Story By: Razen.

Disclaimer: Kazuki Takahashi.

Rate: T

Genre: Humor/Romance.

Main Pair: Bronzeshipping

Warning: Typo, AU, Fanon, semi-OOC, some mistakes EYD, Sho-Ai.

A/N: Sebetulnya fic ini ada dua versi. Versi pertama yang ini, versi kedua fic Crossover tuk memuaskan hasrat Adinda. Baginya, sih, mungkin fic ini yang versi kedua kali, ya. :v

xXx

Kaleng Jus

xXx

.

.

.


Panas terik matahari adalah musuh bagi perempuan yang sangat peduli dengan kulit. Nah, lain lagi bagi Malik. Dehidrasi yang timbul jauh lebih membuatnya frustasi ketimbang kecemasan akan kulitnya. Peduli amat nanti kulitnya jadi gelap—Eh, sejak awal memang sudah gelap, ya.

Malik berhenti di taman, setengah perjalanan pulang dari sekolah. Hendak istirahat, sekalian berteduh sejenak di bawah pohon. Aduh, kenapa musim panas begini harus ke sekolah, sih? Kurang ajar sekali memang kepala sekolahnya ini.

Malik mengusap keringat. Fuh, gila sekali panasnya. Pusing Malik, ia perlu minum sesuatu. Kepalanya menoleh ke sekeliling, coba, rasanya di dekat sini ada mesin penjual minuman otomatis.

Itu dia!

Berseri-seri, Malik berlari kecil menghampirinya. Pas sekali di atasnya ada pohon besar, Malik bisa beristirahat sambil berteduh untuk sejenak. Enaknya minum apa, ya? Jus? Teh? Susu? Banyak sekali pilihan. Atau air mineral saja?

Sebentar.

Di mana Malik menaruh uang koin?

Dengan terburu-buru, Malik merogoh saku seragam, tidak ada. Kalau begitu saku celana, tidak ada juga. Ih, kok aneh? Kepalang dehidrasi, Malik mengerang tidak suka. Resleting tas dibuka, mencari-cari koin yang menyelinap.

"Dapat!" Malik bersorak kecil. Dengan berseri-seri, ia memasukkan koin tersebut ke dalam mesin.

Cling!

Nah, sip. Tinggal dipilih~

Wah, air mineral habis. Biarlah, pilih jus kalau begitu. Em ... tentu saja yang dingin yang dipilih. Eh, tetapi banyak sekali yang terlihat menggiurkan. Ih, pilih yang mana, ya?

"Oke, jus melon saja." Malik mengarahkan telunjuknya menuju jus melon dingin.

Klang!

"Eh?"

Suara kaleng yang terjatuh mengagetkan Malik, terutama ketika ia melihat tangan lain menekan tombol pada minuman kopi susu dingin. Belum sempat Malik mencerna, sesuatu yang lembut mengecup pipinya.

"Waaaa!"

"Makasih, ya."

Malik buru-buru berbalik, hendak meninju orang asing yang seenaknya mengageti. Siapa, sih? Kurang ajar sekali!

Niatan itu makin besar ketika Malik mendapati sosok kembarannya dengan rambut mencuat bak durian, tengah membuka kaleng dan langsung menegak isinya dengan nikmat.

"Fyuh, segar," katanya lagi sebelum berjalan mundur, kemudian berbalik dan melangkah pergi meninggalkaan Malik.

"Marik! Tunggu!" Seru Malik jengkel. Enak saja dia! Itu minuman dari uang Malik! Dan Malik tak punya koin lain untuk membeli minuman baru! Sialan sekali!

Tak acuh sama sekali, Marik melengos santai.

xXx

The End

xXx