Disklaimer: Yuri! on Ice milik MAPPA, Mitsuro Kubo dan Tadashi Hiramatsu.

PATAH LOGIKA

oleh Kenzeira

[Dedikasi untuk Emiko69]


Tidak tahu dari mana datangnya, mendadak saja mimpi itu muncul, menghajar habis logika; bahwa keberadaan Yuri Plisetsky pada malam dalam tanda tanya itu mengubah pandangannya seketika, sepenuhnya. Dengan tidak sopan, menari-nari terus, berputar-putar searah jarum jam, bikin rambut pirangnya ikut terbawa, terbang lantas menghentak-hentak. Berlari-lari kecil, sorot mata yang tak terdefinisi (entah bermaksud memulai pertempuran ataukah mengajak untuk ikut serta, menari, berlari, di atas gelanggang es tak berbatas).

Tapi JJ terima juga ajakan tanpa kata itu, ikut berseluncur, menertawakan entah apa.

"Aku selalu membencimu. Kau menyebalkan, merasa dirimu hebat dan terlalu eksis. Aku tak pernah berhenti membencimu, JJ."

Kalimat yang dikatakan dengan nada ringan, diakhiri senyum ganjil (anehnya, terasa begitu manis—manis yang asing), lantas kembali menaklukan dingin, tanpa peduli kebekuan itu membuat tulang serta-merta membeku—menggigil, namun tetap saja enggan berhenti. Keringat tidak mau menetes walau napas sudah hampir berada di ujung lelah. Ia tidak mengerti maksud dari semua itu, ia hanya mengikuti insting (insting yang lalu membawanya untuk tetap menari, berputar, berlari-lari demi untuk menggapai Yuri).

Di mana Yuri?

Sosoknya mendadak lenyap. Ditelan semesta langit. Lantas ia terbangun dalam kebisuan; mempertanyakan mimpi yang terus terbayang dalam beberapa hari ke depan.

.


.

"Nah, lebih baik kau tidak melakukan itu. Risikonya terlalu besar. Lagi pula, kariermu masih panjang—bahkan baru saja dimulai, aku sarankan kau tidak melakukannya."

Tapi Yuri tetap melakukannya. Keinginan untuk mengungguli JJ—uh, oh, tentu saja, si babi gemuk itu tidak akan berkedip saat melihatnya (serta Viktor yang mendadak berubah tolol setelah jatuh cinta—atau orang yang jatuh cinta memang menjadi tolol?). Yuri tidak mau mengalah pada siapapun, tidak bahkan jika perintah itu datang dari mulut Yakov. Ia mau melakukan sekehendaknya, tahi kucing risiko gagal, kalau tidak ingin mengambil risiko, sejak awal saja tidur bergelung di rumah, tidak usah ikut kompetisi berseluncur di atas es (sia-sia usahanya mencapai Final Grand Prix jika tak berani mengambil keputusan tidak masuk akal).

Dan karena keberaniannya itulah kini ia menggigit medali emas. Di usia lima belas tahun—mencatat rekor terbaik sepanjang kariernya di dunia figure skating. Ia yang penuh kejutan dan akan terus seperti itu.

Aku mau menikahi pacarku kalau berhasil menyabet medali emas.

Yuri mengangkat kedua tangan, mengacungkan medali yang ia dapatkan. Senyumnya mekar indah. Lantas pandangannya beralih pada JJ (ya, JJ yang tersenyum formal, mengangkat medali perak hanya sampai setinggi cuping telinga, JJ yang kemudian juga memandangnya).

Tapi, JJ, kali ini aku yang mendapatkan medali emas dan akan tetap begitu hingga kau lupa sebetulnya tujuanmu untuk meraih medali emas itu untuk apa.

Namun, JJ memiliki pemikiran berbeda setelah mimpi itu datang merangsek tidurnya; mendadak saja … ya, ya, mendadak saja keinginan untuk menikahi pacarnya sirna entah ke mana. Lantas kekalahannya ini bakal menjadi alibi untuk membatalkan pernikahan. Sepertinya orang yang jatuh cinta memang berubah menjadi tolol—atau segala logika sudah tidak masuk lagi, yang ada cuma keinginan untuk memiliki, diam-diam.[]


11:46 PM – 18 January 2017

a/n: cinta tapi gengsi dari mananya wkwkwk tapi moga suka ya emiko~ :)