Bagi Taeyong, liburan kali ini sungguh menyebalkan. Sangat menyebalkan. Lebih menyebalkan dari liburannya yang kemarin. Mengapa liburan kemarin menyebalkan? Karena Taeyong harus menghabiskan waktu senggang berharganya di Rumah Sakit. Ia harus dirawat karena menderita sakit tifus. Setiap hari ia hanya terbaring lemah di ranjang dan ditemani oleh sahabat cerewetnya, Doyoung.

Flashback.

"Lee Taeyong, jika kau ingin segera pergi dari sini maka makanlah yang banyak !"

"Yak Taeyong ! Kau buang ke mana obatmu ?"

"Aku disini menjagamu setiap hari untuk memastikan agar kau meminum obatmu, eommoni dan abeoji menitipkanmu padaku karena mereka paling percaya padaku. Tidak kusangka kau selalu melempar obatmu keluar jendela?!"

"Telan dan segera minum airnya, bodoh ! Kau bukan anak kecil lagi yang selalu mendapat obat rasa buah-buahan !"

"Yak Lee Tae..."

"KIM DOYOUNG ! DOTOKKI YANG TERCINTA ?! TOLONG BIARKAN AKU TIDUR DENGAN TENANG ! HUFT !" Taeyong menutup seluruh badannya sampai kepala lalu tertidur dengan cemberut.

"Aish, aku hanya ingin berpamitan ingin mengantarkan Jisung pulang, dasar ! Kajja Jisungie !"

Doyoung lalu memegang tangan Jisung yang kebingungan dan menuntunnya keluar kamar.

End Flashback.

"Huft untungnya liburan kali ini aku bisa bersantai di rumah, tapi ini semua sangat menyebalkan !"

Taeyong menghela nafas dan langsung memukul-mukul meja makan dengan kesal.

Namja bersurai abu-abu hitam itu lalu segera meminum sisa susu setengah gelasnya, sampai ia sadar bahwa Jisung berdiri di ambang pintu ruang makan dengan wajah kusut bangun tidur.

"Ahhh Jisungie sejak kapan kau berdiri disitu? Kemari, hyung akan membuatkanmu sarapan ~~" Taeyong menghampiri Jisung, menggendongnya dan mendudukkannya di salah satu kursi meja makan.

"Hyung ! Jisung mau makan roti bakar buatan hyung ~~ dan susu strawberry ~~" Jisung memperlihatkan eyesmile indahnya. Taeyong yang melihatnya gemas bukan main.

"Arraseo, untuk adik hyung yang sangat tampan ini,hyung akan membuatkan dua roti untuk Jisungieee..." Taeyong mengusak rambut Jisung dan mencubit pipinya.

Lee Jisung, berusia 13 tahun adalah satu-satunya adik Lee Taeyong. Jisung itu sangat polos dan masih sering bingung. Ia menyayangi dan sangat memuja kakak cantiknya. Terkadang Jisung kesal dan tidak suka kalau Taeyong sedang asyik sendiri dengan temannya. Jisung cemburu, karena kakaknya mengabaikannya. Menurut Taeil sahabat Taeyong, Jisung mengidap brothercomplex. Hal ini karena kedua kakak beradik itu menghabiskan waktu bersama setiap waktu. Orang tua Taeyong sibuk dengan bisnis mereka dan sekarang semakin sibuk karena harus menangani cabang baru di Jepang. Itu semua bukan masalah bagi Taeyong dan Jisung, karena meskipun mereka LDR dengan orang tua, tetapi tidak pernah kekurangan kasih sayang. Jika ada permasalahan yang mendesak, maka dengan cepat orang tuanya pasti pulang. Segala permintaan mereka berdua pasti dituruti, dan orang tua mereka sangat terbuka terhadap kedua anaknya.

"Orang tua mu itu sangat keren dan gaul, Taeyong" suatu kali pernah sahabat Taeyong, Ten berkata seperti itu.

Walaupun keluarga Taeyong adalah keluarga yang berlimpah harta, tetapi mereka hidup dengan damai dan sederhana. Mereka lebih memilih untuk tinggal di sebuah perumahan dengan para tetangga yang baik, daripada harus tinggal di sebuah Mansion megah yang jarang sekali mereka akan bertegur sapa dengan orang. Hal ini juga karena Taeyong dan Jisung memiliki banyak sahabat di perumahan ini. Mereka sudah nyaman dan hidup tentram disini.

"Roti bakar dan susu strawberry Jisungieee sudah siapppp ~~" Taeyong segera meletakkannya di depan Jisung, lalu ponsel di sakunya bergetar membuat Taeyong kaget dan hampir menumpahkan susu berharga adiknya.

"Aishhh menyebalkan !" Tanpa membuka sebuah pesan yang baru masuk, Taeyong langsung mematikan ponselnya dan mengeluarkan baterainya. Melemparkannya di atas meja.

Jisung yang kaget dengan tindakan hyungnya, segera menghentikan acara mari memakan roti bakar enak ini.

"Eungg, hyungieee apa sedang marah? Kenapa ponselnya dimutilasi (?)" Tanya Jisung dengan mata berkaca-kaca.

"Ehhhh, aniyooo Jisungieeee hyung tidak marah kokkk, cepat habiskan sarapanmu yaaa hehe..." Jawab Taeyong dengan senyum terpaksa dan Jisung hanya mengangguk lalu melanjutkan makannya. Ia berpangku tangan di atas meja dan memperhatikan adiknya yang makan dengan lucunya. Tanpa sadar mata Taeyong berkaca-kaca.

"Jisung-aaaa, hyung sedang kesal..." ucap Taeyong dengan lesu.

"Hyung kenapa, siapa yang membuat hyung kesal? Nanti Jisung akan menembaknya dengan pistol yang dibelikan Appa kemarin !" Jisung menanggapi perkataan Taeyong dengan mulut penuh dengan roti, dan ada sisa remah di sudut bibirnya. Matanya membulat seperti anak ayam.

"Huft, Jisung-aa. Terkadang kau harus berbohong untuk mencari aman. Kau harus berbohong untuk membuat orang lain senang. Terkadang kau harus berbohong karena kau tidak tahu harus bagaimana. Hidup tidak selalu nyaman ternyata...wkwk Aigoo Jisungie makan dengan baik ya ternyata.." Taeyong sedikit terhibur dengan ucapan adiknya dan mengelap sudut bibirnya.

"Hyung benar, kemarin Jisung berbohong pada Appa... Jisung bilang kalau pistol mainan yang dulu sudah rusak, padahal Jisung berbohong, agar Appa membelikan satu lagi untuk Jisung. Jadinya Jisung memiliki dua sekarang. Hyung, ini rahasia ya. Jangan adukan pada eomma dan appa. Ne?" Jisung sangat menggemaskan dengan wajah memohonnya.

"wkwkwk, arraseo. Ini rahasia kita berdua ya Jisung. Ssstttt !" Taeyong menempelkan telunjuk di bibirnya.

"Neeeeee sangat rahasia, gomawo hyungggg ssstttt !" Jisung tersenyum dan meniru gaya Taeyong.

Setelah menyantap sarapan , mereka lalu bermalas-malasan dengan marathon film kesukaan kakak adik tersebut. Tak terasa hari sudah menggelap, Jisung dan Taeyong bersiap-siap untuk tidur. Taeyong berjanji pada Jisung, bahwa besok ia akan mengajaknya pergi ke kafe pinggir perumahan mereka. Bukan hanya mereka berdua, tetapi Doyoung dan Taeil akan ikut. Sayang sekali Ten tidak ikut karena ia sedang berlibur dengan kekasihnyaYuta-san di Thailand. Chittapon sedang pulang kampung. Taeyong sudah akan memejamkan mata, tetapi sebelumnya ia menghidupkan ponselnya dan membalas singkat pesan yang tadi masuk. Setelah itu ia sudah tergeletak mengarungi dunia mimpi.

Jisung senang sekali hari ini bisa berjalan-jalan keluar dengan hyungnya. Ia terus mengeratkan gandengan tangannya dengan Taeyong. Mereka berdua terus melangkah dan menyapa hangat para tetangga mereka yang kebetulan bertemu. Setelah itu mereka sampai di depan kafe dan segera masuk. Ini adalah kafe langganan "Geng Taeyong". Kafe ini milik Junmyeon hyung, Taeyong mengenalnya secara baik, dan terkadang "Geng Taeyong" akan mendapat gratisan.

Taeyong menuntun Jisung di meja kesukaan Taeyong, menurutnya nyaman karena dekat dengan jendela. Ia meninggalkan adiknya sebentar untuk memesan, lalu kembali dengan pesanan langganan mereka. Kemana perginya Doyoung dan Taeil? Ternyata mereka berdua ada latihan paduan suara sehingga tidak jadi bergabung dengan Taeyong dan Jisung. Jisung terlanjur sangat senang tadi sebelum berangkat, sehingga Taeyong tetap mengajaknya ke kafe. Ia tidak ingin mengecewakan adiknya.

Jisung sibuk dengan kuenya, sedangkan hyungnya sedang melamun tidak jelas. Ia tidak menyentuh coklat hangat kesukaannya, ia sedang memikirkan sesuatu. Sampai punggung seseorang mengalihkan perhatiannya. Pipi Taeyong memerah dan wajahnya memanas hanya karena menatap punggung seseorang?

"Wah ia tinggi dengan punggung indahnya itu, pasti dadanya bidang, pasti ia tampan, dan tubuhnya seksi, hahahaha..." Taeyong bergumam pelan tetap memperhatikan punggung itu dengan senyum-senyum genit. Jiwa cabe Taeyong telah hidup.

Taeyong akhirnya menyesap coklat hangatnya, tetap dengan senyum-senyum genitnya. Sampai pada akhirnya pria yang ditatapnya itu membalikkan badan dan langsung menatap. Melihat langsung ke arah Taeyong.

Taeyong tersedak minumannya sendiri. Jisung kaget melihat hyungnya tersenyum dan langsung tersedak secara tidak menawan. Taeyong juga kaget dan langsung menundukkan kepalanya dengan masih batuk-batuk kecil tersedak. Ia bergumam "Ya Tuhan, uhukkk...uhukkkk..." wajahnya memerah seperti lobster rebus.