Tittle : Oh! My Prince

Author : Keiko Yummina

Cast : HunHan (Oh Sehun & Xi Luhan), Slight KaiSoo DKK

Genre : Hurt-Comfort, M-preg, Romance, Family

Length : Chaptered

Rated : M (Mecum)

WARNING! YAOI, M-PREG

bagi yang tidak suka YAOI apalagi M-PREG mending gk usah baca!

SIDER! OUT!

...


Previous..


.

.

.

Malam hari selepas makan malam. Luhan memberikan jawaban perihal surat dari kerajaan Oh Santo De Lavour tadi kehadapan sang Raja dan Ratu. Raja sendiri telah memberitahu perihal surat itu kepada istrinya.

"Yangmulia Raja, dan Ratu. Malam ini hamba akan memberi jawaban terhadap surat yang tadi pagi di kirim oleh kerajaan Oh Santo De Lavour." Luhan memulai menyuarakan jawabannya.

"Appa harap, kau memilih apa yang sesuai dengan keinginanmu." Sang raja mengungkapkan apa yang ia inginkan dan terbaik untuk putranya hanyalah sesuai dengan keinginannya sendiri.

"Eomma akan mendukung segala keputusan mu, nak." Dukungan moril diberikan oleh sang Eomma.

"Baiklah eomma, aku akan menerima perjodohan ini, dan menikah dengan pangeran itu." Jawab Luhan final mengakhiri perasaan berkecamuk ketiga nya.

"Kalau begitu, Appa akan segera menyiapkan surat balasan untuk kerajaan Oh Santo De Lavour." Seru sang raja begitu lega karena anaknya akhirnya menerima perjanjian pernikahan ini.


CHAPTER 3


.

.

.

Typo Bertebaran~

Surat yang dinanti-nanti akhirnya sampai dalam waktu kurang dari dua hari ke kerajaan Oh Santo De Lavour. Entah ini mungkin ini juga merupakan kehendak Sang Pencipta. Dengan lancar surat itu sampai lebih cepat dari yang diperkirakan akan dibalas dan sampai dalam waktu 10 hari. Tapi surat itu telah dibalas hanya dalam waktu tak kurang dari 5 hari saja. Sungguh langit sepertinya menyetujui rencana ini.

.

.

.

.

.

"Ratu, surat yang anda kirim kepada kerajaan Xi Luxion telah mendapat balasan, dan telah sampai Yang Mulia Ratu." Dayang Seo tadang dengan tergopoh-gopoh menyampaikan pesan untuk Yang mulia Ratu terkait balasan surat dari kerajaan Xi Luxion.

Dayang seo menyerahkan surat itu ke Ratu Lee untuk dibuka dan dibacanya. Ekspresi Ratu juga begitu penasaran dengan isi balasan di dalam surat ini. Dengan penuh kelembutan, ratu membuka pita surat itu. Sedetik sebelum membukanya, Ratu melihat dayang Seo bermaksud meminta tanggapan. Dayang Seo mengangguk mengetahui maksud dari sang Ratu. Dengan mantap ia mengkode sang Ratu untuk segera membuka dan membacanya. Ratu terlebih dahulu menghirup udara sebanyak-banyaknya dna menghembuskannya pelan. Berusaha menetralisir degupan jantungnya yang sangat penasaran juga penuh harap terhadap balsan surat ini.

"Balasan surat ini adalah penentu terus berlanjutnya kerajaan ini." Dalam hati sang ratu, ia berbisik menguatkan diri.

Untuk yang terhormat Ratu Lee Sungmin.

Kami bermaksud memenuhi dan memberikan balasan terkait surat yang sebelumnya anda kirimkan. Kami menyampaikan beribu terimakasih karena Ratu masih mengingat tentang perjanjian mendiang Raja Oh dan saya selaku Raja Xi Luxion untuk mengikat kedua kerajaan dalam suatu hubungan pernikahan. Karena itu saya membalas surat ini sebagai bentuk penghormatan dan persetujuan akan pernikahan masing-masing penerus kerajaan. Saya akan sangat bergembira jika hal ini benar-benar terwujud dan segera terlaksana. Kami semua mengharapakan yang terbaik untuk kedua kerajaan setelah pernikahan ini kedepannya. Kami akan segera mengunjungi kerajaan Oh Santo De Lavour di akhir minggu ini untuk membahas lebih lanjut mengenai hal ini.

Tertanda

Xi Minho
Raja Xi Luxion

Ratu Sungmin begitu senang menerima surat balasan dari kerajaan Xi Luxion. Dengan segera ia meminta seluruh penghuni kerajaan untuk bersiap menyambut calon besan yang akan datang akhir minggu ini.

.

.

.

.

.

Dilain tempat. Dikerajaan Xi Luxion. Ketiga orang penting dalam istana itu sedang berbicara serius. Ketiga orang penting itu tentu saja Raja Minho beserta sang Ratu nya Song Taemin yang tak lupa putra semata wayangnya Xi Luhan. Mereka bertiga tampaknya sedang membicarakan hal serius terkait keberangkatannya ke kerajaan Oh Santo De Lavour.

"Luhannie anak baba?" Raja Minho memanggil nama putranya dengan lembut.

"Ne, Baba." Jawab lembut Luhan.

"Baba hanya ingin memberi tahu mu terkait keberangkatan kita akhir minggu ini ke kerajaan Oh Santo De Lavour, nak. Juga sebenarnya ada peraturan lain yang belum sempat Baba beritahu padamu."

"Ne, Baba. Luhannie akan mendengarkan hal yang akan baba sampaikan."

"Sebenarnya peraturan itu adalah peraturan yang telah dibuat sedari nenek moyang diseluruh kerajaan. Itu peraturan yang sudah turun-temurun dilakukan dan tidak ada bantahan untuk menolak melakukan hal tersebut. Ini merupakan peraturan antar dua kerajaan yang akan mengikat tali persaudaraan dengan pernikahan." Baba Luhan terlihat menimbang-nimbang, namun ia tetap harus memberitahu putra semata wayangnya ini.

"Peraturan seperti apakah itu baba? Aku ingin mengetahuinya." Tanya Luhan penasaran dengan peraturan itu.

" Itu merupakan sebuah peraturan setiap kerajaan. Jika salah satu kerajaan mengirim surat terkait perjanjian pernikahan demi mempersatukan dua kerajaan menjadi satu. Dan kerajaan yang mendapat surat tersebut telah memberi balasan atas surat yang dikirimkan dan menyetujui hal tersebut. Maka calon mempelai harus tinggal di kerajaan mereka hingga waktu pernikahan yang akan ditentukan." Sang Baba kembali terdiam.

Mata Luhan sedikit berkaca-kaca mencerna sebait kalimat sang baba mengenai peraturan itu. Ia mengira-ngiara apakah ia harus melakukan hal tersebut. " Jadi baba? Maksudku adalah…(menjeda sejenak) esok aku sudah harus tinggal disana sembari menunggu acara pernikahan ku, begitukah?" Luhan sedikit terkejut dengan peraturan itu. Sang Baba sepertinya sulit sekali mengatakan secara gamblang. Hingga Luhan menangkap sorot mata sang Baba tanpa ada kebohongan disana. Maka berarti benar apa yang baru saja Babanya sampaikan.

"Benar Luhannie, putra kecil baba." Dengan segera Luhan berhambur memeluk sang baba. Dan dibalas pelukan erat dari sang Baba untuk Luhan.

.

.

.

.

.

Suasana di kerajaan Oh Santo De Lavour itu kian ramai berlalu lalang para maid yang sedang memepersiapkan penyambutan tamu yang sangat special untuk besok. Siapalagi jika calon menantu kerajaan ini. Sesekali sang Ratu memberi intruksi secara langsung pada para maid disana. Memastikan jika segala persiapan itu benar-benar baik sesuai dengan apa yang ia inginkan. Segala persiapan sudah berada hampir selesai semuanya. Tinggalah menunggu acara bersokk sembari berdoa agar acara besok berjalan dengan lancar.

.

.

.

.

.

Ditempat lain. Lebih tepatnya taman di kediaman Putra Mahkota. Terlihat sepi-sepi jasa. Karena memang acara besok tidak akan melibatkan kediaman pangeran mahkota. Mungkin hanya beberapa orang yang memang bertugas membersihkan kediaman putra mahkota saja. Sedangkan sang pemilik tempat ini sedang termenung di pinggir kolam ikan kesayangannya. Tentu saja ia tidak sendirian disana. Pengawal setianya yang juga sahabatnya dengan setia berdiri tak jauh dari pangeran Oh duduk. Sesekali tangan nya mencakup segenggam makanan ikan dan menebarkannya ke kolam. Ikan-ikan itu dengan lahap berkumpul dan memakan pakan yag baru saja Sehun tebar.

"Kai-ya.. Kemarilah.. Duduk dittebelah ku." Pinta Sehun pada Kai.

"Tapi pangeran?' Kai sedikit enggan.

"Cepatlah.. duduk dittini." Sambil menepuk tempat kosong tepat diseelahnya. Sehun menyuruh Kai untuk duduk.

"Hems.. Baiklah pangeran." Dengan santai akhirnya Kai mengikuti permintaan Sehun.

Kai akhirnya mendudukan dirinya tepat di sebelah sang pangeran. "Jadi, ada apakah gerangan pangeran menyuruh saya duduk sini?" Tanya Kai dengan pelan.

"Kau ini mattih ttaja memanggilku dengan ttebutan pangellan..pangellan.. Aku ttebal kau memanggilku stteperti itu. Dan lagi, apa kau tidak capek berdiri telus disana? Makanya aku menyuluh mu untuk duduk dittini, dittebelahku." Sambil menunjukkan senyum lima jarinya.

"Maafkan aku jika pangeran tidak suka dengan panggilan itu. Tapi hamba tidak bisa merubah nama panggilan anda. Karena itu sudah menjadi kewajiban jika aku harus memanggil anada dengan sebuatan pangeran. Dan saya tidak pernah lelah hanya untuk berdiri menjaga anda dari sana." Tunjuk Kai tempat semula ia berdiri pada Sehun.

"Tapi Kai-ya. Aku tidak percaya kalau kau tidak lelah. Buktinya aku ttering menemukan mu teltidur di atat pohon itu." Sehun balik menunjuk pohon diatas sana dengan polosnya. Menunjukkan betapa polosnya Sehun bahkan mengetahui tempat biasa ia mencuri waktu untuk tidur. Dan sepertinya Kai sudah tertangkap basah oleh majikannya.

"Maafkan aku pangeran. Aku tidak akan mencuri waktu tidur lagi." Dengan senyum malunya Kai menimpali perkataan Sehun dengan permintaan maaf.

Sejujurnya Kai tidaklah benar-benar tidur. Tapi Kai menghindar jika mode Sehun yang super jahil kembali berulah. Seperti hari yang lalu-lalu Sehun mengerjai para maid juga dirinya.

"Ini.." Sehun menyodorkan pakan ikan yang ia pegang ke arah Kai. Kai yang bingung menerimanya dengan tanpang sulit diartikan. Ia menerka-nerka hal apakah yang setelah ini dilakukan pangerannya.

"Kenapa anda menyerahkan pakan ikan ini pada hamba, pangeran?" Tanya Kai penuh selidik.

"Hali ini, Tehun tidak akan berulah mengeljai mu, pengawal Kim." Jawab Sehun sembari tersenyum.

"Lalu, Apa yang anda inginkan dengan menyerahkan pakan ikan ini pangeran?" Kai masih tak paham maksud pangerannya ini.

"Aku hanya meminta mu untuk ikut membeli makan ikan-ikan ku. Apa kau kebelatan, Kai-ya?" Jawab lembut serang putra mahkota Oh Sehun.

"Tentu saja tidak keberatan sama sekali, pangeran." Dengan segera Kai ikut menebarkan pakan ikan dalam genggamannya.

Jika kalian tahu mengapa seorang Kim Jongin aka Kai ini bisa terkejut dengan permintaan Sehun aka pangeran mahkotanya ini. Karena yang ia tahu, tidak ada seorang pun yang diperbolehkan memberi makan ikan di kola mini oleh orang yang paling berkuasa di kediaman ini yang tak lain dan tak bukan adalah Sehun sendiri. Bahkan kadang jika Sehun malas untuk pergi ke taman kerajaan ia malah asik bermain disini juga memancing ikan-ikan di kolamnya sendiri. Maka dari itu Kai sedikit terkejut saat tadi tiba-tiba memperbolehkannya ikut memberi makanan pada ikan-ikan milik Pangeran.

.

.

.

.

.

Kai dengan senang hati membantu sang pangerannya ini. Senyum gembira ikut ditularkan Sehun kepada Kai. Mereka bahkan melepas sepatu dan memasukkan kakinya ke dalam kolam ikan. Ikan-ikan yang sepertinya tertarik melihat kaki mereka dengan pelan mengelilingi kaki keduanya. Bahkan tak jaran ikan-ikan itu membenturkan mulutnya. Dan kedua orang itu hanya tertawa karena merasa geli sendiri.

"Oh iya Kai-ya. Aku ingin beltanya padamu tetuatu?" Sehun tiba-tiba saja memecahkan keheningan dengan sebuah kalimat tanya untuk Kai.

"Apa yang ingin ada tanyakan, pangeran?" Kai menanyakan kembali apa yang ingin ditanyakan pangerannya ini. Sepertinya ini persoalan yang rumit, terlihat dari raut wajah pangerannya ini yang menyiratkan hal tersebut.

"Kai-ya. Menikah itu apa?" tanya Sehun sepertinya itu adalahh hal yang sulit.

"Menikah itu adalah adalah hubungan antara mendiang Raja dan Ratu." Jawab Kai singkat.

"Jadi jika ingin tepelti Appa dan Eomma haluts menikah dulu ya, Kai?" Tanya Sehun lagi.

"Ne, pangeran." Kai tersenyum usai mengiyakan pemikiran sang pangeran.

"Kai.. Lalu apa itu perjodohan?" Dengan wajah polosnya, Sehun bertanya kembali.

"Huh.. dari mana anda mendengar kata-kata itu?" Sedikit terkejut mendengar pangerannya ini menanyakan hal tersebut.

"Aku mendengalnya dali bebelapa dayang di aula itstana. Meleka mengatakan tetang acala peljodohan. Maka dali itu aku tanya padamu." Jelas Sehun datar sekali.

"Ingatkan Kai jika orang yang ada dihadapannya ini sedang sakit. Sehun benar-benar datar sekali saat bertanya sekarang. Dan apa tadi, Sehun mendengar dari para dayang?" Dalam hati Kai.

"Jadi karena hal tersebut anda menanyakan apa itu perjodohan?" Tanya Kai lagi pada Sehun. Sepertinya Sehun benar-benar mantap ingin mengetahu apa itu perjodohan. Akhirnya Kai menghela nafas dalam-dalam sebelum mulai menjelaskan apa itu perjodohan.

"Ne.." Jawab Sehun singkat jelas padat.

"Jadi perjodohan itu adalah sebuah ikatan anatara dua buah keluarga untuk menikahkan anak mereka." Jawab was-was berharap Sehun tak memberi pertanyaan agi pada Kai.

"Lalu mengapa meleka bicara jika aka nada peljodohan antala aku dan teteolang dali entah aku lupa nama kelajaannya?" Masih dengan gaya datarnya Sehun bertanya demikian.

Benar saja apa yang di khawatirkan Kai atas pertanyaan lain dari Sehun benar-benar terjadi,"Jadi mengenai hal tersebut. Kalau begitu hamba akan menjelaskannya sedikit mengenai hal tersebut, meskipun nanti yang mulia ratu juga akan bercerita mengenai hal ini."

"Kalau begitu aku akan mendengalkan mu." Jawab Sehun masih datar, tapi ada sedikit senyum di sudut bibirnya.

"Jadi seperti ini. Anda adalah seorang putra mahkota kerajaan ini. Yang kelak akan menggantikan Mendiang yang mulia Raja memimpin negeri ini. Sebelum anda bisa menggantikan Mendiang Raja, anda harus memiliki pendamping atau bisa dibilang menikah sebelum naik tahta. Maka dari itu terjadi perjodohan antara pangeran dan seorang yang telah dipilihkan menjadi calon istri anda pangeran." Kai menjeda sejenak mengamati ekspresi pangerannya yang mungkin bingung dengan penjelasannya barusan. Namun yang Kai dapati malah sebuah pernyataan lain.

"Jadi aku akan menikah? Yehet. Aku bisa seperti Eomma dan Appa." Sungguh diluar ekspresi yang Kai bayangkan. Jika pangerannya ini akan sedih mendengar kabar tersebut. Tapi yang benar ia dapati adalah pangerannya yang terlihat gembira dan semangat mendengar kabar tersebut.

"Jadi yang mulia senang mendengar kabar tersebut?"Tanya Kai memastikan bahwa spekulasinya tidak salah.

"Ne, Kai-ya. Aku tenang tekali. Aku bita seperti Eomma Appa juga Hanni Noona, juga teperti celita-celita pala dayang yang aku baca dalam buku celita. Tentang teorang pangelan yang menikah dengan teolang putli dan meleka hidup bahagia selamanya." Sehun menerangkan apa yang tertuang dalam buku dongen yang pernah dibacanya. Dan berharap ia bisa seperti apa yang tertulis dalam buku tersebut.

"Saya harap anda akan bahagia pangeran." Sedikit miris sebenarnya melihat sahabatnya belum sembuh hingga sekarang. Namun do'a untuk pangerannya ini adalah agar Sehun mendapatkan kebahagiaanya nya seterusnya.

"…." Sehun tidak menanggapi perkataan Kai yang menurutnya mmembingungkan. Ia hanya terus tersenyum membanyangkan dirinya akan menikah dengan seorang putri yang cantik jelita layaknya dongeng yang sering ia baca.

.

.

.

.

.

Hari ini pun tiba. Dimana rombongan dari kerajaan Xi Luxion bertandang ke kerajaan Oh Santo De Lavour untuk membahas rencana perjodohan yang berujung pada penentapan tanggal pernikahan untuk kedua mempelai. Rombongan itu terdiri Yang mulia Raja Xi Minho dan Ratunya Song Taemin juga putra semata wayangnya Xi Luhan. Iring-iringan rombongan itu harus menempuh perjalanan paling cepat adalah 2 hari. Sebenarnya bisa ditempuh dalam waktu sehari saja dengan berkuda. Namun karena memang membawa rombongan membutuhkan waktu yang lebih lama dan berakhir membuat mereka harus menyesuaikan.

Selama dua hari perjalanan ini. Sudah dua kali mereka beristirahat untuk mengisi tenaga. Hingga tak terasa jika tempat tujuan mereka sudah dekat. Pagi itu sang Ratu yang terbangun lebih dulu saat melihat hari sudah beranjak pagi melalui sela-sela tirai kereta kuda yang mereka naiki.

"Yang mulia Raja. Bangun. Hari sudah pagi." Dengan nada lembut ratu membangunkan sang raja yang masih tertidur lelap. Dengan sedikit mengguncang bahu sang raja. Sedikit demi sedikit kesadarannya mulai berangsur-angsung normal.

"Ah ratu ku. Apakah kita sudah sampai?" Tanya Raja pada sang ratu.

"Aku juga tidak tau, Raja." Jawab ratu yang memang tidak tahu menahu mengenai posisi mereka berjalan sekarang.

"Kalau begitu kau bangunkan Luhan kita. Aku akan bertanya pada pengawal." Seru Raja Minho.

Di sisi lain sang ratu membangunkan sang putra tidurnya ini dengan penuh kasih sayang, "Luhannie sayang. Bangun nak. Sudah pagi, nak." Sembari mengusap tangan lembut itu ke pipi Luhan.

Sedangkan sang Raja menyibak sedikit tirai nya dan bertanya pada pengawal kerajaan, "Apakah kita sudah sampai, pengawal?"

"Sebentar lagi kita akan memasuki gerbang utama kerajaan Oh Santo De Lavour, yang mulia." Jawab sang pengawal dengan penuh rasa hormat pada sang raja.

.

.

.

.

.

Perjalan mereka selama dua hari ini berjalan dengan lancar tanpa kendala apapun. Penasehat kerajaan sendiri yang menyambut kedatangan raja dan ratu dari kerajaan Xi Luxion secara langsung. Sambutan itu dibalas dengan baik oleh yang mulia Minho beserta rombongan. Mereka langsugn saja dibawa ke sebuah kediaman atau tempat tinggal sementara selama tinggal disini. Bahkan rombongan dari kerajaan Xi dijamu dengan banyak makanan lezat juga tempat tinggal yang nyaman. Usai mengantar para rombongan itu ke tempat peristirahatan mereka. David Oh selaku penasehat kerajaan undur diri dan memberitahukan jika acara pertemuan itu akan dilakukan nanti malam. Ia juga berpesan untuk beristirahat dan menikmati apa yang telah disediakan.

"Aku senang mereka menyambut kita dengan sangat baik, teammine." Ucapa raja kepada sang istri.

"Ne, yang mulia. Mereka bahkan sangat ramah dengan kedatangan kita." Jawab sang ratu menimpali.

"Semoga, kelak Luhan akan betah berada disini." Ujar sang raja lagi.

"Aku harap juga begitu."

.

.

.

.

.

Ditempat lain, seseorang yang baru saja dibicarakan tadi malah asik bersantai di atas ranjang empuk yang telah disediakan untuknya. Sesekali ia memainkan kakinya. Matanya terpejam, namun ia tidak tidur.

"Kyungie-ya. Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Luhan spontan pada sahabat yang juga merangkap sebagai pengawalnya.

"Ah, saya sedang merapikan baju anda pangeran. Apakah ada yang anda butuhkan?" Tanya Kyungsoo.

"Tidak ada." Jawab Luhan singkat.

"Kalau begitu saya akan melanjutkan menata baju-baju anda, pangeran." Seru Kyungsoo.

Hening sejenak suasana di kamar itu. Tiba-tiba sepasang mata rusa yang terpejam tadi terbuka.

"Kyungie-ya." Seru Luhan kembali memanggil nama sahabatnya itu.

"Ne, pangeran?" Jawab Kyungsoo.

"Apakah kau melihat taman bunga sebelum berjalan kesini tadi?"

"Apakah yang anda maksud taman bunga dengan sebuah kolam ikan dan sebuah pavilun itu tadi yang mulia?" Tanya Kyungsoo memastikan jika yang dimaksud pangerannya ini adalah tempat itu tadi.

"Benar sekali. Tampat itu sepertinya memiliki taman yang indah juga sebuah kolam ikan yang mengelilinginya. Dan jangan lupakan jika gazebo disana tadi terlihat nyaman untuk di duduki." Luhan yang sudah mendudukkan dirinya terlihat antusias berceloteh tentang tempat yang menurutnya menarik itu.

"Lalu?" Kyungsoo menatap was-was dengan kata-kata yang sebentar lagi akan diucapkan pangerannya ini.

"Bagaiaman kalau kita jalan-jalan kesana." Seru Luhan sepertinya tidak sabar pergi kesana.

"Tapi yang mulia. Bukan kah sebaiknya anda beristirahat saja. Apakah anda tidak lelah setelah menempuh perjalanan selama dua hari?" Tanya Kyungsoo yang benar memang mengkhawatirkan pangerannya itu.

"Ayolah Kyungie. Aku malah lelah hanya untuk berdiam terus tanpa melakukan apapun dari kemarin. Aku sepertinya perlu menggerakkan kaki ku ini agar tidak malas." Luhan sudah berdiri dan bersiap pergi ke luar kamarnya.

"Tapi pangeran. Bukannya tidak sopan jika kita yang seorang tamu malah berkeliaran keluar?" Kyungsoo berusaha mencegah pangerannya. Namun kali ini ia tidak berhasil sepertinya.

"Kau mau ikut tidak? Kalau tidak mau ikut aku akan meninggalkan mu disini dan akan pergi sendiri ke taman itu." Putus Luhan final. Ia mulai melangkah kea rah pintu dan berjalan keluar.

"Aku ikut pengeran." Kyungsoo akhirnya memilih mengikuti pangerannya. Karena takut-takut Luhan yang sedikit ceroboh melakukan hal-hal yang bisa mencelakainya.

.

.

.

.

.

Ditempat lain, terlihat seorang pemuda yang memiliki pribadi layaknya bocah itu sedang membawa sebuah wadah kecil di tangan kiri nya dan sebuah alat seperti alat pancing ditangan kanannya. Sedangkan seorang berpakaian ala pengawal berjalan tepat dibelakanganya mengikuti sang majikan. Keduanya sedang berjalan menuju ke tempat favorite dan sudah di klamin hanya milik pemuda tampan berakal bocah disana.

"Kai. Cepatlah. Kau beljalan sepelti bebek. Lama tekali." Sehun benar-benar tidak sabar dengan pola jalan sahabat juga pengawalnya itu.

"Aku sudah berjalan cepat, pangeran. Anda saja yang berlari karena tak sabar memancing ikan." Sedikit sebal sebenarnya. Tapi ini memang rutinitas nya setiap minggu. Menemani pangerannya memancing di sebuah tamanyang dilengkapi dengan sebuah kolam ikan tepat berada di belakang istana. Kolam ikan disana lebih besar memang dari pada kolam ikan di kediaman pangeran. Maka dari itu pangeran sering memancing disini.

"Huh, kau lama sekali." Sehun yang tak sabar segera memasang umpan di kail pancingnya. Dan segera melemparnya kea rah kolam ikan disana.

"Hamba berjalan pelan kan memang karena barang bawaan saya yang banyak. Itupun juga karena anda, pangeran (suara mengecil)." Jawab Kai sedikit sebal.

"Kai. Aku mendengal mu." Dengan wajah bersengit-sengit Sehun menatap Kai dengan pandangan mematikan.

"Ah, maafkan hamba pangeran. Hamba tidak menyalahkan anda. Ini memang tugas saya." Kai buru-buru meminta maaf atas ucapnnya pada sang pangeran. Salah-salah kai bisa dipenggal karena mulut besarnya.

"Huh." Sehun mengabaikan Kai. Ia melanjukan acara memancingnya.

Beruntung si pangeran besarnya ini tidak jadi merajuk. Jika sampai benar-benar merajuk. Bisa dipastikan Kai yang akan mengalami kesusahan mendiamkan bayi besar ini.

.

.

.

.

.

Memancing sebenarnya adalah hal yang membosankan. Tapi mengapa Sehun senang sekali memancing padahal jika kalian tau, Sehun itu jarang mendapatkan banyak ikan. Bahkan lebih sering ia malah kehabisan umpan dan tidak mendapatkan satu ikan pun. Kai yang sudah sangat tau tabiat dari sang pangeran hanya terus mendampingin dan menjaganya karena memang itu sudah tugasnya.

Ia tidak ingin kejadian seperti beberapa tahun lalu terulang kembali. Kai sangat berharap jika suatu saat Pangeran Sehun dapat kembali ke kondisi normalnya. Tapi mengingat Sehun yang normal memiliki sifat yang lebih menyebalkan dari pada Sehun yang sekarang. Kai sedikit bergidik ngeri mengingat hal tersebut. Sehun yang normal bahkan lebih dingin, keras dan sedikit kejam. Namun jauh dilubuk hati Kai ingin Sehun sahabatnya pangerannya ini kembali normal.

"Kai… Kai.. mengapa melamun?" Sehun sedikit mengguncang bahu sahabatnya ini.

"Ah pangeran. Apakah ada yang kau butuhkan?" Tanya Kai begitu menyadari jika dirinya baru saja melamun.

"Aku tedali tadi memanggil mu. Dan kau hanya diam taja." Sebal ssekali sepertinya Sehun kali ini.

"Maafkan aku pangeran. Jadi adakah yang anda butuhkan?" Kai akhirnya meminta maaf pada Sehun.

"Kai, aku haut." Ucapa Sehun.

"Kalau begitu ini air minumnya pangeran." Kai menyodorkan air minum ke arah Sehun.

"Aku tidak mau minum ail itu. Aku mau jut jeruk, Kai. Cepat ambilkan aku jut jeluk." Permintaan Sehun adalah mutlak.

"Tapi pangeran. Hamba tidak membawa jus jeruk. Hamba hanya membawa air putih saja." Terang Kai pada Sehun.

"Aku hanya ingin minum jut jeluk. Hikt." Mode bocah cengeng ketika permintaannya tak dituruti. Membuat Kai kelabakan.

"Huh. Kalau begitu tunggu disini, pangeran. Anda jangan pergi kemana pun. Aku akan meminta pelayan disana membuatkan anda jus jeruk." Akhirnya Kai menyerah dengan menuruti permintaan Sehun aka pangerannya. Dirasa aman setelah Kai mengamati lingkup tempat ini. Karena bagaimanapun tempat ini berada di belakang istana. Meskipun masih ada tembok banya yang mengelilingi istana juga tempat ini. Tapi Kai memastikan tempat itu aman, barulah Kai meminta ijin untuk mencari pelayan dan memenuhi keinginan sag pangeran nya.

"Cepatlah. Aku sudah haut." Sehun memerintahkan Kai untuk segera cpat membawakan keinginannya.

"Hamba permisi sebentar." Kai akhirnya berjalan masuk ke dalam istana untuk meminta pelayang membuatkan jus jeruk pesanan pangaeran Oh.

.

.

.

.

.

Ditempat lain, Luhan masih berjalan di ikuti oleh Kyungsoo yang mengekorinya menuju ke taman dibelakang istana. Taman yang tadi sempat mereka lewati bersama rombongan.

.

.

.

.

.

"Kai lama tekali." Sepertinya Sehun tidak sabar menunggu Kai.

Mata elangnya menatap ke arah alat memancing nya yang tersandar di sebuah kayu berbentuk seperti busur ketapel guna untuk menyangga nya. Tak terlihat sama sekali pergerakan kail yang Sehun umpankan. Terang saja kail itu masih tak lama ia lemparkan ke kolam ikan disana. Matanya mengedarkan kembali kearah sekitar. Suasana siang hari yang sedikit terik sepertinya. Karena itu Sehun merasa haus sedari tadi. Sembari menunggu Kai dan kailnya yang dimakan ikan. Sehun duduk bersandar di sebuah tiang gazebo sambil mengibaskan kipas ditangan ke tubuhnya sendiri. Menghalau rasa gerah yang sedang mendera tubuh nya. Sedikit keringat meluncur tanpa ada penghalang di dahi lebarnya.

Beberapa menit Sehun masih tetapa berada pada posisi seperti itu. Namun ia sedikit terintrupsi suara kucing mengeyong-ngeyong entah dari mana sumbernya. Sehun jadi penasaran dimanakah kucing itu berada. Ia segera berjalan mengitari taman untuk mencari sumber suara. Sesekali matanya mengitari kepenjuru arah d taman itu. Berharap matanya menangkap sosok kucing yang mengitrupsi waktu istirahatnya.

Sepasang mata elang itu berjalan hingga menemukan sebuah pohon besar. Sehun menangkap pergerakan ekor kucing yang diduganya pembuat suara mengeyong sedari tadi. Dan benar saja ketika Sehun berusaha menyapanya, kucing itu mendongakan kepalanya kebawah melihat Sehun. Pandangannya terlihat takut sambil terus mengeyong ke arah Sehun.

"Pustt. Kau ditana telnyata." Sapa Sehun ketika berhasil menemukan kucing itu.

"Meong-meong." Kucing itu terlihat ketakutan.

"Kau diamlah ditana. Tehun akan membantumu tulun, ne?"

"Meong." Kucing itu sepertinya paham dengan maksud Sehun.

Sehun yang melihat kucing itu berada diatas pohon menjadi kasian. Terlihat kucing kecil itu bingung kesulitan menjari jalan untuk turun. Ia akhirnya memilih memanjat pohon itu untuk menolong dan menurunkan kucing itu. Tak begitu tinggi sebenarnya, tapi Sehun tetap harus berhati-hati ketika naik kesana.

.

.

.

.

.

Ditempat lain, Luhan sedang berjalan dengan di ikuti Kyungsoo dibelakangnya. Luhan benar-benar merasa antusias untuk pergi ke taman itu tadi. Sedangkan Kyungsoo yang menigkutinya sedikit khawatir karena mereka keluar tanpa ijin. Bahkan Luhan terlihat sedikit bersenandung sembari mengayunkan sepasang kaki mungilnya.

"Kyungie, lihatlah. Itu taman yang kita lihat tadi." Melihat taman yang sudah berada di depan sana. Luhan seketika bergegas berjalan kesana.

"Tunggu pangeran Lu." Seru Kyungsoo mengikori Luhan dibelakangnya.

.

.

.

.

.

"Aish, kenapa sepi sekali. Kemana sebenarnya perginya para pelayan itu." Kepalanya menongok kekanan-kekiri berharap menemu satu pelayan yang bisa ia utus untuk membuat jus jeruk pesanan yang mulia.

Bodohnya hari ini Kei mengikuti pangeran tanpa meminta satupun pelayan istana maupun kasim kerajaan untuk ikut menemani mereka. Dan seperti biasah, pangerannya meminta hal-hal yang tidak sama sekali ia persiapkan. Kai harus segera menemukan satu pelayan untuk memeuhi permintaan pangerannya disana. Apalagi ia tidak bisa meninggalkan pangerannya itu terlalu lama.

Pangerannya itu masih belum kembali ke keadaan normalnya. Otomatis ia layaknya bocah dan juga ceroboh dalam melakukan banyak hal. Karena itu Kai sebenarnya sedikit khawatir meniggalkan pangerannya sendirian sekalipun itu masi berada di lingkup istana. Seperti sekarang ini, ia sedikit cemas kalau-kalau pangerannya bertindak ceroboh hingga melukai dirinya. Bisa-bisa ia akan digantung oleh ratu Lee. Kai tidak mau mati sia-sia hanya karena ikut menjadi ceroboh seperti pangerannya itu.

.

.

.

.

.

"Akhirnya kita sampai juga pangeran Lu." Seru Kyungsoo.

"Kyungie. Aku sudah mengatakan padamu berulang kali untuk tidak memanggilku dengan embel-embel pangeran saat kita hanya berdua. Kau lupa?" Sungut-sungut mata rusa itu menampakkan pandangan garang. Namun yang terjadi orang dihadapannya ini malah mengangguk sembari menampilkan senyum lebarnya. Kyungsoo sama sekali tak takut dengan pandangan kejam yang ditunjukkan Luhan. Karena jujur tatapan itu bukan terlihat kejam. Melainkan terlihat imut sekali. Bahkan mungkin ketika ada orang yang lewat dan tak sengaja menangkap pandangan Luhan seperti itu. Bisa dipastikan orang itu akan malah tertawa lebar bukannya takut tapi malah menganggap imut.

"Aku mengerti Lu." Dengan nada masih sopan Kyungsoo menuruti permintaan Luhan dengan memanggilnya tanpa embel-embel pangeran.

"Kalau begitu ayo kita ke gazebo itu. Disana terlihat yaman." Luhan menunjuk kea rah gazebo disana.

"Ya."

Mereka sampai di gazebo itu. Luhan tanpa melihat sekita segera merebahkan dirinya ketika sampai di dalam gazebo. Sedangkan Kyungsoo duduk disampingya sembari sepasang mata bulat itu menelusuri kea rah sekitar. Sedikit ada yang mengganjal menurut Kyungsoo. Karena terlihat sebuah alat pemancing yang sedang dipasang disana. Matanya mengitari ke sekitar gazebo yang keduanya duduki. Ia menangkap sebuah kain yang terlihat seperti berisi perbekalan. Terlihat dari sebuah botol minum yang menyembul dari balik kain itu.

"Emm, Lu." Sembari Kyungsoo mencoba memberitahu Luhan.

"Ada apa Kyungie?" Luhan menyahuti Kyungsoo masih dengan matanya terpejam.

"Apa kau tidak merasa jika tempat ini ada pemiliknya?" Perkataan Kyungsoo menyadarkan Luhan. Dengan segera ia memposisikan diri untuk duduk.

"Benarkah? Dari mana kau tau jika tempat ini ada yang punya?" Luhan bertanya sambil memicingkan pangadangannya ke arah Kyungsoo.

"Coba lihat lah itu. Ada sebuah alat pancing yang sepertinya baru saja dipasang. Dan itu juga, ada sebuah bungkusan yang sepertinya perbekalan seseorang. Bukankah berarti disini ada yang punya?" Kyungsoo menunjuk alat pancing juga perbekalan di ujung gazebo ini.

"Benar juga, Kyungie. Aduh bagaimana jika dia orang jahat?" Luhan sedikit bergidik ngeri membayangkan jika orang yang menempati ini adalah orang jahat.

"Apa sebaiknya kita pergi saja, Lu?" Saran Kyungsoo.

.

.

.

.

.

"Yehet, dapat." Sehun berhasil memegang kucing kecil itu.

"Meong-meong." Kucing itu sedikit berontak dari tangan Sehun.

Sehun memasukkan kucing itu ke balik jubahnya agar tidak banya berontak. Kemudian ia bersiap turun dari sana. Namun naas dahan yang ia gunakan untuk pegangan malah patah. Berakhir membuat ia oleng dan jatuh tersungkur ke bawah. Sehun berusaha melindungi kucing kecil itu agar tidak tertindih ataupun terluka. Yang mengakibatkan dirinya sendiri akhirnya terluka. Sikunya tergores ranting kering saat tangannya mencoba menahan kucing kecil itu. Suara debuman jatuh pun tak terelakan.

"Waaaaaa… Bruk…" Suara Sehun jatuh.

"Apa itu Kyungie?" Dari kejauhan Luhan dan Kyungsoo mendengar suara seperti benda jatuh.

"Aku juga tidak tau, Lu." Jawab Kyungsoo.

"Bagaimana kalau kita cari sumber nya." Keduanya beranjak dari sana mencari sumber suara benad jatuh tadi.

"Sepertinya disana, Lu." Kyungsoo menunjuk ke arah dimana terlihat seseorang barusaja jatuh dari atas pohon.

.

.

.

.

.

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Luhan saat menemukan seseorang yang sepertinnya penyebab suara dembuman dan teriakan tadi.

"Hiks. Tiku Tehun beldalah. Hiks." Sehun menangis layaknya bocah sembari menunjukkan sikunya yang tergores dan berdarah pada dua orang yang ada dihadapannya ini.

"Cup-cup. Jangan menangis. Sini biar Lulu hyung obati." Luhan mencoba menenangkan namja yang layaknya bocah itu.

Kyungsoo hanya diam mengamati apa yang pangerannya lakukan. Sedangkan Luhan dengan telaten membalut luka ditangan seseorang itu dengan sapu tangan miliknya. Sedangkan orang itu masih sedikit terisak dan mengadu sakit.

"Sudah-sudah. Lukanya sudah aku obati. Jadi jangan menangis lagi ne?" Luhan membujuk namja yang ada dihadapannya ini agar berhenti menangis.

"Meong." Kucing itu beruntung selamat tidak terluka sekecil apapun. Ia terlihat bergelut manja pada kaki Luhan.

"Huh, kucing kecil. Kau tidak apa-apa kan?" Fokus Sehun teralihkan saat mendengar kucing kecil itu berhasil selamat.

"Meong."

"Sebaiknya ayo kita duduk disana?" Tawar Luhan pada Sehun.

Luhan dan Kyungsoo membantu Sehun yang sudah mulai tenang untuk duduk dari gazebo yang tak jauh dari pohon tadi. Sehun mengikuti mereka berdua. Sedangkan kucing itu mengikuti mereka ke arah sana.

"Jadi siapa kamu? Kenapa kau berada disini? Apa kau seorang pencuri?"tanya Kyungsoo pelan.

"Aku..." Sehun tertegun mendengar pertanyaan orang dihadapannya ini.

Dari arah lain seseorang mendekati sembari memanggil nama pangerannya.

"Pangeran Oh. Aku sudah meminta-.." Kata-katanya terputus saat melihat dua orang asing di dekat pangerannya. Satu duduk di sebelah Sehun. Dan satu lagi berdiri tak jauh dari pangerannya.

"Siap kalian?" Kedua orang asing yang dicurigai Kai seketika menoleh.

"Kau juga siapa?" Sungut Kyungsoo menimpali.

"Apa kau tidak tau jika orang yang berada disebelah mu itu putra mahkota Oh Sehun?" Tunjuk Kai ke arah Sehun.

"Apa?" Seketika Kyungsoo menolah ke arah Sehun dan bersujud memberi tanda hormat. "Mohon ampun putra mahkota Oh. Hamba tidak tau."

"Maah putera mahkota Oh. Hamba juga tidak tau jika itu anda." Luhan ikut menunduk berlaku sopan.

"Aku tudah bilang. Jika nama ku Tehun. Jangan panggil putla mahkota. Tehun tidak tuka." Seru Sehun yang sepertinya benar-benar rishi dengan panggilan putra mahkota.

"…" Mereka semua terdiam.

"Lalu siapa kalian? Jangan-jangan kalian yang pencuri?" Kai melemparkan pertanyaan menyelidik ke arah dua orang asing yang baru diliatnya ini.

"Kau jangan salah sangka. Ini pangeran Lu dari kerajaan Xi Luxion dan aku pengawal nya." Jawab Kyungsoo tak kala tegas.

"Huh." Kai membulatkan sepasang mata beruangnya.

Sedangkan Sehun tak mengerti maksud dari orang yang baru saja berbicara dihadapannya. Pandangannya seperti meminta penjelasan pada Kai. Kai yang mengerti gelagata tidak paham dari pangerannya segera berjalan mendekat dan berbisik di telinga Sehun. Bisikan itu begitu pelan, berharap kedua orang dihadapannya ini tidak dapat mendengar.

"Mohon maaf pangeran Lu. Maaf lancang menuduh mu sebagai pencuri." Kai meminta maaf kepada Luhan dan Kyungsoo.

"Aku juga minta maaf. Karena tadi menuduh putra mahkota Oh sebagai pencuri juga."

Keduanya saling meminta maaf. Sedangkan Sehun malah memasang senyum lebarnya usai mendapat bisikan dari Kai. Kai yang melihat pangerannya bisa tersenyum seperti orang gila itu sedikit khawatir. "Apa aku salah memberi tahunya?" dalam benak Kai.

Sembari memperhatikan pangerannya itu. Kai menangkap sebuah kain yang sepertinya sapu tangan yang digunakan untuk membalut sebuah luka. Ia seketika terkejut dan merespon cepat.

"Apa yang terjadi pangeran?" Melihat siku Sehun yang terbalut sapu tangan.

"Ah itu.."

.

.

.

.

.


TBC


Note:

Hai. Setahun lebih Kei menganggurkan ff ini.

Tapi hari ini Kie baru bisa update.

Kei kena WB untuk ngerjakan ff ini.

Kali ini mumpung ada mood makanya kei kerjain.

Selamat membaca ff Kei yang lain juga.

22/12/2018