Menikah adalah menjalin hubungan sakral dan suci antar dua orang yang saling mencintai. Sebuah pernikahan seharunys berlandaskann sebuah cinta, bukan hal lain. Terlebih bukan karena paksaan dan keterpaksaan, karena.
Orihime Inoue, seorang gadis yatim piatu miskin, harus terpaksa menikah dengan seorang pria asing yang nama serta wajahnya tak ia ketahui demi memenuhi janji mendiang sang ayah agar jiwanya bisa beristirahat tenang di nirwana.
Ichigo dipaksa menikah dengan gadis yang usianya jauh dibawah dirinya, yang menurutnya lebih pantas disebuat adik dari pada seorang istri.
Entah seperti apa kehidupan rumah tangga yang akan mereke berdua jalani.
Disclaimer : Tite Kubo
Rate : T
Genre : Romance, Hurt/Comfort,Family, Drama
Pair : Orihime Inoue x Ichigo Kurosaki
~ Love Me ~
WARNING : TYPO'S,OOC SUPER AKUT,OC,NO BAKU,EYD BERANTAKAN,CRACK PAIR,ALUR CEPAT,DLL
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
X0X0X0X0X0X0X0X0X00X0X0X0X0X0X
Ichigo Kurosaki, seorang bisnisman muda sukses dan handal dibidangnya, diusianya yang terbilang masih muda 33 tahun dirinya sudah meraih kesuksesan dalam berbagai hal dibidang bisnis, semua pekerjaan yang dipegang serta dikerjakannya pasti akan selalu sukses dan maju tak heran jika berberapa tahun ini perusahaan cabang yang dikelolanya maju pesat membuat dirinya menjadi salah satu bisnisman muda yang sangat dihormati dan disegani dalam dunia bisnis. Apa yang sudah diraih dan dimiliki Ichigo Kurosaki di usianya yang masih dibilang muda menjadi seorang pengusaha sukses dan kaya raya membuat banyak orang iri, ingin menjadi sepertinya, tak hanya berlimpah harta dan sukses, Ichigo pun dianugerahi paras tampan nan mempesona dengan kharisma luar biasa menambah nilai plus baginya membuat para pria diluar sana semakin iri.
Para wanita selalu berlomba-lomba mendekati, dengan berbagai cara dari yang biasa sampai yang ekstrim dan nekat tapi sayang sekali tak ada satupun dari mereka mampu membuat pria bersurai orange ini tertarik atau bahkan hanya sekedar melirik saja tidak, gara-gara sifat serta sikap dinginnya pada wanita inilah banyak orang berpikir kalau Ichigo adalah seorang gay, tidak menyukai perempuan manapun, terlebih ia selalu pergi kemana-pun didampingi Renji Abarai, sekretaris pribadinya yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi bahkan jika menginap dihotel mereka berdua akan satu kamar membuat orang-orang diluar sana semakin mempercayai rumor tersebut. Banyak orang bergosip khususnya para wanita sosialita atau Nona dari kalangan atas membicarakan mereka berdua adalah pasangan sesama jenis dan pria bersurai merah dengan rambut dikunci satu itu adalah kekasihnya. Tapi tak tahukan orang-orang diluar sana kalau Renji adalah pria sejati dan normal karena masih mencintai seorang wanita bukan pria terlebih ia sering berkencan dengan wanita cantik atau para model diluar sana.
Siang nanti akan ada rapat besar yang harus di hadiri dan sebelum rapat, pagi-pagi sekali Ichigo sudah datang ke kantor mengecek semua laporan serta data yang nanti akan diperesetasikan dalam rapat mengingat yang hadir dirapat nanti adalah para klien besar serta penting.
Pria bersurai orange ini duduk fokus membaca serta mengecek neraca laporan yang kemarin dibuatnya, saking fokusnya ia tak menyadari kalau seseorang masuk ke ruangannya hingga orang itu duduk didepannya menaruh segelas kopi hitam tanpa gula dan sepotong roti sandwich isi tuna diatas meja.
Tanpa harus menoleh untuk melihat siapa yang datang, Ichigo sudah tahu siapa orang yang didepannnya saat ini, "Terima kasih, Renji,"
"Sama-sama," sahutnya malas.
Pagi ini wajah Renji tampak tertekuk sebal, entah apa yang dialaminya pagi ini dan Aizen menyadari perubahan raut wajah temannya itu, "Apa kau bertengkar dengan kekasihmu?" tanyanya membuka pembicaraan.
"Lebih dari itu," serunya dengan nada frusatasi.
Dahi Ichigo menyeringit bingung, "Maksudmu?"
"Aku diputuskan begitu saja gara-gara berita di majalah itu," teriaknya frusatasi seraya melemparkan sebuah koran gosip dimana foto dirinya dan Ichigo tengah berduaan didalam sebuah kolam renang dalam posisi intim entah bagaimana caranya para wartawan mendapatkan gambar tersebut.
Membuat siapa saja pasti akan mengira kalau mereka berdua memang benar seorang pasangan, padahal kalau mereka tahu kebenaraan yang sebenarnya waktu itu adalah kedua kaki Renji kram saat berenang dan Ichigo menolongnya agar tidak tenggelam, membawanya ke pinggir kolam mungkin karena posisi serta raut wajah Renji yang kesakitan menahan kram kakinya disalah artikan.
Ichigo mengambil majalah itu dan membacanya sekilas lalu menaruhnya diatas meja dengan cara dilempar, "Berita murahan," tukasnya datar.
Renji menatap teman sekaligus bosnya itu, "Sebaiknya kau cepat menikah, biar gosip mengenai dirimu itu hilang dan aku tak perlu dituduh yang macam-macam oleh orang-orang,"
Ichigo tersenyum tipis menanggapi, ia tak mau ambil pusing dengan semua berita yang beredar diluar sana mengenai dirinya juga Renji, lagi pula berita itu tidak benar sama sekali jadi buat apa harus diambil pusing hanya akan membuang-buang waktu saja.
"Aku ini pria normal, tak tahukah mereka kalau aku memiliki pacar yang sangat cantik," ujar Renji dengan mata berapi-api.
"Maksudumu, mantan kekasih," sambung Ichigo menggoda Renji.
"Itu gara-gara kau!" sahut Renji kesal.
Senyuman lebar menghiasi wajah tampan Ichigo melihat kekesalan temannya itu, "Bantu aku mengecek laporan ini?" ujar Ichigo mengalihkan pembicaraan serta kekesalan hati Renji.
Pria bermata madu ini sama sekali tak berminat untuk membahas hal-hal yang dianggapnya tak berguna terlebih sebuah gosip murahan mengenai dirinya dan Renji karena memang kenyataan mereka berdua hanyalah sebatas teman tak lebih, mereka berdua sama-sama pria normal yang menyukai seorang wanita bukan pria.
"Kau selalu saja bisa mengalihkan perkataanku." Sahut Renji kesal.
Ichigo hanya tersenyum kecil menanggapi dan kembali fokus pada pekerjaannya tak mau membahas berita atau gosip didalam majalah karena ada hal penting yang harus dikerjakannya saat ini dari pada gosip murah itu.
Sementara itu Renji tak habis pikir bagaimana Ichigo bisa bersikap tenang-tenang saja, mendengar gosip diluar sana mengenai dirinya yang dikatakan sebagai penyuka sesama jenis.
Jika Ichigo terlihat santai, diam tak menanggapi namun lain hal dengan keluarga Ichigo, khususnya sang ibu Masaki Kurosaki langsung jatuh pingsan membaca berita dimajalah gosip langganannya pagi ini yang membuat heboh seluruh pelayan bahkan mereka harus menghubungi sang Tuan, Isshin Kurosaki untuk pulang karena setelah sadar sang Nyonya terus menangis histeris menambah panik dan bingung para pelayan.
"Hiiiksh...Anata..." isaknya dalam dekapan sang suami.
"Sudahlah Masaki, hentikan tangismu,"
"I-Ichigo...Anata..."
"Aku tahu, percayalah kalau anak kita tak seperti itu,"
"Ta-tapi..."
"Jangan kau anggap berita murahan itu. Aku akan meminta pengacara untuk menuntut majalah itu karena menyebarkan berita tak benar mengenai anak kita,"
"Itu malah akan membuat orang-orang diluar sana semakin mempercayai berita itu, karena ayah terlihat seperti menutupi-nutupi," sela seorang wanita bersurai hitam panjang dengan rambut dikuncir satu seraya mendekap balita mungil bersurai putih hasil buah cintanya dengan sang suami, Toushiro Hitsugaya.
"Karin!" seru Isshin kaget melihat salah satu putri kembarnya datang bersama sang cucu.
Wajah Masaki langsung sumeringah senang melihat sosok mungil dalam dekapan Karin, "Yukime-chan, cucu nenek yang cantik!" teriak Masaki senang.
Tangis Masaki berhenti seketika melihat sang cucu, "Berikan Yukime-chan pada ibu," pinta Masaki mengulurkan tangan meminta sang cucu diberikan padanya.
Karin memberikan anaknya yang masih berusia sembilan bulan pada sang ibu dan sang buah hati tersenyum lebar memperlihatkan dua buah gigi yang baru tumbuh pada sanga nenek membuatnya terlihat sangat menggemaskan.
"Nenek, sangat merindukanmu, Yukime-chan." Diciumnya seluruh wajah balita mungil itu.
Karin mengajak duduk sang ayah diruang tamu membicarakan mengenai gosip yang didengarnya mengenai sang kakak, selama ini ia memilih diam tak mau ikut campur masalah sang kakak atau memaksanya untuk mendekati seorang wanita karena menyadari kalau pasti dihatinya masih tersimpan sosok wanita cantik bersurai ungu tersebut. Tapi berita diluar sana semakin menggila bahkan para wartawan berita gosip diam-diam selalu mengikuti sang kakak kemanapun layaknya seorang selebritis dan ini tak bisa dibiarkan begitu saja.
Sebenarnya bukan hati Masaki saja yang terasa sakit, sedih dan terluka saat mendengar orang-orang diluar sana mengatakan Ichigo adalah penyuka sesama jenis, Karin dan Yuzu yang merupakan adik perempuannya juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh sang ibu. Kedatangan Karin kerumah ini pun untuk membicarakan masalah ini pada sang ayah karena sikap diam sang kakak tidak bisa dibiarkan begitu saja lagi pula usianya sudah cukup matang dan pantas untuk menikah, membina sebuah rumah tangga.
"Ayah, apa yang seharusnya kita lakukan untuk meredam gosip ini?" tanya Karin dengan ekspresi wajah serius.
"Aku sudah memiliki rencana dan aku harap kalian semua menyetujui dan mendukung," jawab Ishhin dengan rauat wajah tegas.
"Rencana apa ayah?" Karin terlihat penasaran.
"Aku akan menikahkan Ichigo dengan anak mendiang temanku,"
"Siapapun gadis itu, aku harap ia bisa membuat hati Ichi-Nii yang sedingin es itu mencair," ujar Karin penuh harap.
"Kita berdoa saja." Sambung Isshin.
Masaki tersenyum lebar dan menyambut baik rencana sang suami sedangkan Karin serta Yuzu setuju saja dengan usulan sang ayah karena ini jalan satu-satunya karena dengan begini para kerabat tidak akan menanyakan lagi tentang calon istri Ichigo dan orang-orang diluar sana tidak akan menggosipkan lagi yang tidak-tidak.
Tapi sepertinya tidak mudah membujuk dan meminta Ichigo untuk menikah dengan seorang gadis mengingat pria tampan bersurai orange itu menutup hatinya rapat-rapat untuk siapapun karena masih mencintai mendiang sang kekasih.
~(-_-)~
Malam ini setelah acara makan malam Isshin meminta putra sulungnya untuk datang ke ruang kerja karena ada hal penting yang harus disampaikan. Sebagai anak yang baik serta penurut Ichigo datang ke ruangan sang ayah tapi setelah pulang dari kantor itupun hampir tengah malam karena harus lembur mengerjakan proyek baru.
Kini keduanya tengah duduk saling berhadapan hanya dibatasi oleh sebuah meja kecil transparan.
"Apa yang ingin Ayah bicarakan?" tanya Ichigo to the point.
Isshin memberikan sebuah amplop cokelat pada Ichigo, "Apa ini!?" Ichigo memandang bingung amplop cokelat pemberian sang ayah karena dipikrinya ingin membicarkan masalah perusahaan.
"Bukalah, nanti juga kau akan tahu,
Saat membukanya didalam terdapat sebuah foto seorang gadis SMA dengan mata berwarna abu-abu bersurai oranye kecokelatan panjang tengah tersenyum hangat, hal ini menambah bingung dan penasaran pada sang ayah.
"Foto?!" serunya kaget.
Ichigo melirik sang ayah penuh curiga yang tengah asik menyesap tehnya, "Apa ini calon ibu baruku?" tanya Ichigo sambil menunjukkan foto tersebut pada sang ayah.
Pria tampan bersurai orange ini berpikir boleh juga selera sang ayah karena menyukai anak kecil terlebih masih duduk dibangku SMA, memang wajah sang ayah masih tampan dan menawan walaupun sudah berusia lebih dari lima puluh tahun dan memiliki cucu.
"Uhuk, uhuk, uhuk..." Isshin tersedak minumannya.
"Ayah bisa langsung dibunuh oleh ibumu," tukas Isshin seraya mengelap air disekitar mulutnya.
"Tapi aku rasa gadis ini lebih cocok menjadi adikku dari pada..."
"Jangan berkata sembarangan Ichigo," sela Isshin kesal.
Isshin menaruh cawan teh diatas meja kecil lalu menatap sang anak penuh arti, "Namanya adalah Orihime Inoue, anak dari mendiang teman ayah,"ujar Ishhin menjelaskan semuanya agar tak salah paham lagi seperti tadi.
Ichigo diam membisu terlihat bingung dengan perkataan sang ayah, padahal dari awal Ichigo kira gadis bersurai oranye kecokelatan itu adalah calon ibu barunya, tapi ternyata bukan. Entah mengapa tiba-tiba saja Ichigo menjadi bodoh tak mengerti maksud sang ayah yang ingin menjodohkannya.
"Lalu, dia siapa?" tanya Ichigo masih belum mengerti serta paham.
"Orihime adalah calon istrimu dan bulan depan ayah akan menikahkan kalian berdua," ujar Isshin tegas yang menurut pendengaran Ichigo itu adalah sebuah perintah untuknya.
"Apa! Menikah!? Apa aku tak salah dengar?" Tanya Ichigo tak percaya karena tiba-tiba saja menyuruhnya untuk menikah dengan gadis yang belum dikenal bahkan di temuinya sama sekali.
"Ya,"
"Aku tidak mau menikah dengannya," tolak Ichigo tak kalah tegas.
"Apa? Kau tak mau menikah dengannya," sela Masaki penuh amarah.
Wanita paruh baya ini yang berjalan masuk menghampiri sang anak, "Jika kau tak mau menikah dengannya, bunuh ibu sekarang juga Ichigo!" pinta Masaki dengan wajah yang sudah berliang air mata.
"Jangan lakukan itu ibu,"
"Kalau begitu menikahlah dengan gadis pilihan ayahmu, kali ini dengarkanlah permintaan kami sebagai orang tuamu,"
"Tapi, ibu..."
Masaki memandang tajam sang anak, "Dia cantik, manis, pintar, baik, lemah lembut dan asal usulnya pun jelas. Apa yang kurang darinya?!"
"Haaah~" Ichigo menghela nafas berat dan sangat pusing dengan keinginan kedua orang tuanya yang meminta dirinya untuk menikah.
Terlebih jika dilihat dari seragam sekolah yang dipakai Orihime, terlihat jelas sekali kalau gadis bermata abu-abu itu masih duduk dibangku SMA, memangnya dirinya paman genit yang suka menggoda para gadis remaja, usia Ichigo sudah terbilang cukup matang menikahi seorang wanita dewasa bukannya gadis belia yang usianya masih belasan tahun.
Tentu saja Ichigo menolak keras keinginan kedua orang tuanya yang akan menikahkan ia dengan Orihime, jika memang harus menikah setidaknya carikan wanita dewasa yang usianya tidak terpaut jauh, Orihime lebih cocok menjadi keponakan atau adik dibandingkan sebagai istrinya karena perbedaan usia mereka yang cukup jauh.
"Ibu tidak peduli, kau tetap harus menikah dengannya,"
"Aku tidak bisa, Ibu! Gadis itu masih SMA sedangkan aku adalah seorang pria dewasa, berapa perbedaan usia diantara kami? Apa jadinya kalau orang-orang tahu akan hal ini," ujar Ichigo dengan nada emosi karena sang ibu tidak paham dan mengerti akan situasinya.
Jika orang diluar sana mengetahui Ichigo menikahi seorang gadis remaja berusia belasan tahun bisa saja nantinya ia dianggap seorang pedofil oleh orang-orang karena menikahi anak kecil.
"Kalian berdua hanya berbeda 16 tahun saja kok," sahut Masaki santai.
Iris madu miliknya melebar, "A-apa?! 16 tahun!"
Ichigo menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan cepat, "Maafkan aku Ibu, aku tidak bisa menikahinya dibandingkan sebagai istri gadis itu lebih cocok dijadikan keponakan atau adik untukku," ucapnya jujur.
"Kalau begitu ibu akan bunuh diri didepanmu saat ini juga," Masaki mengarahkan pisau tepat ke lehernya membaut ayah dan anak itu panik sekaligus ketakutan.
"Hentikanlah, sayang," bujuk Isshin.
"Tidak. Aku lebih baik mati Anata, dari pada..."
"Aku akan menikah dengan Orihime, tapi tolong turunkan pisau itu dari leher ibu," teriak Ichigo pasrah.
Masaki tersenyum senang begitupun dengan Isshin karena ternyata diam-diam keduanya merencanakan semua ini.
"Ibu tak percaya,"
"Aku tidak berbohong, kalau perlu besok aku akan menikahinya agar ibu senang," ujar Ichigo frustasi melihat sang ibu berbuat senekat itu.
Masaki menerjang memeluk sang anak, menjatuhkan pisau dapur yang sejak tadi dihusunkan ke lehernya sendiri, "Terima kasih, Ichigo. Ibu hanya ingin kau bahagia,"
Akhirnya pria tampan bermata madu ini menyerah, mengikuti keinginan kedua orang tuanya untuk menikahi gadis bernama Orihime Inoue, teman dari mendiang sang ayah walaupun Ichigo melakukannya dengan terpaksa juga dipaksa tapi apa boleh buat karena perkataannya tak mungkin ditarik kembali dan sebagai seorang pria sejati ia harus penuhi.
Jika saja Renji mendengar kalau ia akan menikah, bisa dipastikan pria bersurai merah itu akan berteriak senang karena bebannya menjadi bahan gosip para ibu-ibu sosialita akan berakhir dan dengan bebas ia bisa kembali menjelajahi para wanita cantik untuk diajaknya berkencan.
Setelah perdebatan cukup panjang, menguras otot serta hati Ichigo memutuskan kembali kekamar untuk beristirahat sekaligus menenangkan hati.
Ichigo menghempaskan tubuhnya keatas ranjang king size seraya memijat keningnya yang terasa pusing, jika saja tahu dari awal dirinya dipanggil oleh sang ayah karena urusan ini lebih baik tadi ia pulang kerumah dan beralasan sedang sibuk mengerjakan tugas kantor.
"Sena, apa yang harus aku lakukan?" gumam Ichigo seraya terus menatap langit-langit kamar yang didominasi oleh warna biru.
Bagi Ichigo menikah bukanlah hal main-main, ia ingin menikah dengan wanita yang ia cintai membangun keluarga kecil yang bahagia. Tapi sayang impiannya harus lenyap begitu saja karena delapan tahun lalu, wanita yang ia cintai sekaligus tunangannya meninggal dunia akibat kecelakaan lalulintas, Sena merupakan tunangannya tewas ketika dalam perjalan kerumah sakit, gadis cantik bersurai ungu itu meninggal karena kehabisan darah akibat luka yang dialaminya.
Setelah kematian sang kekasih Ichigo memilih menyendiri karena merasa sangat kehilangan sekaligus terpukul, untuk beberapa minggu keadaannya jatuh terpuruk, semua pekerjaan jadi berantakan juga terbengkalai untung saja ada Renji yang bisa menghandel semua pekerjaan dikantor. Semua keluarga serta teman-teman baik Ichigo berusaha membantunya untuk bangkit kembali dari kesedihannya yang mendalam dan itu terjadi hampir selama setahun jika saja Masaki selaku sang ibu tidak berjuang kerasa memberikan semangat pada sang anak mungkin saja Ichigo akan ikut menyusul Sena dengan mengakhiri hidupnya sendiri.
Setelah kematian dari sang tunangan, Ichigo memutuskan untuk tidak jatuh cinta lagi, menutup diri dan hati rapat-rapat termasuk kepada Orihime nantinya yang akan menjadi istri sekaligus pendamping hidupnya.
"Pernikahan seperti apa yang akan kujalani dengannya tanpa berlandaskan cinta sama sekali." Batin Ichigo lirih.
~(-_-)~
Beberapa hari kemudian Isshin membawa Orihime kekediaman Kurosaki, menjemputnya dari desa untuk tinggal di rumahnya.
Saat pertama kali datang kekediaman Kurosaki, gadis cantik bersurai oranye kecokelatan panjang ini langsung disambut hangat oleh Masaki, calon ibu mertuanya.
"Selamat datang, Orihime-chan." Masaki langsung memeluknya dengan sangat erat.
"Selamat siang bibi." Sapa Orihime ramah.
"Ternyata kau lebih cantik dari difoto," puji Masaki membuat semburat merah tipis menghiasi kedua pipi Orihime.
"Te-terima kasih bibi," sahut Orihime malu.
"Pilihanku tidak salah, kan sayang," kata Isshin bangga.
"Ya, pilihan kau sangat cantik juga manis." Tambah Masaki dengan tersenyu lebar.
Orihime hanya diam menundukkan wajah dengan kedua pipi memerah malu karena dipuji seperti itu oleh Masaki, padahal kalau boleh jujur penampilan wanita paruh baya tersebut sangat cantik dan menawan tidak terlihat seperti wanita sudah berumur wajahnya masih cantik seperti masih usia dua puluhan.
Pakaian yang dikenakan Masaki tampan mewah serta mahal, pastinya terbuat dari bahan kualitas terbaik dan hanya dibeli ditoko-toko pakaian atau butik-butik ternama tidak seperti dirinya yang hanya mengenakan pakaian sederhana serta lusuh, baju yang dipakainya pun sudah tahunan tapi karena masih bagus juga sayang untuk dibuang selalu Orihime pakai.
Masaki langsung membawa Orihime kekamar barunya untuk beristirahat, pastinya gadis manis itu merasa lelah setelah menempuh perjalan cukup jauh dari Karakura menuju Tokyo.
Masaki dan Isshin berencana akan mempertemukannya dengan Ichigo, saat makan malam, tapi sayangnya Ichigo tidak bisa mengingat harus pergi ke Korea selama satu minggu untuk mengurusi bisnis barunya disana meninggalkan Orihime seorang diri padahal sudah jauh-jauh datang dari desa ke Tokyo ingin bertemu dan melihat wajah calon suaminya karena berbeda dengan Ichigo yang sudah melihat foto dirinya lain hal dengan Orihime yang hanya mengetahui nama calon nama suaminya itupun dari Isshin yang tiba-tiba datang menemui setelah sebelumnya bertanya dimana makam sang ayah, Sora Inoue yang merupakan teman baik pria paruh baya bersurai hitam tersebut sewaktu kuliah dulu.
Selama berada dikediaman Kurosaki, Orihime menjalani pelatihan sebagai calon menantu dari Masaki karena bagaimanapun ia harus harus belajar menjadi menantu dikeluarga ini, dan mempelajari silsilah juga semua tradisi keluarga Kurosaki yang sudah berlangsung selama generasi kegenerasi, agar tradisi keluarga tidak hilang dan terus terjaga.
"Selamat datang Tuan muda." Sapa para pelayan ramah seraya membungkuk memberi hormat.
Malam ini Ichigo pulang dari Korea, setelah hampir satu minggu tugas disana mengerjakan pekerjaannya, melupakan keberadaan Orihime serta kedua orang tuanya karena tak memberi kabar sama sekali dengan alasan sibuk tak memiliki waktu sama sekali.
Seluruh tubuh Ichigo saat lelah dan butuh istirahat tapi ia merasa sedikit haus, sepertinya meminum segelas air putih akan membuat tenggorokkan terasa segar.
Langkah kaki Ichigo terhenti saat berpapasan dengan seorang gadis bersurai orange kecokelatan dalam balutan piyama tidur bercorak bunga di dekat dapur. Gadis yang diketahui Ichigo sebagai Orihime itu langsung membungkuk memberi hormat serta salam dengan canggung namun dengan cueknya ia pergi begitu saja tak mengidahkan gadis itu.
Diam-diam Orihime memandangi punggung tegap Ichigo penuh arti, ia tidak menyangka kalau pria tampan yang ditemuinya tadi adalah calon suaminya karena wajah Ichigo tidak terlihat tua seperti bayangannya selama ini.
Tidak lama setelah kepulangan Ichigo dari Korea dan pelatihan Orihime selama beberapa minggu sebagai calon menantu keluarga Kurosaki, akhirnya upacara pernikahan digelar secara tertutup disebuah kuil suci, karena mereka berdua akan melakukan upacara pernikahan secara tradisional bukannya disebuah gereja.
Upacara pernikahan keduanya hanya dihadiri oleh keluarga terdekat saja juga dirahasiakan dari publik mengingat ini adalah permintaan sekaligus syarat Ichigo, yang tak mau orang lain tahu selain keluarga serta teman dekatnya kalau dirinya sudah menikah mengingat sang istri masih berstatus pelajar SMA sekaligus menghindari omongan orang diluar sana mengenai Ichigo nantinya yang dianggap Lolicon atau Pedofilia karena menikahi seorang gadis belia padahal ini adalah paksaan dari kedua orang tuanya sendiri.
Semua orang tampak duduk menunggu kedatangan sang memepelai wanita, Ichigo sendiri sudah tampan mengenakan Hakama hitam membuatnya terlihat sangat gagah serta menawan, kedua adik kembarnya Yuzu serta Karin ikut hadir dalam peristiwa bersejerah ini karena tak mau melewatkan moment indah serta bahagia sang kakak dimana akhirnya harapan mereka semua menginginkan sang kakak memiliki seorang pendamping hidup terlaksana walau harus dengan ancaman serta paksaan tapi semua itu demi kebaikan serta kebahagian Ichigo sendiri.
"Huwaaa..." Yukime menangis kencang dalam dekapan Karin mungkin merasa sedikit gerah.
"Cup, cup, cup, sayang. Anak ibu yang manis," ditimang-timang sang buah hati berharap tangisnya akan berhenti tapi nyatanya tidak.
"Biar aku saja yang mengendongnya, Karin," pinta sang suami yang duduk didekatnya mencoba menimang-nimang sang buah hati.
Karin memberikan Yukime pada sang suami, pria bersurai putih jabrik itu tersenyum lembut menatap wajah sang anak yang kedua pipinya sudah basah oleh air mata, "Cup, sayang. Anak ayah yang cantik," dihapusnya air mata sang buah hati.
Yukime berhenti menangis, kedua tangannya terulur keatas ingin menggapai wajah sang ayah dengan senang hati Toushiro menginjikan sang buah hati memegangi wajahnya atau lebih tepatnya menarik rambut jabrik miliknya dan tawa lebar menghias wajah gembil Yukime.
Toushiro pun ikut tersenyum walau sebenarnya ia merasa kesakitan tapi demi melihat senyuman sang anak ia akan tahan, mungkin sang buah hati tengah rindu padanya mengingat ia jarang memiliki waktu luang menghabiskan waktu bersama sang buah serta sang istri karena kesibukannya sebagai pelukis ternama.
Disaat semua orang tengah menunggu dan menanti kedatangan sang mempelai wanita. Orihime terlihat berdiri diam mematut dirinya didepan cermin, memandangi lamat-lamat penampilan serta wajahnya yang hari ini begitu berbeda atau bisa dibilang cantik juga mempesona hasil make up dari penata rias perfesional, kini tubuhnya sudah terbalut Shiromoku yang terasa sedikit berat karena berlapis-lapis.
Shiromoku yang dipakai Orihime termasuk warisan turun temurun yang sudah dipakai oleh Miasaki dan para wanita keturunan keluarga Kurosaki lainnya saat menikah.
Walau ini bisa dibilang hari pernikahan Orihime tapi tak ada raut wajah bahagia dari Orihime sama sekali mengingat tak ada satu-pun keluarganya yang datang menghadiri serta kedua orang tuanya yang tak bisa melihatnya menjadi seorang pengantin, padahal dulu saat kecil Orihime selalu bermimpi ingin menjadi seorang pengantin yang cantik menggunakan gaun yang indah.
Setitik air mata keluar diujung matanya tak kala mengingat kembali kedua orang tuanya yang sudah tiada.
"Ayah, ibu." Batinnya lirih.
Pintu ruangan rias terbukan dan menampilkan seorang wanita paruh baya bersurai orange mengenakan kimono berwarna cerah berjalan menghampiri, "Kau cantik sekali Orihime-chan." Puji Masaki jujur.
"Terima kasih ibu." Balasnya seraya menghapus jejak air mata dipipinya.
"Apa kau menangis?"
"Ti-tidak..." Elaknya.
Masaki duduk disebelah Orihime, memandangnya lembut, "Apakah kau sedang memikirkan keluargamu?"
Orihime diam dan bibirnya terkatup rapat namun air matanya menetes deras menjawab pertanyaan sang calon ibu mertua.
Masaki menghapus lelehan air mata dipipi Orihime, "Jangan menangis dan bersedih Orihime-chan. Mulai sekarang kita adalah keluarga dan panggil aku ibu jangan bibi lagi,"
Orihime tersenyum bahagia, "Te-terima kasih, i-ibu," isaknya pelan.
"Sama-sama. Hentikan tangismu karena kau merusak make up diwajahmu,"
Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri, "Nyonya semuanya sudah menunggu," ucapnya sopan seraya membungkukkan tubuh.
"Suruh semua pelayan untuk bersiap-siap mengantarkan mempelai kealtar kuil," perintah Masaki.
"Baik, Nyonya."
Masaki membantu Orihime berdiri mengingat Shiromoku yang dipakai cukup berat dan membuat agak kesulitan berjalan.
Saat Orihime berjalan para pelayan berjalan mengiri bersama Masaki ke dalam kuil, wajah cantiknya ditundukkan dalam menatap lantai kayu yang menjadi pemandangan selama menuju kuil. Entah apakah yang dilakukan Orihime saat ini benar atau tidak mengingat ini menyangkut masa depannya.
Saat Orihime masuk kedalam kuil, semua orang memandang ke arahnya namun ia sendiri terpesona pada sosok Ichigo yang terlihat tampan juga gagah Hakama hitam yang dipakainya. Setelah keduanya duduk didepan pendeta kuil, upacara pernikahan langsung digelar. Mereka mengikuti semua ritual suci pernikahan dengan khidmat dan tenang, setelah semua ritual dilakukan pendeta-pun mensahkan mereka sebagai suami istri.
Setelah upacara pernikahan selesai Masaki menangis bahagia menyaksikkan pernikahan putranya, akhirnya keinginan ia terwujud melihat Ichigo menikah dan membangun sebuah keluarga.
"Selamat atas pernikahannya, Orihime-chan, Ichigo!" Teriak Masaki senang dengan wajah tersenyum bahagia.
Para anggota keluagar Kurosaki berjalan mendekati ingin memberi selamat pada kedua mempelai.
"Selamat atas pernikahan kalian berdua. Jaga istrimu dengan baik dan jangan sampai kau sakiti dia." Isshin memberi wejangan dan nasehat.
"Baik ayah." Ucap Ichigo penuh hormat.
Sedangkan sang ibu meminta Ichigo untuk selalu menjaga dan melindungi Orihime dengan segenap jiwa raganya. Jika sampai melukai dan menyakiti Orihime maka ia tak segan-segan untuk memberi hukuman.
Ichigo hanya bisa tersenyum kecil pada sang ibu menanggapi permintaannya tapi dalam hati ia tak bisa berjanji tak menyakiti Orihime karena dari awal pernikahan ini tak berlandaskan cinta sama sekali.
Tiba-tiba seorang pria tampan dengan rambut hitam dengan kaca mata minus membingkai wajah mengenakan kemeja biru dongker dan celana hitam panjang menghampiri Ichigo dan meninju pelan pundaknya.
"Selamat atas pernikahannya, Teman." Ucapnya memberi selamat pada sang Ichigo yang wajahnya terlihat sangat kaget melihat dirinya hadir diupacara pernikahannya.
"Ishida!"
"Lama tak bertemu,"
"Kapan kau datang dari Inggris? Bagaimana dengan gelar doktormu?"
"Sudah selesai dan kemungkinan aku akan bekerja disini,"
"Akhirnya kau pulang juga setelah bertahun-tahun tinggal di Inggris,"
"Kampungan halaman lebih indah daripada negeri orang, apalagi disini aku bisa setiap hari makan nasi." Kekehnya.
"Ehem...kalian berdua itu kalau sudah bertemu pasti akan lupa pada orang disekitar kalian," tukas Masaki membuat Ishida tersenyum kecil.
"Apa kabar bibi, kau semakin cantik saja," puji Ishida seraya memeluk wanita paruh baya tersebut.
"Kau itu, selalu saja bisa menggodaku. Perkenalkan dia Orihime istri Ichigo,"
"Salam kenal, Tuan," Orihime membungkuk memberi hormat.
"Jangan panggil aku Tuan. Ishida. Uryuu Ishida." ucapnya memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan.
"Senang berkenalan dengan anda, Ishida-san." Orihime menyambut tangan Ishida dan keduanya berjabat tangan.
Pesta perayaan langsung digelar meriah tak jauh dari kuil dimana sebuah vila kecil disewa khusus untuk acara ini, banyak kerabat yang datang memberi ucapan selamat pada keduanya, namun raut wajah kedua mempelai tidak terlihat bahagia sama sekali, keduanya hanya menampilkan senyuman palsu.
Karena merasa bosan dengan pesta ini Ichigo mengajak Ishida keluar untuk menghirup udara segar.
Mereka berdua duduk untuk dibalkon menikmati pemandangan malam yang terasa sangat indah dengan berhiaskan banyak bintang juga sebuah bulan sabit ikut mempercantik langit malam ini.
"Aku tak menyangka. Ternyata kau penyuka anak kecil. Apa aku perlu menyebutmu, Lolicon atau Pedofil?!" Ledek Ishida sambil meminum winenya.
Ichigo diam membisu tak menjawab atau menggubris ledekan dari Ishida yang menurutnya tak penting untuk dijawab terlebih dibalas.
"Kukira hanya Sena yang kau cintai," sindir Ishida yang mampu membuat Ichigo menoleh dan menatap dirinya.
Ichigo tersenyum kecil lalu meminum sedikit wine putih ditangannya, "Memang, hanya Sena gadis yang kucintai tidak ada yang lain," sahut Ichigo tegas.
"Malang benar nasib gadis itu, karena menikah denganmu," Ishida meminum habis wine ditangannya.
"Lalu mengapa kalian menikah?" sambung Ishida yang merasa penasaran dengan keputusan Ichigo yang tiba-tiba saja menikah padahal ia tak pernah sakalipun mendengar teman sekaligus sepupunya itu menjalin hubungan dengan gadis manapun setelah kematian Sena.
Dan jika memang benar Ichigo masih mencintai dan tak bisa melupakan Sena sama sekali, tapi mengapa ia mau saja menikahi gadis bersurai oranye kecokelatan tersebut bukankah itu akan membuat mereka berdua menderita dan terluka satu sama lain terlebih Orihime yang tak bisa memiliki hati serta perasaan sang sumai hanya dapat memiliki raganya saja.
"Kami berdua menikah karena dasar keterpaksaa dan paksa. Aku juga bingung bagaimana hubungan kami kedepannya," ujarnya seraya menerawang jauh memandangi pemandangan yang terhampar didepan mata.
"Aku doakan semoga kalian berdua bisa bahagia," ucap Ishida penuh harap.
"Aku harap itu terjadi tapi aku tak bisa menjanjikan pernikahan yang indah serta bahagia padanya." Sambung Ichigo dengan wajah sendu menatap bintang dilangit.
Diam-diam tanpa kedua pria tampan itu sadari kalau sejak tadi Orihime berdiri diam dibalik pintu mendengar semua percakapan mereka tanpa terlewat sedikitpun juga mengenai Sena, wanita yang ternyata dicintai sang suami.
Tanpa sadar liquid bening mengalir dari iris abu-abu miliknya, padahal sudah dari awal dirinya mempersiapkan hati menghadapi hal seperti ini mengingat pernikahan mereka berdua tak berlandaskan cinta sama sekali.
Orihime memutuskan kembali ke kamar dan beristirahat, dirinya lelah dalam banyak artian baik tubuh maupun batin saat ini ia ingin tidur memejamkan matanya sejanak dan berharap jika esok membukanya semua yang terjadi adalah mimpi semata.
Sementara itu kduanya masih asik berbincang didepan balkon tanpa menyadari kalau malam semakin larut dan semua tamu sudah pulang meninggalkan pesta, Orihime sendiri sudah berada didalam kamar dua jam yang lalu, semua pakaian serta make-up diwajahnya dibersihkan kini gadis cantik itu telah berganti mengenakan sebuah yukata tidur berwarna putih tanpa mengenakan pakaian dalam.
Sungguh Orihime sangat malu dengan penampilannya saat ini, dirinya tahu kalau malam ini adalah malam pertamanya dimana ia akan menyerahkan semuanya pada suaminya tapi dirinya sudah tahu dengan jelas kalau pria bersurai orange itu tak akan menyentuhnya sama sekali karena tak mencintai dirinya.
Niatan Orihime untuk tidur lebih cepat nyatanya tidak berhasil, kedua matanya masih terjaga tidak mau dibawanya pergi ke alam mimpi padahal sudah sejak tadi ia berguling kesana kemari diatas ranjang agar bisa tertidur tapi hasilnya tetap gagal sampai sekarang.
Pintu kamar terbuka, Ishida berjalan masuk seraya memapah Ichigo yang tak sadarkan diri karena mabuk berat dan harus dibantu oleh Ishida untuk kembali ke kamar.
"Ada apa dengannya Ishida-san?" tanya Orihime cemas.
"Dia hanya sedikit banyak minum," jawab Ishida seraya merebahkan Ichigo keatas kasur.
Setelah urusannya selesai Ishida pergi dari kamar pengantin meninggalkan mereka berdua, bisa Orihime cium dengan jelas aroma alkohol dari mulut Ichigo entah apa yang diminum oleh sang suami hingga membuatnya mabuk seperti ini.
"Se-na." Gumam Ichigo tanpa sadar dalam tidurnya.
Iris abu-abu milik Orihime melebar sempurna mendengar nama wanita lain disebut oleh sang suami, air mata menetes membasahi pipi akan tetapi dengan cepat ia menghapusnya karena buat apa harus dirinya menangis terlebih terluka bukankah dari awal sudah tahu kalau pernikahan ini memang tidak berlandaskan cinta sama sekali.
Entah pernikahan dan rumah tangga seperti apa yang akan mereka berdua jalani. Ichigo yang masih terus mencintai Sena dan Orihime yang terpaksa harus menikah dengannya demi keluarganya.
Suka atau tidak kini Orihime sudah menjadi istri dari Ichigo, pria dingin yang selalu menutup rapat-rapat hati dan dirinya dari siapapun.
Mampukah Orihime mencairkan gunung es dihati Ichigo dan meruntuhkan semua tembok pertahan didalam hati pria bermata madu tersebut. Membuat pria itu jatuh cinta dan melihat padanya?
Semua itu hanya waktu serta takdir Tuhan yang bisa menjawabnya.
Sedangkan dirinya hanya bisa berusaha sekuat tenaga mengambil hati serta perhatian Ichigo karena jujur saja kalau Orihime sudah jatuh hati pada sosok sang suami saat mereka pertama kali bertemu.
TBC
A/N : Ide sekaligus alur ceritanya sama seperti Fic milik saya PLAM (Please Look At Me) dari fandom sebelah yang sampai saat ini belum tamat karena sedang dalam proses pengerjaan#Malah curhat*Abaikan.
Fic ini saya buat untuk meramaikan pair ini yang sedikit sepi, walau mereka berdua sudah CANON tapi mencari Fic berbahasa Indonesia dengan pair mereka agak susah tidak terlalu banyak.
Walau Fic ini bisa dibilang alur, isi cerita, temanya sama seperti PLAM karena ini versi IchiHime tapi akan saya ubah jalan ceritanya agar menjadi berbeda mengingat mereka berdua adalah pasangan CANON dan memiliki anak bernama Kazui.
Fic ini jauh sekali dari kata sempurna apalagi bagus tapi saya mengucapkan terima kasih banyak kepada siapapun yang sudah membaca Fic ini.
Ogami Benjiro II