ONE DAY

.

.

.

Cofioca4120

.

.

.

Oh Sehun

Luhan

.

.

HunHan/GS for Uke

Don't like ? Don't Read and Don't Bash !

Typo Everywhere

.

.

.

Someday, we'll have a happy ending.

.

.

Namaku Luhan, 25 tahun. Putri kedua dari pemilik LH Coorporation. Aku memiliki seorang kakak perempuan, bernama Luna 27 tahun. Aku menyayanginya sama seperti menyayangi diriku sendiri, Aku mencintainya sama seperti ibu dan ayah, bahkan, aku rela memberikan segala yang kumiliki untuknya. Tak peduli apapun itu, tak peduli jika hal itu akan menyakiti diriku sendiri.

Luna dan aku memiliki jarak umur tak jauh, sehingga kami terbiasa menjalani segala aktivitas bersama. Luna, selalu melindungiku ketika masa kecil kami, selalu menjadi orang terdepan ketika membelaku, selalu menjadi orang yang menyediakan bahunya ketika diriku rapuh. Di masa kecil kami, kami selalu menghabiskan permen bersama, bermain boneka bersama dan melakukan segala hal tentang anak perempuan bersama.

Ini adalah sebuah cerita, cerita tentang diriku sendiri. Cerita tentang Luhan dan usia dua puluh lima tahunnya, cerita tentang seorang wanita yang mengorbankan segalanya. Dan jika kalian tak sanggup mendengar ceritaku tolong pergilah, jangan terus berdiam dan mendengarkan akan tetapi mengatakan "bodoh" dibelakangku. Karena, aku tahu aku memanglah wanita bodoh dan putus asa. Tapi , ceritaku ini belum benar-benar berakhir.

.

.

.

Seoul - 5 years ago

Musim panas tahun ini akan sangat terik, menurut ramalan cuaca tadi pagi, matahari akan benar-benar berada di atas langit Seoul. Selamat datang kulit setengah tan ! dan di siang yang panas ini, diriku masih mematung di halte bus yang tak jauh dari kampus. Rencananya siang ini, aku ingin mengunjungi Luna di perusahaan. Ah, Luna –kakak perempuanku- menjadi sekretaris ayahku di perusahaannya. Posisi itu harus diisi olehnya mengingat Luna putri pertama dari Keluarga kami dan dirinyalah yang akan memegang perusahaan secara penuh setelah ayah mundur. Sedangkan aku ? "Cukup belajar yang benar dan jadilah wanita baik-baik" kata ibu. Ngomong-ngomong, dimana kendaraan panjang berwarna hijau itu ? kenapa lama sekali. Aku memainkan kakiku yang tergantung, sejak kecil kami –aku dan Luna- memang tak dimanjakan seperti antar jemput dengan sopir, itu yang membuat kami terbiasa hidup mandiri dan tentunya merasakan bagaimana berdesakan didalam bus.

Aku memandang kebawah –ke kakiku tepatnya- Flat shoes putih ku masih bertengger manis di sepasang kakiku yang indah. Demi Tuhan, aku benar-benar memuja kaki pendekku ini. Apakah aku cantik hari ini ? entah kenapa, hari ini aku memilih menggunakan dress pendek selutut dengan warna baby pink. Rambut yang kubiarkan tergerai dan menggunakan make up tipis. Bahkan, aku tak yakin jika hari ini aku masih dapat dikatakan waras. Sedari tadi jantungku berdegup kencang seolah-olah akan ada hal mengejutkan yang terjadi pada hari pertama musim panas ini.

Akhirnya, wujud kendaraan panjang dengan warna hijau itu tampak di ujung jalan. Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam bus dan mencari tempat duduk favoritku -nomor dua dari belakang di samping jendela- di tempat ini aku bisa melihat apa yang terjadi diluar sana secara bebas. Aku mencari headsetku, sebuah benda yang dapat mematikan waktu. Setelah menyambungkan dengan ponsel, sayup-sayup terdengar musik yang menyapa indra pendengaranku. Sudah tiga puluh menit dan kendaraan ini berhenti pada halte yang tak jauh dari perusahaan ayahku.

Melangkah kecil sambil sesekali bersenandung, sudah jam makan siang ? pantas ramai sekali. Banyak karyawan perusahaan yang keluar-masuk gedung membawa beraneka makanan, beberapa dari mereka tersenyum ramah padaku ketika menyadari diriku datang ke perusahaan.

"Selamat siang nona muda." Sapa Chaewon ramah, salah satu karyawan bagian resepsionis yang ku kenal.

"Selamat siang. Apakah ayah ada ?" Balasku dengan senyuman, entah kenapa hari ini mood ku sedang dalam keadaan benar-benar baik.

"Tuan Lu sedang ada pertemuan dengan rekan bisnisnya di luar perusahaan nona" jawabnya setelah mengecek beberapa jadwal ayahku di komputer.

"Luna ikut ?" Aku sedikit terkejut mendapati ayah berada di luar perusahaan, yang berarti kemungkinan besar Luna juga berada di luar.

"Tidak, Nona Luna ada di ruangannya saat ini- "

"Baiklah, terimakasih Chaewon. Semoga harimu menyenangkan" Sepertinya, Chaewon belum selesai dengan ucapannya, masa bodoh jika aku memotong ucapannya. Langkahku terasa sangat ringan seperti berada di atas awan, aku benar-benar bahagia saat ini entah apa penyebabnya.

Sepasang kakiku berhenti tepat di depan pintu ruangan Luna. Tiba-tiba aku teringat ucapan Chaewon yang kupotong tadi, apa Luna sedang ada tamu sehingga membuatnya tidak mengikuti jadwal ayah. Tapi, aku tetap membuka pintunya tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

"Luuuuuuuuuuu.." Sontak aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Benar-benar Luhan yang bodoh, Luna sedang menerima tamu saat ini sepertinya mereka sedang terlibat pembicaraan serius dan Luna menatapku dengan raut terkejut yang tercetak di wajahnya.

"Kau datang Lu ?" Untung ia tak marah, aku sempat mengehembuskan nafas lega. Ia tersenyum hangat –seperti biasa- pada diriku yang jelas-jelas bersalah karena menganggu pertemuan penting ini.

"Kau ada tamu ? Oh, aku bisa menunggu di bawah" Aku menganggukan kepalaku dengan muka memerah menahan malu bersiap untuk pergi.

"Tak perlu, kemarilah" Hell, dia malah menyuruhku mendekat. Dengan diliputi rasa bersalah, aku pun mendekat hingga berdiri disampingnya dan berhadapan dengan pria yang tadi membelakangiku ketika berbicara dengan Luna.

"Kenalkan, Luhan. Adikku. Dan Luhan, ini Oh Sehun, temanku kuliah di Amerika" Luna tersenyum cerah ketika mengenalkanku dengan lelaki yang luar biasa tampan, tinggi dan menawan. Mataku tak bisa berkedip ketika menatap sepasang mata elang dengan alis tebal itu. Garis rahangnya benar-benar tegas ditambah dengan ekspresi wajahnya yang dingin mungkin ? apalah namanya itu yang jelas Oh Sehun bernar-benar tampan.

"Oh Sehun"

"Luhan" Apakah ini kejutan musim panasku ?

.

.

.

Hari ini hari minggu, sudah lebih dari satu minggu pula aku bertemu dengan lelaki bernama Oh Sehun dan sudah selama itu pula aku tak bisa berhenti memikirkannya. Jatuh cinta itu menyenangkan ditambah lagi kau menemukan sebuah cinta pertama. Terasa seperti di padang luas dipenuhi bunga dengan langit biru dan kupu-kupu bertebangan disekitarmu.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri ?" Tanya Luna padaku ketika kami berdua sedang berada di meja makan pagi ini. Ya, hanya kami berdua, ayah sedang melakukan perjalanan bisnis di berbagai negara, ibu yang menemani dan Luna yang bertugas mengontrol perusahaan dari dekat. Sedangkan aku ? jangan ditanya lagi, aku belum mandi sekarang.

"Kau belum mandi ?" Nah kan, pertanyaan itu akhirnya muncul dari bibir saudara cantikku. Yang pada akhirnya kusambut dengan gelengan pelan sambil meneruskan makan pagiku.

"kau perempuan Luhan, dan kau makan pagi sebelum mandi" Luna memutar bola matanya sambil menatapku heran.

"Kau juga perempuan, dan hari ini hari minggu, lalu apa masalahnya ? aku mandi nanti saja" Balasku santai dengan mulut penuh dengan roti.

"masalahnya adalah.." Luna sepertinya sengaja memutus pembicaraannya dan menarik nafas pelan lalu menghembuskannya perlahan.

"Oh Sehun akan datang dalam waktu lima belas menit lagi" Lanjutnya dengan suara santai ditambah wajah tak berdosanya yang sukses membuatku mematung selama beberapa saat.

"Oh Shit ! Kenapa kau baru memberi tahuku sekarang ?" aku berlari secepat angin menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarku. Bersamaan dengan itu aku mendengar Luna tertawa dengan keras, sepertinya ia merasa puas dengan kejutan terlalu pagi di hari minggu ini.

Sejak pertemuan pertama saat itu, aku menceritakan pada Luna jika aku merasakan jatuh Cinta pada Oh Sehun, teman kuliahnya dulu. Luna sempat terkejut karena menyadari bahwa aku merasakan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Sebenarnya, selama ini Luna juga membantuku dalam masalah percintaan dengan mengenalkan beberapa teman prianya yang jelas-jelas aku jawab dengan gelengan kepala karena tidak ada yang menarik perhatianku sama sekali. Dan untungnya, ketika aku tertarik pada Oh Sehun, Luna dengan senang hati mau membantuku. Ditambah lagi, setelah tiga hari pertemuan pertamaku dengan Oh Sehun, lelaki itu menghubungi Luna dan mengatakan tertarik padaku. Benar-benar mendapat sebuah Jackpot !

"Kau terlalu lama, Sehun sudah menunggu dibawah" Luna menyandarkan tubuhnya di ambang pintu kamarku, ia menatapku dengan penuh senyuman ketika melihatku memoleskan make up tipis pada wajahku.

"Diam kau nenek lampir !" Teriakku dengan menatapnya nyalang melewati cermin di meja rias, ia tertawa keras dan berjalan menjauhi kamarku.

"Cepat ! Sebelum Sehun mati bosan Luhan !" Teriaknya kembali.

.

.

.

"Kau cantik sekali hari ini" Bagai berjalan di tengah bunga, Sehun membuatku seperti melayang ke langit dengan ucapannya yang sukses membuat pipiku memerah.

"Terimakasih" Ucapku sambil menundukkan kepala memnyembunyikan rona merah kurang ajar yang selalu muncul tiba-tiba itu. Kemudian, dengan berani aku menatap Sehun yang sedang fokus menyetir. Dia bahkan terlihat sangat tampan ketika dilihat dari samping seperti ini.

"Berhenti menatapku seperti itu Lu, aku tahu aku tampan." Dengan santainya Sehun berkata demikian lalu menatapku dengan pandangan tajamnya. Oh bahkan aku tidak sadar menahan nafasku saat ini, ia tersenyum menampakkan gigi taringnya yang.. uh ! benar-benar menggemaskan.

"ah.. maaf" ucapku dengan gugup lalu mengalihkan perhatianku keluar jendela mobil. Aku tak tahu akan dibawa kemana oleh Sehun, yang jelas aku pasti mau-mau saja dibawa kemanapun olehnya.

Audi Hitam ini terus melaju menuju Songpa-gu. Selama perjalanan, kami tak mebicarakan hal yang penting, hanya beberapa obrolan ringan seperti musik hingga makanan. Sesekali aku melihat Sehun tersenyum hingga membuat kedua matanya seperti bulat sabit –manis- terkadang, aku pun di buat merona oleh kata-katanya seperti "Kau imut Lu, Kau menggemaskan, Kau cantik" dan lain sebagainya. Beberapa menit tak terasa cepat berlalu, mobil yang dikendarai Sehun melaju perlahan menunjukkan tempat tujuan hampir sampai. Setelah mobil ini berhenti sempurna aku terdiam dan menatap takjub, sebuah pemandangan Danau Seokcheon terhampar di depan mataku.

"Mau terus disini ?" Suara husky Sehun menyadarkanku, hanya dengan suaranya Sehun sukses membuatku meremang.

"Ah, tidak ayo turun" Balasku dengan tersenyum gugup dan mencoba membuka pintu mobilnya, akan tetapi tangannya menghalangi tanganku yang akan menarik tuas pintu pada mobilnya.

"Tunggu dulu.." Sehun turun dari mobil dan memutar, ia membukakan pintu mobilnya untukku. Diperlakukan seperti ini baru pertama kali aku rasakan, ternyata menyenangkan juga.

"Terimakasih" aku menatap kedua matanya yang memancarkan sinar ketulusan. Sehun benar-benar indah.

Sepanjang perjalanan aku hanya diam, terlarut menikmati suasana danau yang tenang. Mengamati sekeliling dan sesekali ikut tersenyum ketika melihat anak kecil bermain, eh ? apa ini ? aku merasa tangan kananku di genggam dengan erat, terasa hangat dan nyaman. Aku memaksa kepalaku menoleh dengan gugup. Kulihat, tangan Sehun yang mengenggamku dengan erat ia hanya diam terus memandang kedepan tak peduli bagaimana diriku yang menatapnya kebingungan.

"Kita duduk disana ya ?" Sehun menarikku ke salah satu sudut danau yang terdapat sebuah kursi panjang untuk dua orang, kami duduk berdampingan masih terlarut dalam pikiran masing-masing. Masih menikmati bagaimana detak jantung ini menggila, dan masih menikmati bagaimana kenyamanan genggaman tangan ini.

"Kau oke ?" Tanya Sehun membuyarkan pikiranku aku mengangguk perlahan sebagai jawaban. Tanggannya terlepas diganti dengan tanggannya yang merengkuh bahuku, dengan gerakan kaku aku menyamankan posisiku –bersandar pada Sehun-

"Sehun.." Aku memanggil namanya halus. Tetap berada pada posisi seperti ini, tanpa berniat mendongakkan kepalaku untuk menatap wajahnya yang tampan.

"Iya Luhan.." Balasnya pelan, aku merasa usapan halus di pucuk kepalaku. Aku tak membalas ucapannya, kembali terlarut dalam pikiranku sendiri. Kenapa ia tak segera mengatakannya ?

"Luhan.. tatap aku" Oh, apa yang akan dilakukan oleh lelaki ini ? Ya Tuhan jangan biarkan aku mati karena tatapannya yang saat ini serius.

"Apa yang ingin kau katakan Sehun ?" Tanyaku karena melihatnya hanya berdiam menatapku dengan kedua tangannya memegang bahuku, dan matanya ? entahlah aku tak bisa mendiskripsikan saat ini, yang ku tau sorotnya penuh dengan cinta ?

"Aku tahu ini terlalu cepat" Aku diam ketika ia menghentikan perkataannya. Memilih mendengarkan apa yang akan ia katakan selanjutnya, Sehun menghela nafasnya pelan.

"Aku tahu ini terlalu cepat, kita bertemu sekitar seminggu yang lalu.." Mata elang itu terus menatapku seolah tak membiarkanku lari dari pandangan matanya.

"Tapi.. aku sudah merasakan hal yang tak pernah ku rasakan. Aku tahu Luhan aku bukan pria romantis, jadi berhenti terseyum ketika aku berbicara hal bodoh seperti ini" Sehun menatapku serius ketika melihatku mengubah raut wajahku dari yang terkejut menjadi memerah menahan tawa, karena ekspresi Sehun saat ini benar-benar lucu.

"Oke..oke lanjutkan" Aku mengangguk pelan sambil masih menahan tawaku.

"Dengarkan aku, aku mencintaimu" ucapnya final, yang membuatku kembali mematung merasakan desiran aliran darahku yang tiba-tiba mengalir begitu cepat.

"Aku tahu, aku baru mengenalmu. Tapi aku benar-benar jatuh cinta ketika suaramu menyapa indera pengedengaranku pertama kali, dan telingaku mengklaim bahwa suaramu menjadi suara kesukaannya sejak saat itu juga. Ketika mataku menatap matamu, mataku mengklaim bahwa sorot pandangmu adalah yang terindah saat itu juga. Dan ketika aku melihatmu dengan hati, hatiku mengklaim bahwa dirimu adalah milikku. Luhan adalah milik Oh Sehun" Sehun mengungkapkan segala perasaan di hatinya, yang membuat diriku kembali merasakan jutaan kupu-kupu yang berterbangan di dalam rongga dadaku.

"Kau Luhan, wanita pertama yang berhasil memporak-porandakan tembok hatiku. Jadi tolong bertanggung jawab atas semua ini. aku mencintaimu Lu. Sangat" Sorot mata itu berhasil menembus hatiku dengan sekali tusukan. Kau berhasil membuatku jatuh cinta Oh Sehun.

"Aku akan bertanggung jawab" Balasku dengan tersenyum, aku merasa ada bulir yang mengalir membasahi kedua pipiku, bulir bahagia yang akan mengantarkanku pada perasaan nyaman yang tak pernah aku rasakan sebelumnya, Sehun memelukku dengan erat.

"Terimakasih Lu, terimakasih kau mau menerima perasaanku" Pelukan itu semakin erat ditambah kecupan-kecupan lembut yang menghampiri pucuk kepalaku. Aku menyukainya.

"Aku juga mencintamu Sehun." Balasku dengan suara teredam di dadanya. Aku menghirup aroma kekasihku, aroma yang benar-benar maskulin. Yang bahkan aku jamin dapat membuatku tak bisa tidur nanti malam.

.

.

.

Kami masih menikmati suasana di Danau Seokcheon, suasana sangat menyenangkan berada disini ditambah sekarang Sehun sedang bersamaku. Ah, tidak. Sehun sedang mengantri es krim sekarang, melihatnya dari kejauhan membuatku tertawa. Tubuhnya tinggi menjulang karena sebagian besar yang mengantri es krim adalah anak kecil, dia juga benar-benar seperti anak kecil sekarang, sesekali mengerucutkan bibirnya. Sepertinya, seminggu yang lalu aku mengenal Sehun hanya memiliki satu ekspresi. Tapi kenapa sekarang dia memiliki begitu banya ekspresi ? apakah ini wujud ekspresi Sehun yang asli ?

"Sesuai pesananmu Tuan putri, vanilla" Setelah beberapa menit Sehun sudah duduk disampingku sambil memberikan es krim pesananku.

"Kenapa kau suka vanilla ?" Sehun bertanya sambil menyilangkan kakinya dan menikmati es krim coklatnya.

"Karena tak terlalu manis" jawabku singkat sambil menyendokkan es krim vanilla ke dalam mulutku.

"Hanya itu ? atau kau takut gemuk ?" Tanyanya kembali sambil mengarahkan perhatiannya padaku.

"Walaupun aku gemuk kau tetap menyukaiku kan ?"

"Sangat menyukaimu, tak peduli kau gemuk seperti sapi" jawab Sehun dan aku merasakan sentuhan lembut dipipiku setelahnya, ia mencium pipiku.

"Lihat, kau merona. Sungguh menggemaskan" dilanjut dengan Sehun yang menyubiti kedua pipiku.

"Hentikan Oh Sehun ! ini sakit !" teriakku kemudian dengan mengelus kedua pipiku. Tanpa sadar, aku menggembungkan kedua pipiku dan mengerucutkan bibirku. Disampingku Sehun tertawa keras melihat ekspresi yang tanpa sadar kubuat ini.

"Serius Luhan, kau menggemaskan !" Sehun masih memandangku dengan tersenyum, salah satu tangannya yang bebas mencubit ujung hidungku. Entah kenapa, hanya bersama Sehun seperti ini aku merasa bahagia, dan hatiku menghangat.

"Setelah ini, kau mau kemana ?" Tanya Sehun kembali yang sudah tenang dari acara tertawa hebohnya itu.

"Cukup disini saja, hingga sore hari bagaimana ?" Aku melontarkan pertanyaan kembali padanya. Aku benar-benar menikmati hari ini, benar-benar menikmati suasana sore hari di danau yang menyenangkan bersama Sehun.

"Kau tak bosan ?" Sehun menatapku dengan wajah penuh heran. Seolah jawabanku jauh dari ekspektasi yang ada dipikirannya.

"Tidak, memangnya kenapa ? kau bosan ?" Tanyaku kembali dengan wajah polosku. Terserah sih jika Sehun merasa bosan atau ingin mengajakku ke tempat lain, aku sih oke-oke saja. Jujur, aku bukan seorang gadis yang rumit dengan pilihan.

"Kau tak ingin jalan-jalan ke mall mungkin ? berbelanja ?" Lelaki disampingku masih melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang kuanggap konyol itu.

"Kau ingin berbelanja ? aku bisa menemani." Balasku dengan tersenyum tanpa menatapnya.

"Kau berbeda Luhan" Lirihnya yang jelas-jelas bisa ku dengar saat ini, dan ketika ku menoleh kudapati wajahnya yang tersenyum kearahku dengan penuh kelembutan.

"Biasanya sepasang kekasih akan berkencan setidaknya dengan mendatangi mall karena permintaan sang gadis, aku pikir semua gadis akan seperti itu. Mengajak lelakinya menemaninya berbelanja. Tapi kau, benar-benar gadis yang sulit ditebak." Sehun mengenggam tanganku kembali.

"Maka dari itu, kau harus mengenalku lebih dalam Oh Sehun" Aku sengaja menekankan kata Oh Sehun padanya sambil tersenyum kearahnya.

"Cup" Ia mengecup bibirku, sontak mataku membulat. Oh Tuhan, ini ciuman pertamaku dan direnggut oleh kekasih pertamaku yang sialnya juga cinta pertamaku. Apakah aku berdosa setelah ini ? aku merasa kupu-kupu berterbangan didalam perutku saat ini. Oh tidak, bahkan aku mengatakan banyak kupu-kupu sedari tadi -aku merasa bahagia-.

"Kau manis" Jari-jari Sehun mengelus rahangku dan "Cup" ia mengecupku kembali. Ini ciuman kedua kami setelah beberapa jam menjadi sepasang kekasih. Mungkin, Tuhan akan menghukumku nanti. Tapi, tolong biarkan sekarang aku menikmati rasa menggelikan ini.

"Sehun.." Panggilku dengan lirih. Oksigen benar-benar menipis disekitarku saat ini juga. Kulihat tatapan tajam mata Sehun melembut memancarkan sorot penuh cinta untukku.

"Aku Mencintaimu" Tanpa menunggu respon dariku, ia memanggut bibirku dengan penuh cinta. Menggigit bibir bagian atas dan bawahku secara bergantian. Lidahnya sengaja menerobos kedalam mulutku, menjelejahi apa saja yang lidahnya temukan didalam sana. Tubuhku melemas, bahkan es krim yang kupegang jatuh ke tanah, aku tak peduli jika es krim itu jatuh kebawah air danau sekalipun. Yang kubutuhkan sekarang adalah Sehun, segala cinta dari Sehun. Perlahan-lahan tanganku meremabat keatas mengalungkannya pada leher lelaki yang saat ini memanggutku, meremas rambut hitam kelamnya secara perlahan.

"Eunghh.." Aku menjadi orang pertama yang melepaskan ciuman panas kami, dadaku merasakan sesak. Aku mencoba meraup Oksigen sebanyak-banyaknya, setelah memastikan Oksigen benar-benar menipis sekarang. Sehun masih menatapku dengan dalam, aku berani menjamin jika wajahku kembali memerah sekarang. Tanpa disadari, entah siapa yang memulai bibir lembut kami kembali menyatu.

.

.

.

Genggaman Tangan Sehun semakin mengerat ketika kami berjalan menyusuri jalan setapak di pinggiran Danau Seokcheon. Sesekali kami melemparkan tatapan ke satu sama lain yang disambut dengan kekehan ringan.

"Aku tak meyangka kita akan secepat ini, aku kira kau akan menolakku" Sehun kembali membuka obrolan ringan kami.

"Aku juga tak menyangka kau akan tertarik padaku, aku kira kau pria dingin" Dengusku kemudian.

"Tapi aku memang benar-benar tak terbiasa banyak bicara" Bela Sehun.

"Tapi sekarang kau banyak bicara Tuan Oh. Apa kau tak sadar kau banyak mengatakan ini-itu di hadapanku ?" Aku tak terima jika Sehun mengatakan dirinya pria yang tak banyak bicara. Tapi, pada kenyataannya dia benar-benar seperti seorang pencari berita yang sialnya aku menyukainya.

"Apakah benar ?" Lihat, bahkan ekspresinya saat ini seperti anak kecil yang tak terima jika dirinya dibohongi.

"Tapi image dingiku tetap tak hilangkan ?" Tanyanya kemudian.

"Jadi kau sengaja membangun image dinginmu itu ? benar-benar tak bisa di percaya" Balasku takjub dengan perkataan yang baru saja menyapa gendang telingaku.

"Haha.. tidak, tentu saja tidak. Aku memang sedikit bicara dan tanpa ekpresi pada orang yang tak kukenal sayang, tapi bahkan aku tetap seperti itu pada orang yang kukenal." Jelasnya dengan menatapku.

"Lalu denganku ?"

"Kau berbeda, Kau bisa membuat segala ekpresiku keluar. Bahkan tadi, kau bisa membuatku tertawa terbahak hanya dengan ekpresi menggemaskanmu. Kau benar-benar gadis luar biasa Luhan."

"Berhenti memujiku. Tapi apakah kau memang seperti itu ? tanpa ekspresi ? memasang poker face didepan semua orang ? untuk apa ?" ah, sepertinya sekarang akulah yang menjadi seorang pencari berita saat ini.

"Untuk apa ? entahlah, kelihatannya dari lahir aku memang seperti ini. Irit bicara dan tanpa ekspresi, pengecualian untukmu" Lelaki tampan didepanku ini mengedipkan sebelah matanya seolah menggodaku.

"Lalu bagaimana penilaianmu sekarang ? apakah aku masih menjadi pria dingin itu ? " Kaki panjangnya berhenti dan menatapku dengan tersenyum.

"Kau.. pria tampan dan juga panas" Jawabku dengan wajah menunduk mencoba menyembunyikan wajahku kembali.

"Astaga Luhan ! dari mana kau belajar kata-kata seperti itu ?" Ia tertawa kembali. Benar-benar Sehun yang lepas tanpa ekspresi kaku tempo hari yang ditunjukkan padaku. Ia memelukku dan sedikit menggoyangkan badanku seperti anak kecil.

"Haha... hentikan Sehun, ini menggelikan" Aku yang mengatakan tapi malah mempererat pelukanku pada Sehun.

"Aku tak akan melepaskanmu sekarang rusa kecil, apapun yang terjadi serigala ini akan melindungimu" Ucap Sehun dengan kecupan yang mendarat pada keningku.

"Oho.. sekarang sang pemburu telah jatuh cinta pada mangsanya sendiri" balasku dengan senyum penuh kemenangan.

.

.

.

TBC

.

.

Finally i'm back !

Ada yang kangen ? enggak kan yaudah~

Oh iya ini receh ? banget kan. Absurd lagi ? banget kan. Typo pula ? pasti

Maafkan yang balik malah bawa ginian (?) yang lain. Padahal yang sebelah belom selesai, belom diterusin. Jangan timpuk plis. Maafin kalo tiba-tiba hiatus tanpa ada pemberitahuan sebelumnya *plis ini bukan pengumuman liburan*

Oh iya, btw makasih ya yang udah sempet review ginian (?) sebelah. Maafin juga janji-janjiku yang tak terealisasi. Duh kebanyakan maaf keknya. Tapi usaha buat merealisasikan ada kok, tenang aja. Love you semua. Udah ah gini doang gausah panjang-panjang ntar kangen lagi. Jangan lupa review ya sayangku :*

Please kindly check their stories too : Lolipopsehun, BaekbeeLu, PinkuPinkuHunnie, HunjustforHan, Dark Eagle's Eye, gerinee.

Jangan lupa review juga ya~

-Keep the faith -SL-