya sama wanita?" Ia berjalan angkuh mendekati pria bersurai pirang, "apa benar kalian ini preman?, masa' preman kurang gizi begini" Naruto mencolek lengan pria pirang.

"Apa kau bilang un?" Pria pirang terpancing, dia hendak mencekal lengan Naruto, namun Naruto lebih dulu menghindar.

"Eits...jangan marah dulu, bukankah preman itu harusnya memiliki otot seperti ini" Naruto menunjukkan lengan berototnya yang berbalut jas sekolah. Ia memang sering berolah raga untuk membentuk otot, apalagi ia sangat suka olahraga yang berat-berat.

"Hei..bocah, memangnya dengan ototmu itu kau bisa mengalahkan kami?" Pria berambut hitam panjang bersuara. Ia merasa terhina karena bocah tengil ini.

"Heh...kalian ingin bukti?, kalau begitu lawan aku!" Naruto mengerakkan jarinya berisyarat meminta mereka untuk maju. 'Heh..mereka meremehkanku, mereka belum tau siapa diriku sebenarnya. Aku ini pemegang sabuk hitam tau'.

"Demi dewa jashin..kau akan habis di tanganku bocah" pria bersurai putih maju terlebih dahulu.

...

Skip (sorry ngak bisa bikin adegan perkelahian)

...

Setelah pria berambut putih tepar dengan luka lebam di mana-mana di susul dengan pria pirang yang tergeletak di samping pria berambut putih.

"Hidan..Deidara..bagaimana kalian bisa kalah sama seorang bocah?" Pria berambut hitam panjang tampak gemetaran.

"Aduh...m-maafkan k-kami bos K-kakuzu, aduh...rasanya sakit sekali" mereka bangkit dengan susah payah menahan rasa sakit.

"Ayo..cepat, lawan kembali bocah itu!" Kakuzu tampak geram melihat anak buahnya yang tampak ketakutan.

"Bagaimana?, apa kalian masih ingin merasakan kekuatan ototku?" Naruto bersedekap angkuh.

"T-tidak b-bos, k-kami sudah m-merasakannya un, lebih baik b-bos sendiri y-yang melawannya un" ujar Deidara sambil memegangi pipinya yang bengkak.

"Demi dewa jashin...k-kekuatan ototnya b-benar-benar k-kuat, l-lebih baik bos j-jangan melawannya, bisa-bisa tubuh bos terputus-putus" Hidan meringis merasakan sakit di sudut bibirnya.

"Ha...aku setuju dengan anak buahmu, sebaiknya kalian pergi sekarang juga dan jangan pernah mengganggu warga sini lagi, kalian mengerti?"

"Awas saja kau bocah, kali ini kau selamat tapi lain waktu kau pasti akan tamat" Kakuzu melenggang pergi meninggalkan dua anak buahnya yang berjalan tertatih di belakangnya.

"Terima kasih atas bantuannya Nak"

Naruto menoleh mendengar seseorang mengajaknya berbicara, tampak dua orang wanita yang satu tampak muda dan yang satu tampak seumuran dengan ibunya.

"Terima kasih banyak sudah membantu kami" tukas gadis bersurai indigo.

Naruto tersenyum kikuk, "ah..sama-sama, lain kali hati-hati saat melintasi jalan ini. Karena di sini banyak sekali preman"

"Iya..lain kali kami akan berhati-hati, kalau bukan karena keberanianmu, mungkin kami..." Ujar wanita yang tampak seumuran dengan ibunya.

"Sudahlah nyonya, yang terpenting sekarang kalian selamat"

Jika di perhatikan, pasti mereka berdua dari kalangan jetset.

"Kalau boleh tau, siapa namamu nak?"

"Ah..nama saya Namikaze Naruto, nyonya sendiri?" Ia tahu tidak sopan jika tidak menanyakan nama setelah memperkenalkan diri.

"Namaku Hyuga Hikari, dan ini anakku bernama Hyuga Hinata"

"Salam kenal" gadis bersurai indigo itu membungkukkan badan.

Naruto membalasnya juga membungkukkan badan. "salam kenal", 'gadis ini sopan sekali, tapi ekspresinya terlihat di paksakan'.

"Naruto..berkat kamu nyawa kami selamat, jadi kami harus memberimu imbalan sebagai bentuk terima kasih kami. Kamu ingin meminta apa dari kami?" Hikari merasa tidak enak tanpa memberi imbalan.

"Ah..tidak perlu bibi, saya ikhlas membantu anda" Naruto menolak.

"Tidak nak Naruto, kamu harus meminta sesuatu kepada kami!" Hikari terus memaksa.

"Tolong jangan paksa saya, ini sudah keputusan saya. Permisi" Naruto hendak melangkah namun...

"Baiklah..nak Naruto, kalau boleh aku minta alamat rumahmu saja"

"Tapi, buat apa?" Ia heran apa maksudnya nyonya ini meminta alamatnya.

"Sudahlah...tolong berikan saja!"

"Baiklah.." Naruto membacakan alamat rumahnya dan di catat oleh Hikari di smartphonenya.

"Baiklah...terima banyak, kami permisi dulu"

Hikari memasuki mobil terlebih dahulu di kursi kemudi lalu di susul Hinata melalui kursi penumpang. Sebelum melesat, Hinata sempat melepaskan senyum lembut untuk Naruto.

'Hahh... semua gadis memang sama saja, tapi gadis tadi terlihat berbeda. Hm...entahlah' Naruto mengedihkan bahu, lalu berjalan cepat menuju sepedanya.

Ia melihat jam tanganya, tak terasa waktunya berkurang cukup banyak. 'Aku harus segera menyerahkan seragam ini secepatnya, kalau tidak aku pasti kena marah plus terlambat sekolah. Gawat..' dengan tergesa, Naruto memakai helmnya dan mengayuh sepeda dengan kencang.

...

'Apa benar ini rumahnya?, besar sekali' Naruto memandang takjub bangunan rumah besar nan mewah bak istana di negeri dongeng, ia tengah berdiri di depan gerbang setinggi empat meter ini.

"M-maaf..a-apa kau tukang loundrynya?", 'masa sih, pemuda ini tukang loundry?, pemuda tampan kayak gini kok mau jadi tukang loundry' Batin orang ini heran.

Seketika Naruto tersentak, ia mengalihkan pandang ke arah wanita berpakaian maid. "Ah...iya, ini seragamnya" ia menyerahkan seragamnya.

"I-ini uangnya" wanita maid ini tersipu melihat ketampanan Naruto.

"Ah..iya, arigatou" setelahnya, ia langsung bergegas menaiki sepedanya dan mengayuhnya dengan kencang menjauhi rumah mewah itu.

'Ah...pemuda yang tampan' wanita maid ini bersemu membayangkan wajah Naruto.

"Tayuyaaa..."

Wanita maid itu tersentak mendengar teriakkan memanggilnya.

"Eh..iya Ayame-san, aku akan segera kesana" wanita maid bernama Tayuya ini bergegas memasuki rumah sambil membawa seragamnya.

"Tayuya-san...cepat berikan seragamnya kepada Sakura-sama, ia hampir terlambat sekolah" wanita berambut coklat berpakaian formal dengan atasan blazer berwarna hitam dengan bawahan rok span sepanjang bawah lutut berwarna senada dengan atasannya.

"Baik Ayame-san" Tayuya bergegas masuk ke dalam rumah menuju kamar sang majikan.

...

Tok tok tok

Tayuya mengetuk sebuah pintu besar bercat putih di depannya.

"Masuk.."

Mendengar perintah dari dalam, ia pun memegang gagang pintu bercat emas dan membukanya.

Cklek...

Tampaklah sebuah ruangan besar nan mewah, terdapat ranjang super besar, almari super besar, meja rias, sofa dan berbagai hiasan mewah yang terpajang di setiap sudut ruangan.

"Sakura-sama.."

Tampak seorang gadis bersurai soft pink tengah duduk di depan meja rias dengan mengenakan handuk kimono, ia tengah mengeringkan rambutnya. "Hm..apa seragamku sudah di antar?" Tanyanya dengan nada dingin.

"I-iya Sakura-sama" ia sangat takut kalau sampai majikannya marah karena seragamnya telat di antar.

"Ya sudah, letakkan seragamnya di atas ranjang, kau boleh pergi" titahnya.

"B-baik...Sakura-sama" Tayuya meletakkan seragam yang masih terbungkus rapi dengan hati-hati di atas ranjang. "Kalau begitu saya permisi" setelahnya Tayuya bergegas keluar menuju pintu dan menutupnya.

Belum sampai lima langkah menjauh, ia sudah mendengar sebuah teriakkan sang majikan dari dalam kamar.

"Tayuyaaa...kenapa seragamku kusut beginiii..."

Tayuya berkeringat dingin mendengar teriakkan sang majikan, 'waduh..gawat...' innernya berteriak ketakutan.

Pukul 07.11

"Selamat pagi..." Naruto membungkukkan badan, ia berdiri di ambang pintu kelas.

Seketika semua penghuni kelas menatapnya dengan heran.

'Tumben, Naruto telat'

'Tak biasanya dia telat'

'Biasanya dia berangkat lebih pagi daripada kita'

Itulah inner dari seluruh isi kelas.

"Tumben kamu telat?, bisa jelaskan bagaimana kamu telat?"

'Waduh...gawat, kenapa aku lupa kalau pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Pasti aku akan di hukum oleh Iruka-sensei', "begini sensei..tadi saya-..." belum sampai pada penjelasan, Iruka lebih dulu menyela.

"Sudah...! Karena kamu adalah murid teladan di sini, dan ini pertama kalinya kamu telat. Maka kamu harus skorsjam sebanyak sepuluh kali di depan kelas"

'Wah...syukurlah, memang keberuntungan menjadi anak baik-baik', "baik sensei" ia berjalan menuju kedapan kelas, melepas tas ranselnya dan meletakkannya di sampingnya. Ia mulai skorsjam dan menghitungnya. 'Hahh..luntur sudah martabatku menjadi pangeran sekolah' runtuknya saat melihat teman-teman sekelasnya mentertawakannya.

Pukul 09.30

"Permisi..."

"Ya.." Kushina sempat kaget melihat ada tamu orang kaya, 'kalau di lihat dari penampilannya, dia dari kalangan atas'.

"Apa benar ini rumahnya, Namikaze Naruto?" Tanya wanita itu.

"Iya memang benar, Naruto adalah putra saya. Maaf anda siapa ya?" Kushina terheran karena wanita kaya ini mengenal putranya.

Wanita itu tersenyum sambil menjulurkan tangan "ah...perkenalkan nama saya Hyuga Hikari, anak anda telah menyelamatkan saya dan anak saya dari para preman yang ingin merampok saya"

Kushina balas menjabat, "ah..kalau saya Namikaze Kushina, kalau begitu silahkan duduk" Kushina mempersilahkan Hikari untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Maaf, beginilah rumah kami" Kushina merasa canggung saat Hikari meniti setiap sudut rumahnya.

Mereka pun duduk di atas lantai kayu yang super bersih, "ah...menurut saya rumah anda memang kecil tapi sangat rapi dan bersih, saya sangat nyaman bisa bertamu di sini" puji Hikari.

Kushina bersemu karena mendapat pujian,"ah...anda bisa saja, emm..tunggu sebentar saya buatkan teh hangat dulu" Kushina hendak bangkit berdiri namun di cegah oleh Hikari.

"Tidak perlu, saya cuma sebentar kok" Hikari memandang dinding di belakang Kushina, "wah..itu piagam dan mendali siapa?" Hikari melihat banyak sekali piagam dan mendali yang tergantung di dinding.

"Ini...piagam dan mendali putra saya Naruto"

"Wah..dan itu juga pialanya?" Hikari beralih memandang meja di samping Kushina yang terdapat banyak piala.

"Ini juga piala Naruto, sejak kecil Naruto selalu aktif di berbagai kegiatan. Tahun lalu dia memenangkan juara satu olimpiade matematika se Jepang"

"Wah...ternyata putra anda sangat cerdas, bagaimana kalau Naruto, anda sekolahkan di Konoha Gakuen. Saya yakin Naruto akan langsung di terima" saran Hikari.

Kushina menunduk "Saya juga ingin seperti itu, tapi kami hanyalah kalangan bawah. Kami tidak bisa menyekolahkannya di sana, lagipula harga seragamnya sangat mahal"

Hikari tersenyum dan menyentuh pundak Kushina "sebenarnya tujuan saya kemari, saya ingin memberi imbalan untuk Naruto karena dia telah membantu saya. Kalau boleh saya yang akan membiayai Naruto untuk bersekolah di Konoha Gakuen?"

Kushina mengangkat wajah menatap Hikari tak percaya " benarkah?, tapi apakah Naruto bisa beradaptasi, Konoha Gakuen adalah sekolah terelit se Jepang?" Murid-murid di sana pasti anak dari kalangan atas saja.

"Tenang saja..! Naruto memiliki banyak bakat, apalagi dia tampan. Sudah pasti dia akan terkenal nanti"

"Baiklah...nanti saya akan berbicara dengannya" Ujar Kushina semangat, 'semoga ini adalah awal dari Naruto agar bisa mengangkat derajat kami'.

"Saya adalah salah satu anggota donatur di Konoha Gakuen, saya akan mendaftarkan Naruto segera"

"Terima kasih banyak Hikari-san, berkat anda saya bisa membahagiakan putra saya" Kushina menggenggam tangan Hikari dengan erat, ia menitikan air mata.

"Kushina-san...ini semua berkat Naruto, karena dia saya dan anak saya selamat", 'semoga dengan ini, aku bisa membalas kebaikan Naruto', "baiklah...Kushina-san saya permisi dulu, saya akan mempersiapkan pendaftaran Naruto dulu" Hikari bangkit berdiri.

"Terima kasih banyak Hikari-san, saya tidak tau harus membalas kebaikan anda dengan apa"

"Tidak perlu Kushina-san, semua ini berkat Naruto sendiri, baiklah saya permisi" Hikari berhenti di ambang pintu antara toko dan dalam rumah, ia mengenakan sepatunya. "Saya permisi.." ujarnya lalu melenggang menuju mobil.

"Semoga Naruto mau menerimanya" Kushina sangat berharap Naruto mau menerima.

Pukul 10.11

"Jadi kenapa kau terlambat tadi?" Tanya seorang pemuda bersurai raven.

"hahh~...merepotkan, awalnya aku sudah berangkat begitu pagi. Gara-gara sekumpulan preman yang merampok dan harus mengantarkan seragam loundry. Aku harus kena hukum untuk pertama kalinya, sial sekali hari ini"

Pemuda di samping Naruto tersenyum, "ya...sekali-kali kau juga harus merasakan yang namanya sial".

"Sai...kau mengejekku?" Naruto memandang tajam pemuda raven di sampingnya.

Sedangkan Sai hanya tersenyum manis menanggapinya. Entah itu senyum tulus atau senyum palsu, Naruto tidak mengerti.

Padahal, mereka sudah berteman sejak kecil. Namun Naruto tak tahu menahu secara rinci tentang sahabat karibnya ini.

Naruto memutar matanya, malas. Beginilah yang Naruto tahu tentang sahabatnya ini. Yang Naruto tahu, Sai itu suka sekali menebar senyum kepada setiap orang bahkan para gadis-gadis yang ngefans sama dia. Tapi bagi Naruto senyum Sai sangat menyebalkan, tapi yang paling menyebalkan dari Sai adalah mulut tajamnya. 'Hahh...kalau sudah berurusan soal ejek-mengejek, Sai adalah jagonya'.

"Hai...Naruto-kun.." sapa gadis-gadis saat Naruto dan Sai melintas di koridor.

Naruto menyimpan telapak tangannya di saku celana dan berjalan santai beriringan dengan Sai. Naruto memberikan senyuman manis kepada gadis-gadis yang menyapanya.

"Kyaaa..." gadis-gadis itu berteriak histeris mendapat senyuman manis dari Naruto.

"Heh...orang miskin berlagak sok tampan, bagaimana bisa gadis-gadis menyukai orang miskin seperti mereka"

Naruto dan Sai berjalan menuju bangku kosong di kantin, mereka tampak tidak peduli dengan ejekan itu. Bohong kalau mereka tidak tersinggung dengan apa yang mereka katakan, namun bagaimana lagi? Itulah kenyataannya. Lagipula mereka hanya iri dengan Naruto dan Sai, karena mereka berdua memiliki fans gadis terbanyak se Tokyo Academy.

"Sudahlah...jangan hiraukan mereka!, ngomong-ngomong nanti kafe buka kan?" Naruto bertanya pada Sai.

"Hm...seperti biasa" jawab Sai seadanya.

Sai juga bekerja sambilan di kafe yang Naruto tempati, mereka memang sahabat sejati. Mulai dari SD sampai SMA bahkan berkerja mereka selalu bersama, bagaimana kalau mereka sudah punya kekasih ya?.

Pukul 15.30

"Tadai-..."

"Okaeri..."

Naruto tersentak melihat tiba-tiba sang ibu sudah berada di hadapannya sambil tersenyum manis.

"Bagaimana sekolahnya?" Kushina membantu sang putra membawakan tas ranselnya.

"Baik" Naruto melenggang melewati sang ibu untuk menuju kamarnya, namun sang ibu mencekal lengannya. "Ada apa?" Ujarnya setelah menoleh menghadap Kushina.

"Emm...Kaa-chan mempunyai permintaan untukmu" Kushina memandang Naruto dengan lembut.

Naruto yang di pandang seperti itu luluh, "permintaan apa?" Ujarnya pelan berusaha tak menyakiti sang ibu.

"Kamu janji mau melakukannya demi kaa-chan?" Kushina memandang tepat di safir Naruto.

'Pasti kaa-chan mau memaksaku melakukan sesuatu yang aneh-aneh', "aku tidak janji, jika permintaan kaa-chan akan merugikanku"

"Tidak, ini tidak merugikanmu. jadi berjanjilah!" Kushina membuka telapak tangannya meminta persetujuan.

"Tidak...kaa-chan harus mengatakan dulu apa permintaan Kaa-chan!" Naruto menggeleng tidak setuju, 'sudah pasti permintaan yang aneh-aneh'

"Ayolah Naru...berjanjilah dulu baru nanti kaa-chan kasih tau" Kushina memohon.

Naruto mendengus, "baiklah...aku berjanji akan menuruti apa yang di minta oleh kaa-chan", jika tidak segera di turuti, sudah pasti ia akan dapat jitakkan mautnya.

"Bagus...jadi kaa-chan ingin kamu bersekolah di Konoha Gakuen" tukas Kushina dengan riang.

"A-apa?, apa maksud kaa-chan?" Bukankah ia sudah pernah bilang, ia tidak akan mau pindah sekolah. "tidak...aku tidak mau kaa-chan".

"Naruto...kamu sudah berjanji kepada kaa-chan, dan janji tidak boleh di ingkari"

"Tapi...kita dapat biaya dari mana untuk aku masuk bersekolah di sana?" Sudah jelas, pasti akan menghabiskan biaya banyak untuk masuk kesana. Meskipun dapat beasiswa, tapi untuk seragam harus membeli sendiri, apalagi seragamnya sangat mahal.

"Untuk hal itu tenang saja, kita mendapat keberuntungan. Orang yang kau tolong tadi pagi, menawarkan agar kau sekolah di Konoha Gakuen. Jadi kau tidak perlu pusing-pusing, hm...?" Jelas Kushina.

"Tapi kaa-chan..."

"Tidak ada tapi-tapian, besok hari terakhirmu masuk sekolah di Tokyo Academy. Jadi bersiaplah!" Kushina berjalan menuju dapur meninggalkan Naruto yang tampak pasrah.

'Hahh~…sepertinya memang hari ini adalah hari sialku, entah apa yang akan aku hadapi setelah ini' Naruto menyeret kakinya menuju kamar. 'Ya...yang bisa aku lakukan saat ini hanya pasrah'.

To Be Continuted

A/N : Gomene...buat fanfic pertamanya...aku kembali dengan fanfic gaje lagi, tapi semoga menghibur ya...aku ngak bakalan ngecewain readers lagi kok di fanfic ini...hehe

Sedikit penjelasan :

Hyuga Hikari = ibu Hinata

Ayame = ketua maid di mansion Haruno

Tayuya = Maid

Sara = adik Naruto, berumur 10 thn

Umur Naruto dkk = 17 tahun

*bagaimanakah kisah kehidupan Naruto selanjutnya?..ikutin terus ceritanya!..

Jangan bosan-bosan buat reviewnya!^_^

Arigatou *membungkukkan badan

Salam Dattebayou by NamiKura10