"Apa tidak terlalu mecolok?" Gumamnya. Manik lavender sang gadis melirik ke arah cermin, dimana menampilkan rambut indigo yang di ikat pony tail.
"Pasti Sakura-chan dan Ino-chan akan menggoda ku." Bibirnya mengerucut.
"Lagi pula, ini kan tahun ajaran baru. Gaya baru tidak masalah." Diangkatlah kedua bahu mungil itu.
"Waktunya berangkat." Senyum manis hadir di bibir mungil Hinata.
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Love Is Feeling © RiuDarkBlue
Warning: AU, OOC (cool Naruto), typo sana-sini, asem, garing, maaf jika ide pasaran.
"Percakapan."
'Bicara dalam hati.'
Naruto Namikaze x Hinata Hyuuga
DLDR
.
.
.
"Nee-chan tidak sarapan?" Hanabi yang berada di ruang makan menengokan kepala ke arah Hinata.
"A-ah, tidak Hanabi-chan, sudah hampir siang. Nee-chan sarapan di sekolah saja."
"Mau Nii-san antar?" Kali ini pemuda berambut coklat membuka suara.
"Tidak u-usah Nii-san."
"Naik bus?"
"Hai To-Tou-san." Manik lavender Hinata melirik ke arah Hiashi yang makan dengan tenang.
"Hn."
"Ittekimasu." Hinata yang sudah menalikan tali sepatu beranjak dari duduknya.
"Itterasshai Nee-chan."
"Hn."
"Hn."
"Kenapa dia selalu menolak ketika aku ingin mengantarnya."
"Mungkin Nee-chan malu. Punya Nii-chan seperti Neji-nii."
Neji mendelik. "Hanabi." Desisnya.
Hanabi yang di tatap seperti itu hanya menyengir.
.
.
.
"Ohayou Tou-chan, Kaa-chan." Pemuda berambut pirang itu duduk di kursi meja makan.
"Ohayou." Minato menurunkan koran pagi yang sedang dibacanya.
"Wahh Naru-chan tampan sekali."
Naruto menyisir helaian pirangnya ke belakang. "Tentu saja." Tapi mata Sapphire itu langsung mendelik ke arah Kushina. "Jangan panggil aku Naru-chan."
"Bagaimana kalau Naruto-chan?"
Minato tersenyum tipis. "Itu sama saja Kaa-chan."
"Hai Hai..."
"Hn."
"Kenapa hanya makan satu roti?" Alis Kushina bertaut kala melihat sang anak hanya memakan selembar roti tawar dengan selai nanas.
"Aku sudah kenyang." Naruto menyambar tas yang tadi diletakan di kursi samping.
"Berangkat sekarang?" Minato melap mulutnya dengan tisu.
"Tentu, sekarang kan aku sudah kelas XI."
Lagi-lagi alis Kushina tertaut. Melihat sang anak berangkat meninggalkan sesuatu, biasanya_ "Kunci mobil?"
"Di nakas."
"Tidak bawa mobil?" Minato melirik melalui ekor matanya saat Naruto mulai beranjak dari kursi.
"Aku ingin mencoba naik bus."
"Terserah kau saja."
Cup.
"Ittekimasu." Naruto mengecup pipi sang Ibu.
Mata Sapphire Naruto melirik Minato lalu mengerling jahil. " Jangan cemburu Tou-chan. Setiap hari kan 'tidur' dengan Kaa-chan."
Setelah mengatakan itu Naruto melakukan langkah seribu. Sebelum Kushina melemparnya dengan koran pagi Minato, jangan lupakan wajah memerah Kushina.
"Tidak biasanya ingin naik bus." Minato menyesap segelas kopi hitam dihadapannya.
"Entahlah, setiap tahun ajaran baru Naru-chan memang begitu."
"Tebar pesona di tahun ajaran baru, seperti ku saat dulu saja."
"Kau mengatakan sesuatu Anata?" Seketika Kushina menoleh ke arah Minato.
"Ah... Tidak." Minato beranjak dari duduk. "Ittekimasu."
Cup. Minato mencium kening Kushina.
"I-itterasshai." Meskipun sering melakukannya tapi Kushina tetap saja gugup.
.
.
.
April. Bulan masuknya tahun ajaran baru di Jepang. Musim semi yang indah seakan-akan mendukung para pelajar untuk memulai hari pertamanya sekolah. Banyak pelajar berlalu lalang ke sana ke mari, ada yang berjalan kaki maupun menaiki kendaraan umum ataupun pribadi.
Bunga sakura bermekaran di sepanjang jalan menambah kesan indah di pagi yang cerah ini. Membuat salah satu pelajar Konoha Gakuen High School menampilkan senyum yang kelewat manis di bibir mungilnya.
'Sugoi...' Hinata membatin riang. Lalu menolehkan kepala ke arah kanan dimana ada beberapa pasang siswa yang menatapnya aneh? Ya, aneh. Itu menurut Hinata.
'Sepertinya besok-besok aku tidak boleh mengikat rambut ku. A-apa ini terlihat aneh?' Nyali yang tadinya tinggi sekarang menciut seketika.
Padahal jika di lihat lebih dekat para siswa yang berada di jalan itu bukan menatap aneh, melainkan menatap kagum pada seorang Hinata Hyuuga.
Hinata itu memang gadis yang bisa di bilang kurang peka terhadap lingkungan. Selalu menganggap dirinya tidak di anggap ada oleh orang lain. Padahal banyak siswa yang selalu memandang kagum tapi, Hinata selalu menganggap pandangan itu hanya untuk Sakura dan Ino teman-teman Hinata. Kedua gadis itu memang cantik dan modis.
Wajah Hinata seketika berubah. Yang tadinya menggigit bibir panik, sekarang menukik alis.
'Apa sekarang aku, Sakura-chan, dan Ino-chan akan sekelas? B-bagaimana jika tidak?'
'A... Yang paling parah aku tidak mau sekelas dengan orang popular berisik!' Bibir Hinata mengerucut. Sebenarnya yang berisik itu para fans dan Hinata tidak suka itu.
"Sudah sampai ternyata." Ujarnya, ketika melihat halte 8 meter didepannya.
Seketika manik lavender Hinata menatap ke depan, ternyata Hinata sudah sampai di halte bis, yang hanya berjarak 15 menit dari rumahnya.
Tapi langkahnya langsung berhenti, kala melihat 3 meter didepannya, ada seorang pemuda yang sedang menjambak rambut dan seperti... Sesak nafas.
Dengan panik Hinata menghampiri orang tersebut. "Ka-kau tidak apa-apa?" Hinata menyentuh bahu orang itu.
.
.
.
Rambut pirang jabrik, manik Sapphire, kulit tan eksotis. Ya, penampilan yang... Bisa dikatakan tidak seperti orang Jepang tulen. Lebih mirip bule, kan?
Tapi, kenyataannya Naruto Namikaze memang lahir di Jepang. Hanya saja darah campuran dari Kushina yang merupakan orang Jepang asli, dan Minato yang merupakan keturunan Eropa, jadilah... Naruto Namikaze.
'Tebar pesona di tahun ajaran baru, tidak buruk juga.' Siapa yang tidak akan terpesona dengan Naruto. Dengan tas yang disampirkan dibahunya, seragam yang kamejanya tidak dimasukan, blazer tidak dikancingkan, dan dasi yang tidak terikat sempurna, persis seperti bad boy.
Tapi Naruto adalah seorang bad boy yang jenius. Sepertinya hal tersebut malah menambah kesan cool di mata para gadis.
Banyak siswi-siswi yang mengerling jahil padanya, tapi hanya di balas dengan tatapan datar, jika mood Naruto bagus biasanya ia akan tersenyum tipis, dan... Itu selalu membuat para gadis happy.
Sepertinya rencana tahunannya berhasil. Ya, setiap tahun ajaran baru, Naruto selalu punya acara tahunan, yaitu berangkat tanpa menggunakan kendaraan pribadi. Bukan, bukan tidak diizinkan atau tidak punya, yang paling parah tidak bis_ hell no! Apa kata orang jika Naruto Namikaze, sang pewaris tunggal Namikaze Corp tidak bisa mengendarai mobil?! Lalu, untuk apa Tou-channya memberikan mobil Ferrari F12 Berlinetta kuning?! Yang harganya selangit sebagai hadiah olimpiade kimia Naruto?!
Persis seperti Minato sang Ayah, rencana Naruto yaitu tebar pesona, entah kenapa, sejak kejadian 'itu' tepatnya 2 tahun lalu. Naruto memiliki hobi membuat para gadis jatuh cinta, setelah gadis itu mengatakan cinta, Naruto akan menolaknya mentah-mentah.
Tidak berperasaan kah? Jangan salahkan Naruto, kejadian 'itu' yang membuat Naruto menderita penyakit alexithymia, penderita penyakit ini biasanya tidak mampu mengeluarkan apa yang dirasakannya.
Bagi orang yang menderita penyakit alexithymia, akan sulit mengungkapkan perasaan, bahkan tidak tahu emosi apa yang dirasakannya.
penyakit yang menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menetralkan emosinya karena, mereka tidak bisa mengekspresikan emosi negatif yang dirasakannya secara verbal. Ya, mati rasa.
Terkadang penyakitnya itu selalu kambuh di saat_
"Kuso!" Naruto menjambak rambut pirangnya, di rasa kepalanya semakin berdenyut.
Sepertinya alexithymianya kambuh. Naruto mengingat masa lalu, penyakitnya, dan itu membuatnya marah, kesal, dan muak. Karena tidak bisa mengekspresikannya, Naruto mengalami sakit kepala. Kadang juga sakit perut.
"Kuso!" Disandarkanlah tubuhnya pada tembok di samping. Lalu tubuh Naruto merosot ke bawah.
"Ughh..." Erang Naruto, kepalanya semakin berdenyut, dada bidangnya naik turun, pertanda menahan rasa sakit. Sepertinya jalanan sudah cukup sepi, orang-orang yang berlalu lalang tadi sudah pergi menuju halte, halte bis tinggal 5 meter dihadapan Naruto.
"Ka-kau tidak apa-apa?" Suara itu, mengalun lembut di gendang telinga Naruto. Serta sentuhan yang sama seperti Kaa-channya membuat Naruto terasa... Nyaman. Jika di tebak mungkin dia seorang gadis.
Manik Sapphire Naruto masih terpejam. "Itaii..." Naruto semakin menjambak surai pirangnya.
Hinata, ya gadis tersebut gelagapan. "Ma-mana yang sakit?" Panik? Tentu saja.
"Itaii..." Nafas Naruto semakin sesak.
'Ba-bagaimana ini?'
"Ka-kau ingin ku pijat?"
"To-tolong ambilkan ponsel ku."
"Ha-hai." Hinata menggerakan tangan mencari ponsel sang pemuda.
"I-ini." Tangan mungilnya mengangsurkan ponsel silver yang didapat dari saku celana pemuda tersebut.
"Telepon teman ku."
"Te-teman? Si-siapa?" Mana Hinata tahu teman pemuda pirang itu siapa.
"..."
Hinata menekan tombol riwayat panggilan dan terpangpang lah nama Kiba Inu. Tanpa berfikir 2 kali Hinata langsung memencet tombol call.
Tut... Tut... Tut... Terdengarlah nada sambung.
"..."
"M-moshi-moshi, ini teman Namikaze-san?"
.
.
.
"Ahh... Tahun ajaran baru memang menyenangkan." Pemuda dengan tato segitiga terbalik tersebut tersenyum lebar.
"Yayaya, dan merepotkan."
"Kau selalu bilang begitu Shika." Sai, pemuda berkulit pucat tersebut menolehkan kepala ke arah Shikamaru yang sedang menguap.
"Hooaamm..."
"Sasuke, fans girl mu semakin bertambah."
"Hn." Pemuda yang bersandar pada mobil lamborghini hitam tersebut menggumam tidak jelas, dengan mata yang masih terfokus pada ponsel pintarnya.
Ya, sekarang mereka sedang berkumpul di lapangan parkir Konoha Gakuen. Tentunya mereka jadi pusat perhatian.
"Ah... Tapi aku yakin, Sasuke akan tetap setia pada Naruto. Uke tersayangnya."
Mata onyxnya mendeathglare Kiba, yang diperlakukan seperti itu hanya menggaruk belakang kepalanya.
"Naruto ke mana ya?"
"Kau benar Sai." Kepala bersurai coklat Kiba celingak-celinguk mencari keberadaan pemuda blonde tersebut.
"Mungkin tidur lagi."
"Itu sih mau mu Shika!" Sembur Kiba.
"Kenapa tidak telepon saja?"
"Kau benar Sasuke." Kiba merogoh ponsel dari saku celananya.
Alis Kiba mengernyit. "Kenapa tidak di telepon?" Suara Sai membuat Shikamaru yang sudah membuka matanya mengalihkan pandangannya. Bagitu juga Sasuke.
"Dia menelepon duluan." Mata Kiba masih melihat ponselnya, dimana terpampang nama_
Naruto Kitsune Calling.
"Ay_"
"Kalian tidak aneh?"
"Hn?"
"Hooaamm.."
"Apa?"
"Jika begini berarti dia_"
"Angkat Kiba." Suara rendah Sasuke membuat Kiba menggeser tombol hijau.
"Yo, Kitsu_"
"..."
Alis Kiba mengernyit, itu pun berlaku bagi 3 orang yang berada dihadapannya.
"Ya, dia teman ku. Ken_"
"..."
"A-apa?! Sekarang Kit_ ah Naruto dimana?"
"..."
"Hm... Baiklah aku kesana. 10 menit lagi aku sampai."
"..."
Klik.
"Kenapa?" Kiba memandang ke arah Sasuke, dengan tangan yang memegang kunci mobil.
"Naruto. Penyakitnya kambuh."
"Lalu, dimana dia?" Kantuk Shikamaru tiba-tiba menghilang.
"Halte. Dengan... Seorang gadis." Semua orang terdiam.
"Aku berangkat." Kiba masuk ke mobilnya, tanpa babibu ia langsung menjalankan dengan kecepatan penuh.
"Naruto... Dengan seorang gadis?"
'Kitsune, tunggu aku.'
.
.
.
Klik.
Panggilan tersebut diakhiri. Katanya, pemuda bernama Kiba tersebut akan datang 10 menit lagi. Tapi, pemuda pirang disebelah Hinata sangat kesakitan. Dilihat dari raut wajah bulir-bulir keringat membasahi wajah tan pemuda itu, tangan sang pemuda masih menjambak rambut pirangnya.
Sekali lagi, Hinata melirik ke arah name tag yang berada sebelah kiri dada si pemuda pirang itu. Ya, sekali lagi, karena Hinata sempat meliriknya saat menelepon orang yang bernama Kiba Inu.
Naruto Namikaze.
Itulah yang Hinata lihat.
'Ja-jadi ini Naruto Namikaze?' Batinnya. Hinata baru melihat secara langsung, Naruto memang orang popular, tapi Hinata tidak tahu yang mana Naruto Namikaze itu, sebut saja Hinata kuper, karena Hinata jika di sekolah jarang keluar kelas, jika keluar paling hanya ke perpustakaan, ke kantin pun jarang karena ia selalu membawa bekal.
'Ternyata tampan.' Bibir mungilnya tersenyum tipis. Tapi sedetik kemudian kepala indigo itu menggeleng. 'A-apa yang kau pikirkan Hinata dia sedang kesakitan.' Manik lavender Hinata melirik ke arah Naruto yang masih memejamkan mata.
"Ka-kau masih disana?"
"E-eh ya a-aku disini."
"Kemari." Tangan Naruto menepuk tempat disebelahnya.
"Ba-baiklah." Hinata menggeser duduknya, menjadi di samping Naruto.
Manik Sapphire Naruto terbuka. Melihat ke arah samping, dimana terdapat seorang gadis dengan rambut indigo yang di ikat pony tail, matanya lavender... Dan entah kenapa Naruto suka itu, hidung mancung nan mungil, pipi gembil yang seakan-akan minta Naruto cubit. Tapi, sayang gadis itu tidak menengok kearahanya malah melihat ke arah depan. Sepertinya jalan lebih menarik dari pada pemuda tampan disampingnya.
"Lebih dekat." Naruto masih menatap ke arah gadis tersebut.
"A-apa?" Hinata menolehkan kepala ke arah samping, Sapphire dan lavender bertemu_
'Indah.' Batin keduanya.
"Merapat pada ku."
"E-eh?"
"Cepatlah, kepala ku pusing."
"Ba-baiklah." Hinata menggeser ke arah Naruto. Jadi, sekarang badan mereka merapat.
Naruto menyandarkan kepala bersurai pirangnya pada pundak mungil Hinata. "A-apa yang kau la-lakukan?"
"Diamlah, aku pusing."
'Wangi.' Naruto menyusupkan hidung mancungnya ke arah leher Hinata, menyesap wangi menenangkan yang bisa ia dapatkan, ajaibnya wangi lavender ini membuat rasa pusing di kepala Naruto sedikit berkurang.
Geli. Ya, sangat geli, nafas pemuda yang Hinata ketahui bernama Naruto Namikaze ini menerpa leher jenjang Hinata. "A-apa yang ka-kau lakukan?" Jika saja pemuda bersurai pirang ini tidak sakit, Hinata ingin sekali mendorong kepalanya mengesampingkan norma kesopanan Hyuuga, tapi... Ini sungguh memalukan. Hell! Kenal saja tidak, tapi, pemuda pirang ini main sandar saja.
Naruto melirik ke arah name tag gadis yang pundaknya sedang ia sandari. Tertulis_
Hinata Hyuuga.
"Diamlah, Hyuuga." Manik lavendernya mengerjap.
"Kau... Ta-tahu nama ku?"
Naruto mendengus. "Untuk apa kau pakai name tag? Baka!"
Bibir Hinata mengerucut. Ternyata pemuda pirang ini cukup bermulut pedas.
"Na-Namikaze-san, menjauhlah i-ini tidak baik."
"Diam, atau leher mu ku jilat."
Hinata bergidik ngeri mendengar ancaman pemuda pirang itu, membayangkan leher jenjangnya di jilat. Dan Hinata menyesal telah mengubah gaya rambut.
Ah... Sepertinya ancaman Naruto berhasil, tebukti gadis yang dipanggilnya Hyuuga itu diam. Senyum tipis hadir di bibir Naruto.
.
.
.
Seakan-akan tuli. Kiba melajukan mobil seperti orang kesetanan. Tidak peduli dengan umpatan orang-orang disekelilingnya. Yang terpenting sekarang adalah menjemput sahabat pirangnya, kata gadis, ya gadis, terdengar dari suara yang lembut, gadis tersebut menelepon dan mengatakan bahwa Naruto sedang sakit.
Berarti, penyakit alexithymia Naruto kambuh. Ah... Kalau dipikir-pikir, kasihan juga sahabat pirangnya itu. Di usia yang baru 17 tahun harus mati rasa. Hell, bagaimana dia akan mengenal cinta lagi?
Hanya Kiba, Sasuke, Shikamaru, dan Sai saja yang tahu perihal penyakitnya itu. Jangan lupa kan Kushina, Minato, dan Tsunade yang juga tahu tentang alexithymia Naruto. Dan, beberapa orang kepercayaan Naruto.
Pedal gas Kiba injak kembali, tidak peduli bahwa dia sekarang mengebut. Meskipun sering sekali berdebat dengan Naruto tapi, Kiba tetap menganggap Naruto sebagai saha_ ralat saudara. Ya, Kiba telah menganggap si Kitsune sebagai saudara.
Gas pada mobilnya sedikit dikurangi melihat bahwa ia sudah sampai halte dekat rumah Naruto. Alis Kiba bertaut kala melihat tidak ada pemuda blonde yang sedang ia cari . Dialihkanlah pandangan ke depan, sekarang kening Kiba yang mengernyit. Naruto... Si Kitsune, yang bisa di bilang anti pada gadis, sekarang sedang bersandar pada pundak seorang gadis, di pinggir jalan lagi!
Kiba menggelengkan kepala, dari pada melamun lebih baik ia hampiri sahabatnya, dan yang terpenting nanti ia akan menagih cerita pada si Kitsune.
Kiba melajukan kembali mobilnya, setelah sampai di depan Naruto Kiba berhenti.
"Naruto!" Seru Kiba setelah keluar dari mobil.
Kedua orang dihadapannya melihat ke arah Kiba.
Sang gadis tersenyum manis ke arah Kiba, dan di balas senyum pula oleh Kiba. Naruto sendiri mengangkat kepalanya yang terasa pening dari pundak mungil gadis Hyuuga itu.
Alis Naruto mengernyit. "Kiba?"
"Ya, kau baik-baik saja?" Kiba berjalan mendekat le arah Naruto.
"Hm.." Gumam Naruto, tangan tan Naruto menjambak rambut bagian depan.
"Ayo." Kiba membantu Naruto berdiri. Lalu melingkarkan lengan Naruto dibahunya.
"Arigatou telah menolong teman ku." Kiba tersenyum pada gadis dihadapannya.
"Y-ya doita na em_"
"Kiba."
"Ki-Kiba-san. Ka-kalau begitu aku berangkat dulu."
Alis Kiba mengernyit, kemudian matanya menyipit mengamati penampilan gadis tersebut. "Kenapa tidak dengan kami saja? Dan... Sepertinya kita satu sekolah, em_" Ia melirik ke arah name tag. "Hyuuga-san?"
Hinata tersenyum, sekarang dia tidak heran lagi jika ada orang yang tahu namanya, karena dia memakai name tag. "Ti-tidak nanti merepotkan."
"Seharusnya aku yang berkata begitu, si Kitsune ini yang merepotkan mu." Naruto menatap tajam Kiba yang tentunya dihiraukan.
"La-lagi pula busnya akan datang 15 menit lagi."
"15 menit? Bukankah masuk 30 menit lagi? Di jalan menggunakan bus itu 30 menit, kan?"
Hinata terdiam. Benar juga kata pemuda bernama Kiba ini. Jika naik bus ia akan terlambat. Mengingat bahwa bus yang tadi sudah berangkat 5 menit yang lalu. "Ka_"
"Kau ikut kami saja." Kedua orang itu melirik ke arah pemuda blonde.
"..."
"..."
"Apa?" Tanya Naruto yang merasa risih dipandangi.
"Ba-baiklah."
"Umm.."
.
.
.
"Kenapa kau keluar?" Alis Kiba mengernyit heran melihat sahabat pirangnya keluar dari mobil.
Naruto menyampirkan tas dibahunya. "Tentu saja aku mau sekolah."
" Kau... Yakin? Tidak mau ku antar pulang?" Kiba terlihat ragu dengan jawaban Naruto. Tentu saja ragu, jika alexithymia Naruto kambuh bisa di bilang butuh waktu lama untuk menghilangkan sakit kepalanya. Tapi ini_
"Tentu saja. Dan jangan beri tahu ibu ku." Tanpa permisi Naruto melengos pergi dari lapangan parkir.
Kiba mendengus. "Dasar Kitsune! Selalu saja seenak_ eh?" Alis Kiba mengernyit, sepertinya dia melupakan sesuatu. Kepalanya menoleh ke arah samping. "Ah. Ma-maaf Hyuuga-san." Kiba menggaruk pipinya dengan jari telunjuk. Kikuk.
Hinata tersenyum. "I-iya tidak a-apa-apa, Kiba-san. Ngomong-ngomong arigatou, te-telah memperbolehkan ku menumpang di mobil mu." Hinata membungkukan badannya.
Kiba tertegun. 'Sopan sekali.' Pikirnya.
"E-eh, tidak usah sungkan. Lagi pula seharusnya aku yang mengucapkan terima kasih."
"Huh?"
"Si Baka itu pasti belum mengucapkan terima kasih, kan?"
Hinata memiringkan kepalanya. "Te-terima kasih?"
'Kawaii.'
Kiba menggeram marah, lalu berbisik. "Sudah ku duga. Si Baka itu..." Ia lalu memandang ke arah Hinata. "Kalau begitu aku saja yang mengucapkannya. Arigatou telah menolong teman ku."
"I-iya doita na Kiba-san." Hinata tersenyum manis tentunya di balas senyum juga oleh Kiba.
"Kalau begitu ayo kita masuk."
Hinata mengangguk. "Hu'um."
...
"Kyyyaaa lihat! Aku sekelas dengan mereka!"
"Apa sih?! Mana lihat?"
"Wahhh benar, kau sekelas dengan cowok keren semua."
"Tentu saja!"
"Pe-permisi-permisi." Seorang gadis berambut indigo menyusup ke arah para siswa-siswi yang tengah berkerumun di papan pengumuman. Untuk apa? Tentu saja untuk melihat di kelas mana ia sekarang, yang paling penting apakah ia sekelas atau tidak dengan sahabatnya.
Senyum di bibir mungilnya mengembang, kala melihat siluet merah muda di tengah kerumunan. "Sakura-chan." Sapanya sambil menepuk bahu lawan bicaranya.
Si pinky menoleh. "Hinata-chan!" Pekiknya keras karena di tengah kerumunan.
"Urusai Forhead!" Gadis berambut pirang di samping Sakura menoleh dengan tangan yang menutupi kedua telinganya, seakan-akan sangat merasa terganggu dengan pekikan Sakura.
"Ino-chan?"
Ino menurunkan kedua tangan yang menutupi telinganya. "Eh, Hinata-chan?"
"Aku kangen~" Kedua gadis berambut pirang dan merah muda tersebut memeluk Hinata erat.
"Se-sesak."
"Ah. Gomen Hinata-chan. Habis aku kesenengan."
"Kau norak Forhead."
"Apa kau bilang Pig?!"
"Sudah lah..." Rajuk Hinata. Sedang kan ke dua gadis itu hanya nyengir mengingat kebiasaan debat mereka.
"Hinata-chan, ganti gaya rambut ya?" Ino mengamati penampilan Hinata, mengabaikan semburan Sakura dan perkataan Hinata seraya tersenyum jahil.
"Hinata-chan kawaii.." Hinata yang dikatai begitu merona. Tuh kan! Baru saja 1 jam lalu Hinata bilang bahwa kedua sahabatnya akan menggodanya. Dan_ binggo! Benar sekali.
"Sa-Sakura-chan! Ja-jangan memandang ku terus." Hinata menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Hahaha.. Sudah lah Forhead. Kasian Hinata-chan, wajahnya sampai matang begitu."
"I-ino-chan_"
"Baiklah-baiklah." Puas menggoda sahabat indigonya mereka pun nyengir.
"Ki-kita sekelas, kan?"
"Tentu saja Hinata-chan." Sakura menarik tangan Hinata ke arah papan pengumuman. "Lihat. Kita sekelas dengan cowok-cowok keren."
"Mana, a-aku mau lihat."
...
(Kelas 2-1)
...
Aiko
Chouji Akimichi
Fu
Hinata Hyuuga
Sasuke Uchiha
Sakura Haruno
Tenten
Yamanaka Ino
Sai Shimura
Shikamaru Nara
RockLee
Kiba Inuzuka
Na_
...
"Hinata-chan sebaiknya kita cepat. Sebentar lagi bel berbunyi." Suara Ino menghentikan Hinata yang sedang belum selesai membaca papan pengumuman.
"Ba-baiklah ayo." Mereka melangkahkan kaki dari papan pengumuman yang sudah lumayan sepi, karena para siswa kebanyakan menuju kelas baru.
"Aku tidak sabar melihat cowok keren." Ino menepuk ke dua pipinya.
"Dasar genit!" Dengus Sakura.
"Seperti kau tidak saja Forhead!" Sepertinya perjalanan menuju kelas baru mereka akan dipenuhi perdebatan.
...
Kelas 2-1 sekarang mulai ramai dengan para murid yang sedang memilih kursi baru. Ada yang masih memilih, ada yang sudah punya kursi, bahkan ada yang sedang bergosip ria.
Terlihat di bangku dua dekat jendela, seorang gadis berambut indigo tengah mengobrol ringan dengan seorang gadis berambut cepol dua; Tenten. Sesekali Hinata tertawa kecil mendengar cerita Tenten.
"Iya, Hinata-chan begitu kalau Lee sedang latihan." Hinata lagi-lagi tertawa. Membayangkan seorang pemuda berambut mangkuk meneriakan kata 'Semangat masa muda' dengan berapi-api. Memang, Lee, Hinata, dan Tenten tidak sekelas tahun lalu. Dan Hinata tidak menyangka bahwa orang yang bernama Tenten itu sangat humoris, secara Tenten adalah atlet karate di sekolah. Yang pastinya akan galak, itu dulu. Tapi sekarang... Lihatlah! Bahkan mereka sampai duduk bersama.
"Lee-san it_"
"Kyyyaaa mereka datang!" Suara teriakan seorang siswi memotong ucapan Hinata.
"Iya, akhirnya moment yang ku tunggu datang juga."
"Itu X5."
"X5, siapa?" Gumam Hinata.
.
.
.
.
To Be Continued
A/N
Kyyaaaa apa ini?! Fic satu belum selesai, tapi saya udah buat fic baru gomen *bungkuk-bungkuk*, saya janji kok akan saya lanjutin ^^v, mumpung ada ide lebih baik disalurkan dari pada menguap ne? XD. Mana gantung lagi! *hoho* Yang X5 saya terinspirasi dari BBF dorama itu lah...
Katanya sibuk? Masih cari inspirasi?*nyengir* sebenernya ini tuh udah lama ada di doc manajer. Cuma nunggu waktu yang pas aja buat publish XD
Jangan lupa bahwa saya masih newbie jadi, mohon di maklum jika masi_ralat, banyak kesalahan. Untuk itu saya mohon kepada para Senpai semua untuk mengkritik dan memberi saya saran fanfic saya ini.
Oh ya, sekarang saya bawa fic NaruHina. Karena saya suka dengan pairing: SasuHina, NaruHina, dan GaaHina.
Satu lagi, mengenai penyakit alexithymia baca aja di google kalo mau yang lebih jelas lagi.
Sampai jumpa di chapter depan... 👋
Mind to RnR?
Arigatou minna-san.
~Peluk cium RiuDarkBlue~
.
.
.
16 Januari 2017