Naruto by Masashi Kishimoto

Pair

NaruIno

WARN: NO PLAGIAT PLEASE, TYPO

Semua yang terjadi disini adalah fiktif belaka, bila ada suatu kejadian yang sama itu hanyalah semata-mata kebetulan. Dan apabila ada penggunaan suatu merk atau barang tertentu. Hanyalah semata-mata untuk kepentingan isi cerita saja.

Karin & Ino : 23 tahun.
Naruto, Sasuke dkk : 26 tahun.

Bagian 10

Karin mengenal Sasuke sedari ia masih memakai popok, tentu saja karena keluarga mereka bertetangga dan terlebih Sasuke adalah teman kakaknya. Sebagai adik Naruto Karin akui ia begitu dekat dengan sang kakak, Karin kecil akan selalu berlari dan memeluk Naruto saat Naruto turun dari bis sekolah. Dan tak ketinggalan Sasuke pun selalu dapat Sweet Hug dari Karin. Kedekatannya dengan Sasuke terjalin begitu saja, apalagi Naruto sudah mulai menjahili adiknya dan Sasuke yang seperti superhero penyelamat dari kejahilan Naruto. Semua berjalan sebagaimana mestinya, bahkan Karin bersikeras selalu ingin masuk sekolah yang sama dengan kakaknya.

Semua mulai berbeda saat Karin menginjak kelas 3 smp.

Sekolah Karin dan Naruto berada dalam satu kompleks yang sama yang memisahkan gedung SMA, SMP dan SD hanya sebuah lapangan olahraga. Sebagai bungsu Karin sangat di manja, toh Naruto dan Mom Dadnya tidak keberatan. Alasan lainnya Ino diijinkan masuk sekolah yang sama dengan agar Naruto bisa mengawasi adiknya yang sedang dalam masa pertumbuhan.

"Sasuke-nii? Di mana Naru-nii?" Karin bertanya pada Sasuke yang baru saja datang menjemputnya pulang.

"Hn, Naruto ada latihan sepak bola. Ayo," Karin menerima uluran tangan Sasuke. Tangan Sasuke yang besar sangat kontras dengan tangan Karin yang mungil.

Mereka berdua berjalan menyusuri trotoar, toh jarak sekolah ke rumah mereka hanya 25 menit.

"Sasuke-nii,"

"Hn,"

"Jika kalian berdua sudah lulus, siapa yang akan menemaniku pulang?" Karin mencebikkan bibirnya sedih.

"Kau kan sudah besar,"

"Tapi aku tidak mau sendiri." Mata Karin berkaca-kaca saat membayangkan Sasuke dan Naruto meninggalkannya.

"Temanmu kan banyak,"

"Ahh, benar juga." Karin mengangguk-angguk"

"Sasuke-nii,"

"Hn."

"Apa tidak apa-apa jika aku pacaran?"

"APA." Sasuke mengehentikan langkahnya dan menatap Karin tajam.

"I-itu teman-temanku sudah mempunyai pacar sedangkan aku belum, lalu kata Tenten-chan masa mudaku akan terbuang sia-sia." Karin mempoutkan pipinya.

"Omong kosong," Sasuke mendengus tidak suka. Sasuke memegang kedua bahu Karin pelan.

"Lalu kau ingin pacaran dengan siapa?"

"Aku ingin dengan Sasuke-nii hihii," jawaban Karin membuat Sasuke tertegun. Sasuke mengalihkan pandangannya dari wajah imut Karin dan tersenyum, semburat merah samar-samar muncul di pipinya. Karin menjadi salah tingkah melihat Sasuke yang terdiam, apakah salah ucapannya?

"Kata Tenten-chan kita pacaran adalah selalu bersama dengan orang yang kita suka dan kita sayangi, aku ingin bersama dengan Sasuke-nii karena aku suka dan sayang Sasuke-nii." Bibir mungil Karin tersenyum manis. Sasuke merasakan dirinya hilang akal, ia sudah tidak kuat lagi menahan kendali dirinya. Shit, dengan tergesa Sasuke meraup bibir Karin yang seolah mengundangnya membuat Karin membelalakkan matanya kaget.


Karin membasahi bibirnya yang terasa kering, cekalan Sasuke di tangannya menimbulkan rasa sakit. Kenapa dari puluhan tamu kakaknya ia harus bertemu dengan Sasuke.

"Le-lepas Sasuke-nii, tanganku sakit," dengan pelan Karin menarik tangannya dari cengkeraman Sasuke. Bukannya melepaskan tangan Karin namun malah semakin mengeratkan cengkramannya membuat Karin meringis sakit.

"Apa yang kau lakukan?" Sasuke menekan setiap suku kata pertanyaannya. Mata kelam Sasuke menelusuri tubuh Karin, apa yang dipikirkan gadis ceroboh di depannya ini? Tidak sadarkah pakaian tipis yang ia gunakan bisa mengundang datangnya marabahaya? Apalagi berjalan seorang diri di tempat yang sepi dan temaram seperti ini.

Hilang sudah semua keberanian yang sedari tadi Karin koar-koarkan untuk mencari kakak bodohnya. Karin mendengus, untuk saat ini ia sangat muak melihat wajah pria tampan di depannya.

"Bukan urusanmu," Karin menjawab ketus dan menyentakkan tangannya dari cengkraman Sasuke. Ruam merah kini mewarnai pergelangan kulit putih Karin.

"Perhatikam ucapanmu Karin, kau tidak akan pernah tau banyak bahaya di tempat seperti ini untuk gadis ceroboh sepertimu." Sasuke mendesis bahaya, tersinggung dengan ucapan Karin.

"Ya dan salah satu bahaya contohnya adalah dirimu." Karin membalas ucapan Sasuke tajam. Sasuke mengeraskan rahangnya, gadis ini benar-benar menguji kesabaran Sasuke.

"Oh kau sengaja ya? Berpakaian seperti itu untuk menggodaku lalu menjeratku ke dalam tali pernikahan seperti yang kau lakukan beberapa tahun lalu."

Deg.

Karin mengerjapkan matanya menghalau air mata yang mendesak turun, bagaimana bisa Sasuke masih menuduhnya seperti ini. Karin mencoba menarik napas mengisi oksigen untuk paru-parunya yang terasa sesak.

"Aku sudah menjelaskan saat itu aku tidak sengaja dan banyak saksi mata yang tahu itu," Karin membasahi bibirnya yang kering.

"Aku tau, ini salahku karena terlalu mencintai dan menginginkanmu Sasuke-nii." Karin tidak dapat membendung tangisannya bulir-bulir air mata turun membasahi pipinya namun dengan kasar Karin menghapusnya.

"Jika kau mencintaiku jangan pernah menganggu hidupku, dengan kau yang selalu mengacaukan setiap rencanaku membuatku membenci dirimu." Tanpa perasaan Sasuke berkata dengan dingin.

Karin menutup mulutnya mencegah isakannya terdengar pemuda brengsek di depannya.

"Baiklah, aku menyerah hiks membuat Sasuke-nii mencintaiku. Aku minta maaf selama ini selalu mengganggumu. Aku berjanji akan menghilangkan rasa cintaku dan melupakanmu." Karin menutup matanya namun bayangan Sasuke yang selalu tersenyum hangat seakan hadir untuk mengejeknya.

"Kau bisa memegang kata-kataku karena aku sudah dewasa Sasuke, selamat tinggal Sasuke-nii. Terimakasih sudah menjadi cinta pertamaku." Suara Karin bergetar pilu berbalik badan Karin berlari pergi kembali ke mansion meninggalkan Sasuke.

Dugh.

Sasuke meninju pohon di depannya, Shit! Kenapa rasa sesak memenuhi dadanya, melihat wajah Karin yang bahkan masih terlihat mempesona dalam kilauan air matanya?


Ino mengerjapkan matanya saat mencoba membuka mata. Cahay matahari yang menerobos sela-sela gorden kamar membuat matanya silau. Tubuhnya terasa remuk belum lagi beban berat menindih perutnya, Ino membalikkan badannya membelakangi cahaya matahari. Ino menutup mulutnya mencegah teriakannya tersangkut ditenggorokan.

Di hadapannya Naruto terbaring telanjang, ingatan Ino memutar kejadian semalam dengan cepat. Jantung Ino berpacu cepat dan pipi Ino memerah tanpa bisa ia cegah. Memalukan, bagaimana ia yang masih perawan menyerahkan mahkotanya kepada Naruto, pemuda yang baru kemarin ia kenal. Ino menutup matanya berusaha mengenyahkan gejolak di dalam dadanya.

Naruto, begitu dekat dengan dirinya. Bahkan Ino bisa merasakan hembusan napas Naruto menerpa wajahnya. Naruto sangat tampan dilihat dari dekat, helaian pirangnya berantakan menutupi dahinya. Bulu mata panjangnya melembayungi matanya yang terpejam, Ino tidak dapat menahan jemarinya yang gatal untuk tidak memegang wajah Naruto. Dengan pelan jemari Ino menyapu rahang tegas Naruto yang lembut. Jempol Ino meraba pelan bibir bawah Naruto, kembali teringat bibir ini yang semalam bisa membuat dirinya menjerit keras.

Dengan perlahan Ino melepas rengkuhan tangan Naruto dipinggangnya, dengan pelan Ino melangkah tangannya mengambil selimut yang menutupi mereka berdua. Namun cepat-cepat ia letakkan, karena akibat tindakannya badan Naruto yang telanjang bulat akan terlihat jelas. Dengan berjinjit agar tidak menimbulkan suara Ino berjalan menuju bathroom untuk sesaat Ino meringis nyeri yang menyengat di daerah pusat dirinya. Merutuki Naruto yang semalem terlalu bersemangat.

She wake up in the morning
Jump in the shower
Then rubs on her lotion
While She's wrapped in her towel

Naruto membuka matanya segera membalikkan badannya ke arah pintu bathroom, lekukan tubuh Ino samar terbayang di balik dinding kaca buram bathroom. Naruto berimajinasi liar, sangat menggairahkan sepertinya bercinta di bawah shower. Ia merasakan suatu kesenangan sendiri melihat kegiatan Ino dari ranjangnya. Bolehkah ia berharap?

Mata Naruto segera tertutup saat pintu bathroom terbuka, aroma aftershave florest menguar ke dalam indra penciumannya. Dada Naruto bergejolak Ino memakai sabun cair miliknya, pasti sekujur tubuh Ino mempunyai harum yang sama dengan Naruto. Kembali membuka matanya saat mendengar pintu kamar tertutup, dengan cepat Naruto bangkit dari kasurnya. Senyum Naruto semakin berkembang saat melihat noda merah di atas kasurnya. Ada rasa bangga menjadi yang pertama bagi Ino.

There's nothing more I can say
When she's singing to herself da-da-da-da-da-daa
When she's singing to herself da-da-da-da-da-daa
Oh she's so cute

Ino menyenandungkan lagu Bruno Mars yang berjudul Dance in The Mirror yang Ino ubah menjadi Dance in The Kitchen, seraya menuangkan saos pasta di atas spaghetti yang sudah Ino tiriskan. Tidak ada apa-apa di dalam kulkas hanya jus jeruk kemasan dan beberapa ramen serta spaghetti instan. Pasta umtuk sarapan tidak terlalu buruk kan.

"Da-da-da-da-daa …" Suara Ino memelan sata melihat Naruto yang sedang bersedekap di pintu dapur, Naruto terlihat segar dengan rambut yang masih basah serta acak-acakan.

"Kau sudah bangun?" Pertanyaan Ino tidak Naruto hiraukan, yang ia dapatkan hanya tatapan intens Naruto yang membuat dirinya salah tingkah.

"Maaf aku sangat tidak sopan mengacak-acak dapurmu," Ino menggigit bibirnya gugup. Namun Naruto tidak bergeming.

Naruto menikmati setiap ekspresi wajah yang Ino, wajah kaget dan gugupnya serta jangan lupakan wajah memerah malu-malu Ino yang selalu sukses membangkitkan sisi buas dirinya. Oh Shit, sabarlah Naruto Jr kau akan mendapatkan jatahmu tapi jangan sekarang, dalam hati Naruto menggerutu.

"Hm ini terlihat sangat lezat," Naruto menyudahi acara menggoda sang dara, wajah malu-malu yang Ino perlihatkan akan berakibat fatal. Naruto mendengar Ino mendengus.

"Ini pasta instan rasanya akan sama saja, siapapun yang membuatnya."

"Tentu saja berbeda karna kau yang membuatnya," Ino merutuki dirinya yang tersipu hanya karena gombalan murahan Naruto.

"Ayo kita makan. Ittadakimasu," Naruto menyatukan kedua tangannya lalu dengan cepat menggulung spageti dan memakannya.

Mereka berdua makan dengan hening, sesekali Ino tersipu saat tidak sengaja ia tertangkap basah curi-curi pandang pada Naruto. Gezz, ia bukan remaja lagi padahal tapi sangat susah menjaga rona wajah agar tak terlihat tersipu malu. Pandangan Naruto menelusuri sekujur tubuh Ino yang terbalut kemeja putih Naruto yang kebesaran, besarnya kemeja Naruto tetap saja tidak dapat menutupi lekuk lembut tubuh Ino.

"Sudah selesai? Aku akan cuci piringnya." Naruto tersentak dari lamunannya saat Ino mengambil piring kosong di depannya membawa ke wastafel untuk di cuci.

Ino sangat tidak nyaman dengan atmosfir disini yang dipenuhi kecanggungan dan salah tingkah, oh hanya dirinya saja yang salah tingkah sedangkan naruto tidak. Ino bertanya-tanya apakah Naruto akan berkata,

'Lupakan saja kejadian semalam'

Atau,

'Aku akan menikahimu karena sudah menodaimu'

Atau lebih parahnya,

'Kau sangat cocok jadi partner ranjangku, berminat kerja sama?'

Ino menggelengkan kepala dari berbagai kemungkinan yang berseliweran di dalam pikirannya. Dirinya terlalu banyak membaca novel-novel roman picisan.

"Apa yang kau lamunkan sweetheart" Suara serak Naruto berbisik lembut di telinganya, di susul dengan kedua tangan Naruto yang melingkar dipinggangnya kedua jemari naruto tertaut manis di perutnya.

"A-apa yang kau lakukan? Lepaskan, perbuatanmu membuatku susah bergerak." Ino berusaha melepaskan jalinan tangan Naruto di perutnya.

"Aku tidak menyangka hubungan kita berkembang secepat ini, oh ralat sangat cepat." Naruto berkata pelan, membuat Ino tertegun. Ucapan Naruto sangat masuk akal, apa yang bisa Ino harapkan dari hubungan kilat ini.

Toh walau dadanya selalu berdebar bahkan di saat pertama melihat Naruto tidak mengubah fakta jika mereka baru kenal kemarin lusa dan tadi malam baru saja berbagi ranjang. Dan juga hubungan antara Sakura, Hinata dan Naruto, yang sama sekali tidak Ino ketahui. Dengan pelan Ino membalikkan badannya berhadapan dengan Naruto.

"Naruto-san, ini pertama kalinya aku begitu dekat dengan lawan jenis. Dan aku rasa ikatan di antara kita hanya ketertarikan fisik saja. Aku tidak tau dirimu juga kau yang tidak tau tentang diriku. A-aku rasa seharusnya kita melupakan apa yang terjadi tadi malam dan menganggap semua itu tidak pernah terjadi." Ino menundukkan kepalanya, akhirnya ia dapat mengungkapkan apa yang mengganjal di hatinya.

Naruto mengeraskan rahangnya, giginya bergemeletuk menahan amarah. Bagaimana bisa gadis yang baru saja ia rengu keperawanannya mengatakan untuk melupakan kejadian yang bahkan Naruto ragu bisa melupakannya. For God Sake, malam yang Naruto habiskan bersama Ino terasa luar biasa. Apalagi mengingat lekuk Ino yang terasa sempurna didalam dekapan tubuhnya. Dan sekarang gadis- oh oke gadis yang sudah sah menjadi wanita itu memintannya untuk melupakan malam yang bergelora itu? Never happen.

"Apa yang kau katakan?" Naruto mencoba berkata lembut pada Ino, sorot matanya menatap ino yang bergerak-gerak gelisah dalam kungkungannya.

"Aku bilang lupak- emmmphhhh," bibir Ino sudah terlebih dulu dibungkam oleh bibir Naruto dengan gemas Naruto menghisap bibir bawah dan atas Ino secara bergantian, tangan Naruto dengan sensual meremas pinggul Ino.

"Naruuuhhh-" dengan lihai Naruto memasukkan lidahnya ke dalam mulut Ino menyecap mulut yang baru saja berkata dengan tidak sopannya untuk melupakan kegiatan intim mereka semalam.

Hidung Ino tersengal mencoba bernapas saat mulutnya sibuk membalas cumbuan Naruto, Naruto menghentikan French Kiss dan tersengal. Damn! Muka Ino yang merona merah, bibirnya yang bengkak akibat lumatannya juga mata yang terlihat sayu membuat Naruto panas. Ia sangat bergairah sekarang.

"Dengar Yamana Ino, kau bilang ingin melupakanku?" Ino mengangguk kaku.

"Maka dengan senang hati aku akan mengingatkanmu seperti sekarang ini."

Dengan sekali hentak Naruto mengangkat Ino menuju kamar pondok.

Tbc.

Huwaaa maafkan akuu baru bisa update, kira-kira ini kerasa gak ya feelnya? Oh ya untuk soal remake novel yang aku bahas kemaren aku bakalan up kalau radar tamat ya wkwk. Kemarin ada yang riview katanya remake harus memakai bahasa ku sendiri, ya itu benar. Tapi untuk yang belum tau remake tuh dibagi 2, old version dan new version. Disini aku bakalan pakek yang old version karena kalau pakek yang new version aku gak mau chemistrinya hilang huehehe. Dan untuk minta ijin ke penulisnya jujur susah banget karena yang bakalan aku remake ini penulisnya orang luar negeri, kalau orang indo mah bisa diusahakan.

Fyi doang sebenarnya aku suka menjelajah ke fandom lain dan banyak kok yang remake pake old version hanya mengganti nama pemeran dan tempatnya saja. Tapi alur cerita sama dengan cerita yang mereka remake. Coba deh sekali-kali main ke fandom screensplays banyak kok cerita remake dari penulis terkenal kayak Sandra Brown, Lisa Kleypas etc. dan oh ya kita gak akan di sebut plagiat kalau kita mencantumkan penulis novel yang kita remake. Nulis FF juga bisa disebut plagiat bahkan pencatutan hak cipta jika kita gak nyantumin disclaimernya. Ini mah aku curhat ya bukan menggurui, kalau ada yang tersinggung, aku minta maaf.

Terima kasih juga yang sudah setia menanti cerita abal geje aku ini, maaf ya pendek aku lagi terkena problematika kehidupan. Ternyata benar, hidup tak seindah drama korea.

Sekian.