The Fallen Angel:

The God of Destruction


Disclaimer :
Naruto (Masashi Kishimoto)
Highschool DxD (Ichiei Ishibumi)
Genre:

Adventure and Fantasy
Rating:

M

Warning:

OOC, Typo, Fallen Angel (Naruto), Overpower, and Spin-Off.
Summary:

Inilah kisahku… seorang Malaikat Jatuh pemalas yang harus berurusan dengan konflik internal bangsa dan negeriku.


Author Note:

Jika para Author-san dan Reader-san sekalian yang ingin melihat penggambaran dari setiap chara di fanfic ini silakan kunjungi fb saya.

Facebook: Mangetsu Ringu


Chapter 1:

Misi terakhir


Tes! Tes! Tes!

Beberapa tetes air mulai berjatuhan dari langit mengenai pipinya, wajahnya mendongak ke atas… menatap langit malam yang di lingkupi awan hitam yang menjatuhkan ribuan air hingga tidak terhitung jumlahnya.

Srreeesssshh...

Hujan mulai turun cukup deras, membasahi seluruh tubuh hingga keenam pasang sayap hitam di punggungnya.

"Kau masih saja seperti itu walau dirimu sudah lama dibuang, Naruto..." sesosok berjubah hitam berjalan keluar dari balik kegelapan hutan di belakangnya.

"Sekarang kau sudah mahir memanggil nama baru ku dengan benar, bukan begitu… Belial" mengalihkan pandangannya ke depan, tanpa melihat kebelakang dirinya tahu bahwa sesosok itu merupakan seorang Gubernur Malaikat Jatuh yang bernama Belial, Malaikat Jatuh pertama yang eksistensinya ditakuti oleh langit dan dunia bawah akan kekuatannya.

"Terserah kau saja. Sebenarnya aku datang kesini untuk memberikanmu sebuah misi, apa kau tertarik Naruto...?"

"Apa maksudmu? bukankah aku sudah menjalankan semua misi yang telah kau berikan padaku?" Naruto mulai berjalan ke depan tanpa mempedulikan perkataan Belial.

"Mungkin ini akan menjadi misi terakhir untukmu sebelum kau benar-benar bebas dari semua tanggung jawab, dengan begitu kau dapat melakukan apapun yang kau mau setelah menyelesaikan misi ini" kaki Naruto berhenti melangkah, dia terdiam sejenak, matanya kembali menatap langit malam yang tengah menangis.

"Sampai sekarang... aku tidak pernah menggangap diriku sebagai bagian dari kalian" Naruto kembali melanjutkan langkahnya.

"Jika kau mengambil misi ini, mungkin saja kau akan bertemu dengan Gabriel dalam perjalanan nanti" tiba-tiba Naruto kembali berhenti melangkah, jantungnya berdetak kencang saat mendengar kembali sebuah nama yang mengingatkannya pada sesosok Malaikat cantik yang telah mengisi kekosongan di hatinya.

"Apa maksudmu? Apa maksudmu dengan aku dapat bertemu dengannya saat menjalankan misi ini?" melirik ke belakang, Naruto menatap tajam Belial.

"Yah… misi ini tidak akan memutus kemungkinan kau akan bertemu kembali dengan Gabriel atau tidak. Mungkin saja Tuhan akan memberikan tugas yang berhubungan dengan misi ini kepada Gabriel" Belial mengangkat kedua bahunya dengan santai.

"Kau hanya berbicara omong kosong" Naruto kembali menatap ke depan.

"Tapi… apa kau tidak tertarik untuk mencobanya?" mengangkat tipis sudut bibirnya, Belial menyeringai Iblis bahkan tanpa diketahui Naruto.

"Apa misinya?" tubuh Naruto berbalik.

"Misi ini sebenarnya cukup mudah, kau hanya perlu memusnakan para pemberontak yang sedang membangun markas untuk para pemberontak lainnya yang akan melakukan rencana kudeta untuk menjatuhkan kepemimpinanku. Tempatnya tidak jauh, mereka berada di negeri timur sana"

"Hanya itu? kenapa tidak kau sendiri saja yang memusnahkan mereka dengan kekuatanmu?" mengangkat sebelah alisnya, Naruto memandang heran Belial.

"Di negeri itu berada di luar jangkauan wilayah kekuasaanku, lagi pula di negeri itu berada dalam wilayah kekuasaan para dewa dari mitologi Hindu-Buddha"

"Aku mengerti… sebagai seorang pemimpin kau tidak bisa seenaknya memasuki kekuasaan mitologi lain" Belial menganguk.

"Akhirnya kau mengerti maksudku, Naruto"

"Begitu rupanya… kau mengutusku pergi kesana untuk menghindari masalah yang akan terjadi nantinya jika seorang pemimpin memasuki wilayah kekuasaan orang lain tanpa izin?" Belial kembali mengangguk singkat menanggapi Naruto.

"Jadi… kapan aku bisa menjalankan misi ini?" Naruto bertanya kembali.

"Itu terserah kau, bukannya lebih cepat lebih baik" Belial menjawab santai.

"Baiklah, kalau begitu... aku pergi sekarang" membentangkan keenam pasang sayapnya, Naruto melesat terbang keatas langit meninggalkan Belial sendirian di sana, tanpa Naruto ketahui Belial kembali menyeringai melihat kepergian Naruto.


Chapter 2:

Perjalanan


Naruto melayang dengan santai diatas langit, memandang langit malam dengan sedikit awan disana. Padahal belum lama terjadi hujan, mungkin dia sudah terbang terlalu jauh dari tempat bertemunya ia dengan Belial.

"Haaa..." Naruto menghela nafas, dia kembali teringat dengan misi yang telah Belial berikan padanya. Menghabisi para pemberontak merupakan hal yang merepotkan untuknya.

Swoossh!

Tubuh Naruto merespon cepat dengan menghindar kesamping, menghindari sebuah Light Spear yang melesat cepat yang hampir mengenai kepalanya.

Naruto memicingkan matanya saat kembali melihat sepasang Light Spear yang melesat cepat mendekatinya.

Psssrr!

Naruto menghilang seketika sebelum sepasang Light Spear tersebut mengenai tubuhnya.

Di bawah sana, tepat di atas permukaan berdirilah seorang pemuda bersurai hitam dengan sedikit warna pirang di poninya. Pemuda itu adalah seorang Malaikat Jatuh yang bernama Azazel, salah satu petinggi Malaikat Jatuh di Grigory.

"Tch!" Azazel mendecih tidak suka melihat kedua serangannya gagal mengenai Naruto.

Tap!

"Kau boleh juga ya" Azazel membulatkan mata mendengar suara Naruto tepat di belakangnya.

Pussh!

Azazel langsung melompat keatas dan mendarat menjaga jarak dari Naruto.

"Kau terkejut rupanya..." Naruto tersenyum sedikit mengejek Azazel.

"Jangan mengejekku bang*t! Tapi… senyuman itu tidak akan lama setelah aku membungkam mulutmu dengan Light Spearku" Azazel menyeringai, menatap Naruto dengan tajam. Naruto memicingkan matanya kembali, dia dapat merasakannya niat membunuh yang besar dari dalam tubuh petinggi Malaikat Jatuh satu ini.

"Kau seorang maniak bertarung rupanya"

"Sudah lama aku tidak berlatih, bagaimana kalau kau menjadi rekan berlatihku" Azazel menjilati Light Spearnya, Naruto merasa sedikit jijik melihatnya.

'Kenapa muncul lagi orang yang merepotkan' Naruto sedikit pusing memikirkannya.

Wuush!

Tiba-tiba Azazel melesat menerjang Naruto, menghunuskan sebuah Light Sword di samping tubuhnya yang siap memenggal kepala Naruto.

Whirrrl!

Trunkk!

Azazel mengayunkan Light Sword tersebut, namun Naruto berhasil menahan serangan itu dengan sebuah Light Spear di tangan kanannya yang ia tanamkan di samping tubuhnya.

"Kau terlalu bersemangat untuk mengalahkanku" Naruto berbicara santai, tanpa menghiraukan serangan Azazel.

"Diam kau!" Azazel berteriak.

"Heh… kau cukup menakutkan juga" Naruto kembali mengejek Azazel.

"Sejak dulu aku ingin sekali mengalahkanmu dalam sebuah pertarungan" Azazel terus mengerakkan Light Sword untuk menekan Light Spear Naruto.

Crackh!

Sring!

"Butuh waktu seribu tahun lagi bagimu untuk mengalahkanku" tiba-tiba dari dalam permukaan di depan Azazel keluarlah sebuah tombak es yang mengacung manis dua inci dari leher Azazel.

Glek!

Azazel dengan terpaksa menelan ludahnya, wajahnya memucat dengan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Dia sama sekali tidak merasakan arah serangan dari dalam tanah.

"Aku saat ini sedang sibuk, jadi… aku tidak ada waktu untuk bermain-main denganmu, Azazel-gaki..." Naruto menghilangkan kembali Light Spear di genggamannya, keenam pasang sayapnya kembali membentang lebar dan melesat terbang meninggalkan Azazel yang mematung akan kekalahannya.

"Sial…!"


Naruto kembali terbang dengan santai di angkasa, ekspresi wajahnya terlihat sangat senang setelah berhasil mengerjai salah satu petinggi Grigory itu. Mungkin umur mereka terpaut cukup dekat, tapi dengan Azazel yang seorang maniak bertarung membuatnya terlihat seperti remaja labil lainnya.

"Hahahaha… aku tidak bisa membayangkan ekspresi wajahnya saat dia ketakukan, hahahaha…" Naruto tertawa geli memegangi perutnya, jika ada makhluk lain yang melihatnya mungkin mereka akan beranggapan bahwa dia gila.

Tiba-tiba Naruto mengubah ekspresi wajahnya seketika, wajah tadinya konyol dan bodoh menjadi datar dan tegas, dia telah sampai di sebuah kota yang cukup ramai yang menjadi tujuannya. Dia juga dapat merasakan beberapa aura Malaikat Jatuh berbaur diantara para Manusia disana.

Berarti dia sudah terbang sangat jauh hingga sampai di negeri timur, dia tidak menyangka kalau negeri itu lebih maju peradapannya dari tempat dirinya tinggal.

"Jadi kota ini yang merupakan tempat para pemberontak bersembunyi, berarti markas mereka tidak jauh dari sini" Naruto mengepakkan sayapnya perlahan dan turun kebawah. Dia singgah sebentar di salah satu atap warga, menekan auranya sekecil mungkin untuk menyembunyikan identitas aslinya, dengan sembunyi-sembunyi Naruto terus memperhatikan aktivitas para pemberontak disana yang tengah berbaur bersama Manusia.

"Aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus menangkap salah satu dari mereka untuk mendapat informasi" matanya melirik seorang Malaikat Jatuh wanita yang berjalan dibawah sana.

Naruto dengan cepat melompat-lompat dari atap ke atap mengikuti Malaikat Jatuh itu, Malaikat Jatuh itu berhenti di salah satu pedagang, dia terlihat tengah membeli buah-buahan disana.

"Terima kasih!" Malaikat Jatuh itu segera berlalu setelah menerima buah-buahan tersebut.

"Untuk apa buah itu?" Naruto dengan penasaran mengikuti setiap langkah Malaikat Jatuh itu dari belakang, tentu saja Naruto mengganti pakaiannya seperti seorang pengembara yang membuatnya terlihat seperti pendatang biasa. Malaikat Jatuh itu berbelok ke kanan di persimpangan pertigaan di depan sana dan Naruto terus mengikutinya, wanita itu berbelok ke kiri, berjalan lurus, berbelok ke kanan, turun ke bawah, melewati gang sempit, berbelok kiri, kanan, lurus, kanan, belakang, lurus, kiri, kanan, turun, kiri, belakang, kanan, hingga Malaikat Jatuh itu sampai di depan sebuah rumah sederhana setelah melewati jalur rumit yang membuat Naruto sakit kepala.

Naruto kehabisan nafas dibuatnya, mengikuti Malaikat Jatuh itu membuat pikiran dan tubuhnya harus bekerja keras.

"Aku pulang..." Malaikat Jatuh itu berjalan memasuki rumah. Naruto secara diam-diam mendekati rumah itu dan bergerak menuju jendela, sedikit mengintip dan dia dapat melihat Malaikat Jatuh itu tengah berciuman dengan seorang Manusia, tidak lama kemudian keluarlah sepasang anak kembar yang sangat mirip dengan sang pria itu dan wanita itu dari dalam ruangan mengejutkan kedua makhluk berbeda itu.

"Kaa-san pulang!" salah satu anak kembar itu berteriak girang memanggil wanita itu dengan sebutan orang tua, sang wanita langsung mengangkat dan mengendong anak itu. Naruto merasa bersalah telah mengintip rumah keluarga kecil itu, dia tidak menyangka ada seorang Malaikat Jatuh yang hidup bahagia dengan seorang Manusia dan memiliki sepasang anak kembar pula, dia dapat melihat wajah Malaikat Jatuh itu yang memancarkan kebahagiaan bersama dengan keluarga kecilnya.

"Sebaiknya aku pergi dari sini" Saat Naruto berbalik dirinya tidak sengaja menabrak bahu seorang pria yang berjalan di belakangnya.

"Ah! maaf..." Naruto sedikit menundukkan punggungnya tanpa melihat kedepan, pria itu sedikit terkejut lantaran dia dapat merasakan aura Malaikat Jatuh dari dalam diri Naruto.

Naruto tersentak, dia juga baru tersadar merasakan aura Malaikat Jatuh dari pria itu.

Bruk!

Pria itu segera mendorong tubuh Naruto hingga terjatuh, dia berlari secepat mungkin menjauhi Naruto dengan menjatuhi botol-botol minuman yang tersusun rapi di pinggir jalan mencoba untuk menghalangi jalan Naruto.

"Hoy! tunggu…" Naruto kembali berdiri dan ikut berlari mengejar pria itu.


"Hah! haah… haah… kemana perginya pria itu tadi?" Naruto membungkuk, berusaha mengatur nafasnya setelah berlari-lari seharian penuh mengejar Malaikat jatuh itu.

"Sial! jika dia berhasil lolos… penyamaranku pasti akan terungkap" Naruto menegakkan kembali tubuhnya, matanya menatap sekitar memperhatikan para pejalan kaki yang melewatinya.

Sing!

Tiba-tiba Naruto memicingkan matanya, insting bertarungnya berbunyi, dirinya dapat merasakan sekelompok Malaikat Jatuh pemberontak tengah mengawasinya dari berbagai tempat.

'Sial! jadi aku sudah ketahuan rupanya… mau bagaimana lagi selain melayani mereka' udara dingin tiba-tiba muncul menyelimuti telapak tangan Naruto, dari udara dingin itu terbentuklah sebuah tombak es panjang di dalam genggamannya.

Para pedagang dan pejalan kaki yang melihat hal itu terkejut bukan main, mereka semua langsung berlari ketakutan sambil meneriaki kata "penyihir" pada Naruto yang masih terdiam di tengah jalan.

Drap! Drap! Drap!

Seluruh Malaikat Jatuh yang mengawasi Naruto segera keluar dari tempat persembunyian mereka masing-masing, mereka berdiri mengepung Naruto dengan menghunuskan Light Spear kearahnya. Untung saja seluruh Malaikat Jatuh yang mengepungnya adalah pria, jika wanita mungkin dirinya tidak akan melawan karena dia punya prinsip untuk tidak pernah menyakiti wanita.

Naruto tersenyum kecut, menertawakan dirinya karena melihat pria yang ia kejar-kejar seharian berdiri bersama mereka.

'Ternyata aku sungguh payah…'

Tap!

Wuusss...

Salah satu Malaikat Jatuh itu berlari kencang menerjang Naruto. Mata Naruto sedikit melirik kesamping, tangannya bergerak cepat mengayunkan Ice Spear di genggamannya.

"Hentikan!" Sebuah suara berhasil menghentikan aksi Naruto, pasalnya Ice Spear yang dia buat tengah mengacung sempurna yang hampir menebas leher pria itu.

Tup! Tup! Tup!

Seorang gadis cantik dengan berpakaian perang berjalan mendekati Naruto, seluruh Malaikat Jatuh disana segera menyingkir memberi jalan, mereka berlutut hormat kepada seorang gadis yang berjalan melewati mereka.

"Aku cukup terkejut dengan kau yang menjadi pemimpin para pemberontak ini, Araqiel..." Matanya melirik kesamping kembali, melihat Araqiel yang berdiri dibelakangnya.

"Tidak kusangka… aku kira orang lain, tapi ternyata mantan Sang Pelindung yang telah diutus Belial untuk datang kesini" Araqiel membalas santai ucapan Naruto.

"Aku juga tidak menyangka… gadis manis sepertimu yang pernah menjadi orang kepercayaan Belial malah berbelok menyerangnya. Sungguh ironis…" Naruto menghilangkan kembali Ice Spear di genggamannya menjadi udara dingin, tubuhnya berbalik menghadap Araqiel.

"Ikut aku" Araqiel berujar datar, dirinya berbalik dan berjalan meninggalkan Naruto. Naruto mengangkat bahunya, dia segera berjalan mengikuti Araqiel.


Chapter 3:

Terungkap


Tumph! Tumph! Tumph!

Suara langkah kaki terus menggema di sepanjang lorong, kaki jenjangnya terus berjalan mengikuti Araqiel yang berjalan di sampingnya. Berjalan bersama Araqiel, pemimpin para pemberontak memberikan kesan tersendiri pada dirinya.

Naruto sangat menikmati setiap detik, setiap menit, dan setiap jam untuk menikmati momen-momen seperti ini. Berada di sarang musuh dan bersama pemimpin mereka, terlebih lagi tanpa adanya pengawal bersamanya.

Rasanya... rasanya Naruto ingin sekali tertawa mendengarnya, dia beranggapan bahwa para pemberontak ini adalah musuh terbodoh yang pernah ia temui. Membiarkan pemimpin mereka tanpa pengawalan bersama seorang musuh yang jelas-jelas mengincar nyawa pemimpin mereka.

"Hey! Araqiel… apa kau tidak takut padaku" Naruto memulai pembicaraan.

"Tidak, tidak sama sekali. Selama aku masih berada disini aku tidak takut padamu" Araqiel menjawab datar.

"Hee… rupanya kau hanya berani melawanku di dalam kandang saja. Pengecut sekali…" Naruto mencoba memprovokasi Araqiel.

"Terserah saja kau memanggilku pengecut atau apa, aku memiliki banyak alasan untuk itu yang tidak mungkin aku katakan padamu" matanya sedikit melirik kesamping, melihat Naruto yang masih tampak tenang.

Tap!

Kaki Naruto berhenti bergerak, pandangannya kini tertuju pada sebuah pintu besi yang berada tepat di depannya dengan mekanisme sandi angka di sampingnya.

Araqiel berjalan perlahan menuju mekanisme sandi angka tersebut, menekan beberapa angka secara acak hingga mendengar suara pintu itu terbuka mengalihkan pandanganya.

"Ayo masuk" Araqiel berjalan lebih dulu, Naruto berjalan dibelakangnya.

Naruto dapat melihat dari balik pintu besi itu sebuah ruang kontrol di mana para Malaikat Jatuh pemberontak mengawasi semua lokasi yang menjadi wilayah kekuasaan mereka.

"Ini tidak jauh berbeda dari pusat kendali di Grigory" Naruto memandang sekitarnya, memperhatikan setiap aktivitas Malaikat Jatuh di sana.

"Kami memang sengaja membuatnya seperti di pusat kendali di Grigory. Kami memantau semua aktivitas di luar sana dari tempat terdekat hingga terjauh, kami juga memantau pergerakan musuh dari tempat ini dan..." Araqiel berbicara panjang lebar kepada Naruto.

"Tunggu! kau bilang musuh? apa musuh yang kalian maksud itu Malaikat Jatuh Grigory?" Naruto berbicara memotong ucapan Araqiel.

"Musuh kami yang sebenarnya bukanlah para Malaikat Jatuh Grigory, tapi dia…"

Clip!

Tampilan layar monitor utama mulai berganti, layar itu sekarang memperlihatkan sebuah foto seorang pria bersurai putih dengan sebuah nama dibawah foto tersebut.

"Alpozed Bael…" Naruto bergumam membaca sepenggal tulisan dibawah foto tersebut.

"Siapa dia?" Naruto bertanya kembali.

"Dia adalah Alpozed Bael, seorang Iblis berbakat yang mewarisi Power of Destruction dari klan Bael. Namun sayang… kelahirannya tidak pernah diharapkan oleh klan Bael, ibunya Selena Bael menikah dengan seorang Malaikat Jatuh yang merupakan musuh abadi bangsa Iblis. Saat masih kecil, dia dan ibunya diburu oleh klan Bael karena dia memiliki setengah darah Malaikat Jatuh di dalam dirinya yang sangat dibenci bangsa Iblis. Alpozed dan ibunya mencoba kabur dari kejaran bangsa Iblis, namun sayang… dirinya berpisah dengan ibunya dan terus berlari hingga sampai di negeri ini. Dewa Shiva menemukannya tergeletak ditanah tak sadarkan diri. Pada akhirnya Shiva membawa Alpozed ke tempatnya hingga mengangkat Alpozed menjadi muridnya" Araqiel kembali berbicara panjang lebar memberikan setiap informasi yang ia tahu kepada Naruto.

"Alpozed Bael, Iblis yang mewarisi Power of Destruction dan murid dari The God of Destruction, Shiva. Akan sangat berbahaya jika menjadi musuhnya… kalau begitu bagaimana dengan kabar tentang keberadaan ibunya dan siapa ayahnya?" Naruto menatap Araqiel disampingnya.

"Haaa… ibunya dikabarkan tertangkap dan tewas dibunuh oleh bangsa Iblis karena sudah melahirkan anak haram dan ayahnya…" Araqiel menjeda ucapannya.

"Siapa ayahnya? cepat katakan padaku! jangan membuatku penasaran…" Naruto dengan tidak sabar menatap Araqiel sambil memegang kedua bahunya.

"Ayahnya adalah Belial…" Tubuh Naruto mematung mendengarnya, kedua tanganya kembali tergeletak di samping tubuhnya. Matanya menatap kosong, pikirannya kembali teringat dengan sosok Belial, Gubernur Malaikat Jatuh yang sangat ditakuti eksistensinya.

"Kau tidak berbohongkan Araqiel?" tanya Naruto memastikan.

"Tidak, ini memang kebenarannya Naruto. Saat Alpozed tahu kebenaran tentang ayahnya dia segera mencarinya. Mereka bertemu di negeri ini, tapi itu semua sebenarnya adalah rencana licik Belial. Dia telah mencuci otak Alpozed untuk membalaskan dendamnya pada bangsa Iblis, terutama klan Bael yang sudah membunuh ibunya, tapi sebenarnya rencana Belial adalah untuk memperluas wilayah kekuasaan Grigory di Underworld. Alpozed semakin berambisi berlatih dengan dewa Shiva untuk mendapatkan kekuatan penghancur sejati yang akan membuat kekuatannya setara dengan The God of Destruction. Belial berencana menghancurkan Underworld dengan Alpozed sebagai senjatanya" Naruto tercengang mendengar semua itu, dirinya tidak menyangka jika Belial ingin mengibarkan bendera perang terhadap bangsa Iblis.

"Jadi begitu… sekarang aku mengerti apa tujuan kalian sebenarnya" Naruto mengadahkan wajahnya, menatap langit-langit ruangan.

"Sesuai apa yang kau pikirkan. Kami memang berencana mengagalkan tujuan Belial untuk mencegah adanya perang antara Malaikat Jatuh dengan Iblis. Membunuh Alpozed adalah satu-satunya cara mengcegah perang itu" Araqiel menatap tajam Naruto.

"Jadi… sebenarnya apa misiku?" tanya Naruto pada dirinya sendiri.

"Mungkin sebenarnya Belial menganggapmu sebagai gangguan rencana ini nanti di masa depan karena kau terkenal dikalangan Malaikat Jatuh dengan dirimu yang masih memegang teguh prinsip sisi Malaikatmu sebelum kejatuhanmu. Maka dari itu dia sengaja mengirimmu ke sini untuk membuatmu terlibat dan memaksamu bertarung dengan Alpozed yang mungkin akan menyerang tempat ini"

'Rupanya selama ini kau menginginkan perang ya… baiklah Belial, akanku berikan arti perang sesungguhnya kepadamu…


To Be Continue


Konbawa Minna-san…!

Sudah lama aku tidak berjumpa dengan kalian lagi setelah sekian lama hehe…

Kali ini aku mempublish sebuah fanfic Spin-Off dari The Fallen Angel, ini bukan squel atau prequel karena ceritanya terfokus pada aksi Naruto yang berencana mengagalkan rencana Belial.

Saya juga sedikit mengubah chara yang ada karena ini mengambil setting latar masa lalu sebelum DxD, anggap saja ini penampilan mereka sewaktu muda.

Mangetsu Ringu, Log Out!