A/N: jadi ini adalah fic dengan kamu, reader sebagai tokoh utamanya - hanya ingin mewujudkan keinginan para fangirl yang sudah ppasti gregetan liat tingkah lovey dovey Victuuri

Yeak, enjoy~


Aku menggerutu sepanjang jalan, menendang apa saja yang menghalangi jalanku. Tanganku meraih smartphone di kantung, tak ada chat. Aku berhenti, menggeram.

"BEGOOOOOOOOO!" Sudah menunjukkan pukul 10 malam dan aku berada di tengah taman. Tak ada yang mendengarkanku berteriak sekencang itu. Air mataku tak bisa dibendung lagi. Aku mengusapnya dengan lengan bajuku.

Apa yang salah dariku? Salahkah aku jika mengagumi karakter fiksi, meskipun itu… yaoi? Gay? Dia juga pasti pernah melihat hentai kan? sudah pernah melihat leesbian? Jadi kenapa dia marah sampai segitunya? Menyuruhku berhenti untuk menjadi seorang fujoshi?

"Aku tak peduli jika putus. Aku tak peduliii! Cowok brengsek!" ya, kenapa rupanya kalau aku membela karakter fiksi? Tidak, tidak mereka berdua telah mengubah hidupku! Selamanya Yuri On Ice! Akan kukibarkan bendera fandom Victuuri! Dan tak boleh ada yang menentangku untuk menggandrungi kedua figur skater itu!

Aku berjalan dengan kepala penuh kabut. Aku merapatkan hoodie-ku. Wajahku pasti merah. Terisak. Sialan, setidaknya jika kau marah, antarkan aku pulang dong. Sekarang aku tahu kalau kau bukan laki-laki yang baik! Membiarkan cewek berjalan sendirian di malam hari, it's not gentleman! Victor saja tak membiarkan Yuuri-nya pulang sendirian saat dia kembali dari Rostlecom Cup! Apanya yang cinta? Inilah kenapa aku lebih membela mereka,dasar bodoh!

Angin malam berhembus, menimbulkan suara daun yang bergerimisik. Aku bergidik. Plis aku tak percaya pada hantu, tapi kalau mereka beneran muncul seram juga. Sadarlah diriku! Itu hanya bayanganmu saja, alam bawah sadarmu yang membentuk ketakutanmu. Ayo, pikirkan yang lain. Bayangkan Yuuri dan Victor sedang melakukan pair skate dance. Kalau sudah begini, pasti aku senyum tak jelas.

Dan bayangan itu langsung hilang ketika aku yakin 100% jika baru saja ada orang mengikutiku. Aku melirik dari ekor mata. Ya Tuhan, rumahku masih jauh. Tak ada bus, bahkan orang yang lewat. Dengan menggebu aku berjalan, tak peduli jika ingusku turun karena tangisanku tadi yang kencang. Langkah kakiku kupercepat, suara hentakan terdengar.

Dari jalan cepat aku mengubah ritme kakiku menjadi setengah berlari. Dan Oh Tuhan, dia mengikutiku! Masih mengikutiku! Persetan, aku mulai berlari kencang. Kepalaku pusing dan mataku berkunang-kunang. Pandanganku menjadi kabur. Degup jantungku tak beraturan.

Tanpa sadar, aku memasuki kawasan hutan. Gelap, minim cahaya. Derap langkah berubah menjadi gesekan antar kaki dan semak rumput. Aku tak berani menoleh ke belakang, hanya melirik dan aku tahu dia masih berlari mengikutiku. Aku mulai kelelahan. Orang yang mengejarku sepertinya semakin dekat. Aku berteriak.

"Tolong! Siapa saja tolong aku!"
Jelas saja, aku tak mau mati!

Aku menolak untuk mati

Sampai Yuri On Ice season 2 keluar, aku tak akan mati!

Entah memang aku sedang sial hari ini, aku terpeleset. Tubuhku berguling menuju jurang, menabrak pohon berkali-kali. Aku merasa pusing, rasanya seperti naik roller coaster yang menuruni rel tapi badanmu menabrak batang pohon. Aku bisa merasakan tubuhku menabrak batu, dan di situlah aku berhenti.

"Uh."Badanku tak bisa digerakkan. Sepertinya tak ada yang patah, tapi badanku tak mau digerakkan. Aku tak yakin si stalker itu akan mengikutiku sampai sini. Mataku setengah tertutup. Aku merasa sangat lelah dan mengantuk.

Inikah akhirnya? Jadi aku mati di sini sampai seorang menemukanku dalam keadaan membusuk? Apakah keluargaku sedang mencariku? Apakah dia khawatir aku tak pulang ke rumah?

Aku menangis lagi, namun tanpa suara. Dadaku sangat sakit. Itu perasaanku. Tapi bukan karena keironisan yang aku hadapi sekarang, aku mampu menghadapi kenyataan jika aku akan mati.

Yang tak bisa kuhadapi adalah aku tak bisa melihat Yuri On Ice S2 tayang. Aku tak bisa melanjutkan fanart R18 milikku. Aku tak sempat berwasiat pada keluargaku jika aku mati, tolong buatkan "Die For Viktuuri" di batu nisanku. Aku tak akan bisa membuat YOI analysis fact di tumblr. Aku lupa menaruh kredit saat memposting fanart Victuuri karya orang di instagram. Aku tak bisa lagi membaca update-an fanfic Victuuri yang ditulis author favoritku.

Dan yang terpenting, aku belum minta maaf padanya. Maaf jika aku terlalu mengabaikanmu, memukul-mukulnya saat fangirlingan.

Aku tersenyum pilu. Aku merasa mengantuk. Aku menyerah.

Semoga aku bisa bermimpi melihat Victor dan Yuuri bersanding selamanya.


Cahaya.

Bukan, itu cahaya buram yang menembus mataku.

Aku sudah di surgakah?

"Sst, dia sudah bangun."

Mataku masih tertutup, aku menyentuh keningku dengan punggung tanganku. Ini dimana? Aku selamat? Aku mendengar samar-samar orang berbicara. Di rumah sakit mungkin?

"Jangan menganggunya. Dokter bilang dia butuh istirahat." Satu lagi orang berbicara, tapi suaranya berbeda. Penasaran, perlahan aku membuka mataku.

Ada dua orang lelaki.

Dan aku kenal mereka berdua, sangat kenal.

Selanjutnya, aku mulai menjerit.

"AAAAAAAHHHHHH YUURI VICTOR?! INI MIMPI YA PASTI MIMPI?! TAPI AAAAARRRRRGHHH AKU BERTEMU KALIAN KYAAAAAAHHHHHH! YA TUHAN AKU BERSYUKUR AKU MATI AAAAAAHHHHH!"

Yuuri terkejut sampai dia berjengit ke belakang. Reaksi Victor juga terasa sangat sesak, ya ampun aku bertemu mereka! Nafasku tak beraturan, ngos-ngosan. Aku merasa liurku bisa keluar kapan saja. Aku mengeratkan tanganku pada selimut, menggigit bibirku sampai berdarah. Aduh sakit! Ternyata memang bukan mimpi?

"Uhm, ya." Yuuri terlihat membenarkan letak kacamatanya.

"Tenanglah, gadis kecil." Kata Victor. "Hahaha, suaramu bisa terdengar sampai ke tetangga sebelah. Reaksimu benar-benar mengejutkan. Kau tahu figur skating juga? Kau mengenal kami?"

"Tentu saja! Aku sangat tahu! Aku adalah fans kalian! Victor Nikiforov, pemenang GPF 5 kali dan Yuuri, silver medal di GPF tahun lalu. Dan- dan kalian melakuakn pair skate bersama, Stammi Vicino. Dan kalian bertunangan Aaaaaaahhh! Bagaimana bisa? Aku bertemu kalian? Aku sudah mati?" pertanyaanku bertubi-tubi.

"Makkachin menemukanmu di hutan. Kau terluka, kami membawamu kemari dan kau juga sudah diperiksa dokter. Katanya kau baik-baik saja, selain lecet di beberapa bagian." Refleks, aku melihat beberapa perban yang terbalut di lenganku. Victor tersenyum, dan aku merasa silau. "Dan tentu, kau belum mati. Kau tau banyak juga ya tentang kami."

"Pertama-tama coba jelaskan kenapa kau bisa pingsan di hutan itu?" kata Yuuri lembut. Ah, aura bottom memang beda.

"Aku dikejar seseorang, aku tak tahu siapa. Lalu aku terpeleset dan jatuh." Jelasku. "Ah, maaf aku terlambat memperkenalkan diri. Namaku –" Tunggu, aku tak ingat! Aku hanya ingat aku bertengkar dengan pacarku, lalu aku pulang sendirian dan itu terjadi.

"Aku tak tahu…" gumamku.

"Tak apa, jangan dipaksa, kurasa kepalamu terbentur? Tapi kau beruntung bisa selamat. Entah apa jadinya kamu jika kami tidak membawa Makkachin jalan-jalan ke hutan itu."

"Terima kasih!" ucapku sambil berbinar. Tapi, ya aku masih tak percaya. Victor dan Yuuri? Victuuri? OTP idamanku? Aku menampar pipiku, sakit. Mencubiti lenganku, masih juga sakit. Jadi, kenapa bisa ini terjadi? Rasanya berkali-kali meyakinkan diriku, aku masih tak percaya juga.

"Hei, kenapa kau menyakiti diri sendiri?" Victor meraih tanganku. Darahku seras berhenti mengalir. Dia memegang tanganku! Kami bersentuhan kulit! Persetan dengan apakah ini kenyataan atau tidak, itu dikesampingkan dulu. Nafasku tersengal kembali. Otakku tak bisa berfungsi dengan baik, file yang tersisa di otakku adalah.

Folder Victuuri.

"Sungguh, kau ini kenapa sih?" Yuuri hanya mengernyitkan dahinya.

"Victuuri is fucking canon, I saw it myself."

"Apa?"
"Yuuri, kurasa dia lapar?" Victor tersenyum, dan benar, aku melihatnya. Bibir itu memang membentuk hati! "Dia butuh energi, bisa kau buatkan Katsudon?"

"Err, ya." Yuuri menggaruk pipinya, kemudian melangkah ke luar kamar.

"Biarkan aku membantumu!" Aku bergerak dari tempat tidur, tapi rasa sakit tajam menyerang kaklku. Aku meringis.

"Tidak, tidak, little lady. Istirahatlah. Aku yang akan membantu Yuuri, yah walaupun sebenarnya sama sekali tak membantu sih." Victor, dia memperlakukanku seperti putri, menyelimutiku kembali. Rasanya aku bisa mimisan kapan pun mengikuti Yuuri.

Aku menghempaskan badanku ke bantal yang ditumpuk.

Aku tak mengerti, kupikir aku mati? Tapi aku yakin, aku sama sekali tak bermimpi.

Aku menolehkan kepala ke kanan dan kiri. Kamar ini bercat putih, ada beberapa lukisan tergantung. Ada TV LCD, meja konseling dengan beberapa buku di atasnya, dan jam digital. Terpampang angka 9:10 a.m St. Petersburg. Ada jendela di samping tempat tidurku. Aku melongok keluar. Orang lalu lalang di bawah sana. Berarti ini apartemen? Aku mencoba membuat kesimpulan pada keadaanku sendiri.

Aku, lupa namaku sendiri, berada di St. Petersburg. Diselamatkan oleh Victor dan Yuuri, ini apartemen mereka. Berarti ini setelah kejadian di episode 12? Yuuri dan Victor benar-benar tinggal bersama? Sekilas aku melihat cincin di jari manis Victor saat ia menyelimutiku tadi. Aku menutup wajahku dengan telapak tangan, berguling ke kanan dan ke kiri. Aaah, aku berharap waktu terhenti, jadi aku akan terus berada di sini. Berapa kalipun aku berteriak kesenangan, kurasa tak akan cukup untuk menggambarkan perasaanku sekarang.

Tapi, jika ini bukan mimpi, dan aku tak mati, jadi dimana aku sekarang? Dunia paralel seperti yang ada di fanfiksi benar-benar ada? Untuk sementara, kuanggap seperti itu karena kepalaku pusing memikirkannya.

Victor dan Yuuri masuk, membawa nampan dengan segelas air dan mangkuk mengepul di atasnya.

"Katsudon." Kataku.

"Ya, kuharap ini cukup. Maaf. " Kata Yuuri.

"E-eh, tidak apa-apa! Aku sangat berterimakasih! Kalian merawatku sampai sejauh ini." Kataku sambil tersipu. Victor memasang meja kecil di atas tempat tidurku, lalu menaruh nampan itu .

"Enak!" kataku.

"Benarkah? Terima kasih." Kali ini giliran Yuuri tersipu.

"Tidak, ini benar-benar enak!" Aku memakannya, bahagia sekali sampai-sampai air mataku keluar lagi.

"Hahaha, lihat Yuuri. Kan sudah kubilang, semua orang yang memakan Katsudon buatanmu itu langsung bahagia dalam sepersekian detik." Victor menoel pipi Yuuri. Aku tak bisa berhenti tersenyum lebar melihat pemandangan ini.

Aku menghabiskan semuanya dengan cepat, pada dasarnya aku memang lapar. Victor melipat meja kecil itu kembali dan menaruhnya di sisi kamar, setelah Yuuri melapnya.

"Syukurlah kau menyukainya." Kata Yuuri, mengangkat nampannya.

"Aah, Yuuri aku mau dibuatkan Katsudon juga." Victor tiba-tiba memeluk Yuuri dari belakang. Yang dipeluk berjengit.

"Vi-Victor, a-aku sedang memegang ini dan ada orang lain di sini."

"Terus kenapa?"

Dan semua terjadi begitu cepat. Di depan mataku, Victor mencium bibir Yuuri. Wajahku memerah, semerah tomat. Victor menjilat dan menggigit bibir Yuuri, lalu melepas ciuman itu. Yuuri tak bergeming, hampir saja nampan itu jatuh dari tangannya.

"Sepertinya dia adalah fans kita berdua. Right, little lady? Sedikit fanservice untuknya."

Ah, aku sudah tak sanggup menanggung semua ini.

"Ya Tuhan Victor! Dia pingsan lagi!"