Simply Loving You From Seoul

Prolog

SHINHWA - RICSUNG

.

.

minamintsoo

Shin Hyesung mengecat kembali rambutnya menjadi pirang kecoklatan. Rambutnya yang agak panjang ia potong agar poninya sejajar dengan alisnya, sementara bagian belakang ia potong pendek.

Jari-jari rampingnya memainkan rambut barunya saat ia melangkah keluar dari salon langganannya, milik sang sahabat, Minwoo. Hembusan napasnya mengeluarkan gumpalan uap dari mulut saking dinginnya udara meski sudah memakai pakaian musim dingin secara lengkap. Untung saja salju belum turun. Belum saatnya.

Langit-langit sudah memerah. Sore itu, sambil menaiki kereta bawah tanah ia pulang ke apartemennya setelah membeli fast food yang terpikir, ayam goring dan bir. Seharusnya hari menjelang natal itu berakhir seperti rutinitas biasanya.

Harusnya…

Tetapi lain ceritanya karena hari itu ia mengalami banyak sekali kesialan. Sejak pagi, listrik di tempat tinggalnya mati untuk sementara waktu. Di rumah temannya, ia terpeleset jatuh hingga lututnya membiru. Saat makan siang, pelayan restoran salah memasukkan menu makanan sehingga ia harus menunggu sekitar 15 menit lagi demi makanan yang ia pesan.

Entah berapa kali Shin Hyesung sudah menghela napas berat. Kali ini, di restoran fast food tersebut agak ramai di antrian karena memang jam makan malam. Hyesung baru saja akan keluar dari sana. Persis di tempat self-service, seseorang yang merupakan pelanggan restoran tersebut menabraknya. Soda yang dibawa orang itu terjatuh dari nampan mengakibatkan minuman soda itu tumpah di mantel Hyesung, namun lebih banyak di boot kesayangan pemuda pirang kecoklatan itu.

Mata kedua sosok itu melebar. Shin Hyesung yang sudah tertimpa banyak kesialan akhirnya menahan amarahnya. Ia tidak gampang marah, hanya saja ia sudah emosi gara-gara semua kesialan hari itu. Tangannya yang memegang kantong makanan mengepal erat kemerahan. Ekspresinya tidak lagi ramah.

Laki-laki tinggi yang menabrak Hyesung juga terkejut. Ia sebenarnya tidak suka menjadi pusat perhatian, tapi hal memalukan seperti menumpahkan minuman pada orang asing karena kecerobohannya terpaksa membuatnya demikian. Menyadari kesalahannya, ia segera mengambil gelas yang terjatuh dari lantai dan meminta maaf pada pemuda di hadapannya.

"Maafkan aku!" seru pria jangkung itu pada Hyesung. Tak mendapat respon, ia kemudian sadar kalau pemuda itu tengah menahan amarahnya. Tanpa sadar ia menelan ludah. "Maaf, aku tahu kau marah. Apa kau—"

"Sudahlah, lagipula aku memang sedang sial hari ini." Hyesung melewati pria berambut hitam cepak itu untuk keluar dari restoran yang pintunya hanya berjarak 10 meter dari tempat ia berdiri.

Laki-laki itu membalikkan badannya. Ia memang sudah selesai makan dan tadi mengisi ulang gelas minumnya. Merasa bersalah, ia meninggalkan gelas kertas itu dan mengejar Shin Hyesung.

"Tu-Tunggu! Mantelmu basah, biarkan aku mencucinya!" Pria itu menarik lengan Hyesung dan berucap demikian. Mata Hyesung yang membulat karena kaget perlahan melunak, tertawa geli.

"Kau menumpahkan minuman di pakaianku dan sekarang kau berniat mencucikannya untukku? Modus macam apa ini?" Tanya Hyesung berkacak pinggang.

Pria itu mengerjabkan matanya. Ia melepaskan genggamanya pada lengan ramping Hyesung saat pemuda itu melirik ke lengannya. "Ah, itu… Sebagai permintaan maaf? Kau terlihat sangat marah tadi." Suara berat pria itu membuat Hyesung tergelitik. Apalagi ketika pria itu dengan canggung mengusap tengkuknya.

"Aku memang marah. Tapi bukan karena kau menumpahkan minuman. Aku sedang sial hari ini, kau tetap mau mencucikan mantelku?" Hyesung berharap pria itu menjawab 'tidak'. Namun, pria itu sekilas mengangguk. "Tidak masalah, aku memang ceroboh dan kau semakin sial karena kecerobohanku."

Hyesung tertawa geli mendengarnya. Ia hampir tidak percaya pria dihadapannya menjawab sejujur itu, membuatnya berpikir untuk mengerjai orang asing tersebut. "Daripada mantelku, bagaimana kalau kau membersihkan boot kesayanganku ini?" ujar Hyesung menunjuk sepatu bootnya.

Pria jangkung itu menatap sepatu yang bekas noda sodanya berbekas, berubah warna dari boot putih yang dikenakan. "Ah… maaf, akan kubersihkan jika kau lebih nyaman begitu."

Kepasrahan pria itu cukup membuat Hyesung bingung. "Sungguh?"

"Ya, aku serius. Sejujurnya, aku sering ceroboh seperti tadi jika di tengah keramaian makanya…"

"Kalau begitu, ikut aku ke apartemenku," perintah Hyesung.

"Eh? Kenapa—"

"Kau bilang kau akan membersihkan bootku. Jadi, setelah aku pulang aku serahkan boot ini padamu dan kembalikan padaku langsung di apartemenku. Supaya kau tidak bingung."

Pria berambut hutam cepak itu tercengang. Ia pikir pemuda dihadapannya hanya main-main, tapi ternyata serius. Mereka menuju apartemen Hyesung dan pemuda itu menyerahkan bootnya pada pria itu dengan sebuah kantong. "Secepatnya kembalikan."

Suara Hyesung membuat pria itu merasa terancam. Kemudian, ia baru sadar kalau mereka belum berkenalan. "Anu… Namaku Eric. Mun Eric. Nama Koreaku Junghyuk. Kau…"

"Shin Hyesung. Apa perlu aku meminta nomor teleponmu? Untuk memastikan bootku aman padamu." Hyesung sudah menyiapkan ponselnya. Ia terlihat lelah dan bosan, batin Eric yang baru saja memperkenalkann diri.

"Ah, tentu." Pria bernama Eric itu pun menyimpan nomornya di ponsel Hyesung. "Ini sebagai permohonan maaf atas kecerobohanku. Tidak perlu curiga."

Shin Hyesung menyengir. "Kita baru berkenalan lima menit lalu. Bagaimana mungkin aku tidak curiga, Eric-ssi?" Ucapan pemuda itu benar. Eric mendesah panjang. "Baiklah, kau benar. Akan kubersihkan boot ini lalu aku akan kembali ke sini setelah selesai. Selamat malam, Hyesung-ssi."

"Selamat malam, Eric-ssi."

Hyesung menutup pintu apartemennya selepas kepergian Mun Eric. Ia berbaring di kasurnya memandang langit-langit kamarnya yang gelap.

"Mun Eric… Junghyuk? Orang aneh."

.

.tbc

A/N: bagi yang bertanya mengapa malah membuat cerita baru ketimbang melanjutkan ff sebelumnya, maaf jika author menelantarnya… Bukan tidak mau update, tapi selain writer's block, mendadak kesehatan author menurun drastis karena stress dari kesibukan sehari-hari. Bukannya berniat buat alasan, tapi itulah kenyataannya.

Bisa-bisa kembali hiatus seperti dulu… maafkan author… silahkan marahi lewat komentar juga tak apa, jujur karena sibuk dan sakit ff jadi terlupakan :"]