Secret

"Ayo cepat masuk."

"Kau gila?"

"Kudengar di dalam klub itu ada penari strip tease yang masih SMA, makanya dia selalu memakai topeng ketika tampil. Jika kau bisa mengetahui identitasnya, akan ku belikan tiket konser Selena Gomez."

Mata Jongin berbinar. Selena, demi Selena. Tapi ia rasa ini sangat berlebihan.

Mungkin ia masih bisa memaksakan diri jika saja penari yang akan mereka ungkap identitasnya itu seorang perempuan. Tapi ini adalah seorag laki-laki. Modus apa yang akan ia gunakan? Ia bisa pura-pura tertarik dan mengajak kencan jika itu seorang gadis. Tapi ini? Heol! Jongin memang kadang dianggap yang paling berani menerima tantangan daripada teman-teman genk anehnya yang lain. Tapi ini sudah diluar batas wajarnya.

"Aku tidak bisa. Mungkin Baekhyun mau," ia melirik Baekhyun yang dari tadi celingukan mengintip celah lalu lalang klub sesama jenis di depannya.

"Aku?" Baekhyun mengernyitkan alisnya.

"Aku lebih suka Justin Bieber daripada Selena Gomez."

Dia sudah tidak waras pikir Jongin.

"Tapi bulan depan itu konser Selena Gomez." Jongdae mendebat.

"Aku tidak minat hadiah tiket Selena, tapi mungkin aku bisa menemani kalian masuk kedalam dengan senang hati," Baekhyun mengedipkan mata yang membuat kedua temannya bergidik ngeri.

Mereka tahu orientasi seks Baekhyun menyimpang. Tapi mereka tidak mempermasalahkannya selama Baekhyun tidak menyerang mereka.

"Aku menyerah," Jongin menghela pasrah.

Lalu ketika menoleh ke arah Baekhyun, namja itu sudah melangkah memasuki pintu klub di iringi seringaian manja membujuk sang penjaga klub.

Dan ia berhasil masuk. Membuat kedua temanya mendapat serangan jaantung dadakan.

.

.

.

Jongin melirik sekitarnya dengan enggan tapi rasa penasaranya tak bisa ia tahan. Lalu sedetik kemudian ia menyesal telah melihat keadaan sekitar yng penuh dengan orang yang sedang bercumbu dengan menjijikan menurut Jongin.

"Heol! Daebakkk!" Bibir Bakhyun terbuka lebar.

"Hentikan, kalian bertingkah memalukan." Jongin berbisik sambil berusaha menyembunyikan wajahnya.

"OMO,.. Kyeopta,.. YA! KIM JONGIN! Kau melihatnya? Laki-laki di atas podium dan mesin-mesin aneh yang pake headset itu?"

Itu DJ , batin Jongin. Ia benar-benar malu karena semua orang melihat ke arah Baekhyun dengan tatapan yang tidak bagus sama sekali.

"Dia menatapku, kurasa ia tertarik padaku,.."

"Ya! Micheoseo?" Jongin jengah dengan kelakuan Baekhyun. Ia melirik ke belakang hendak minta bantuan Jongdae untuk menyeret Baekhyun keluar, tapi ia sama sekali tidak menemukan laki-laki itu.

Jongin benar-benar bisa gila.

Dia berhasil menemukan Jongdae duduk di bar sambil berbincang dengan bartender di sana. Setidaknya Jongdae tidak terlihat lepas kendali seperti Bakhyun. Hanya saja rasa penasaran Jongdae yang luar bisa tinggi itu diam-diam membuat Jongin was-was. Tapi untuk sementara ia rasa aman. Dia harus mengotrol Baekhyun lebih dulu. Dan matanya kehilangan sosok Baekhyun. Jika saja ia bisa berteriak,maka ia akan berteriak saat ini juga sekencang-kencangnya.

Jongin berjalan menelusuri bar dengan tergesah. Ia menoleh kana kiri tanpa memperhatikan bahwa dirinya justru menjadi pusat perhatian.

BRUGHHH!

"Urgh"

Jongin hampir saja terjungkal. Ia menabrak seorang laki-laki yang berpapasan dengannya. Mereka terjatuh tapi tidak sampai menimbulkan kekacauan.

Laki-laki itu memakai jaket parka berhoodie dan juga topeng berwarna biru terang. Aroma tubuhnya menyruak menusuk penciuman Jongin. Memberikan sensasi aneh pada dirinya. Membuatnya membeku untuk sesaat sebelum akhirnya ia sadar sesuatu. Topeng? Si penari topeng berada tepat di depannya. Si pemilik tiket konser Selena Gomez.

Jongin melupakan Baekhyun untuk sesaat. Toh Baekhyun pasti saat ini sedang tidak ingin di ganggu bukan?

Jongin melihat keadaan sekitarnya dan sepertinya tidak ada yang menyadari kehadiran sang penari itu. Tanpa sedikitpun rasa ragu, Jongin meraih tangan milik si penari. Menariknya menjauh dari kerumunan dan berlahan meninggalkan klub itu sambil menarik tiket Konser Selena Gomez-nya.

"Hya! Ige mwoya?" kata suara di belakang Jongin dingin. Sangat dingin dan ketus hingga seperti sebuah tusukan tajam yang membuat Joingin tersadar. Mereka sudah berlari cukup jauh.

"Siapa dirimu sebenarnya?"

"Kau adalah orang ke sepuluh hari ini yang bertanya seperti itu."

"Jebal! Aku tidak akan melapor pada siapapun, kecuali Jongdae dan Baekhyun."

Sang penari nampak terkejut kemudian kembali tenang.

"Begini ya, bagaimana jika aku memberikanmu service special, lalu biarkan aku pergi?" Sang Penari membuat penawaran yang terdengar sangat konyol menurut Jongin. Service special? Ia tidak bisa membayangkan service special macam apa yang di berikan oleh sesama namja.

"Mwo? Aku tidak butuh itu, aku hanya butuh identitas mu, itu saja!"

"Apa kau bodoh? Kau pikir untuk apa aku memakai topeng?"

"Jadi, k- kau benar-benar anak SMA?" Jongin hampir berteriak.

"Aku , pergi."

Jongin menarik tangan Si Penari. Tenaganya terlalu kuat hingga membuat tubuh laki-laki bertopeng itu terjerembap ke arahnya. Membuat mereka dalam posisi berpelukan.

"Neo... Nuguya?"

Si Penari terdiam, ia justru lebih fokus untuk melepaskan tanganya daripada menjawab pertanyaan Jongin. Tapi Jongin lumayan atletis. Dan Si Penari tidak tahu itu.

Putus asa,tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk lepas dari Jongin, si Penari mencoba mengalihkan perhatian. Ia meraup bibir Jongin yang memang sudah membuatnya ingin mencoba hal itu dari tadi. Melumatnya pelan dan genggaman tangan Jongin langsung melemah.

.

.

.

Chanyeol melihat ke lantai dansa, dan tiga orang bocah yang benar-benar masih bocah menarik perhatiannya. Mereka sepertinya salah masuk klub. Melihat kesana-kemari dengan wajah polos begitu. Apa mereka minta di gangbang di tengah klub?

Salah satu dari mereka menatatap ke arahnya, lalu tersenyum menggoda yang tampak sangat tidak cocok dengan wajah polosnya. Cantik, bisa di bilang tipe Chanyeol. Apa ia dekati saja?

Laki-laki itu berjalan pelan mendekat ke arahnya di sela-sela orang yang sedang menggila dengan music elektronik. Dia sudah terperangkap pesona Chanyeol. Tapi Chanyeol bukanlah orang yan akan memakan mentah-mentah apa yang ia dapat, ia akan memilah, lalu menyeleksi sedemikian rupa. Seleranya bisa di bilang lumayan tinggi.

Ia meletakkan earphonnya di leher, melangkah menuju mangsanya yang nampak sangat senang mendapati Chanyeol mendekat.

Chanyeol menatap laki-laki mungil di depannya dari ujung kepala hingga ujung sepatu. Lebih kecil dari yang ia perkirakan. Namja itu nampak gugup, tapi berusaha ia sembunyikan dengan sebuah senyuman.

"A... anyeong,.."

'Anyeong?' apa dia anak SD? Chanyeol tersenyum mendengarnya.

"Ireumi mwoeyo?"

"Baekhuyn, Byun Baekhyun imnida.." Baekhyun membungkukan badanya sedikit.

Formal sekali.

Chanyeol mendekatkan tubuhnya ke arah Baekhyun, mencoba meraih telinga Baekhyun untuk menggodanya. Ia suka melakukan hal ini.

"Mau masuk room denganku?" Bisik Chanyeol dengan suara rendahnya.

"Room? " Wajah polos Baekhyun membuat Chanyeol mengira bahwa namja itu sedang berakting polos untuk menarik perhatiannya.

"Aku yakin kau tahu maksudku."

Chanyeol sedang malas basa-basi. Ia menarik tangan Baekhyun menjauhi kerumunan. Lalu membisikan sesuatu ke pelayan yang berdiri tak jauh dari sana. Pelayan itu memberinya sebuah kunci sambil melontarkan komentar nakal yang meskipun sedikit tidak yakin, Baekhyun paham artinya.

Dan Chanyeol langsung menarik kaus Baekhyun ketika mereka berada di sebuah ruangan sempit beranjang di lantai dua klub itu.

Bibir dingin Chanyeol meraup niple nya sambil memainkan lidah. Bulu kuduk Baekhyun berdiri. Ia mungkin memang pernah membayangkan hal seperti ini, tapi untuk mengalaminya dalam waktu dekat sama sekali tidak pernah terfikirkan olehnya.

Ia menarik rambut Chanyeol, membuat namja itu mendecak sebal karena di interupsi. Tatapan mata Chanyeol benar-benar membuatnya seperti meleleh. Ia hampir lupa apa yang akan ia katakan.

"Hen,..hentikan, jebal!" Nafas Baekhyun terengah.

Seperti tersambar petir di tengah-tengah musim panas. Tubuh Chanyeol kaku, diiringi dengan segelintir harga diri yang jatuh dan retak di bawah kaki Baekhyun.

"Wae?" ia tidak bisa menyembunyikan nada kecewa dalam kalimatnya. Untuk pertama kalinya ada yang menolak ia ajak bercinta.

"Busowo.."

"Mwoya? Aku punya kondom."

"Bukan itu, ini yang pertama untuk ku..."

"Gwenchana.." Chanyeol menjilat leher Baekhyun.

"Aku masih SMA."

Itu masuk akal, pikir Chanyeol.

.

.

"Jinja, minuman ini umurnya lebih dari 50 tahun?"

Minseok menatap pelangganya heran. Kemudian ia tersenyum kecil lebih kepada dirinya sendiri. Salahnya yang kehilangan fokus hingga tidak sadar bahwa ia menyuguhkan alkohol pada anak dibawah umur. Ia bisa tahu itu hanya dengan melihat matanya. Ia mengambil lagi gelas wisky yang baru saja ia suguhkan.

"Hya! Itu punyaku."

"Igo!"

Sebuah Coklat hangat ia letakkan sebagai penggantinya. Pelangganya nampak tidak senang.

"Kenapa anak di bawah umur bisa masuk kesini?"

"Ah,.. itu.." Wajah pelanggannya nampak pucat. Pandangan matanya tidak fokus.

"Apa yang kau lakukan disini? Lebih baik kau pulang sekarang, bukankah besok kau masih masuk sekolah?"

"Nde,.." wajah pemuda di depannya tertunduk.

"Perlu kuantar?"

"Aniya,.. sebenarnya aku kesini dengan teman-temanku, dan kami terpisah."

"Aigoo, apa kalian ingin melihat penari bertopeng ?"

"Bagaiman kau bisa tahu?"

"Sudah banyak anak sekolah yang melakukan seperti itu, bahkan akhir-akhir ini semakin banyak saja."

"Bolehkah aku menunggu mereka disini?" Wajah namja itu penuh harap. Sepertinya ia hanya ikut-ikutan saja, pikir Minseok.

"Baiklah,.." Minseok mendesah pasrah. Itu mungkin yang terbaik untuk saat ini.

"Hyung, ireumi mwoeyo?"

"Panggil saja Xiumin. Neo nuguya?"

"Kim Jongdae,... "

"Arraseo Jongdae-ah, jangan berulah ya," Minseok mengacak rambut Jongdae lalu kembali sibuk dengan pekerjaanya.

"Gwiyeowo..." ucap Jongdae pelan sambil tersenyum.

.

.

.

TO BE CONTiNUE