Malang melintang menjadi anak kos selama empat semester, baru kali ini Semi Eita merasa perlu menelepon Ushijima Wakatoshi; selaku sepupunya yang bekerja di kepolisian, perkara perlakuan tidak menyenangkan dari salah satu teman sekosnya yang sungguh eksentrik.

Namanya Tendou Satori. Dan Semi biasa memanggilnya dengan sebutan; Si Ayam Stalker MZM.


.

Skandal VVIP © Miss Chocoffee

Haikyuu! © Furudate Haruichi

Fanfiksi ini hanya dibuat untuk kesenangan batin, saya tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun.

.


"Semi-Semi, jalan ke kampus bareng yuk?"

"Ogah."

"Semi-Semi, sarapan bareng yuk?"

"Najis."

"Semi-Semi, bikin tugas bareng yuk?"

"Sori, kalau lagi nugas gue gak bisa diganggu. Apa lagi sama elo!"

"Semi-Semi─"

"Sekali ogah ya ogah, Ayam Stalker!"

Tendou terpuruk di sudut kosan, meratapi nasibnya yang berakhir dengan begitu mengenaskan. Sebenernya gak ngenes-ngenes amat, sih. Toh, tiap hari kena tolakan bikin berasa jadi kayak sarapan empat sehat lima sempurna. Yang kelimanya sih, liat tampang biutipulnya gebetan tersayang. Asoy!

Tetapi, ada kalanya juga Tendou berasa salty tiap kena tolakan mentah-mentah Semi-Semi tersayang. Kayak mau minum air mineral terus gak sengaja ketumpahan garem 2 kilo. Asinnya gak nahan. Asli, berasa minum dari sumber air terpecaya: Laut mati!

Kengenesan Tendou tidak hanya sampai di situ saja, kawan-kawan. Dia sendiri sudah menghak patenkan julukan 'Si Ayam Stalker MZM' semenjak hatinya ia dedikasikan penuh pada sang pujaan hati.

Dan mari kita sedikit bernostlagia tentang pertemuan pertama mereka. Yang sebenernya agak (terlalu) najis juga kalau diingat-ingat.

Siapa coba yang mau inget-inget worst experience dengan teman satu kos yang kedapatan doyan maling kolor? Mana itu kolor kesayangan si korban pula. Kolor berwarna pink metallic (sangat disarankan untuk tidak bertanya kenapa warnanya seperti itu kepada pemiliknya) yang terlihat paling mencolok di antara warna kolor-kolor yang lain. Dan jelas, kolor nista itulah yang melambai-lambai ganjen terkena elusan angin dan menarik perhatian si pelaku utama.

Kala itu Tendou mendadak tobat. Setelah digebukin sampe nyaris ayan dengan pemiliknya yang tak lain adalah Semi Eita, calon─korban─gebetan tersayang, besoknya otaknya yang sudah korslet menjadi semakin korslet. Mendadak jadi jatuh cinta setengah mati pada sang bidadari pemilik kolor ternista sekosan.

(Dan sudah pasti, kisah cintanya setelah kejadian itu selalu berakhir dengan kengenesan berlevel mabok air mineral dari sumber air laut mati).

Oke, kembali lagi ke masa kini.

Sang arjuna pencari cinta kita di episode kali ini memang memiliki mental sekuat beton (Tendou gak mau dibilang sekuat baja. Katanya udah terlalu mainstream. Ewh). Tolakan demi tolakan ia terima dengan lapang dada. Tanpa terasa waktu sudah berjalan sampai ke semester empat. Bahkan temannya yang selalu terkena musibah efek satu kos dengan duo homo tsundere (dan sekarang dia lah yang mendapatkan predikat sebagai official homo pertama) merayakan hari jadi ke lima bulan, Tendou masih bertahan dengan status stalker MZMnya.

Rasanya pengen nyirnyir. Tapi Tendou mah apa atuh? Apa-apa ditolak mulu. Apa-apa dicuekin mulu. Syakit hati abang, dek!

Curhat dengan Bokuto dan Kuroo, selaku kawan karib yang tak akan pernah berkhianat hingga bumi jadi gepeng, juga gak bikin kemajuan sama sekali. Adanya Tendou diajakin mabok air mineral di warung bang Ukai. Bedanya kalau sama mereka gak perlu jadi masokis pake garem dua kilo. Cukup sepuluh botol besar dibayar ngutang dan maboklah mereka bertiga sampai pagi. Kadang Daichi juga suka ikutan kalau lagi stress sama tugas.

Bahkan posisi sebagai teman satu jurusan juga gak menghasilkan apa-apa. Tiap di kelas Tendou juga suka dicuekin. Apa-apa Semi mainnya sama si kembar Miya yang tiap hari doyannya nongkrong di EmCiDi mulu. Dalihnya sih mau internetan gratis (pesennya cuma es krim oleyo, betewe. Dan duduk di sananya malah berjam-jam). Tapi Tendou curiga Semi ngetrisom sama mereka berdua. Syakit hati abang, dek!(2).

Tapi apalah. Memang Tendou tak bisa pungkiri bahwasannya dia hanya dianggap butiran debu di mata sang gebetan tersayang. Mau jalan juga harus pake alasan hangout bareng satu jurusan dulu. Rasanya dia pengen tukar tempat dengan si kembar Miya.

Eh tapi….

"… gimana kalau elo jampi-jampi si Semi, deh?"

Kuroo tiba-tiba nyeletuk di sesi mabok bareng mereka. Daichi yang ikut serta langsung nabok si poni emo sampai si kucing menggelepar di atas lantai. Bokuto sendiri langsung ngakak. Sungguh kawan yang sejati.

"Lo gila apa, Kur? Itu namanya gak gentleman!" balas Tendou sok iya. "Masa iya gue jampi-jampi neng Semi tersayang? Gue maunya dia jatuh hati secara alami, bro!"

"Yang jadi masalahnya itu, si Semi emang mau jatuh cinta secara alami sama elo?" tanya Daichi. Sungguh straight to the kokoro. "Bukannya dia yang paling aktif ngedemo bang Ushi supaya masukin lo ke sel tahanan?"

"Anjir lo gak usah jujur begitu, kenapa?" semprot Tendou asem. "Ini cuma belum waktunya, Dai. Ntar gue pasti bakal seindah kisah lo sama Sugawara."

Senyuman Tendou merekah bak berada di musim semi. Menyebabkan serangan mental terhadap duo homo yang tengah meratapi nasib ngenesnya satu sama lain.

"Sok iya aja lo!" Itu Kuroo, setelah tersadar dari semaputnya.

"Disenyumin Semi aja gak pernah!" Yang ini Bokuto. Lidahnya kayaknya habis makan cabe duapuluh kilo. Pedas benar.

"Ah siyal lo berdua!" Tendou kembali pasang tampang asem. "Eh tapi,"

"Eh tapi apaan?"

Tendou mesem-mesem nganu. "Kalau semisal iya gue pengen jampi-jampi Semi, dukun mana yang kalian saranin?"

Njir!

.


.

Semi Eita pernah bersabda: Jikalau mata melihat keberadaan Tendou Satori dalam radius jarak tiga meter, segeralah kabur selicin ular!

Sabdanya itu tidak main-main. Selalu dilakukan walau selebihnya selalu berakhir dengan gagal total. Karena rupanya, sang lawan sendiri punya sabda yang tak kalah cetarnya. Yaitu; Jikalau mata melihat keberadaan Semi Eita dalam radius jarak lima meter, segeralah menghampiri segesit cheetah!

Sungguh kampret tapi super!

Setiap hari dirinya lelah menolak segala ajakan si ayam mesum. Lagaknya seperti seorang stalker pro pula; muncul di mana-mana. Bahkan ketika dirinya numpang wifi di EmCiDi, si rambut merah membara terlihat bersembunyi di balik pohon. Sungguh manusia kepala batu.

"Sem, pacar lo nungguin tuh. Ajak masuk aja, sekalian nongkrong rame-rame di sini."

Itu kalimat tetap dari si duo Miya yang dengan usilnya ngerjain Semi setiap mereka janjian nongkrong berburu wifi. Atsumu bahkan pernah nyaris keluar buat narik Tendou masuk, tapi Semi buru-buru nendang tulang keringnya dengan alasan: "Gue gak mau direcokin sama dia kalau lagi nugas!"

Dan alhasil, si kembar langsung mingkem kecuali beneran niat kena amuk si cowok doyan PMS.

"Tapi ya, gue heran sama lo, Sem. Kalau lo suka, bilang aja kali sama Tendou. Kasihan dia ngejar-ngejar lo terus dua tahun ini. Gak capek apa ngegantuingin orang kayak gitu?" tanya Sugawara, temen sekamar kosnya, suatu ketika.

"Kapan gue bilang gue naksir si stalker?" balas Semi empet. "Otak lo kebanyakan disumpelin bakso ya waktu jalan bareng Daichi?"

"Yaudah sih gak usah ngefitnah bareng-bareng," cengir Sugawara sok polos.

"O aja ya kan."

"Lagi PMS?"

"GAK!"

Dan mereka berdua berakhir dengan tanding paling cepet selesai nyuci baju sekaligus jemurnya.

"Semangat banget bang nyucinya," Terushima yang kebetulan lewat langsung ngambil video tanpa izin. Ketawa ngakak sementara tampang Semi makin asem. "Ini nih contoh calon uke yang bisa dijadiin panutan. Semangat terus ya, bang!"

"Diem, lo! Hapusin videonya. Jangan lo jual secara illegal kayak kemarin!"

"Emang kenapa? Daichi sama bang Tendou kayaknya bakal mau bayar mahal, nih."

"Gue bakar semua video koleksi lo kalau sampe video gue jatoh ke tangan si mesum!"

Terushima langsung manyun. "Iye deh, bang. Jangan galak-galak, coba. Tuh, bang Sugawara anteng-anteng aja."

"Gue sama dia beda spesies,"

"Asem lo!" Sugawara langsung lempar botol sabun.

"Eh tapi bang Sem, kita satu kosan pada nungguin banget lo sama bang Tendou jadi canon." Kata Terushima, mendadak serius. "Kapan coba lo jujur sama perasaan sendiri? Naksir bang Tendou juga, kan? Luluh juga, kan? Gue tahu, lho! Gue kan peramal!"

Dan Semi tumben-tumbenannya gak ngebantah. Malah lanjut nyuci tanpa peduliin omongan Terushima sama sekali. Entah karena males ngebales atau gimana. Sugawara sama Terushima yang lempar-lemparan kode sampai bingung sendiri.

"… bang, lo seriusan naksir?"

Semi langsung pasang senyum manis. "Teru, lo pengen banget ngerasain gimana rasanya dicekokin sianida?"

"Anjir, monsternya kumat!"

"KAMPRET LO!"

Semi udah siap ngangkat ember berisi air bekas cucian, tapi Terushima udah keburu kabur masuk ke dalam kosan.

.


.

Rasanya Tendou pengen banget nyekek leher kedua sohibnya itu. Yang entah kerasukan setan apa sampe dengan entengnya ngerekomendasiin dukun tipe begini buat masalah cintanya yang gak kunjung dapet balesan yang positif. Sebuah cengiran bahkan terpaksa diulas, sebelumnya bengong dulu pas tahu dukunnya siapa.

Ini sih banci depan kampus. Bang Oikawa!

"Ey dik Tendou! Eyke sudah menduga yey akan ke sini. Yey mau santet siapa? Segala penyakit bisa eyke kirimkan dengan cepat dan selamat sampai tujuan!"

Gue kirim santet ke elo bisa gak, bang? Tendou senyum-senyum mesem antara pengen nangis atau ketawa penuh duka cita.

"Ja-jadi gini bang, eyke ma─"

"Yey gak usah ikutin cara eyke ngomong! Gak cucok tau buat yey!"

Eh buset, sensian dia!

Sekali lagi Tendou cuma bisa tabah. Ngadepin segala yang sensian memang butuh kuota kesabaran yang gak sedikit. Apa lagi yang tipe nyolot kayak gini. Tendou akhirnya paham kenapa Iwaizumi selalu emosi lahir batin kalau udah berhadapan sama banci kaleng berkedok dukun santet jenis begini.

"… jadi gini bang, eh mbah, eh─"

"Panggil aja eyke Kangmas."

Tendou langsung nyemprot. "JIJIK BANGET, EWH!" Dan seketika itu pula langsung keritingin bibir waktu dapet pelototan Oikawa.

"Sial, capek gue ngomong kayak gitu. Udah panggil gue bang dukun aja, gakpapa." Oikawa langsung balik normal. "Lo ada keperluan apa kemari? Langsung ngomong aja, inget durasi."

Pengen banget rasanya Tendou ngomong jujur kalau dia ogah juga ada di sini. Eh tapi bahaya juga kalau langsung ditendang keluar sebelum nyelesaiin tujuan utamanya. Kan niatnya ke sini mau bikin Semi klepek-klepek. Kalau gagal, mau ke mana lagi dia? Ke toko klontongnya Iwaizumi? Yang ada dia kena tipu juga kayak Daichi.

Ogah banget, ew.

Eh tapi, sama Oikawa emangnya manjur?

"Jadi gini bang, saya itu punya gebetan." Setelah pergulatan batin selama lima detik, akhirnya Tendou milih cerita juga. Dipasangnya tampang sok serius, sementara Oikawa manggut-manggut antara paham atau enggak. "Nah, saya udah capek banget nih ngejar tanpa kepastian. Jadi, saya minta jimat gitu supaya gebetan saya ini klepek-klepek sama saya."

"Oooh, minta jimat, toh." Senyum Oikawa merekah. "Buat bikin gebetannya klepek-klepek?" Senyum makin lebar. "Tau Iwachan, kan? Yang punya toko klontong deket kosan?"

Tendou ngangguk. "Tau, bang."

"Nah kalau udah tau, mending lo pulang sekarang."

"Lho, kenapa bang? Kan abang belum ngasih jimatnya."

Seketika itu pula Oikawa langsung ngamuk. "YEY ITU YA! UDAH TAU EYKE GAK BISA DAPETIN IWACHAN WALOPUN UDAH KERJA JADI DUKUN! YEY PIKIR EYKE JADI DUKUN BUAT APA, HAH? BUAT PELET IWACHAN SUPAYA KLEPEK-KLEPEK JUGA SAMA EYKE! TAPI EYKE SELALU GAGAL! EYKE KESEL! DAN YEY BIKIN EYKE TAMBAH KESEL! MENDING YEY KELUAR SEKARANG ATAU EYKE SANTET JADI KODOK! YEY PAHAM? KELUAR!"

Tendou langsung pucet. Pas pula kena hujan lokal tepat di muka. Buru-buru dia berdiri, kabur sebelum Oikawa masuk level maks dan beneran santet dia jadi kodok. "O-oke, bang! AMPUN!"

.


.

"Jadi gimana, bro? Sukses gak?"

Dateng-dateng udah disambut mesra aja sama duo sohib kampret. Tendou mesem, pengennya mabok air mineral laut mati, tapi keburu empet sama dua penghuni warung.

"Gatot gue. Dukunnya malah baper gegara gak berhasil bikin klepek-klepek gebetannya. Lo berdua pada kebangetan ya ngumpanin gue ke bang Oikawa. Syukur keperjakaan gue terselamatkan."

Kuroo ngakak. "Alah, lo masih mending. Si kembar Miya malah nyaris patah tulang gegara pengen nyantet Kageyama, eh si bang Oikawa ternyata ada nananini juga sama itu bocah SMA."

"Asem itu banci, semuanya aja diembat. Koh Iwa, bang Ushi, sekarang Kageyama. Bentar lagi siapa targetnya? Elo, Kur?" Tendou nyengir sadis. "Kalau iya, gue bantuin dia banget ya."

Kuroo langsung emo. "Sialan lo!"

"Kalau sampe bang Oikawa nargetin Kuroo, dia harus berhadapan dulu sama gue!" Bokuto yang awalnya asyik mantengin HP mendadak nimbrung. "Gak bakal ada yang bisa ngambil Kuroo dari tangan gue!"

Tiba-tiba aja dunia mendadak berubah jadi pink. Ada taburan bunga-bunga di sekeliling, juga cahaya menyilaukan di antara homo tsundere. Layaknya shoujo-manga, mereka saling tatap. Bikin geli yang nonton sebenernya. Dan Tendou yang sekarang jadi korban.

"Bro!"

"Bro!"

"Love you bro!"

"Not love you too, bro! Gue begini soalnya lo masih ada hutang sama gue!"

Kalau di film-film, biasanya bakal kedengeran suara kaset rusak. Kuroo langsung emo, negak air mineral sambil meratap di sudut warung. Berkali-kali kedengaran kalimat 'watashi rapopo', tapi dua sohib-tak-sohibnya malah cuek bebek.

Tendou rebahin kepala ke atas meja. "Ah, andai aja Semi-Semi mampir ke warung sekarang yaaa,"

"Ada urusan apa sama gue?"

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Tendou bangkit dari keterpurukan cuma untuk memandang sang dewi Bulan. "Semi-Semi~" Terus nemplok dengan tidak elitnya.

"Jauh-jauh lo! Apaan sih!"

"Semi-Semi, kangeeennn~"

"Najis. Di kelas pagi tadi juga udah ketemu."

"Tapi di kelas kan dicuekin~"

"Bodo amat." Dengan sadisnya Semi nginjek kaki Tendou, buru-buru masuk ke warung buat pesen makanan. "Bang, nasi bungkusnya dua ya. Satu buat Sugawara."

Ukai yang lagi asyik nyinden nyaris jatoh dari kursi gegara teriakan fales Tendou. "Eh, nak Semi. Diapain lagi tuh Tendounya?"

"Habis dibedah perutnya buat diambil ginjalnya," Semi ngejawab males. "Udah bang, buruan. Nanti dia keburu normal lagi."

Pengennya Ukai ngakak, tapi buru-buru ditahan terus teriak-teriak manggil Kageyama. "Kageyama, ada yang mesen nasi nih! Urusin dulu coba jangan bikin surat cinta mulu!"

"Eh buset si om, gak tahu privasi apa!" Kageyama nyaut sambil nyembulin kepala ke dalem warung. "Urusin sendiri sono, om! Lagi sibuk nih, nonton Doraemon The Movie!"

"Jadi ponakan sekarang berani ngelawan, ya? Mau gue bilangin ke ortu lo, nih? Gue gak nanggung kalau semisal lo bikin banjir sekosan ya!"

"Lagian si om ngeselin. Udah ah, mau balik nonton." Dan Kageyama buru-buru balik kanan bubar jalan ke tempat asal.

Di tempat kini hanya tersisa Ukai yang manyun, Semi yang bengong, dan Tendou yang masih ngeringis menatap kaki tercintanya bersama duo homo yang gak ada untungnya di situ. Sebelum kisah ini berubah menjadi drama sabun, Semi buru-buru ambil kertas nasinya. Nyodorin ke si empunya warung, meminta notis akan pesenannya yang teramat urgent.

(Dia gak mau kalau ntar berujung kena maag. Dari pagi belum sempet sarapan. UTS sudah menyiksa di depan mata, soalnya).

"Bang, buruan! Ntar ada monster ngamuk!"

"Iye ah, sabar!"

Berbekal tampang manyun minta dimanja sama dosen ikal bermegane tetangga sebelah, Ukai buru-buru ambil alih pesanan Semi. Gak mau juga dong, anak kos kesayangan dia mendadak ngambek terus mogok bayar uang kos. Bisa berabe nanti kalau akhir bulan gagal ngajak pak Takeda jalan-jalan ke kebun binatang lihat burung gagak lagi lovey dovey di kandangnya. Ukai butuh dipeluk-peluk manja uke tersayang juga keleus!

"Nih nasinya, nak Semi." Baru aja mau nyodorin tas plastiknya, Ukai langsung disuguhi pemandangan tidak biasa. Karena bagaimana bisa biasa jikalau yang mempraktikan itu mahasiswa yang tadi misuh gak dilayanin sama dia gegara mau kabur dari bocah semprul tukang ngutang di depan sana?

Kayaknya skandal yang diumbar Terushima beneran deh. Si Semi emang sebenernya ada rasa sama si merah membara. Buktinya itu lirik-lirik tampang bersalah gitu ke doi yang lagi merenung di depan sana.

Ukai senyum mesem. "Kalau mau minta maaf, sana buruan." Disodorin dua bungkus nasi tepat ke depan muka Semi sampai si doi kaget sendiri. "Nanti kalau telat, nyesel lho!"

"Ih, siapa yang mau minta maaf, bang?" bales Semi. Panik sendiri waktu digodain. "Ogah deh. Nih bang uangnya, balik dulu ke kosan."

Makin mesem lah tampang Ukai. Tetep merhatiin dua anak kosnya yang tengah jatuh cinta namun yang satunya kelewat tsundere. Tendou nyoba manggil lagi, lempar kiss bye tapi dibales dengan cibiran najis. Makin patah hati lah si merah dan buru-buru dipukpukin sama duo sohibnya.

Sebagai bapak kos yang sayang sama anak-anaknya walau keseringan bikin sakit kepala, Ukai deketin geng humu di depan sana buat sebarin fakta yang mantab jiwa! Siapa tahu bakal ada musim semi kedua sebentar lagi? Iya, kan?

"Eh, Tendou!"

Tendou noleh dramatis. Tampangnya udah sekecut mangga curian yang belum mateng. Bibirnya udah keriting febeles, nahan tangisan jomblo ngenes yang ditolak gebetan buat yang kesejuta kalinya.

"Apaan bang? Kalau mau ngeledek, besok aja. Gak lihat gue lagi galau, nih?"

Ukai langsung manyun. "Gak elo, gak Daichi, tiap galau mampir ke warung gue mulu. Lama-lama habis persediaan air mineral gue gegara kalian maboknya gak banget. Gak kembung tuh perut?"

Kali ini yang terpelatuk ternyata si duo homo. "Bang, orang galau gak usah makin dihina, bang! Mau gue sumpahin pak Takeda mendadak dapet tawaran S3 di Amerika?" Kuroo balesnya gak woles.

Karena tahu track record sumpahan Kuroo gak main-main (ditilik dari episode di Jimat Anti Homo kemarin), Ukai langsung minta damai. "Yaelah, jangan gitu dong. Gue ke sini sebenernya Cuma mau ngasih info ke Tendou doang."

"Info apaan, bang?"

"Info tentang si Semi. Fresh, baru keluar dari oven."

Tendou langsung bereaksi. "HAH? APAAN BANG?"

"Anjir, ya biasa aja dong!" Ukai nyaris gagal jantung. "Gini, ini skandal yang luar biasa ya. VVIP lah. Gue yakin lo pasti bakal nangis bahagia setelah ini."

"Emang apaan sih, bang?" Bokuto ikutan kepo.

Ukai ketawa jahanam, ngebisikin ke trio humu wannabe dengan nada dramatis. "Semi itu…."

.


.

Semi lagi asyik selonjoran di depan kipas angin sambil baca novel. Ngerut-ngerut kening pas tahu tema novel hasil rampasannya dari Sugawara. Serius, berasa menohok di kokoro yang paling dalam!

"Lo percaya sama Love-Hate Relationship? Kok klise gini, sih?" komentar Semi. "Masa ada orang yang dari benci terus mendadak suka?"

Sugawara yang awalnya asyik chattingan sama Daichi langsung noleh. "Memang kenapa? Gue percaya lah, orang kejadiannya di depan mata gue sendiri."

"Siapa? Gue sama Tendou, gitu?" Semi langsung nyolot. "GUE GAK SUKA DIA. TITIK."

Sugawara langsung ngakak. "Selow dong, Semi. Emang kapan gue bilang kalau itu elo sama Tendou? Ngerasa ya? Diem-diem balik suka juga? Cie, tsun-tsun nih ye."

"APAAN SIH? Enggak sama sekali! Jangan fitnah, coba."

Makin ngakak lah Sugawara. Chattingnya dengan Daichi sampai dicuekin, malah gebuk kasur gara-gara gak tahan lihat muka merah rekan sekosnya. "Hati-hati lho kalau mau denial. Nanti kayak Daichi lagi."

Novel tak bersalah seketika melayang. Beruntung Sugawara tipikal orang sigap. Lemparan buku langsung diselamatkan. Yah, untung-untung dia malah gak ngetoss sekalian. Maklum, penyakit kebiasaan lama belum bisa hilang sama sekali. Dia kan setter tim voli waktu SMA.

"Jangan bikin gue bongkar semua aib lo, deh. Semua udah tertulis. Terbukti."

"Memangnya buktinya apaan?"

Sugawara langsung pasang mode siap jawab kuis. "Di bagian belakang buku, yang ada coret-coret gak jelasnya. Itu nama siapa, hayo? Coklat pas Valentine kemarin, pas malemnya lo kasih ke gue, buat siapa, hayo? Gue liat loh, ada notes lo di tempat sampah. Ada tulisan buat Tendounya. Terus sekarang marah-marah dan nuduh gue bakal bilang elo lagi ngejalanin Love-Hate Relationship. Gak salah, tuh?"

Semi mendadak speechless, Sugawara senyum jumawa. Rasanya kayak habis dipergokin maling balik kolornya si ayam. Mukanya Semi bahkan udah semerah kepiting yang baru habis direbus.

(Demi apapun kenapa dia gak bisa nyembunyiin fakta kalau Tendou nyatanya udah berhasil bikin dia blushing diem-diem? Kalau gak salah dari setengah bulan yang lalu. Gegara si rambut ayam getol banget deketin dia sampe bikin hatinya luluh. Asek!).

"Elo itu ya, stalker juga?!"

"Ya enggaklah. Mending deh gue stalkerin Daichi daripada stalkerin elo. Gak ada untungnya buat gue. Lagian barang bukti ditaruhnya sembarangan amat." Cibir Sugawara. Puas banget rasanya. "Serius nih, masih mau denial depan gue?"

Semi bungkam. Ogah mengklarifikasi, gak berani juga buat nyangkal. Bego di dia juga sih. Udah tahu Sugawara usilnya kelewatan.

"Sebagai temen dari zaman lo masih alay, gue saranin mending lo jujur deh sama perasaan lo. Sama-sama seneng, kan? Biar kayak gue gitu, berasa lagi musim semi tiap hari."

Mata Semi langsung mendelik horor. "Gue gak niat jadian ya. Ntar disuruh bayar upeti ke anak-anak sekosan!"

"Oh, jadi masalahnya gak mau bayar pajak?" Alis Sugawara langsung naik-turun menggoda. "Gampang. Gak usah sesumbar kalau udah jadian kalau gitu."

Dan Semi Cuma bisa nepuk jidat. Salah jawab, kayaknya.

"Tapi ya Sem, saran gue mending lo ngomong sama Tendou deh. Kasihan tuh anak udah ngejar-ngejar lo dari zaman jadi Maba. Gak kasihan lihat dia yang ngenesnya udah semacam tetangga sebelah? Kapan lagi coba lo dikejar-kejar terus kayak gini." Sugawara mendadak nge-golden ways. "Ya sebagai temen lo, gue cuma sebatas saran nih ya. Mau lo lakuin atau enggak, ya terserah elo. Cuma kalau nanti Tendounya keburu digebet cewek cantik, jangan mewek depan gue gegara cemburu buta, oke?"

Semi cuma mingkem. Gak bales apa-apa selain mendadak minggat dari dalam kosan.

"Lah, dia kenapa?" Sugawara cuma bisa geleng-geleng kepala.

.


.

Terpekur di sudut kos, Tendou masih dalam mode kagetnya. Dapet informasi dari bang Ukai emang bikin dia syok sendiri. Masa iya Semi tadi lirik-lirik dia dengan tampang bersalah? Yang bener aja? Itu kan gak Semi banget!

Gegara mode kagetnya pula dia sampe beli dua botol air mineral gede. Kali ini gak pake tambahan garem. Jelas gegara kokoronya lagi gak di mode kena salty gebetan tersayang. Walau sebelum dapet info, kena garem dulu sih. Lama-lama dia bakal sehat banget nih gegara keseringan minum air mineral.

Belum habis minum seperempat botol, mendadak pintu kosnya digedor dengan tidak berperikepintuan. Ogah banget kayaknya jalan ke pintu depan, mending lanjut ke dalam imajinasinya di sudut kosan. Memangnya siapa yang rese gedor-gedor pintu siang-siang gini, sih? Gak tahu jam tidur apa?

"Woy, Tendou! Di dalem gak?"

Wut! Roman-romannya, Tendou kenal banget sama jenis suara ini. Tanpa babibu langsung loncat dari tempat asal, buru-buru keluar dan terserang cengo waktu liat siapa tamunya di siang bolong.

"Semi-Semi?"

Si tamu majuin bibir. "Geser. Mau masuk."

"Hah?"

"Geser. Gue mau masuk!" Ulangnya lagi. Tapi kali ini pake ngedorong si empunya kamar dan nyelonong masuk begitu saja. "Woy, stalker. Mau sampe kapan jadi patung selamat datang di sana? Buruan masuk!"

Seketika tersadarlah si pemilik julukan stalker di depan sana. Buru-buru nutup pintu terus ikutan duduk di depan si tamu.

Ini… bukan mimpi, kan?

"Iya elo lagi gak mimpi, dan iya ini gue beneran ada di kos lo pertama kalinya dalam seumur hidup gue. Jadi stalker, gak usah natap gue dengan pandangan cengo gitu atau gue beneran keluar lagi dari sini."

Tendou seketika sadar lagi. Sekali lagi pengen mastiin kalau yang di depannya itu Semi Eita yang asli. Bukan fatamorgana apa lagi jin yang niat usilin dia. Tanpa permisi langsung julurin tangan, cubit-cubit pipi doi sampe ngamuk sendiri.

"Apaan sih? Gue pulang nih!" protes Semi emosi.

Oh, ternyata emang asli.

"Maaf-maaf. Jangan pulang dong." Tendou langsung pasang tampang melas. "Ini pertama kalinya Semi-Semi mau mampir ke sini. Ya siapa sih yang gak kaget?"

Sebenernya gue pengen banget sekarang lompat buat peluk elo, sayangku!

"Gak usah lebay. Gue ke sini Cuma pengen ngomong penting sama lo."

"Mau ngomong apa?"

Rasanya Tendou gak bisa lebih doki-doki daripada ini. Duduk berduaan doang di dalam kosnya bersama sang gebetan tercinta, yang sejak awal perkiraan kesampaiannya bakalan 0,5 persen dan sekarang beneran terjadi. By the way, Tendou boleh ngiklanin kopi hari baik, gak?

Belum lagi si doi yang juga keliatan nervous banget. Tapi karena tsundere, tetep aja akting sok keren semacam gak ngerasain kalau lagi gugup kebangetan.

"Jadi gini, gue mau minta maaf soal yang kemarin-kemarin. Apapun yang bikin elo jadi kesel sama gue, gue yang cuekin elo, juga soal di warungnya bang Ukai tadi. Kaki lo gakpapa, kan?"

Ini seriusan? Rasanya Tendou beneran pengen nangis bahagia. Ternyata Semi beneran khawatir. Sampe-sampe bela-belain dateng ke sini Cuma buat mau minta maaf. Tisu, mana tisu?

"Kaki gue… gakpapa, kok." Bahkan pas ngejawab Tendou rasanya udah kayak mau melayang bersama paus akrobatik. "Semi-Semi tenang aja. Abang Tendou kan orangnya kuat!"

Rasanya Semi nahan banget buat gak getok kepala Tendou. "Udah gak usah bikin jijik. Gue serius mau minta maaf, sekalian mau ngomong hal lain lagi. Gue sebenernya ogah ya, tapi gara-gara Suga yang ngomong, gue jadi kepikiran."

"Memangnya pacarnya Daichi bilang apaan?"

Mendadak aja Semi langsung blushing. Dia buru-buru buang muka, bikin Tendou langsung cengo. Oke, liat Semi blushing di depannya itu adalah sebuah berkah yang tak ternilai harganya.

wait, ini lagi hari keberuntungannya ya?

"… Semi-Semi?"

"Gue," Jeda sejenak. "Gue cuma mau bilang ini sekali jadi pasang kuping lo bener-bener. Jangan sok budek atau mendadak alay. Apalagi kalau lo mendadak ayan depan gue. Ngerti, kan?"

Tendou makin cengo. "Emang mau ngomong apaan? Semi-Semi lagi gak mau nyatain cinta, kan?"

Straight to the kokoro, kawan-kawan!

Semi mendadak speechless. Mukanya bahkan gak bisa lebih merah daripada ini. Tendou sampe panik sendiri. Takutnya doi mendadak terserang demam level parah.

"G-gue gak lagi demam, oke. Cuma mau bilang kalau yang lo omongin tadi itu… bener."

"Hah?"

Entah ini kecengoan Tendou yang part ke berapa. Semi sampe misuh sendiri.

"Kok gak peka, sih? Gue cuma mau bilang gue juga suka sama elo! Dari enam bulan yang lalu. Puas?"

Hening selama beberapa detik sebelum Tendou berhasil loading dengan baik dan benar. Mukanya langsung syok berat, bingung antara pengen histeris duluan atau meluk si gebetan tercinta.

"Ini… serius?"

"Iya, serius."

"Enggak bohong, kan? Gak lagi April Mop?"

"Itu udah lewat, bego!"

Tendou langsung surprise. "Jadi kita…. pacaran?"

Semi cuma ngangguk. Rasanya malu banget, tapi lega juga. Ya gini-gini Semi juga gak mau Tendou beneran jadian sama cewek. Masa dia ntar cemburu terus? Lagian Tendou juga kelihatan seneng banget.

"Semi-Semi mau pe─"

Belum selesai ngomong, pintu kosnya mendadak terbuka. Memuntahkan anak sekosan yang langsung tumpang tindih sambil teriak-teriak keberatan. Semi facepalm. Tendou cengo.

"Buset dah! Lo habis makan apaan sampe berat begini, bro?! Gak lagi hamil kan?" Bokuto misuh kena timpa Kuroo.

"Sialan, lo! Kalaupun iya gue minta pertanggung jawaban elo, kali!"

"Bang Dai, gak usah doyan nimpa badan gue, kali!"

"Enak aja lo ngomong! Gue lagi ditimpa si cabe lokal juga nih!"

"Sori bang, Teru, encok gue kambuh. Tahan sebentar, ya?"

"Berdiri woy! Cepetan!"

"GAK USAH SOK ENCOK LO PADA!"

Ini semua… CHAOS.

"Kalian… ngapain?"

Hening. Cengiran tanpa dosa kemudian muncul. Satu per satu mengeluarkan tawa sok polos kemudian kedip-kedip penuh maksud.

"Maaf ya, ganggu. Cuma denger ada yang nyatain cinta, kami gak bakal ketinggalan nonton dong." Itu Kuroo, yang diamini dengan seluruh tersangka pengintipan tanpa terkecuali.

Semi langsung obral sinar laser. "HAH? Emang tahu dari mana?"

"Dari grup garis, dong. Sugawara bagi-bagi info."

BUSED. Kayaknya kenal situasi begini?

"Nah-nah, karena sekarang udah ada yang jadian, bakal ada traktiran lagi dong ya?"

"The Second Humu Couple!"

"Baksonya Mbah Washijou masih banyak kok."

"Akhirnya jadian juga setelah sekian lama ngeotpin kalian sampe bolak-balik banting kokoro."

"Gara-gara gue ini."

"Sip. Gue fiks makan bakso siang ini."

"Akhirnya gue balik modal juga!"

Ini sih namanya de javu sekali!

Mau ngamuk juga salah. Pengennya mesra-mesraan malah kena chaos.

Keduanya saling tatap. Ngerasa nyesel punya temen sekosan yang doyan morotin duit temen sendiri. Gini ya nasib Daichi waktu duitnya diporotin anak sekosan?

Sakitnya tuh di sini!

.


"Cinta itu emang gak perlu pake pelet. Tapi Bunda, maafin Tendou yang habisin duit buat sebulan ya." – Tendou, 20, Si stalker yang kelewat beruntung.

.

.

Selesai dengan kampretnya

.

.


a/n : Oke, akhirnya done! Makin lama makin jayus, ya? Maafkan daku. Sejujurnya kehabisan ide nista, Bockro juga kayaknya 'normal' banget efek gak muncul banyak kayak di DaiSuga. KU JUGA BAHAGiA MAS OiKAWA MUNCUL! Mhuehehe. Dan well, ditunggu feed back dari kalian Xd

Sign,

Miss Chocoffee


.

[April 26, 2017]